Laporan Akhir Praktikum Agroklimatologi
Laporan Akhir Praktikum Agroklimatologi
Laporan Akhir Praktikum Agroklimatologi
AGROKLIMATOLOGI
OLEH :
NO BP : 1610252044
KELOMPOK : II (DUA)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya tercurahkan kepada kami yang tak terhingga ini, sholawat serta salam
penyusun sampaikan kepada junjungan Nabi besar kami Muhammad SAW dan
keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman.
Reza Nofrianti
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................
B. Tujuan.....................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKAN
A. Praktikum Lapangan..............................................................
B. Curah Hujan..........................................................................
C. Pengamatan Terjadinya Curah Hujan...................................
D. Respirasi Serangga................................................................
E. Pengaruh Ketersediaan O2 (terhadap lilin) .........................
F. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman............
A. Hasil.....................................................................................
B. Pembahasan.........................................................................
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................
B. Saran....................................................................................
DAFTAR TABEL
Praktikum Lapangan.....................................................................
A. Curah Hujan......................................................................
B. Pengamatan Terjadinya Curah Hujan...............................
C. Respirasi Serangga............................................................
D. Pengaruh Ketersediaan O2 (terhadap lilin) ......................
E. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman..........
DAFTAR LAMPIRAN
A. Perrhitungan.......................................................................
B. Dokumentasi......................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari uraian diatas. Oleh karena itu perlu dilakukannya praktikum ini,
untuk mengetahui alat apa yang digunakan dalam mengukur faktor cuaca dan iklim
dan atau unsur cuaca dan iklim, fungsi, dan prinsip kerja dari alat tersebut, serta
keterkaitannya dalam bidang pertanian. Maka dari itu setelah kita mengetahui
tentang keterkaitannya dengan bidang pertanian yaitu sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jadi, mengukur faktor cuaca dan iklim
dan atau unsur cuaca dan iklim itu sangat penting. Karena kita dapat mengetahui
jenis tanaman yang cocok untuk ditanam dan waktu penanaman yang tepat.
Sehingga dapat meningkatkan ekonomi yang baik, jika kita tinjau dari hasil
produksi pertanian yang meningkat dan melimpah.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Agroklimatologi yaitu untuk
mengetahui unsur-unsur cuaca dan iklim dan pengaruhnya terhadap pertanian,
mengenal alat-alat pengukur unsur-unsur cuaca, mempelajari dan memahami cara
penggunaan alat pengukur unsur cuaca, mengetahui cara pengambilan data cuaca
dan iklim, dan mengetahui hubungan timbal balik antara unsur-unsur cuaca.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Praktikum Lapangan
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing-masin
gberarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos
sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran
dan penj elasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan
bagaiman a kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi
memerlukan i nterpretasi dari data-data yang banyak sehingga memerlukan
statistik dalam pengerja annya, orang-orang sering juga mengatakan klimatologi
sebagai meteorologi statistic. ( Kamir, 2009)
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukkan jenis tanaman
yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian
klimatologi dal am bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan semakin
berkembangnya isu p emanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim,
membuat sektor pertanian begi tu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan
perubahan awal musim dan akhir mu sim seperti musim kemarau dan musim hujan
membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa
panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas
penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. (Kamir, 2009)
Selain dari hujan terdapat faktor yang juga penting dalam pertanian yaitu Radi
asi Surya. Radiasi surya terdiri dari spectra ultraviolet (panjang gelombang kurang
da ri(0.38 mikron) yang berpengaruh merusak karena daya bakarnya sangat tinggi,
spect tra photosynthetically Active Radiation (PAR) yang berperan membangkitan
proses f otosintesis dan spectra inframerah (lebih dari 0.74 mikron) yang
merupakan pengatur suhu udara . spectra radiasi PAR dapat dirinci lebih lanjut
menjadi pita-pita spectrum yang masing-masing memiliki karakteristik tertentu.
Ternyata spectrum biru memberi kan sumbangan yang paling potensial dalam
fotosintesis. Untuk memanfaatkan poten si energi surya, ada 2 (dua) macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu energi sury a termal dan energi surya
fotovoltaik. ( Pettersen, 2006)
B. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah
hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Dimana hujan adalah butiran-
butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun kepermukaan bumi. Sedangkan
garis yang menghubungkan tempat-tempat dipeta yang mendapat curah hujan yang
sama disebut isohyet atau setara (Hanafi, 2006).
Air hujan yang jatuh langsung pada air permukaan dapat menimbulkan
pengaruh yang berbeda-beda. Kualitas air didanau dapat menjadi baik melalui
pengenceran oleh air hujan yang relatif bersih. Air hujan yang mengandung
sejumlah nitrogen dan sulfur bersifat sangat asam dan bisa mengganggu
keseluruhan kehidupan biokimia yang ada dalam badan air (Wiradjmoko, 2005).
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh
kepermukaan bumi. Meskipun kabut, embun dan embun beku (frost) dapat berperan
dalam alih kebasahan (moristure) dari atmosfer ke permukaan bumi. Unsur tersebut
tidak ditinjau sebagai endapan. Bentuk endapan adalah hujan, gerimis, salju dan
batu es hujan (hail). Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai dan di
Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Curah hujan dan
suhu sangat penting bagi kehidupan di permukaan bumi , jumlah curah hujan dicatat
dalam inci atau milimeter. ( Rodjali, 2007).
Hujan sering disebut juga dengan istilah ”presipitasi” karena merupakan salah
satu bentuk presipitasi dapat didefinisikan sebagai massa air baik dalam bentuk cair
atau padat yang merupakan hasil akhir proses pendinginan awan (kondensasi) di
atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi. Jadi presipitasi selalu didahului oleh
proses kondensasi atau pembekuan uap air (Sukartono, dkk. 2006).
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah
hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk
medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai
dan jarak perjalanan angina diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa
sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke
permukaan bumi (Handoko, 2003).
2. Respirasi Anaerob
Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen.
Reaksi umumnya sebagai berikut:
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan, terdapat
oksigen yang digunakan oleh organisme dan terdapat pula karbon dioksida yang
dikeluarkan oleh organisme tersebut. Jika organisme yang bernapas itu disimpan
dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan organisme dalam ruang
tertutup itu diikat (misalnya, oleh kristal KOH), maka penyusutan udara akan
terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam tabung itu dapat dicatat (diamati) pada
pipa kapiler berskala pada respirometer.
Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa
berskala diberi tetesan air. Tetesan air ini akan bergerak ke arah tabung spesimen,
karena terjadinya penyusutan volume udara dalam ruang tertutup (tabung
spesimen). Hal itu merupakan akibat dari adanya pernapasan, yaitu 𝑂2 diserap dan
𝐶𝑂2 dihembuskan, tetapi diikat oleh kristal KOH.
1. Ketersediaan substrat
2. Ketersediaan oksigen
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC. Namun hal ini tergantung pada masing – masing
spesies.
Oksigen merupakan faktor pembatas pada setiap organisme. Kondisi ini juga
berlaku untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kosentrasi oksigen
sangat ditentukan oleh medium tempat tumbuhan berada. Bagian akar tumbuhan
memerlukan aerasi yang baik untuk mendapatkan oksigen yang cukup. Dengan
dasar itulah petani sering menggemburkan tanaman mereka secara berkala. Aerasi
yang baik mampu meningkatkan proses respirasi akar untuk mengedarkan unsur-
unsur hara yang ada di dalam tanah ke bagian daun.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dipengaruhi faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor internal adalah segala pengaruh/faktor yang berasal dari
tanaman itu sendiri yaitu meliputi gen dan hormon. Sedangkan Faktor eksternal
merupakan sesuatu yang mempengaruhi/faktor yang berasal dari luar tubuh
tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Ada beberapa faktor
ekstrenal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu air,
cahaya, kelembapan, oksigen, pH, makanan (nutrisi), dan suhu.
Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari
seluru/sebagian dari organisme, sedangkan perkembangan merupakan
bertambahnya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan
dan belajar atau peningkatan kemahiran dalam penggunaan tubuh. Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan pekembangan tumbuhan. Faktor-faktor
tersebut dikelompokan menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang meliputi faktor genetis (hereditas) dan factor
fisiologis, sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan merupakan faktor
yang berasal dari luar tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau
ekosistem. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan adalah cahaya. ( Ayu, 2011).
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk
hidup didunia. Bagi manusia , hewan, dan tumbuhan, cahaya matahari adalah
penerang dunia ini. Selain itu, bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya
matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Kekurangan cahaya matahari akan
mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya
tergantung pada jenis tumbuhan.Seperti teori yang sudah ada, tumbuhan yang
mengalami kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan
gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan
daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Semua ini terjadi
dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin
untuk penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat
terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi
relative pendek, daun berkembang, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan
batang kecambah lebih kokoh. (Mart, 2005).
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, teko plastik,
kayu berukuran 2 m, gelas ukur, nampan yang berlobang, kompor, kipas angin,
respirometer, parafilm, gunting, kamera dan gelas dengan ukuran berbeda.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tali raffia, es batu, seragga, larutan
(KOH), larutan dari perasan ubi kayu dan jeruk nipis, kapas, tanaman, kantong
hitam, lilin, dan korek api.
C. Cara Kerja
1. Pengamatan Lapangan BMKG Sicincin
Semua alat dan bahan yang diperlukan disiapkan. Tanah di gali dengan
kedalaman 20 cm. selanjutnya kayu yang berukuran 200 cm dibenamkan sehingga
yang tersisa berukuran 180 cm. timbun kembali lubang dan pastikan kayu berdiri
dengan kokoh. Pada bagian ujung kayu, di pasang teko plastik dan di ikat kuat
menggunakan tali. Pengamatan dilakukan setiap hari sebelum jam 7 pagi.
Semua alat dan bahan yang digunakan disiapkan. Es batu yang akan digunakan
di pecahkan dengan ukuran yang sama besar dan dimasukkan kedalam nampan
yang telah dilobangi. Es batu yang berada dalam nampan di letakkan di atas nyala
api dengan jarak lebih kurang 20 cm. terdapat 2 perlakuan yang kan dilakukan..
Pada nampan pertama dengan kipas angin, dan nampan kedua tanpa kipas angin.
Amati bagaiman pengaruh angina terhadap proses terbentuknya hujan.
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Respirometer terdiri dari tabung
kaca yang tutupnya disambungkan dengan kaca. Kemudian diberi kapas yang telah
ditetesi KOH. Selanjutnya dimasukkan serangga. Lalu, di parafilm dan di ujung
selang di tetesi larutan larutan eosin yang diganti dengan larutan dari perasan ubi
kayu dan jeruk nipis
Semua alat dan bahan yang di gunakan dsiapkan. Kantong hitam dipotong
bagian ujungya. Setelah dpotong, tanaman ditutup dan bagian bawahnya di ikat
dengan tali. Setelah beberapa hari, amati arah tumbuh dari tanaman, apakah cahaya
berpengeruh atau tidak terhadap tanaman tersebut.
Semua alat dan bahan yang di gunakan disiapkan. Lilin dipotong sama besar
dengan ukuran 7 cm. Setelah di potong, lilin ditempelkan pada lantai agar tidak
mudah rebah. Lilin dinyalakan dan ditutup dengan gelas secara bersamaan dimana
ukuran setiap gelas berbeda-beda. Catat waktu lamanya lilin menyala.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Lapangan (bmkg)
Serangga Waktu
1 11.12‘
2 13.24‘
3 22.54’
4 26.10’
5 36.30’
Kecil 4”
Sedang 8”
Besar 15”
B. Pembahasan
1. Curah hujan
Pada praktikum curah hujan ini, kami mengamati curah hujan di daerah padang
lebih tepatnya di Universitas Andalas, Fakultas Pertanian, dekat rumah kaca. Dari
praktikum ini dapat dilihat hasil praktikum pada tabel yang merupakan curah hujan
selama pengamatan. Pengamatan ini dilakukan selama lima minggu dan dapat
dilihat hasilnya pada tabel. Curah hujan rata-rata pada hari minggu adalah sebesar
9,178 mm. Curah hujan rata-rata pada hari senin adalah sebesar 3,67 mm. Curah
hujan rata-rata pada selasa adalah sebesar 8,728 mm. Curah hujan pada rabu adalah
sebesar 12,36 mm. Curah hujan pada kamis adalah sebesar 4,986 mm. Curah hujan
pada jumat adalah sebesar 8,046 mm. Curah hujan pada sabtu adalah sebesar 8,504
mm
Dari data yang didapatkan pada praktikum dapat dikatakan bahwa intensitas
curah hujan di kampus unand termasuk belum lebat. Intensitas curah hujan dapat
dikatakan tinggi atau lebat apabila curah hujan berada pada rentang 50mm -
100mm per hari. Pada praktikum ini hanya data curah hujan pada minggu pertama
dan minggu kedua yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai intensitas curah
hujan tinggi atau lebat.
Pada tabel selanjutnya dapat dilihat data curah hujan di kota padang selama
sepuluh tahun terakhir dari tahun 2008 sampai tahun 2017. Pada tabel dapat dilihat
curah hujan rata-rata selama sepuluh tahun dalam bentuk perbulan. Dari tabel hasil
juga dapat dilihat bahwa curah hujan pada kota padang sangat tinggi dan dapat
dikatakan sangat lebat. Curah hujan yang sangat lebat ini dapat menyebabkan
bencana seperti banjir dan longsor.
Data dari curah hujan memiliki banyak manfaat terutama untuk bidang
pertanian. Dari data curah hujan petani dapat menentukan tanaman apa yang cocok
untuk ditanam dan juga waktu penanaman tanaman budidaya. Apabila curah hujan
tinggi yang berarti di daerah tersebut sering mengalami hujansehingga tidak cocok
untuk ditanam tanaman kering seperti tanaman jagung(Zea mays). Dengan curah
hujan yang tinggi dapat ditanami dengan tanaman seperti padi, karena padi
membutuhkan air yang banyak. Data curah juga akan membantu petani untuk
menentukan awal untuk memulai masa tanam dan menentukan perkiraan panen.
Pada pertanian data curah hujan juga akan membantu petani untuk menentukan pola
tanam yang akan digunakan. Selain itu data curah hujan juga bisa digunakan untuk
pasca panen, seperti pada pasca panen, padi yang telah dipanen akan dijemur
dibawah cahaya matahari agar menghemat biaya, dengan adanya data curah hujan
akan menentukan perkiraan hari hujan, sehingga bisa jadi patokan untuk
penjemuran padi
2. Hujan Buatan
Hujan merupakan suatu bentuk peristiwa uap air yang berasal dari awan yang
ada di atmosfer.Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan dinamakan
pluviometer/penakar hujan, penakar hujan dapat dikategorikan dalam dua jenis
yaitu penakar hujan jenis biasa dan otomatis.
Pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel bahwa kami juga menggunakan
kipas angin, kipas angin disini berperan sebagai pengaruh atau salah satu faktor
yang akan mempengaruhi hujan. Sehingga pada praktikum ini dilakukan dua kali
percobaan yaitu percobaan dengan menggunakan kipas angin sebagai salah satu
faktor dan juga tidak menggunakan kipas angin. Pada tabel hasil dapat dilihat untuk
pengamatan pertama dengan bantuan kipas mendapatkan hasil 01’33” tanpa kipas
8’14”. Sedangkan pada pengamatan kedua dengan bantuan kipas mendapatkan
hasil 02’54” dan tanpa kipas 08’27”.
Secara teori hujan akan turun lebih cepat pada saat menggunakan kipas angin,
tetapi pada praktikum ini hujan turun dengan lebih lambat pada yang menggunakan
kipas angin dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membuat hujan nya
menjadi deras. Banyak hal yang dapat menyebabkan kesalahn selama praktikum ini
seperti peletakkan alat yang kurang tepat sehingga menyebabkan hujan buatan
muncul lebih lama.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun
kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai
untuk mengulangi daur ulang itu semula. Intensitas curah hujan adalah jumlah
curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan
waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya
intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya.
Curah hujan sangat penting diketahui dalam sektor pertanian karena curah hujan
dapat menentukan ketersediaan air bagi tanaman di suatu daerah. Pada daerah yang
tidak terairi oleh irigasi, maka pertanian didaerah tersebut sangat tergantung pada
pada hujan. Misalnya jika curah hujan di suatu daerah kurang dari 2.5 mm perhari
maka daerah tersebut dapat menyediakan air bagi tanaman sehingga tanaman tidak
kekurangan air dan dapat berproduksi maksimum. Akan tetapi jika daerah tersebut
merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang sedikit, maka petani
danpemerintah dapat membangun saluran irigasi agar air selalu tersedia bagi
tanaman. Proses terjadinya hujan merupakan siklus yang terjadi pada bagian bumi
yakni daratan dan perairan.
3. Respirasi serangga
Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada
pipa kapiler berskala. Prinsip kerja respirometer digunakan untuk mengukur laju
konsumsi oksigen hewan-hewan seperti serangga. semakin berat ukuran suatu
hewan makasemakin lambat pula pergerakannya dalam laju respirasinya. Hal
inidisebabkan oleh aktivitas hewan yang berukuran besar lebih cenderung
diam.Meskipun berat tubuh mempengaruhi laju metabolisme dan yang
kemudian juga mempercepat respirasi, itu tidak berlaku jika tubuh dalam keadaan
diamlaju metabolisme dan respirasi dapat terkontrol dengan teratur. Selain
itu,disebabkan juga karena kurangnya aktivitas (bergerak) sehingga suhu tubuhdari
hewan berukuran besar lebih kecil dari dari suhu tubuh hewan berukuran kecil yang
juga akan membutuhkan O2 yang lebih kecil. Dan hewan
yang berukuran tubuh kecil memiliki laju respirasi yang cepat. Hal ini disebabkan
hewan berukuran kecil lebih banyak melakukan aktivitas (bergerak) sehinggadapat
meningkatkan suhu tubuh yang juga akan membuatnya membutuhkan O2 yang
lebih untuk pembentukan energi dan juga untuk aktivitas.
Biasanya pengaruh cahaya terhadap tanaman yang ditutupi oleh plastik dan
diberikan lubang mengikuti arah sumber cahaya. Hal ini terlihat pada tanaman yang
membungkuk, atau membentuk sudut miring ke arah sinar matahari yang datang.
Fenomena ini disebut dengan fenomena fototropisme. Fenomena fototropisme itu
terjadi disebabkan karena pada tumbuhan terdapat hormon auksin yang
mempengaruhi kecepatan tumbuh pada beberapa bagian tanaman, khususnya sel-
sel meristematik yang aktif membelah. Auksin atau Asam Indolasetat akan
membuat bagian tumbuhan yang tidak terkena cahaya tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan bagian tumbuhan yang terkena cahaya. Pada sisi tumbuhan
yang lebih gelap hormon auksin lebih aktif, sementara pada sisi yang terkena
cahaya aktivitas hormon auksin terhambat atau tidak ada sama sekali. Akibat dari
kecepatan tumbuh yang berbeda itu, maka tumbuhan akan cenderung tumbuh
melengkung ke arah datangnya cahaya.
Pada tanaman yang kami amati tidak memperlihatkan perubhan arah secara
signifikan.
Pada praktikum ini dengan menggunakan lilin dan gelas dapat dilihat pada
tabel pada gelas pertama dengan volume gelas ukuran kecil akan memerlukan
waktu sebesar 4 detik agar lilin padam. Pada gelaskedua dengan volume sedang
akan memerlukan waktu sebesar 8 detik agar lilin padam. Pada gelas ketiga dengan
volume gelas besar akan memerlukan waktu sebesar 15 detik untuk memadamkan
api lilin.
Hal ini disebabkan karena pada gelas yang memiliki volume yang kecil, volume
atau jumlah oksigen didalam nya juga kecil. Hal ini dikarenakan oksigentermasuk
didalam bagian benda yang memiliki bentuk gas, sifat-sifat gasyang paling utama
adalah mengisi seluruh ruangan yang ditempati. Misalnya dalam sebuah kamar
akan diisi oleh gas yang tak terlihat, dan begitu juga berlaku untuk praktikum ini
dimana gas oksigen akan mengisi seluruh ruang pada gelas. Sifat kedua dari gas
yaituterdapat di segala tempatbenda gas ada di segala tempat dan dimana-mana.
Seluruh ruang kosong yang ada akan ditempati oleh benda gas atau udara. Bahkan
wadah yang kosong pun sebenarnya berisi udara. Artinya udara ada dimana-mana,
termasuk di sekitar wadah gelas yang dipraktikumkan walau udara yang berbentuk
oksigen ini tidak tetlihat. Sifat ketiga dari gas yaitu menekan ke segala arah. Benda
gas menekan ke segala arah. Gas tidak hanya menekan ke satu arah saja, tapi
menekan ke segala arah. Sifat gas yang ke empat adalah Susunan partikel tidak
teratur. Pada benda gas, susunan partikel penyusunnya tidak teratur.
Ketidakteraturan partikel penyusun zat gas juga melebihi partikel benda padat atau
benda cair. Sifat yang ke lima adalah gaya tarik antar partikel hampir tidak ada.
Gaya tarik menarik antar partikel pada benda gas cenderung lemah. Bahkan bisa
dikatakan gaya tarik antar partikel benda gas hampir tidak ada sama sekali. Sifat
yang ke enam adalah gerakan partikel sangat bebas. Gerakan partikel pada benda
gas sangat bebas. Bahkan gerakan partikel pada benda gas lebih bebas melebih
bebasnya gerakan partikel pada benda cair. Sifat yang benda gas yang ke tujuh
adalah memiliki massa atau berat.
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa iklim, cuaca,
curah hujan akan sangat berperan penting dalam membantu kegiatan pertanian.
Proses metabolisme seperti Transpirasi dan Respirasi juga penting untuk dipelajari.
Oleh sebab itu mata kuliah Agroklimatologi sangat penting untuk dipelajari
terutama untuk orang yang memiliki bidang fokus pada Pertanian.
B. Saran
Arsyad, sitanala dan Rustiadi, E, 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan.
Yogyakarta : Pustaka Obor Indonesia.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI Press.
Benyamin, Lakitan 2002. Dasar-dasar klimatologi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Bocah 2008. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/
2010 /04/unsur-unsur-cuaca-dan-iklim/ Diakses pada tanggal 06
November 2013.
Budianto 2003. “Pengaruh Penggunaan AWS terhadap Efisiensi Pertanian”.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9(1) : 12-13.
Darldjoeni 2000. Prinsip Kerja Peralatan Klimatologi. Jakarta : UT.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Feryanto, Indra. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Bangka Belitung : Fakultas Pertanian,
Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta
: UGM Press.
Hanafi. 2006. Klimatologi. Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Hanafiah, K. A., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Persada.
Handoko. 2003. Klimatologi Dasar. Bogor: IPB.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta. : Rajawali Press.
Herlina 2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. Malang : Universitas Brawijaya.
Kartasapoetra, A.G 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.
Kimball,John W.1991. Biologi, jilid2, edisi ke-5. Jakarta : Erlangga.
Kodoatie, R.J dan Roestam sjarif, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta : Andi.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muswita, Yelianti, Upik. 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jambi
: Universitas Jambi.
Neiburger, dkk. 1982. Memahami Lingkungan Atmosfer Kita. Bandung: ITB.
Prawirowardoyo, 1996. Pengukuran klimatologi. Makassar : Masagena Press.
Rodjali. 2007. Jumlah, Jenis, dan Spesifikasi Instrumen Hidroklimatologi.
Bandung : ITB.
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi Aspek-Aspek Klimatik untuk Sistem
Budidaya Tanaman. Bandung : Alfa Beta.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Press.
Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : UGM
Press.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soekirno. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bandung : Bina Cipta.
Soemarto. 1987. Sirkulasi Air Dalam Tanah. Jakarta : Gramedya.
Sukartono, dkk. 2006 Agroklimatologi. Mataram: UPT Mataram University Press.
Suroso 2006. “Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva IDF di Kawasan
Rawan Banjir Kabupaten Banyumas”. Jurnal Teknik Sipil 3(1) : 22-23.
Susanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Tjasyono, Bayang. 2000. Klimatologi. Bandung: ITB.
Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. Yogyakarta : UGM Press.
Wiradjmoko. 2005. Pengenalan Cuaca. Jakarta : Jaya Abadi.
Wisnubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Yogyakarta : Mitra Gama
Widya.
LAMPIRAN
A.Dokumentasi
Stasiun bmkg
b. Pembuatan hujan
No Gambar Keterangan
No Gambar Keterangan
1 Larutan eosin dimasukkan dan
selanjutnya masukkan
seraangga kedalam alat.
d. Pengaruh ketersediaan O2
Gambar pengaruh ketersedian oksigen