Makalah Polimer Kelompok 11
Makalah Polimer Kelompok 11
Makalah Polimer Kelompok 11
BIOPOLIMER
11.1 Pendahuluan
1. Sagu
Tanaman sagu yang menyerupai tanaman kelapa, memiliki batang
berwarna cokelat dengan daun berwarna hijau tua. Pohon yang sudah tua dan
tumbuh dengan sempurna, kulit luarnya mengeras dan membentuk lapisan kayu
disekeliling batangnya dengan ketebalan antara 2 – 4 cm seperti yang ditunjukkan
pada gambar 11.1. Pada Wilayah Indonesia Bagian Timur, sagu sejak lama
dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya, terutama di
Maluku dan Irian Jaya. Tanaman ini berasal dari Maluku kemudian menyebar ke
berbagai daerah rendah di Indonesia. Batang sagu mengandung pati yang dapat
diekstrak secara mudah dengan cara tradisional.
Lainnya :
Pektin
Kitosan/
kitin
Gums
2. Filler Bioplastik
Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat)
yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit seperti contoh
serat. Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen
yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Serat dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat Sintesis (serat buatan manusia).
Jenis-jenis serat yang banyak tersedia untuk menggunakan komposit dan
jumlahnya hampir meningkat. Kekakuan spesifik yang tinggi (kekakuan dibagi
oleh berat jenisya) dan kekuata spesifik yang tinggi (kekuatan dibagi oleh berat
jenisnya) serat-serat tersebut yang disebut Advanced Composit . Adapun bahan
bahan yang berpotensi dan pernah digunakan untuk dijadikan bahan penguat suatu
komposit antara lain :
A. Zink Oksida
Zink Oksida (ZnO) merupakan logan yang bersifat Bio-safe dan
Biocompatible sehingga dapat digunakan untuk aplikasi biomedical tanpa perlu
dilapisi serta mempunyai daya tahan radiasi yang tinggi. ZnO dapat meningkatkan
sifat kuat tarik bioplastik dan menurunkan permeabilitas bioplastik terhadap air,
sehingga membuat bioplastik lebih kedap air.
Lapisan tipis ZnO menunjukan karakteristik yang menarik diantaranya
ikatan yang sangat kuat, kualitas optik yang baik, stabilitas ekstrim dari eksitron,
dan peralatan piezoelektrik yang baik. Hal ini melatar belakangi lapisan tipis ZnO
banyak dipelajari dan dikembangkan menjadi teknologi yang aplikatif di
antaranya elektroda pada devais display dan energi sel surya, permukaan dan
peralatan bulk acustic wave (SAW), peralatan acoustic - optical dan light emiting
diode (LED). Selain itu, ZnO juga bersifat bio – safe dan Biocompitable sehinga
dapat digunakan untuk aplikasi biomedical tanpa perlu dilapisi serta mempunyai
daya tahan radiasi yang tinggi (Chan, 1994).
B. Clay
Pencampuran mineral clay dengan polimer dapat membentuk tiga jenis
nanostruktur komposit tergantung pada kondisi reaksi. Pertama adalah struktur
terinterkalasi dimana monolayer rantai polimer terinterkalasi dalam clay
membentuk struktur multilayer clay-polimer. Kedua adalah struktur tereksfoliasi
dimana lapisan clay terdispersi seragam dalam matriks polimer. Ketiga adalah
struktur klaster dimana terjadi eksfoliasi parsial. Polimer-clay nanokomposit
terbentuk dengan mendispersikan material nanoclay berlapis pada matriks
polimer. Nanoclay mempunyai luas permukaan yang sangat besar sehingga dapat
berinteraksi secara efektif dengan matriks polimer pada konsentrasi rendah (5-
8%). Akibatnya, polimer nanoclay menunjukkan peningkatan pada modulus,
stabilitas termal, dan sifat barrier tanpa peningkatan berat jenis dan kehilangan
sifat optik.
C. Selulosa
Selulosa merupakan salah satu polimer yang tersedia melimpah di alam.
