Acara 1 Tekben

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA I
PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

Oleh :
Bilanisa Almeyda
NIM. A1D017178
Rombongan 7
PJ Asisten : Meylia Rakhmawati

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi benih adalah ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat

memperbaiki sifat genetik dan fisik dari benih, mencakup kegiatan seperti

pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih,

pengolahan, penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih. Benih adalah

tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau

mengembangbiakkan tanaman yang berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil

perkecambahan, pendederan, atau perbanyakan aseksual, dan disebut juga bahan

tanam. Benih yang bukan berupa biji atau yang telah disemaikan disebut bibit.
Benih bermutu tinggi adalah benih yang memiliki mutu fisik (ukuran

seragam, kadar air tepat, bersih dari kotoran), mutu genetis (kemurnian spesies

yang tinggi), mutu fisiologis (daya berkecambah dan vigor), dan mutu saniter

(kesehatan benih) yang tinggi. Penggunaan benih bermutu tinggi dapat

meningkatkan hasil panen melalui dua cara: pertama, karena cepat berkecambah

dan pertumbuhannya seragam, menghasilkan tanaman yang kokoh, dan kedua

karena persentase perkecambahan yang tinggi, menyebabkan populasi tanaman

optimum.
Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang

terdapat dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga

merupakan deskripsi mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan

oleh pihak produsen merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh

persentase kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan

memisahkan benih ke dalam tiga komponen, yaitu benih murni (benih yang
dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih komoditas lain atau

varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk memperoleh

persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan

hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih murni.

Pengujian kemurnian benih merupakan pengujian untuk menghasilkan benih

berkualitas tinggi secara fisik, selain itu digunakan juga untuk mengetahui

komposisi contoh kerja pada pengujian-pengujian benih yang lainnya seperti uji

daya kecambah, uji bobot 1000 butir, uji kesehatan benih, uji ketahanan benih dan

sebagainya. Nilai dari pengujian kemurnian benih jika digabungkan dengan nilai

daya kecambah dapat digunakan untuk menghitung jumlah benih murni yang

hidup dari suatu lot benih Untuk menguji kemurnian benih harus diambil dari

suatu contoh kerja yang benar-benar dapat mewakili suatu lot benih yang akan

diuji. Untuk mendapatkan contoh kerja yang dapat mewakili suatu lot benih, maka

harus dilakukan pengambilan contoh benih dengan cara dan metode yang tepat.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum acara 1 adalah mampu

membedakan benih murni, biji tanaman lain, kotoran benih dan menghitung

persentase kemurnian benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Benih bermutu tinggi dicirikan oleh mutu fisik baik, kemurnian spesies

tinggi, daya berkecambah dan vigor tinggi, ukuran seragam, bebas dari biji gulma
dan penyakit seedborne, serta kadar air optimal. Untuk mendapatkan benih

bermutu tinggi, diperlukan pengawalan mutu benih sejak tanam hingga panen,

prosesing, dan penyimpanan. Parameter utama mutu benih adalah kemurnian

benih, kadar air, dan daya berkecambah. Ketiga parameter tersebut dipengaruhi

oleh faktor genetik, lingkungan, dan status benih (Ilyas, 2012).


Pengawasan mutu merupakan kegiatan penting dalam proses produksi benih

bermutu untuk menjaga mutu benih. Pengawalan mutu benih selayaknya mengacu

pada prinsip genetik dan agronomis agar benih yang dihasilkan memiliki

kemurnian genetik sesuai dengan keunggulan varietas. Penyimpanan benih

sebelum benih didistribusikan berperan penting dalam mempertahankan mutu

fisiologis benih. Faktor yang mempengaruhi fisiologi benih selama penyimpanan

adalah sifat genetik dan viabilitas awal benih, kemasan benih, komposisi gas

dalam ruang penyimpanan, serta suhu dan kelembaban ruang penyimpanan

(Qadir, 2013).
Faktor genetik benih adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang

memiliki genotip yang baik seperti hasil produksi yang tinggi, tahan terhadap

hama penyakit, dan responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik

atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik benih adalah benih yang

bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebas

dari kotoran, gulma dan hama penyakit. Faktor fisik lainnya yaitu benih memiliki

kadar air yang rendah (Mulsanti, 2011).

Kemurnian benih adalah persentase berat benih yang terdapat dari suatu

contoh benih (Sutopo, 2004). Kemurnian benih merupakan indikator seberapa

besar campuran bahan yang terikut selain benih. Pengujian kemurnian benih
sebaiknya dilakukan pertama kali sebelum dilakukan pengujian berikutnya.

Contoh benih yang akan diuji pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu:

1. Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau

secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih-benih

varietas lain dalam jenis tanaman tersebut. Benih murni terdiri dari: a. Benih

utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan benih sedikit

rusak ; b. Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah,

tetapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika

bentuknya sudah berubah maka termasuk sebagai kotoran benih ; c. Pecahan

benih. Biji dengan kotiledon terpisah dimasukkan dalam kriteria kotoran

benih.
2. Benih spesies lain adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan. Penentuan

benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih

murni.
3. Bahan lain (kotoran benih), meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-

bahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih (Sari, 2014).

Sertifikasi benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara

perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk diedarkan. Kegiatan ini merupakan

satu cara pengawasan mutu benih baik di lapangan maupun di laboratorium, untuk

menjamin tingkat kemurnian benih dengan pemberian sertifikat/label atas

perbanyakan benih dengan peraturan/prosedur yang berlaku. Tujuannya adalah

untuk memelihara kemurnian dan mutu varietas unggul agar tersedia secara

kontinu/berkesinambungan bagi petani. Di dalam pelaksanaan sertifikasi, varietas


yang disertifikasi harus merupakan varietas unggul yang telah mendapatkan

pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki. Setelah pengujian

lapangan dilakukan pengujian laboratorium yang meliputi pengujian kemurnian

varietas dan fisik, kadar air dan daya kecambah. Sertifikasi dilakukan oleh

pengawas benih tanaman yang berada di UPTD Perbenihan/Instalasi Pengawasan

dan Pengujian Mutu Benih (IP2MB) yang berada di Propinsi (Rudi dan Nengsih,

2008).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara 1 yaitu meja pemurnian,

pinset, petridish, plastik, label, dan timbangan listrik. Bahan-bahan yang

digunakan yaitu benih padi, benih jagung, benih kedelai. Alat dan bahan ini

digunakan untuk menunjang kelancaran praktikum.


B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum acara 1 adalah sebagai

berikut :

1. Alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum disiapkan


2. Contoh kerja dari benih yang ada di ambil dengan jalan pengurangan

memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan

timbangan.
3. Setelah itu contoh kerja sedikit demi sedikit di periksa di atas meja pemurnian

dengan teliti dan dipisahkan kedalam komponen – komponen : benih murni,

biji tanaman/varietas lain, biji gulma, dan kotoran benih.


4. Setelah dipisahkan kemudian masing-masing komponen (benih murni,

varietas lain, dan kotoran benih) dari ketiga contoh benih tersebut ditimbang.
5. Persentase masing-masing komponen ketiga benih tersebut dihitung

kemudian dimasukkan kedalam tabel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Hasil yang didapatkan pada praktikum acara 1 adalah:

Tabel 1.1. Perhitungan kemurnian benih


Berat Komponen Persentase
Komoditas
BM VL KB BM VL KB
1. Padi 17,5 4,0 17,8 44,52% 10,17% 45,29%
2. Jagung 24,1 16 10,4 47,72% 31,68% 20,59%
3. Kedelai 27,49 11,6 23,1 44,2% 18,65% 37,14%

Persentase Padi

% BM =
% VL =

% KB =

Persentase Jagung

% BM =

% VL =

% KB =

Persentase Kedelai

% BM =

% VL =

% KB =

B. Pembahasan

Tata cara untuk menjadi penangkar benih bina telah diatur oleh pemerintah.

Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura


No. I.HK.050.98.57 tahun 1998 memuat pedoman tata cara dan ketentuan umum

sertifikasi benih bina (Pitojo, 2004). Di Indonesia, cara pemberian setifikat benih

disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan Departemen Pertanian

dan diatur oleh Menteri Pertanian. Hal yang diatur meliputi penetapan ketentuan-

ketentuan tentang standar, prosedur, teknik administrasi sertifikasi benih,

penetapan benih dari jenis-jenis atau varietas untuk sertifikasi, dan penetapan

propinsi atau daerah yang menyediakan fasilitas untuk sertifikasi (Chailani dan

Djauhari, 2012). Landasan hukum sertifikasi perbenihan adalah Peraturan Menteri

Pertanian Tentang Pengujian, Penilaian dan Pelepasan Varietas Tanaman yang

merupakan Penyempurnaan dari Kepmentan No. 902/1996 dan No. 737/1998

serta Peraturan Menteri Pertanian Tentang Produksi, Pemasukan, Peredaran,

Pengeluaran dan Pengawasan Benih Bina yang merupakan penyempurnaan

kepmentan No. 803/1997 tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina

(Hidajat, 2018).

Sertifikasi benih di Indonesia untuk tanaman pangan maupun hortikultura

sudah tertata dengan baik walaupun belum sepenuhnya menerapkan peraturan

sertifikasi internasional. Perdagangan benih internasional mengacu pada program

OECD (Organization of Economic Co-operation Development) Seed Scheme

(Skema Benih OECD). Sistem sertifikasi benih yang diterapkan di Indonesia

tersebut sepenuhnya mengadopsi OECD Scheme untuk pengawasan di lapangan

tercakup dalam ISTA 1971 dan ISTA Rules untuk pengujian di laboratorium

dalam ISTA 1985 terutama untuk kelas benih dasar, benih pokok, dan benih sebar
(Ginting, 2012). Dasar dari sertifikasi benih menurut Prastowo et al.(2006)

adalah:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Tentang Sistem Budidaya Tanaman.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1995, Tentang

Perbenihan Tanaman.

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Tentang Pemerintah Daerah.

Sertifikasi benih memiliki arti penting bagi penangkar, produsen benih,

pemerintah, maupun pengguna benih. Sertifikat merupakan kepastian hukum dan

sarana promosi bagi kualitas benih yang dihasilkan oleh produsen. Sertifikat

merupakan jaminan mutu benih bagi pengguna benih (Pitojo, 2003). Sertifikasi

benih adalah suatu program pengadaan benih yang berkualitas tinggi dari varietas-

varietas unggul. Benih yang bersertifikat dapat dihasilkan oleh petani, produsen

benih dan badan-badan pemerintah. Sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara

kemurnian dan identitas serta untuk benih dan varietas unggul dan dipakai sebagai

persediaan untuk petani (Chailani dan Djauhari, 2012). Sertifikasi benih menurut

Aak (1997) merupakan salah satu cara untuk melakukan pengawasan terhadap

mutu benih baik di lapangan maupun di laboratorium sehingga tingkat kemurnian

benih tetap terjamin.

Sortasi adalah istilah yang digunakan untuk mengelompokkan benih

berdasarkan ukuran. Sortasi bisa dilakukan dengan frekuensi yang sering,

tergantung ukuran benih (Gunawan, 2014). Sortasi (pemilihan) merupakan suatu

hal yang penting dalam suatu proses budidaya. Pemilihan biasanya dilakukan
berdasarkan mutu dari benih tersebut. Benih yang terpilih dan sehat akan

menjamin keberhasilan dari kegiatan budidaya (Andriani, 2018).

Tahapan pengujian kemurnian benih yang dilakukan pada saat praktikum

adalah dengan memeriksa contoh kerja benih sedikit demi sedikit di atas meja

pemurnian benih dan dipisahkan antara benih murni, biji tanaman/varietas lain,

biji gulma, dan kotoran benih. Komponen-komponen tersebut kemudian

ditimbang dan hasilnya kemudian dimasukkan ke tabel dan dihitung. Pengujian

kemurnian benih menurut Hasanah (2012) merupakan kegiatan-kegiatan yang

bertujuan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih

termasuk persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih

varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih.

Menurut Sutopo (2008), pengujian kemurnian benih ditujukan untuk mengetahui

mutu atau kualitas dari suatu jenis atau kelompok benih. Pengujian benih

dilakukan dilaboratorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun fisiologik

suatu jenis atau kelompok benih. Manfaat dari uji pemurnian benih adalah dapat

memperoleh keahlian dalam pengambilan contoh benih dengan mendapatkan

contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman dan mengenal alat pengambilan

contoh benih (Kamil, 1986).

Praktikum yang dilakukan sesuai dengan pendapat Kartika (2014) bahwa

benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih sangat

penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pengujian daya

berkecambah, benih menguji benih yang diambil dari fraksi benih murni sehingga

hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai
benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk

mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan

mencerminkan komposisi benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian.

Contoh kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, biji

gulma dan kotoran.

Pelaksanaan uji kemurnian benih yang dilaksanakan Kartasapoetra (2003)

dilakukan dengan cara menimbang berat benih padi dalam sebuah wadah dengan

timbangan analitik yang selanjutnya dipisahkan berdasarkan empat komponen

yaitu biji spesies lain, benih murni, biji gulma, dan kotoran. Masing-masing

komponen kemudian ditimbang kembali dan dihitung presentasi dari setiap

komponen tersebut. Data hasil pengamatan dimasukkan dalam tabel yang berisi

keterangan berat masing-masing komponennya.

Klasifikasi benih BPSB menurut Rukmana (1998) dibedakan atas empat

kelas yaitu:

1. Benih Penjenis. Benih ini diproduksi di Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pertanian atau instansi lain yang ditunjuk.

2. Benih Dasar. Benih ini dihasilkan oleh Balai Benih Induk dan instansi lain

yang ditunjuk oleh Badan Benih Nasional.

3. Benih Pokok. Benih ini merupakan keturunan pertama dari benih dasar.

Prosedur memproduksi benih pokok diawasi oleh petugas BPSBTPH.

4. Benih Sebar. Benih ini dihasilkan dari pertanaman benih pokok dengan

persyaratan tertentu dan diawasi petugas BPSBTPH.


Douglas membagi perkembangan sistem perbenihan menjadi empat tahap,

yaitu:

1. Tahap I, petani masih menggunakan benih sendiri, varietas, dan mutu benih

serta cara budidayanya tradisional.

2. Tahap II, beberapa petani menggunakan benih bermutu, mulai terdapat

pengusaha benih secara komersial, varietas unggul mulai menggantikan

varietas lokal.

3. Tahap III, beberapa komponen sistem perbenihan telah dilaksanakan,

penyediaan benih bermutu hamper cukup, dan varietas unggul dengan cepat

mengganti varietas lokal.

4. Tahap IV, sistem perbenihan sudah sangat maju dan berjalan lancar dan

peraturan perbenihan telah dijalankan.

Klasifikasi benih menurut Dr. Turner menghubungkan antara pemulia

tanaman dengan petani. Dua tiang penyangga jembatan teknologi benih adalah:

1. Percobaan dan pendaftaran varietas

2. Sertifikasi dan pengujian benih

Lantai jembatan teknologi benih dibagai menjadi 5 yaitu:

1. Pemeliharaan varietas

2. Produksi benih

3. Pengolahan benih

4. Penyimpanan benih

5. Distribusi dan pemasaran benih


Klasifikasi benih menurut ISTA (International Seed Testing Association)

dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Contoh primer: Benih diambil dalam jumlah yang besar.

2. Contoh campuran: Semua contoh primer dijadikan satu dan dicampur dalam

satu tempat.

3. Contoh submitted sample: Contoh campuran yang dikurangi sampai jumlah

tertentu sesuai dengan yang ditetapkan kemudian dikirim ke laboratorium.

4. Contoh kerja: Contoh benih yang diambil dari submitted sample dan

digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium.

Pengujian benih khususnya dalam pengujian kemurnian benih merupakan

kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen

benih termasuk pula persentase berat benih murni (pure seed) yang meliputi

semua varietas dari setiap spesies yang diakui bagaimana yang dinyatakan oleh

pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium (Justice, 2002).

Metode pengujian kemurnian benih menurut ISTA (2010) terbagi dalam dua

metode, yaitu :

1. Metode duplo, merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji

kemurnian benih dengan cara pengambilan dari contoh benih dilakukan

sebanyak dua kali. Kelebihan dari metode duplo adalah untuk meningkatkan

ketetapan pengujian kemurnian benih. Beda antara hasil ulangan pertama dan

kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 5%. Setiap komponen

ditimbang lalu ditital dimana berat total seharusnya dengan berat mula-mula

keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa kurang. Persentase dari
setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing komponen dibagi

berat total dikali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau dua angka

dibelakang koma.
2. Metode simplo, merupakan metode yang digunakan untuk melakukan

pengujian kemurnian benih dengan cara pengambilan contoh benih dilakukan

satu kali. Kelebihan dari metode ini adalah waktu yang digunakan dalam

melakukan pengujian relatif singkat dan cepat.

Gambar 1. Skema pengujian analisis kemurnian benih

Metode yang digunakan pada saat praktikum adalah menggunakan metode

konvensional. Metode tersebut merupakan metode sederhana yang dilakukan

diatas meja permurnian benih. Benih-benih dipisahkan dengan pinset dari kotoran

benih, biji tanaman/varietas lain, biji gulma, dan kotoran gulma. Masing-masing

komponen yang sudah dipisahkan kemudian ditimbang dan dihitung persentase

berat benih murni.


International Seed Testing Associstion (ISTA) merupakan acuan yang

memuat metode pengujian benih yang telah diuji validitasnya dan diterima secara

internasional di dunia perdagangan benih. ISTA adalah asosiasi untuk

laboratorium penguji benih yang independent, didirikan pada tahun 1924 bekerja

untuk sebuah visi keseragaman dalam pengujian benih di tingkat internasional.

Misi ISTA adalah mengembangkan, mengadaptasi dan mempublikasikan prosedur

standar umtuk pengambilan contoh atau sampling dan pengujian benih serta

mendorong keseragaman aplikasi prosedur tersebut untuk evaluasi pertukaran

benih dalam perdagangan internasional. Kebutuhan untuk pengujian benih yang

reliable dan reproducible diantara anggota yang terakreditasi adalah kebutuhan

dasar untuk ISTA. Hal ini diperoleh melalui publikasi atau yang disebut ISTA

rules. Tujuan utama ISTA rules adalah untuk menyediakan metode pengujian

untuk calon benih yang ditanam atau menghasilkan tanaman. Sebagian besar

metode pengujian dapat diaplikasikan untuk evaluasi kualitas benih yang

digunakan untuk makanan atau untuk tujuan teknis. Tugas dari ISTA yaitu

melaksanakan pengembangan serta pemberian bimbingan teknis pengujian mutu

benih dan penerapan system manajemen mutu benih tanaman pangan dan

hortikultura. Peranan dari ISTA yaitu :

1. Penyusunan program dan evaluasi pengembangan pengujian mutu benih serta

pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan system

manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.


2. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian laboratorium

sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura.


3. Pelaksanaan uji banding antar laboratorium benih tanaman pangan dan

hortikultura.
4. Pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.
5. Pelaksanaan sistem mutu dan pemberian hak penandaan hak Standar Nasional

Indonesia pada pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura.


6. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan

penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.


7. Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu

benih serta pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan

system manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura (Amrik,

2011).
Kriteria benih murni padi yaitu meliputi spikelet, floret, jali (cariopsis) utuh,

pecahan jali > ½ ukuran asli, tidak termasuk bulu yang panjangnya lebih dari

panjang spikelet atau floret ; kriteria benih murni jagung jali utuh, pecahan jali >

½ ukuran asli ; benih murni kedelai benih utuh dengan selaput (coat), pecahan

benih > ½ ukuran asli dengan selaput melekat (Huever, 2006). Kriteria mutu benih

jagung yang baik menurut Paeru dan Dewi (2017) adalah yang memiliki tingkat

kemurnian fisik benih, kotoran benih lain kurang dari 0,2%, tingkat

perkecambahan minimal 86%, tingkat kesehatan benih minimal 98%, kebenaran

varietas 100%, dan daya simpan benih antara 1-5 tahun.


Ciri ciri kedelai yang bernutu baik menurut Rukmana dan Yuniarsih (1996)

adalah sebagai berikut:


1. Mempunyai daya kecambah tinggi (di atas 80%).
2. Kemurniannya tinggi (98% - 100%) atau tidak tercampur dengan varietas

lain.
3. Keadaan benih bernas, sehat, tidak terdapat keriput atau bekas luka gigitan.
4. Mempunyai vigor yang baik.
5. Benih tidak tercampur dengan biji rumput atau kotoran dan biji-biji tanaman

lain.
Praktikum pengujian kemurnian benih ini dilakukan dengan menguji

kemurnian benih padi, jagung dan kedelai dengan bobot awal masing-masing 20

g, 35,9 g dan 26,8 g. Setelah dilakukan pengujian kemurnian benih dan

penimbangan menggunakan timbangan analitik, diperoleh bobot benih murni

(BM) masing-masing sebesar 8,6 g, 18,5 g, dan 7,2 g dengan persentase masing-

masing 43%, 51,53% dan 27. Varietas lain (VL) masing-masing seberat 4,8 gram

pada jagung dan 1,8 gram pada kedelai, tidak ditemui varietas lain pada padi,

dengan persentase masing-masing pada jagung 13,37% dan kedelai 67%. Kotoran

benih (KB) masing-masing sebesar 11,4 g, 12,6 g dan 17,8 g dengan persentase

masing-masing 57%, 35,09% dan 66%. Hal ini dinyatakan oleh Wirawan dan

Wahyuni (2002) bahwa untuk dapat memenuhi syarat memperoleh sertifikasi,

campuran varietas lain untuk benih padi maksimum sebesar 3%. Hal ini dapat

dimengerti karena jika campuran varietas lain terlalu banyak terdapat pada benih

varietas tertentu, maka label nama varietas pada kemasan benih tidak dapat

mencerminkan keunggulan benih tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kemurnian benih yaitu benih

murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis atau spesies yang

sedang diuji. Benih varietas lain adalah jenis atau spesies lain yang ikut tercampur

dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Kotoran benih adalah benih dan

bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Benih padi diperoleh
persentase benih murni 44,52%, varietas lain 10,17%, dan kotoran benih 45,29%.

Benih jagung diperoleh benih murni 47,29%, varietas lain 31,68%, dan kotoran

benih 20,59%. Benih kedelai diperoleh persentase benih murni 44,2%, varietas

lain 18,65%, dan kotoran benih 37,14%.

B. Saran

Praktikan disarankan melakukan pemisahan setiap komponen benih dengan

teliti pada saat membedakannya, pada saat melakukan penimbangan dan

perhitungan harus dilakukan dengan benar agar hasil persentase kemurnian benih

menjadi akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1997. Budidaya Durian. Kanisius, Yogyakarta.

Amrik, H. 2011. International Seed Testing Associaton. Pengawas Benih Madya,


Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian. Dinas Pertanian
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Andriani, Y. 2018. Budidaya Ikan Nila. Deepublish Publisher, Yogyakarta.

Chailani, S.R. dan S. Djauhari. 2012. Penyakit Benih (Seed Patologi). UB Press,
Malang.

Ginting, S.P. 2012. Indigofera Sebagai Pakan Ternak. IAARD Press, Jakarta.

Gunawan, S. 2014. Kupas Tuntas Budi Daya dan Bisnis Lele. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hasanah. 2012. Peran mutu genetik dan fisiologik benih dan pengembangan
industri benih tanaman industri. Jurnal Litbang Pertanian. 21(3): 84-
91.

Hidajat, J.R. 2018. Konsepsi revitalisasi sistem perbenihan tanaman. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jakarta.

Huever, M. 2006. Introduction to Seed Testing. IAC Wageningen, Netherlands.

Ilyas, S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-Hasil Penelitian. IPB
Press, Bogor.

ISTA. 2010. International rules for seed testing: Edition 2010. The International
Seed Testing Association. Bassersdorf, Switzerland.

Justice, O.L. dan Louis N.B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali
Press, Jakarta.

Kamil, J. 1986. Teknologi Benih 1 Cetakan ke 10. Angkasa Raya, Bandung.

Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan


Praktikum. Rineka Cipta, Jakarta.

Kartika. 2014. Dasar-Dasar Teknologi dan Produksi Benih. Balai Pengujian


Kemurnian Benih, Cirebon.
Mulsanti, W.I. 2011. Identifikasi dan Evaluasi Kemurnian Genetik Benih Padi
Hibrida Menggunakan Marka Mikrosatelit. Thesis. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Paeru, R.H. dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius, Yogyakarta.

_______. 2004. Benih Kentang. Kanisius, Yogyakarta.

Prastowo, N.H., J.M. Roshetko, G.E.S. Maurung, E. Nugraha, J.M. Tukan, dan F.
Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. World Agroforestry Centre dan Winrock International, Bogor.

Qadir, A. 2013. Teknologi produksi dan sertifikasi benih. IPB Press, Bogor.

Rudi, H. dan Y. Nengsih. 2008. Penggunaan benih bermutu untuk meningkatkan


produksi menuju ketahanan pangan. Jurnal Imiah Universitas
Batanghari Jambi. 8(3): 9-15.
Rukmana, R. 1998. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai: Budidaya dan Pascapanen.


Kanisius, Yogyakarta.

Sari, N.L.A.P. 2014. Penyimpanan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Pada
Berbagai Kadar Air Benih dan Jenis Kemasan. Skripsi. Jurusan
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih (edisi revisi). Raja Grafindo Persada, Jakarta.

________. 2008. Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Wirawan, B. dan Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar


Swadaya, Jakarta.

LAMPIRAN

Penimbangan benih jagung Pemisahan benih di meja kemurnian

Anda mungkin juga menyukai