Cestoda Usus Ump
Cestoda Usus Ump
Cestoda Usus Ump
CLASS CESTOIDEA
Subclass Cestoda
Ordo Cyclophyllidea*
Ordo Pseudophyllidea
Morfologi umumnya terdiri dari;
Scolex: Batil isap (sucker) atau spatula dilengkapi alat lekuk
isap (groove)
Dengan/tanpa rostellum (tonjolan di scolex)
Dengan/tanpa kait-kait
Leher: sangat kecil, hanya beberapa millimeter, selalu
menghasilkan segmen/proglottid baru.
Strobilla/badan: dapat pendek/panjang ; 3 mm-10 meter.
Terdiri dari segmen-segmen/proglottides ; jumlah= 3s/d 4000
Terdiri dari: proglottid muda=immature
proglottid matang=mature
proglottid gravid=hamil
Alat kelamin: Hermaphrodit satu set pada 1 cacing, ada yang dua
set pada: Dipylidium caninum
Telur: Biasanya sulit membedakannya disebut telur Taenia
species. Berisi embryo ada yang disebut: Oncosphere
mempunyai 6 kait dan di luar dilapisi oleh;
embryophore (seper ti struktur radier/ jari-jari
sepeda).
Morfologi:
Ukuran panjang: 5 - 10 m
Sclolex Besar, segi 4 tanpa rostellum dan kait , alat hisap
mungkin berwarna. Ukuran: 1-2 mm
Strobila
- jumlah proglotid 1000-2000
- panjang proglotid 20x0,5 mm
- lubang kelamin : ujung lateral, posterior
- pengeluaran: proglotid dikeluarkan 1 per 1 dan menekan
spinchter anal. Proglotid gravid keluar secara spontan.
Pada Proglotid Matang
Vagina: ada spincter vagina
Ovarium: ada 2, tanpa lobus aksesoris.
Testis 300-400 folikel
Hospes perantara hewan ternak, terutama sapi dan kerbau.
oncosphere
+
3 pasann
kait
15-30 cabang uterus
perlateral
Gravid Proglotitd
• SIKLUS HIDUP
• PATOGENESIS &
SIMPTOMATOLOGI
Patogenesis
Taenia saginata mengganggu fungsi normal tractus
digestivus.
Simptomatologi
Diare
Nyeri perut yang muncul tiba-tiba
Turun berat badan
Nausea
Vomiting
Kolik usus
Sindrom peptic ulcer
Gall-bladder disease
Epilepsi
Kolera
Strabismus
Ilusi optik
Diplopia
Rusaknya pupil
Leukositosis dengan eosinofilia 6-34%
• DIAGNOSIS
Terdapat telur atau proglotid gravid pada feses dan di
perianal
Diagnosis spesifik menemukan scolex
Memeriksa proglotid gravid dan melihat cabang-cabangnya
•PROGNOSIS &
PENGOBATAN
Prognosis
Pada dasarnya infeksi cacing ini tidak berbahaya, seperti cacing
pita lainnya.
Dibutuhkan terapi yang baik untuk penanggulangannya.
Pengobatan
Quinacrine USP
Bithionol
Nausea dan vomiting berkurang jika diberikan campuran
Quinacrine dan Sodium Bikarbonat
Mepacrine
Dichlorafen
Yomesan
Praziquantel
Albendazole
• EPIDEMIOLOGI
Infeksi pada manusia terjadi karena konsumsi daging sapi yang
mengandung Cysticercus bovis larva.
Padang rumput yang di pinggir sungai yang tercemar tinja
manusia merupakan sumber infeksi pada sapi.
2. Taenia solium
Sejarah
Klasifikasi
Morfologi & Gambar
Siklus Hidup
Patogenesis & Simptomatologi
Diagnosis
Prognosis & Pengobatan
Epidemiologi
• SEJARAH
Penemu Taenia solium adalah Linnaeus pada tahun 1758
Aristophanes dan Aristotle menjelaskan stadium larva pada air liur
Gessner pada tahun 1558 dan Rumler 1558 menjelaskan stadium
larva pada manusia
Kuchenmeister pada tahun 1855 dan Leuckart pada tahun 1856
menjelaskan siklus hidup Taenia solium pada babi
• KLASIFIKASI
Nama Latin : Taenia solium
Phylum : Platyhelminthes
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Kelas : Cestoda
Genus : Taenia
Species : Taenia solium
Nama Daerah : Cacing pita babi
Pengobatan:
Diberikan niklosamid atau prazikuantel per-oral (melalui mulut).
Quinacrine USP
Bithionol
Nausea dan vomiting berkurang jika diberikan campuran Quinacrine dan Sodium
Bikarbonat
Mepacrine
Dichlorafen
Yomesan
Praziquantel
Albendazole
Pengobatan Taeniasis dan sistiserkosis
a) Praziquantel dengan dosis 50 mg/kg
BB/hari, dosis tunggal /dibagi 3 dosis per oral
selama 15 hari, atau
b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis
tunggal dibagi 3 dosis per oral selama 7 hari
Untuk pengobatan dengan praziquantel
maupun albendazole, reaksi dari tubuh dapat
dikurangi dengan
memberikan kortikosteroid (prednison
1mg/kg BB/hari dosis tunggal/dibagi 3 dosis
atau dexamethasonedengan dosis yang
setara dengan prednison).
. Pemberian praziquantel maupun albendasole
harus dibawah pengawasan petugas
kesehatan atau dilakukan dirumah sakit.
• EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terserbar di seluruh dunia, sering dijumpai di daerah dimana
orang-orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging sapi atau babi
mentah atau yang dimasak tidak sempurna, dimana kondisi kebersihan
lingkungannya jelek sehingga babi, dan sapi makanannya tercemar dengan
tinja manusia.
Angka kejadian paling tinggi dari penyakit ini adalah di negara-negara seperti
Amerika Latin, Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara di Eropa Timur, dan
infeksi sering dialami oleh para imigran yang berasal dari daerah tersebut.
Penularan T. solium jarang terjadi di Amerika, Kanada, dan jarang sekali terjadi
di Inggris, dan di negara-negara Skandinavia.
Penularan oro- fekal oleh karena kontak dengan imigran yang terinfeksi oleh
T. solium dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang meningkat di Amerika. Para
imigran dari daerah endemis nampaknya tidak mudah untuk menyebarkan
penyakit ini ke negara-negara yang kondisi sanitasinya baik.
Perbedaan Karakteristik
Taenia solium dan Taenia saginata
Panjang 3-4 m 5-10 m
Scolex Ukuran: 1 mm 2 mm
Globuler Globuler
4 batil isap 4 batil isap
Rostellum+kait Tidak ada
Skoleks :
-bentuknya globuler/ bulat, mempunyai 4 batil isap
-dilengkapi rostellum retraktil pendek dengan sebaris kait
sekitar 20-30
-rostellum berinvaginasi di ujung organ
-bentuk kait seperti garpu tala.
Morfologi Telur Hymenolepis nana
oncosphere
filamen
Siklus Hidup Hymenolepis nana
Tidak dibutuhkan hospes perantara dan semua perkembangan dari larva
ke dewasa terjadi pada satu hospes.
Cacing tidak memperbanyak diri dalam tubuh hospes definitif.
Telur yang matang tertelan lalu embrio hexacanth menetas. Embrio
membenamkan diri dalam vili usus halus dan berkembang selama
empat hari menjadi cysticercoid, setelah dewasa vili akan pecah,scolex
atau larva masuk ke lumen intestinum lalu menempel pada vili yang
berada di ujung lalu menjadi cacing dewasa. Proses ini dalam 30 hari
setelah infeksi telur mulai ditemukan di feses, beberapa telur menetap
di perut dan memulai siklus lagi.
Selain siklus langsung di atas, sebuah siklus tidak langsung telah
ditemukan, beberapa pinjal tikus dan kumbang bertindak sebagi
hospes perantara dan menularkan infeksi ke manusia(anak-anak), hal
ini terjadi di Argentina.
Gambar Siklus Hidup Hymenolepis nana
Patogenesis Hymenolepis nana
Gejala : Makanan yang terkontaminasi telur
Hymenolepis nana menyebabkan terjadinya
autoinfeksi yang meningkatkan jumlah parasit.
Biasanya tidak ada gejala, namun jika infeksi
parah dapat terjadi nyeri pada perut dan diare.
Diagnosis: berdasarkan adanya telur pada
pemeriksaan mikroskop sampel feses
Pengobatan: Mepacrine, Diclorofen, Yomesan.
Epidemiologi Hymenolepis nana
Pada manusia, infeksi Hymenolepis nana lebih banyak
terjadi daripada infeksi oleh Hymenolepis diminuta.
Hymenolepis nana adalah penyebab utama dari semua
infeksi cestoda dan menyebar di seluruh dunia.
Pada daerah tropis angka kejadian lebih tinggi pada anak-
anak.
Penularan terjadi melalui kontak langsung, kontaminasi
makanan dengan telur matang dan autoinfeksi.
Hymenolepis nana dilaporkan lebih banyak terjadi di Eropa
dan Amerika Latin.
Hymenolepis diminuta
Kingdom Animalia
Phylum Platyhelminthes
Class Cestoda
Order Cyclophyllidea
Family Hymenolepididae
Species Hymenolepis diminuta
:
Sejarah
Sinonim :
Gambar 2. Proglotid-proglotid
pada segmen kecil:
Morfologi Telur
1. Telur berbentuk ovoid tidak teratur
2. Ukuran 45-46 μm x 49-50 μm
3. Ada dua lapisan telur:
Luar: lapisan embrionik
Lapisan dalam dengan bentuk dua tonjolan seperti
tanduk pada satu sisi= bicornuate protussion.
Gambar 3. Telur
Proglotid-proglotid telur
Permeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan lab menunjukkan kadar hemoglobin yang mencapai level
110 g/l, jumlah eritrosit 3,9 x 1012 (pangkat dua belas) sel/l.
Bila ditemukan adanya telur dengan bentuk piriform dan dilengkapi
kait, serta distribusi geografisnya ditelusuri, maka dapat infeksi cestoda
dapat diidentidikasikan sebagai Bertiella studeri.
Diagnosis
Aspek klinis :
Cacing akan keluar dari hospes dengan pemberian
Niclosamide atau obat cacing lain (Shoura & Morsy, 1974 ;
Dissanaike et al., 1977) atau dapat keluar secara spontan
(Edirisinghe & Cumarajan, 1976)
Pasien kelihatan sehat, pemeriksaan kesehatan rutin
menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan fungsi
jantung, paru-paru, hati, dan limpa. Walaupun pasien
terkadang merasa sakit perut, tetapi perutnya tetap lembut,
tidak mengeras.
Proglotid yang keluar bersama feses dapat mencapai 133
buah. Dengan rata-rata panjangnya 0,1 cm, maka panjang
proglotid secara keseluruhan mencapai 13 cm. Setiap
segmen lebarnya 0,68-1,10 cm.
Prognosis
Cukup baik;
Bertiellosis tidak menimbulkan kecacatan.
Infeksi tidak menimbulkan masalah pada fungsi jantung,
paru-paru, hati, dan limpa.
Umumnya pasien dapat sembuh dengan mengkonsumsi
obat antihelminthik, misalnya niclosamide.
Pengobatan
Pengobatan dengan Diclorophen.
Niclosamide merupakan obat anti cacing keluarga
yang efektif membasmi cestoda yang menginfeksi
manusia. Niclosamide digunakan khususnya untuk
mengatasi cacing pita. Niclosamide merupakan
obat tablet oral yang bisa dikunyah, dosisnya
tergantung umur dan bobot tubuh penderita.