Produksi selulosa sekitar 100 milyar ton setiap tahunnya. Sebagian dihasilkan
dalam bentuk selulosa murni seperti yang terdapat dalam rambut biji tanaman
kapas.Namun paling banyak adalah yang berkombinasi dengan lignin
danpolisakarida lain seperti hemiselulosa dalam dinding sel tumbuhan berkayu,
baik pada kayu lunak dan keras, jerami atau bambu. Selain itu selulosa juga
dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum secara ekstraseluler. Senyawa ini
juga dijumpai dalam plankton bersel satu atau alga di lautan, juga pada jamur dan
bakteri sebagai bahan baku kimia, selulosa telah digunakan dalam bentuk serat
atau turunannya selama sekitar 150 tahun (Chan, 1994).
Bahan berbasis selulosa sering digunakan karena memiliki sifat mekanik
yang baik seperti kekuatan dan modulus regang yang tinggi, kemurnian tinggi,
kapasitas mengikat air tinggi, dan struktur jaringan yang sangat baik. Selulosa
merupakan polimer yang relatif stabil dikarenakan adanya ikatan hidrogen.
Selulosa tidak larut dalam pelarut air dan tidak memiliki titik leleh. Serat selulosa
juga memiliki fleksibilitas dan elastisitas yang baik sehingga dapat
mempertahankan aspect ratio (perbandingan panjang terhadap diameter (P/d))
yang tinggi selama proses produksi. Selulosa nanoserat memiliki beberapa
keuntungan seperti: densitas rendah, sumber yang dapat diperbaharui,
biodegradable, mengurangi emisi karbondioksida di alam, kekuatan dan modulus
yang tinggi, permukaan yang relatif reaktif sehingga dapat digunakan untuk
grafting beberapa gugus kimia, dan harga yang murah (Chan, 1994).
11.8 Penutup
Biopolimer merupakan berbagai komponen hasil pertanian yang diperoleh,
baik melalui proses ekstraksi, reaksi rnaupun proses mikrobiologis. Sifat spesifik
yang ditunjukkan oleh polimer tersebut adalah sifatnya yang dapat mengental,
sehingga komponen tersebut banyak digunakan sebagai stabilizer (Thickening
Agent) pada berbagai industri pangan maupun non-pangan, terutama yang
berhubungan dengan sifat tekstural, seperti pada jem dan saus, serta berbagai
bentukan produk emulsi kosmetik dan obat-obatan.
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable merupakan salah
satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat
diperbaharui seperti pati, minyak nabati dan mikrobiota. Bioplastik merupakan
bahan alternatif untuk menggantikan plastik kemasan konvensional agar tidak
mencemari lingkungan. Bioplastik dibuat dengan polimer alam sebagai bahan
utama sehingga mudah dicerna oleh mikroorganisme. Bahan baku terbarukan
dapat diterapkan dalam perfekstif pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa komponen bahan baku terbarukan tersebut
sebagai polimer biodegradable dapat dianggap sebagai alternatif mengurangi dari
dampak plastik terhadap lingkungan. Selain itu kekhawatiran ekologi telah
mengakibatkan kembalinya minat dalam menggunakan bahan baku terbarukan
berbasis sumber produk.
Biodegradasi plastik dapat dicapai dengan memanfaatkan mikroba di
lingkungan untuk memetabolisme struktur molekul film plastik dan menguraikan
bahan dari plastik tersebut. Bioplastik berdasarkan dari bahan baku dibagi menjadi
dua, yaitu bahan baku dari petrokimia (non-renewable) dengan bahan aditif dari
senyawa bio-aktif yang bersifat biodegradable, dan bahan baku dari sumber daya
alam terbarukan (renewable resources) seperti dari bahan tanaman pati dan
selulosa serta hewan seperti cangkang atau mikroorganisme yang dimanfaatkan
untuk mengakumulasi plastik yang berasal dari sumber tertentu seperti lumpur
aktif atau limbah cair yang kaya akan bahan- bahan organik sebagai sumber
makanan bagi mikroorganisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA