Acara 1 Tekben
Acara 1 Tekben
Acara 1 Tekben
ACARA I
PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH
Oleh :
Bilanisa Almeyda
NIM. A1D017178
Rombongan 7
PJ Asisten : Meylia Rakhmawati
A. Latar Belakang
memperbaiki sifat genetik dan fisik dari benih, mencakup kegiatan seperti
tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
tanam. Benih yang bukan berupa biji atau yang telah disemaikan disebut bibit.
Benih bermutu tinggi adalah benih yang memiliki mutu fisik (ukuran
seragam, kadar air tepat, bersih dari kotoran), mutu genetis (kemurnian spesies
yang tinggi), mutu fisiologis (daya berkecambah dan vigor), dan mutu saniter
meningkatkan hasil panen melalui dua cara: pertama, karena cepat berkecambah
optimum.
Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang
terdapat dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga
merupakan deskripsi mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan
persentase kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan
memisahkan benih ke dalam tiga komponen, yaitu benih murni (benih yang
dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih komoditas lain atau
varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk memperoleh
persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan
berkualitas tinggi secara fisik, selain itu digunakan juga untuk mengetahui
komposisi contoh kerja pada pengujian-pengujian benih yang lainnya seperti uji
daya kecambah, uji bobot 1000 butir, uji kesehatan benih, uji ketahanan benih dan
sebagainya. Nilai dari pengujian kemurnian benih jika digabungkan dengan nilai
daya kecambah dapat digunakan untuk menghitung jumlah benih murni yang
hidup dari suatu lot benih Untuk menguji kemurnian benih harus diambil dari
suatu contoh kerja yang benar-benar dapat mewakili suatu lot benih yang akan
diuji. Untuk mendapatkan contoh kerja yang dapat mewakili suatu lot benih, maka
harus dilakukan pengambilan contoh benih dengan cara dan metode yang tepat.
B. Tujuan
membedakan benih murni, biji tanaman lain, kotoran benih dan menghitung
tinggi, daya berkecambah dan vigor tinggi, ukuran seragam, bebas dari biji gulma
dan penyakit seedborne, serta kadar air optimal. Untuk mendapatkan benih
bermutu tinggi, diperlukan pengawalan mutu benih sejak tanam hingga panen,
benih, kadar air, dan daya berkecambah. Ketiga parameter tersebut dipengaruhi
bermutu untuk menjaga mutu benih. Pengawalan mutu benih selayaknya mengacu
pada prinsip genetik dan agronomis agar benih yang dihasilkan memiliki
adalah sifat genetik dan viabilitas awal benih, kemasan benih, komposisi gas
(Qadir, 2013).
Faktor genetik benih adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang
memiliki genotip yang baik seperti hasil produksi yang tinggi, tahan terhadap
hama penyakit, dan responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik
atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik benih adalah benih yang
bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebas
dari kotoran, gulma dan hama penyakit. Faktor fisik lainnya yaitu benih memiliki
Kemurnian benih adalah persentase berat benih yang terdapat dari suatu
besar campuran bahan yang terikut selain benih. Pengujian kemurnian benih
sebaiknya dilakukan pertama kali sebelum dilakukan pengujian berikutnya.
Contoh benih yang akan diuji pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu:
1. Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
varietas lain dalam jenis tanaman tersebut. Benih murni terdiri dari: a. Benih
utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan benih sedikit
tetapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika
benih.
2. Benih spesies lain adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan. Penentuan
benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih
murni.
3. Bahan lain (kotoran benih), meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-
bahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih (Sari, 2014).
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah
satu cara pengawasan mutu benih baik di lapangan maupun di laboratorium, untuk
untuk memelihara kemurnian dan mutu varietas unggul agar tersedia secara
varietas dan fisik, kadar air dan daya kecambah. Sertifikasi dilakukan oleh
dan Pengujian Mutu Benih (IP2MB) yang berada di Propinsi (Rudi dan Nengsih,
2008).
digunakan yaitu benih padi, benih jagung, benih kedelai. Alat dan bahan ini
berikut :
memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan
timbangan.
3. Setelah itu contoh kerja sedikit demi sedikit di periksa di atas meja pemurnian
varietas lain, dan kotoran benih) dari ketiga contoh benih tersebut ditimbang.
5. Persentase masing-masing komponen ketiga benih tersebut dihitung
Persentase Padi
% BM =
% VL =
% KB =
Persentase Jagung
% BM =
% VL =
% KB =
Persentase Kedelai
% BM =
% VL =
% KB =
B. Pembahasan
Tata cara untuk menjadi penangkar benih bina telah diatur oleh pemerintah.
sertifikasi benih bina (Pitojo, 2004). Di Indonesia, cara pemberian setifikat benih
dan diatur oleh Menteri Pertanian. Hal yang diatur meliputi penetapan ketentuan-
penetapan benih dari jenis-jenis atau varietas untuk sertifikasi, dan penetapan
propinsi atau daerah yang menyediakan fasilitas untuk sertifikasi (Chailani dan
kepmentan No. 803/1997 tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina
(Hidajat, 2018).
tercakup dalam ISTA 1971 dan ISTA Rules untuk pengujian di laboratorium
dalam ISTA 1985 terutama untuk kelas benih dasar, benih pokok, dan benih sebar
(Ginting, 2012). Dasar dari sertifikasi benih menurut Prastowo et al.(2006)
adalah:
Perbenihan Tanaman.
sarana promosi bagi kualitas benih yang dihasilkan oleh produsen. Sertifikat
merupakan jaminan mutu benih bagi pengguna benih (Pitojo, 2003). Sertifikasi
benih adalah suatu program pengadaan benih yang berkualitas tinggi dari varietas-
varietas unggul. Benih yang bersertifikat dapat dihasilkan oleh petani, produsen
kemurnian dan identitas serta untuk benih dan varietas unggul dan dipakai sebagai
persediaan untuk petani (Chailani dan Djauhari, 2012). Sertifikasi benih menurut
Aak (1997) merupakan salah satu cara untuk melakukan pengawasan terhadap
hal yang penting dalam suatu proses budidaya. Pemilihan biasanya dilakukan
berdasarkan mutu dari benih tersebut. Benih yang terpilih dan sehat akan
adalah dengan memeriksa contoh kerja benih sedikit demi sedikit di atas meja
pemurnian benih dan dipisahkan antara benih murni, biji tanaman/varietas lain,
termasuk persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih
varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih.
mutu atau kualitas dari suatu jenis atau kelompok benih. Pengujian benih
suatu jenis atau kelompok benih. Manfaat dari uji pemurnian benih adalah dapat
contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan
benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih sangat
berkecambah, benih menguji benih yang diambil dari fraksi benih murni sehingga
hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai
benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk
Contoh kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, biji
dilakukan dengan cara menimbang berat benih padi dalam sebuah wadah dengan
yaitu biji spesies lain, benih murni, biji gulma, dan kotoran. Masing-masing
komponen tersebut. Data hasil pengamatan dimasukkan dalam tabel yang berisi
kelas yaitu:
2. Benih Dasar. Benih ini dihasilkan oleh Balai Benih Induk dan instansi lain
3. Benih Pokok. Benih ini merupakan keturunan pertama dari benih dasar.
4. Benih Sebar. Benih ini dihasilkan dari pertanaman benih pokok dengan
yaitu:
1. Tahap I, petani masih menggunakan benih sendiri, varietas, dan mutu benih
varietas lokal.
penyediaan benih bermutu hamper cukup, dan varietas unggul dengan cepat
4. Tahap IV, sistem perbenihan sudah sangat maju dan berjalan lancar dan
tanaman dengan petani. Dua tiang penyangga jembatan teknologi benih adalah:
1. Pemeliharaan varietas
2. Produksi benih
3. Pengolahan benih
4. Penyimpanan benih
2. Contoh campuran: Semua contoh primer dijadikan satu dan dicampur dalam
satu tempat.
4. Contoh kerja: Contoh benih yang diambil dari submitted sample dan
benih termasuk pula persentase berat benih murni (pure seed) yang meliputi
semua varietas dari setiap spesies yang diakui bagaimana yang dinyatakan oleh
Metode pengujian kemurnian benih menurut ISTA (2010) terbagi dalam dua
metode, yaitu :
sebanyak dua kali. Kelebihan dari metode duplo adalah untuk meningkatkan
ketetapan pengujian kemurnian benih. Beda antara hasil ulangan pertama dan
kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 5%. Setiap komponen
ditimbang lalu ditital dimana berat total seharusnya dengan berat mula-mula
keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa kurang. Persentase dari
setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing komponen dibagi
berat total dikali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau dua angka
dibelakang koma.
2. Metode simplo, merupakan metode yang digunakan untuk melakukan
satu kali. Kelebihan dari metode ini adalah waktu yang digunakan dalam
diatas meja permurnian benih. Benih-benih dipisahkan dengan pinset dari kotoran
benih, biji tanaman/varietas lain, biji gulma, dan kotoran gulma. Masing-masing
memuat metode pengujian benih yang telah diuji validitasnya dan diterima secara
laboratorium penguji benih yang independent, didirikan pada tahun 1924 bekerja
standar umtuk pengambilan contoh atau sampling dan pengujian benih serta
dasar untuk ISTA. Hal ini diperoleh melalui publikasi atau yang disebut ISTA
rules. Tujuan utama ISTA rules adalah untuk menyediakan metode pengujian
untuk calon benih yang ditanam atau menghasilkan tanaman. Sebagian besar
digunakan untuk makanan atau untuk tujuan teknis. Tugas dari ISTA yaitu
benih dan penerapan system manajemen mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura.
4. Pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.
5. Pelaksanaan sistem mutu dan pemberian hak penandaan hak Standar Nasional
benih serta pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan
2011).
Kriteria benih murni padi yaitu meliputi spikelet, floret, jali (cariopsis) utuh,
pecahan jali > ½ ukuran asli, tidak termasuk bulu yang panjangnya lebih dari
panjang spikelet atau floret ; kriteria benih murni jagung jali utuh, pecahan jali >
½ ukuran asli ; benih murni kedelai benih utuh dengan selaput (coat), pecahan
benih > ½ ukuran asli dengan selaput melekat (Huever, 2006). Kriteria mutu benih
jagung yang baik menurut Paeru dan Dewi (2017) adalah yang memiliki tingkat
kemurnian fisik benih, kotoran benih lain kurang dari 0,2%, tingkat
lain.
3. Keadaan benih bernas, sehat, tidak terdapat keriput atau bekas luka gigitan.
4. Mempunyai vigor yang baik.
5. Benih tidak tercampur dengan biji rumput atau kotoran dan biji-biji tanaman
lain.
Praktikum pengujian kemurnian benih ini dilakukan dengan menguji
kemurnian benih padi, jagung dan kedelai dengan bobot awal masing-masing 20
(BM) masing-masing sebesar 8,6 g, 18,5 g, dan 7,2 g dengan persentase masing-
masing 43%, 51,53% dan 27. Varietas lain (VL) masing-masing seberat 4,8 gram
pada jagung dan 1,8 gram pada kedelai, tidak ditemui varietas lain pada padi,
dengan persentase masing-masing pada jagung 13,37% dan kedelai 67%. Kotoran
benih (KB) masing-masing sebesar 11,4 g, 12,6 g dan 17,8 g dengan persentase
masing-masing 57%, 35,09% dan 66%. Hal ini dinyatakan oleh Wirawan dan
campuran varietas lain untuk benih padi maksimum sebesar 3%. Hal ini dapat
dimengerti karena jika campuran varietas lain terlalu banyak terdapat pada benih
varietas tertentu, maka label nama varietas pada kemasan benih tidak dapat
murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis atau spesies yang
sedang diuji. Benih varietas lain adalah jenis atau spesies lain yang ikut tercampur
dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Kotoran benih adalah benih dan
bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Benih padi diperoleh
persentase benih murni 44,52%, varietas lain 10,17%, dan kotoran benih 45,29%.
Benih jagung diperoleh benih murni 47,29%, varietas lain 31,68%, dan kotoran
benih 20,59%. Benih kedelai diperoleh persentase benih murni 44,2%, varietas
B. Saran
perhitungan harus dilakukan dengan benar agar hasil persentase kemurnian benih
menjadi akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Chailani, S.R. dan S. Djauhari. 2012. Penyakit Benih (Seed Patologi). UB Press,
Malang.
Ginting, S.P. 2012. Indigofera Sebagai Pakan Ternak. IAARD Press, Jakarta.
Gunawan, S. 2014. Kupas Tuntas Budi Daya dan Bisnis Lele. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hasanah. 2012. Peran mutu genetik dan fisiologik benih dan pengembangan
industri benih tanaman industri. Jurnal Litbang Pertanian. 21(3): 84-
91.
Ilyas, S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-Hasil Penelitian. IPB
Press, Bogor.
ISTA. 2010. International rules for seed testing: Edition 2010. The International
Seed Testing Association. Bassersdorf, Switzerland.
Justice, O.L. dan Louis N.B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali
Press, Jakarta.
Paeru, R.H. dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Prastowo, N.H., J.M. Roshetko, G.E.S. Maurung, E. Nugraha, J.M. Tukan, dan F.
Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. World Agroforestry Centre dan Winrock International, Bogor.
Qadir, A. 2013. Teknologi produksi dan sertifikasi benih. IPB Press, Bogor.
Sari, N.L.A.P. 2014. Penyimpanan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Pada
Berbagai Kadar Air Benih dan Jenis Kemasan. Skripsi. Jurusan
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih (edisi revisi). Raja Grafindo Persada, Jakarta.
LAMPIRAN