Pencegahan terhadap Bertiellosis adalah dengan
membatasi interaksi antara manusia dengan faktor
penyebab penyakit atau hospesnya.
Pengobatan
Berbagai agen antihelminthik efektif melawan
Bertiella. Quinacrine34 yang diberikan akan
memindahkan seluruh tapeworm dengan scolex.
Antihelminthik lainnya yaitu niclosamide (1-2g)
diberikan per oral7,10,28,29,34,41 , praziquantel
(10 mg/kg, single dose26,34) dan albendazole34.
Praziquantel menyebabkan kerusakan bagian
permukaan tubuh parasit.
Daftar Pustaka
Bhagwant, S. 2004. Human Bertiella studeri (Family Anoplocephalidae)
Infection of
Probable Southeast Asian Origin in Mauritian Children and an Adult. Reduit:
Faust EC, Russel PF, Jung RC, 1971. Craig and Faust’s Clinical Parasitology.
Eighth edition. Philadelphia: Lea & Febiger.
Frean, John. 2004. Unusual Anoplocephalid Tapeworm Infections in South
Africa. Johannesburg: Official Journal of Australian College of Tropical Medical.
Sun, Xin. 2006. Bertiella studeri. Infection, China. Bengbu: www.cdc.gov/eid.
Galan-Puchades MT, Fuentes MV, Mas-Coma S. 2000. Morphology of Bertiella
studeri (Blanchard, 1891) sensu Stunkard (1940) (Cestoda: Anoplocephalidae)
of human origin and a proposal of criteria for the specific diagnosis of
bertiellosis. Burjassot-Valencia: www.PubMed.com.
Diphyllobothrium
latum
D.Latum dewasa
Taksonomi
Common name: Broad Fish Tapeworm
Kingdom: Animalia
Phylum: Platyhelminths
Class: Cestoda
Order: Pseudophyllidea
Family: Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species: Diphyllobothrium latum
Asal usul D. Latum
Tahun 1917, Prof. Konstanty Janicki + Dr.
Felix Rosen di Lausanne bagian dari
Neuchatel mendeskripsikan siklus hidup
Diphyllobothrium latum
Prof. Konstanty Janicki berasal dari
Polandia
Vergeer 1932 ;
Robert dan Javony 2000
Telur di feses
Larva
- Stadium awal larva D.latum = procercoid
- Stadium kompleks = plerocercoid
(sparganum), bentuk yang hampir sama
dengan cacing dewasa.
Telur atau larva dapat berkembang
dengan baik pada temperatur dan tanah.
Siklus Hidup
1. Telur yang immature dikeluarkan bersama tinja
manusia
2. Dengan kondisi yang mendukung, telur menjadi
mature ( sekitar 18-20 hari)
3. Yaitu menghasilkan oncospheres ( larva cacing
pita yang terkandung di dalam pembungkus
embrionik eksternal dilengkapi dengan 6 pengait)
yang kemudian berkembang menjadi coracidia
(coracidium =embrio cacing pita ordo
Pseudophyllidea berbentuk tunggal, sferis,
bersilia, berenang bebas )
4.Crustacea (copepoda sebagai hospes
perantara I /first intermediate host) memakan
coracidia, kemudian coracidia berkembang
menjadi larva procercoid.
5.Ikan-ikan kecil (sebagai hosrpes perantara
II/second intermediate host) memakan
crustacea yang telah terinfeksi larva D.latum,
kemudian larva procercoid dan bermigrasi ke
tubuh ikan kecil yang kemudian berkembang
menjadi larva plerocercoid (sparganum).
Plerocercoid=stadium larva yang kompleks,
hampir sama dengan cacing pita dewasa.
6. Larva plerocercoid merupakan bentuk yang
infektif bagi manusia. Kemudian predator yang
lebih besar
(ikan lebih besar) akan memakan ikan-ikan
kecil tersebut.
7.Sparganum kemudian bermigrasi ke tubuh
predator tersebut, dan manusia akan terinfeksi
sparganum tersebut apabila memakan ikan
mentah/ kurang masak.
8.Setelah manusia memakan ikan yang terinfeksi,
sparganum akan berkembang menjadi bentuk
dewasa yang immature, dan kemudian menjadi
bentuk yang mature di usus kecil
D.latum dewasa akan melekat pada mukosa
usus kecil dengan bothria dari kedua sisi scolex
9.Cacing dewasa panjangnya dapat mencapai >10
m, dengan prologtid > 3000. Telur yang
immature akan dikeluarkan dari prologtid (dapat
mencapai 1 juta telur sehari satu cacing)
10. Kemudian dikeluarkan melalui feses. Telur
dapat terlihat di feses 5-6 minggu setelah
manusia tersebut terinfeksi.
Dalam hal ini, manusia sebagai hospes definitif.
Cacing pita dapat hidup sampai 20 tahun.
Siklus Hidup D.latum
Patogenitas dan Simptomatologi
Gambar 3. Scolex:
Gambar 4. Proglotid:
Microphotograph sistiserkus
Gambaran UMUM:
Anjing dan Hewan bertaring memakan
domba/kambing yang sudah terinfeksi Coenurus
Cacing dewasa berkembang di dalamnya
berpindah ke tubuh manusia melalui konsumsi
air/makanan yang terinfeksi oleh feses yang
mengandung telur.
Siklus Definitif:
Hospes Intrmedier (Kambing dan
Domba) menelan telur T.multiceps
telur menetas pada usus halus Siklus
Coenuri (bentuk jamak Coenurus) Hidup
membuat liang melalui dinding halus
berjalan ke otak dan serabut
syaraf (melalui aliran darah)
Coenurus berkmbg spesifik di otak
stadium infektif (6-8bulan).
Siklus Definitif:
Anjing dan Hewan bertaring lain menelan jaringan
tubuh kambing/domba yang terinfeksi protoscoleus
cacing melekat pada dinding usus halus membentuk
proglotid(segmen seksual)
Proglotid gravid yg mngandung telur terlepas dari
bagian tubuh cacing yang terakhir ikut keluar
bersama feses
Ketika manusia menelan air dan makanan yang
terinfeksi,onkosfer lalu menetas di usus halus masuk
ke pembuluh darah usus halus
Embrio terbawa melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Tetapi , seringkali juga embrio berkembang pada sistem
saraf pusat,protoscoleces cacing melekat pada organ
target dan siklus berulang.
Patogenisitas dan
simptomatologi
Gejalanya berbeda tergantung pada lokasi kista:
* jika kista berada di otak,pasien menderita sakit kepala
pada bagian oocipitale, muntah2, hemiplegia(paralisis pd
1 sisi tbh),monoplegia(paralisis pd aggota badan),cerebral
ataxia (hilangnya kemampuan untuk mengendalikan kerja
otot).
* Jika kista berada di canalis spinalis,maka menyebabkan
Arachnoiditis (rasa sakit yang disebabkan oleh
peradangan salah satu selaput yang melindungi serabut
syaraf spinal, selaput yang dimaksud adalah Arachnoid.
Patogenisitas dan
simptomatologi
Gambar 3. Skoleks
Morfologi
Gambar 5. Larva
Siklus Hidup
Diagnosis laboratorium
1) Perkiraan diagnosis dpt berdasar pd
riwayat penyakit, pemeriksaan
radiografik, atau skaning
2) Data tambahan yg mendukung mungkin
didapat dr tes serologis (termasuk tes
kulit Casoni)
3) Pemeriksaan mikroskopik dr cairan
kista hidatid dpt menunjukkan adanya
“hydatid sand”, atau pd keadaan
tertentu, hanya terlihat kait-kait
Prognosis dan pengobatan