III - Replikasi Dan PCR
III - Replikasi Dan PCR
III - Replikasi Dan PCR
Nematoda
Nemathelminthes
Filaria
Morphology and Classification
• Cacing berbentuk panjang, simetris bilateral, panjang
tubuh bervariasi (kurang dari mm hingga m).
• Dinding tubuhnya memiliki kutikula aseluler, dengan
tekstur halus, bergelombang, berduri, dan memiliki
tonjolan.
• Pada bagian anterior, memiliki suckers (penghisap),
hooks (pengait), gigi, atau plates untuk pelekatan.
Physiology
• Helminthes parasit makan dengan cara melalui proses
pencernaan atau dengan absorpsi cairan tubuh,
melisiskan jaringan atau isi usus inangnya.
• Respirasi anaerobik, meskipun beberapa larva ada yang
aerobik.
• Helminthes, umumnya, ovipar (menghasilkan telur), akan
tetapi ada yang vivipar (beranak).
• Pertahanan diri terhadap inang melalui kutikula dan
menyekresikan enzim. Sebagai contoh, Schistosoma
dapat melindungi dirinya dari sistem imun inang dengan
bergabung pada antigen inang melalui kutikulanya.
1. PLATYHELMINTHES
Filum Platyhelminthes (cacing pipih)
Ada 3 kelas :
• Kelas Planaria: non parasit, hidup bebas
Planaria Cestoda
A. CESTODA
CIRI – CIRI CESTODA:
Tubuh pipih dorsoventral, panjang seperti pita.
Tidak mempunyai saluran pencernaan dan pembuluh
darah.
Hermafrodit.
Tubuh terdiri dari :
1. Scolex
2. Leher
3. Strobila: mempunyai banyak segmen (proglottid)
proglottid immature, mature & gravid
Terdiri dari 2 ordo :
1) Pseudophyllidea (mempunyai lubang uterus)
2) Cyclophyllidea (tidak mempunyai lubang uterus)
Klasifikasi cestoda berdasarkan
habitat:
1. Cestoda Usus :
• Taenia solium
• Taenia saginata
• Diphyllobothrium latum
• Hymenolepis nana
• Hymenolepis diminuta
• Dipylidium caninum
2. Cestoda Jaringan (dalam bentuk larva)
• Echinococcus granulosus kista hidatid
• Taenia solium cysticercus cellulosae
• Diphyllobothrium sparganum
Taenia saginata &
Taenia solium
Cestoda Usus:
Taenia saginata = cacing pita pada sapi.
Penyebab Taeniasis saginata pada manusia
Distribusi geografis: Kosmopolit
Masa hidup: sampai 25 tahun dan bisa tumbuh hingga 10
m.
Hospes
DH : manusia
IH : sapi/kerbau
Habitat: Usus halus (jejunum) bagian atas
MORFOLOGI
• TELUR: 30-40 µm, bulat, kulit telur tebal dan mempunyai
garis-garis radial, berisi embrio hexacanth (onkosfer)
• LARVA : Cysticercus bovis (Pada jaringan organ tubuh
sapi), 5 x 9 mm
• DEWASA : panjang 4-10 m
Scolex : segi 4, Ø 1-2 mm, mempunyai 4 buah sucker,
tidak mempunyai rostelum & kait
• Strobila : tdd 1000 – 2000 proglotid immature, mature,
gravid (uterus gravid tdd 15-30 cabang lateral). Dalam 6-9
rentet proglotid bisa berisi 100.000 telur.
Gejala klinis
- Rasa tidak enak di perut,
mual, muntah, diare.
- Bila cacing dewasa
banyak obstruksi usus
ileus.
- Eosinofilia ringan.
Cestoda Usus:
Taenia solium = cacing pita pada babi.
• Penyebab Taeniasis solium pada manusia
• Distribusi geografis: Kosmopolit. Di Indonesia, endemik di
Papua, Bali, dan Sumatera Utara.
• Masa hidup: sampai 25 tahun
• Hospes/host: :
• DH : Manusia
• IH : Babi
• Habitat: Usus halus (jejunum bagian atas)
MORFOLOGI
• TELUR: 30-40µm, bulat, kulit telur tebal dan mempunyai
garis-garis radial, berisi embrio hexacanth
• LARVA: berupa cysticercus cellulosae (pada jaringan
organ tubuh babi), 5 x10 mm.
• Dewasa: Panjang 2-4 m
• Scolex : segi 4, Ø 1 mm, mempunyai 4 buah sucker &
rostellum dengan 2 baris kait 25-30 kait
• Strobila: tdd 800-1000 proglotid immature , mature &
gravid (uterus gravid memp 7-12 cabang lateral)
PENGOBATAN TAENIASIS
• Praziquantel 50 mg/kgBB, dosis tunggal
• Mebendazol, 2x200 mg/hari, 4 hari
• Abendazol
• Dewasa: 400 mg/hari, 3 hari
• 1-2 th : 200 mg dosis tunggal
• Atabrin
PENCEGAHAN TAENIASIS
• Pengobatan penderita
• Pengawasan daging babi & sapi
• Memasak daging di atas 50°C selama 30’
• Pembekuan daging pada minimal -2°C
• BAB pada jamban
• Note : Pengawetan daging dengan cara pengasinan tidak
selalu berhasil dengan baik
Taenia solium Taenia saginata
Infeksi yang disebabkan oleh
Larva Taenia solium
Cara infeksi : tertelan telur Taenia solium, misalnya:
• Menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja
penderita taeniasis
• Melalui mulut karena tangan yang tercemar tinja
• Autoinfeksi interna karena tertelan muntahan berasal dari
lambung yang mengandung telur cacing akibat terjadinya
gerak peristaltik balik usus
Gejala klinis
• Tergantung lokasi larva
pada SC & Otot gejala ringan
pada Otak epilepsi & hydrocephalus
pada Mata keradangan pada iris, retina & conjunctiva
Image:Centerisanimageofa Taeniaeggata highmagnificationof400x.WhenconsumedbyhumansTaeniaeggscan
leadtocysticercosis,includinga seriousconditionknownasneurocysticercosis.Ontheleftandrightarex-rayimagesof
humanswithneurocysticercosis.Thedarkerregionsarecystsinthebrainofthepatient.
Credit(LtoR):WestchesterMedicalCenter,PHIL,TheCysticercosisWorkingGroupinPeru.
• Pengobatan :
• Prazikuantel 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
• Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
• Operasi
• Pencegahan :
- pengobatan penderita taeniasis
- personal hygiene
(mencegah autoinfeksi)
Diphyllobothrium latum
Diphyllobothrium latum
• Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan): parasit, panjang
bisa sampai 10 m, hidup di usus halus, difilobotriasis.
• Tidak terdapat di Indonesia. Ditemukan di wilayah: Baltic
dan Negara2 Skandinavia, Rusia, Swiss, Itali, Jepang,
China, Asia Pasifik, Chili & Argentina.
• The increasing popularity of raw fish dishes such as
Japanese sushi and sashimi may lead to increased
prevalence of this disease in the United States.
• Among Ontario Indians, infection is acquired by eating
fresh salted fish. Even when fish is appropriately cooked,
individuals may become infected by sampling the flesh
during the process of preparation.
Diphyllobothrium latum
Siklus Infeksi
• On reaching fresh water they hatch, releasing ciliated,
free-swimming larvae or coracidia.
• If ingested within a few days by small freshwater
crustaceans of the genera Cyclops or Diaptomus, they
develop into procercoid larvae.
• When the crustacean is ingested by a freshwater or
anadromous marine fish, the larvae migrate into the
musculature of the fish and develop into infectious
plerocercoid larvae.
• Humans are infected when they eat improperly prepared
freshwater fish containing such forms.
Diphyllobothrium latum
Gejala dan Penanganan
• Gejala: Most infected patients are asymptomatic. On
occasion, however, they have complained of epigastric
pain, abdominal cramping, vomiting, and weight loss.
• Terjadi defisiensi vitamin B12.
• Penanganan: Personal protection can be accomplished
by thorough cooking of all salmon and freshwater fish.
Echinococcus granulosus
Echinococcus granulosus
• Penyakit: Echinococcosis (infeksi jaringan), Hydatid
disease, Hydatid cyst, Hydatidosis.
• Hospes
• DH: Anjing, serigala, kucing (jarang), carnivora lain
• IH : Herbivora, manusia
• Distribusi geografik: Penyebaran terjadi hampir di
seluruh dunia terutama di daerah peternakan lembu,
kambing, domba yang terjadi kontak dekat dengan anjing.
• Parasit ini ditemukan di Australia, Selandia Baru, Afrika,
Amerika Selatan, Eropa, RRC, Jepang, Filipina, Arab.
MORFOLOGI
Cacing dewasa :
Panjang 2,5–9 mm
Tdd
Proglottid :
Immature
Mature
PENCEGAHAN:
• Membasmi tikus & serangga yang dapat berfungsi
sebagai hospes perantara.
Perbandingan morfologi H. nana dan H. diminuta
H. nana H. diminuta
4 batil isap rostelum 4 batil isap tanpa
Skoleks
dengan kait kait
Segmen Ovarium
Dua lobus Dua lobus
yang matang