BAB II Blewah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Blewah

Blewah (cucumis melo L.) merupakan tanaman satu keluarga dengan melon, labu dan
mentimun. Buah blewah
memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Buah


Blewah

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Cucurbitales
Famili Cucurbitaceae
Genus Cucumis
Spesies C. melo
Nama trinominal
Cucumis melo Kelompok Cantalupensis
Naudin.
Sumber: Sunarjono et al, (2012).

Dari klasifikasi ini, jelaslah bahwa blewah merupakan tumbuhan penghasil buah,
berpembuluh, berbunga, menghasilkan biji yang bersifat dikotil (berkeping dua), serumpun
dengan labu-labuan, sekerabat dengan mentimun, dan sahabat dekat buah melon.

Blewah umumnya berbentuk bulat lonjong, dengan kulit berwarna jingga terang dengan
bercak kehijauan. Di balik kulit buah yang tipis, terdapat daging buah yang relatif lembut dan
bertekstur. Di bagian dalamnya terdapat rongga yang berisi biji dan serat. Kulit blewah berbintil-
bintil dan dagingnya berwarna oranye. Blewah terdiri dari beberapa jenis, seperti ambroisa,
bushwopper, minnesota, oval chaca, dan blewah manis yang tahan terhadap musim panas,
kemarau, dan jamur bubuk. Untuk menghasilkan buah yang manis, tanaman ini memang perlu
musim panas yang panjang.

Gambar 1. Buah Blewah


Sumber: Sunarjono et al, (2012).

Blewah mengandung kadar air lebih dari 90%. Selain itu juga mengandung serat, vitamin
C, kalium dan pro vitamin A. Blewah mengandung betakaroten 2,029 mg/100 g, kalium 267
mg/100 g dan vitamin C 36,7 mg/100 g, serat 0,9 g/100 g. Blewah (cucumis melo L.) banyak
mengandung beta karoten (karotenoid) yang diubah menjadi provitamin A, kurang lebih
sepertiga dari karotenoid dalam makanan akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi beta karoten
dalam blewah akan sama dengan fungsi vitamin A, yaitu berperan dalam berbagai fungsi bagi
tubuh, seperti penglihatan, differensiasi sel, kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan,
reproduksi serta pencegahan kanker dan penyakit jantung. Kemampuan vitamin A
mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem
kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan,
paru-paru, payudara, dan kantung kemih (Sunarjono et al, 2012).

1.2 Mie Basah

Buah blewah tidak tahan lama maka perlu dilakukan penanganan lebih lanjut setelah
panen. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan adalah membuat tepung dari buah blewah
dan olahan seperti pembuatan mie basah.

Mie basah merupakan jenis mie yang mengalami proses perebusan dan memiliki kadar
air sebesar 35% (Astawan, 2006). Mie basah memilik kandungan gizi sebagai berikut:

Tabel 2. Kandungan Gizi Mie Basah


Zat gizi Mie basah
Energi (kal) 86
Protein (g) 0,6
Lemak (g) 3,3
Karbohidrat (g) 14
Kalsium (mg) 14
Fosfor (mg) 13
Besi (mg) 0,8
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0
Air (g) 80
Sumber: Purnawijayanti (2009).

Gambar 2. Mie Basah

Sumber: Astawan, M. (2006).

Mie merupakan produk pangan yang sering


dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat baik anak-anak,
remaja maupun orang tua baik sebagai menu sarapan
maupun sebagai selingan. Bahan baku pembuatan mie
adalah tepung terigu yang berasal dari biji gandum
(Permatasari, 2009). Meningkatnya permintaan terigu
dikarenakan semakin beragamnya produk makanan berbasis
terigu. Akibatnya ketika harga terigu naik para produsen
makanan olahan menghadapi masalah yang berat. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah
tersebut adalah memanfaatkan bahan pangan untuk substitusi tepung terigu, yaitu blewah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membuat subtitusi tepung
blewah terhadap produk mie basah.
Daftar pustaka

Sunarjono, H dan Ramayulis, R., 2012. Timun Suri dan Blewah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta: Penebar Swadaya.

Permatasari, S. 2009. Pengaruh Rasio Tepung Talas dan Tepung Terigu terhadap Sifat Kimia
danmOrganoleptik Mie Basah. Bali: Universitas Udayana.

Purnawijayanti, H.A. 2009. Mie Sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai