Makalah Giardia Lamblia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Makalah Giardia lamblia

Protozoa 2 : Sarcomastigophora
MK : Endoparasit

Ditulis oleh
Kelompok 7

Rahmatusyifa B04160115
Aisyah Fadia B04160124
Salsabila Dhea Oktorini B04160126
Nora Lestia R B04160189
Rizky Diyu Purnama B04160191
Abdi Putra Wijaya B04160192

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
Pendahuluan

Giardia lamblia adalah penyebab umum diare pada manusia dan mamalia
lain di seluruh dunia. Spesies ini dapat dibedakan dengan spesies Giardia lain
dengan menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop electron. Dua
genotipe mayor dari G. lamblia yang menginfeksi manusia sangat berbeda
secara genetic dan biologi sehingga mereka memerlukan pemisahan secara
penyebutan spesies ataupun subspesies. Trofozoit memiliki nucleus dan
sitoskeleton yang berkembang baik tetapi kekurangan mitokondria,
peroksisom, dan komponen fosforilasi oksidatif. Mereka memiliki sistem
endomembran dengan beberpa karakteristik dari badan golgi dan reticulum
endoplasma, yang menjadi lebih ekstensif pada tahap kista.
Giardia lamblia adalah mikroorganisme uniseluler eukariot berflagel yang
secara umum menyebabkan diare di seluruh dunia. Giardia merupakan
penyebab utama dari diare waterborne outbreak di Amerika Serikat dan
seringkali menjadi penyebab diare asal makanan. Pada negara berkembang,
terdapat beberapa prevelensi dan insiden infeksi yang tinggi, dan data
menyebutkan bahwa pertumbuhan lambat yang jangka panjang dapat
menyebabkan giardiasis kronis. Pada beberapa area di dunia, air yang
terkontaminasi kista G. lamblia biasa disebabkan oleh giardiasis yang dibawa
melalui perjalanan yang dilakukan oleh turis.
Spesies Giardia memiliki dua tahap penting dalam siklus hidupnya.
Infeksi pada host diinisiasi ketika kista tercerna atau tertelan pada air yang
terkontaminasi atau walaupun kasusnya jarang ditemui melalui makanan atau
kontak langsung dengan feses-oral. Kista secara relatif inert, menyebabkan ia
memiliki ketahanan yang lebih lama pada variasi dari kondisi lingkungan.
Setelah terekspos dengan lingkungan asam pada lambung, kista tereksitasi
menjadi trofozoit di proximal usus halus. Trofozoit adalah bentuk vegetatif
dan bereplikasi pada usus halus, dimana ia menyebabkan symptom dari diare
dan malabsopsi. Setelah terpapar dengan cairan empedu, beberpa trofozoit
membentuk kista di jejunum dan dikeluarkan oleh feses, melengkapi siklus
transmisi dengan menginfeksi host baru.
G. lamblia berbentuk seperti pir dan tubuhnya memiliki satu atau dua
transversal claw shaped median. G. agilis memiliki tubuh yang panjang,
ramping, dan median tubuhnya berbentuk seperti teardrop. G. muris memiliki
trofozoit yang lebih pendek dan bulat. G. lamblia ditemukan di manusia dan
mamalia lain, G. muris ditemukan pada rodensia, dan G. agilis ditemukan
pada amfibi (Tabel 1) (Adam 2001).
Hal yang dibutuhkan dalam pertumbuhan in vitro G. lamblia adalah
lingkungan anaerobic atau mikroaerophilic dan sistein eksogen.
Pertumbuhannya dipercepat dengan lemak empedu dan mukus usus. Giardia
menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama untuk memproduksi
etanol dan astetat dan CO2. Giardia juga mampu meproduksi ATP melalui
jalur arginin dihidrolase. Dapat mereduksi O2 menjadi air dengan NADH
oksidase (Gillespe and Pearson 2001).
Sumber : Clinical Microbiology Review 2001

Tabel 1 Spesies Giardia

Transmisi Giardia lamblia

Infeksi Giardia lamblia dapat terjadi melalui konsumsi kista mikroba yang
tidak aktif dalam air atau makanan yang terkontaminasi, atau melalui rute
fecal-oral minggu hingga berbulan-bulan dalam air dingin (Centre of Disease
Control and Prevention 2015), sehingga dapat hadir di sumur dan sistem air
yang terkontaminasi, terutama sumber air yang tergenang, seperti kolam yang
terbentuk secara alami, sistem penyimpanan air badai, dan bahkan aliran
gunung yang tampak bersih. Giardia lamblia adalah parasit mikroskopis yang
menyebabkan penyakit diare yang dikenal sebagai giardiasis. Dapat juga
ditemukan pada permukaan, tanah, makanan, atau air yang telah terkontaminasi
dengan kotoran dari manusia atau hewan yang terinfeksi (Haung dan White
2006). Mereka juga dapat terjadi di reservoir kota dan bertahan setelah
pengolahan air, karena kista resisten terhadap metode pengolahan air
konvensional, seperti klorinasi dan ozonolisis (Centre of Disease Control and
Prevention 2015). Penularan zoonosis juga dimungkinkan, sehingga infeksi
Giardia menjadi masalah bagi orang yang berkemah di hutan belantara atau
berenang di sungai atau danau yang terkontaminasi, terutama danau buatan
yang dibentuk oleh bendungan berang-berang (oleh karena itu nama populer
untuk giardiasis, "demam berang-berang") .
Selain sumber-sumber air, penularan tinja-oral juga dapat terjadi,
misalnya di pusat penitipan anak, di mana anak-anak mungkin memiliki
praktik kebersihan yang buruk. Mereka yang bekerja dengan anak-anak juga
berisiko terinfeksi, seperti halnya anggota keluarga dari orang yang terinfeksi.
Tidak semua infeksi Giardia adalah gejala, dan banyak orang tanpa sadar dapat
bersifat sebagai pembawa parasit.

Cara Mendiagnosa
Untuk mendiagnosa giardiasis bisa dilakukan pemeriksaan tinja dengan
pewarnaan langsung, yaitu dengan pewarnaan eosin 2%

Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan giardiasis pada ternak masih belum efektif, langkah
pencegahan pada anjing dan kucing dapat dilakukan melalui pemberian
vaksinasi ekstrak trofozoit (Olson et al. 2000). Infeksi Giardia mampu
menstimulasi kekebalan humoral, tetapi antibodi yang dihasilkan hanya
berlangsung beberapa bulan saja. Pengamatan yang dilakukan pada pedet
setelah 100 hari pasca infeksi Giardia menunjukkan bahwa antibodi yang
dihasilkan tidak protektif (O’Handley et al. 2003).
Pengobatan giardiasis dapat dilakukan dengan pemberian preparat
benzimidazoles yang mampu mengeliminasi infeksi G. intenstinalis pada
pedet (Ivanov 2010). Pengobatan pada pedet dengan fenbendazole
menunjukkan adanya perbaikan microvilli mukosa usus pada hari ketujuh
pasca pengobatan (O’Handley et al. 2001). Pengobatan giardiasis pada anjing
dan kucing yang terinfeksi Giardia dengan benzimidazoles, seperti
fenbendazole dilaporkan efektif (Ivanov 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Adam RD. 2001. Biology of Giardia Lamblia. Clin Microbiol Rev. 14 (3) :
447-475.
Centre of Disease Control and Prevention. 2015. “Giardia Parasite CDC”.
https://www.cdc.gov/parasites/giardia/general-info.html. diakses pada 4
Februari 2019.
Gillespie SH dan Pearson RD. 2001. Principles and Practices of Cinical
Parasitology. Chichester (UK) : John Wiley & Sons, LTD.
Haung DB, White AC (2006). Ulasan Terbaru tentang Cryptosporidium dan
Giardia. Gastroenterol 35(2). Clin. North America : 291 – 314
Ivanov I. 2010.Giardia and giardiasis.Bulg J Vet Med. 13:65-80.
O’Handley RM, Buret AG, McAllister TA, Jelinski M, Olson ME. 2001.
Giardiasis in dairy calves: Effects of fenbendazole treatment on intestinal
structure and function. Int J Parasitol. 31:73-79.
O’Handley RM, Ceri H, Anette C, Olson ME. 2003. Passive immunity and
serological immune response in dairy calves associated with natural
Giardia duodenalis infections. Vet Parasitol. 113:89-98.
Olson ME, Ceri H, Morck DW. 2000. Giardia vaccination. Parasitol Today.
16:213-217. Patton S. 2016.

Anda mungkin juga menyukai