Askep Komunitas Ii DBD New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS II

DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )

Dosen Pengampu : Puji Purwaningsih., S.Kep,M.Kep.

Disusun Oleh:

Kelompok :

1. Lisa Dewi Nandikasari (010116A051)

2. Vania Maghfiroh (010116A057)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


2018

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,


Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II dengan judul makalah “ Asuhan Keperawatan Komunitas Demam Berdarah Dengue
“.
Makalah ini merupakan salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan Mahasiswa dan
Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat dan mampu bekerja sama dengan
rekan-rekannya. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama kepada Dosen Pembimbing.
Semoga makalah ini bermanfaat, member motivasi serta semangat dalam hal pembelajaran
dari berbagai pihak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
penularanya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti.
Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah
dengan memotong siklus penyebaran nya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah
satu cara untuk memberantas nyamuka edes aegypti adalah dengan melakukan fogging.
Selain itu jga dapat dilakukan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) dan abatisasi untuk
memberantas jentik nyamuk.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue ( DBD ) telah
dilaksanakan meliputi promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko serta kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait sampai
dengan tingkat desa/ kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk masalah utama dalam
menekan angka DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat
dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD perlu ditingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara
berkala dan berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan tertentu.
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indonesia
merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia
antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector
nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih. Penyakit demam
berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung
meningkat jumlah penderita dan penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan
kepadatan penduduk. Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus
DBD, pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan sekitar 140.000
kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD tersebut
kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan,
perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya
yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian DBD
tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di wilayah DKI Jakarta,
menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan bagi masyarakat, terutama penyakit
Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin
mengungkapkan, hingga pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit
bahwa terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui meninggal
dunia. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari periode yang sama pada tahun 2012 lalu,
yakni sebanyak 355 pasien. (Compas.com, 26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara
nasional, Provinsi DKI Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD
di DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni kurang dari 150
per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI Jakarta lebih tinggi. Pada tahun
2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai 18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh
wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan wilayah
perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim, kurangnya peran serta
masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program pengendalian DBD, sehingga upaya program
pengendalian DBD perlu lebih mendapat perhatian terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan
Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta masyarakat dalam upaya
penanggulangan DBD menjadi fakor penting dalam penularan DBD. Peran serta masyarakat dapat
meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan. Sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah
satunya dengan pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581
tahun 1992, bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh
RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan inti 3M Plus.
Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada keberadaan vektor yaitu dengan
mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan
mengukur keberadaan vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh
RT/RW dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep penyakit DBD
2. Pengkajian Keperawatan Komunitas pada penyakit DBD
3. Asuhan Keperawatan Komunitas pada penyakit DBD
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep penyakit DBD
2. Mengetahui pengkajian keperawatan komunitas pada penyakit DBD
3. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penyakit DBD
BAB II

PEMBAHASAN

1. Letak Demografis Indonesia

Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua eurasian di sebelah utara dan
benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan
samudera Hindia di sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di
Indonesia. Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga. Salah satu dari serangga adalah Aedes
Agepty. Sehingga iklim dan cuaca berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.

2. Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di Masyarakat

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dari seluruh
dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD sampai saat ini
masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, karena jumlah
penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Demam berdarah dengue tersebar diwilayah.

- Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :


 Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di
lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
 Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
 Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
- Faktor Agent (Penyebab)
Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau ketidakhadirannya,
apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang
memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses
penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
Factor host (penjamu) Faktor host atau penjamu yang dimaksud adalah manusia yang
kemugkinan terpapar terhadap penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social
ekonomi, cara hidup, ststus perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam penularan DBD
factor manusia erat kaitannya dengan perilaku dan mobilitas penduduk.
a) Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.
Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak
diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun (depkes RI 1992), yang semakin
besar adalah usia sekolah.
b) Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat penularan
penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah sehingga membuat
masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah pada pagi dan sore hari yang
merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes Aegepty mencari mangsanya
(Gubler,1988).
c) Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena berkaitan
dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa hasil penelitian
menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada daerah yang berpenduduk
padat.
d) Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system kekebalan. Jika
system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan mudah tubuh akan
terkena penyakit.
e) Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan gizi akan
berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap penyakit

- Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan
biologi dan lingkungan social ekonomi.
1) Lingkungan fisik Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan,
suhu udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap kelembaban
rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan terhadap perubahan
kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim kering (Sukowati,2004).
2) Sinar matahari Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk
dalam mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai variasi dalam pilihan
intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan pilihan tempat istirahat (sukowati,
2004).
3) Angin Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara. Sedangkan
pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang. Apabila kecepatan
angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk (Vanleeuwen,1999).
Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang paling efektif 50-100 mil atau 81-
161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air
merupakan habitat nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses
perkembangbiakan nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air.
Salah satu diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada
air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak pada air denagn PH normal 6,5 – 9
(Sudrajat,1990)
5) Lingkungan biologi Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit
menular. Hal yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan tubuh penduduk,
jenis dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan populasi hewan yang ada
(Sukowati,2004).
6) Lingkungan social ekonomi Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social
ekonomi adalah :
a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan
kemudahan dalam penyebaan penyakit
b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya c) Stratifikasi social berdasarakan
tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan sebagaianya
c) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang tidak
memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang dalam proses penyebaran
penyakit menular
d) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor


antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini oleh
pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana. Dalam perilaku
penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum menyadari pentingnya
memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum ditemukan adalah
rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga agar tidak terdapat wadah-wadah yang
dapat menampung air di lingkungan tempat tinggalnya. Hal itu terutama menjadi
masalah pada musim hujan. Akibatnya, terjadi peningkatan kasus DBD selama musim
hujan. Kebiasaan lain yang turut menghambat pemberantasan DBD adalah tidak
menguras bak mandi secara benar dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan
dengan mengganti air tanpa menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif
karena telur Aedes aegypti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur Aedes aegypti
dapat bertahan hingga enam bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus
melanjutkan siklus hidupnya. Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat
penampungan air yang banyak digunakan adalah bak mandi, tempayan, drum dan
tangki air, tempat gelas pada dispenser. Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan
bak mandi yang terbuat dari semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen
bersifat kasar, gelap, dan mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air
seperti itu sangat disukai Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai
Aedes aegypti adalah yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya
keramik. Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar
menggunakan tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang (putih)
dan tidak menyerap air (Sungkar, 2007).

3. Konsep Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD )

A. Definisi
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan kepada manusia melalui ggitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albocpictus ( Kemenkes RI, 2017 )
Demam berdarah dengue ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh pendrita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti.
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi disertai leukopenia, dengan atau
tanpa tanda ruam dan limfadenopati.
B. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever ( DHF ) atau demam berdarah adalah
virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/ suku/ grup flaviviridae yang dikenal ada 4
serotipe yaitu dengue 1, dengue 2 , dengue 3 dan dengue 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotype lain.
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus.
Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan
Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati.
Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika
shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi
sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup,
sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut
sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1)
aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke
ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi
faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419)
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan pada
vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler terjadi kerapuhan
pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit pada fase awal penyakit akan
terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan
betathromboglobulin, kenaikan PF4 dan umurnya memendek. Koagulopati yang terjadi berupa
penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi pula koagulasi intravaskuler. Perubahan
imunologi seluler dan humoral antara lain munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma
biru, penurunan limfosit –T dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek
imun. Saat ini terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas patogenesis
yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder yang berturutan dengan tipe
virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE, IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori
trombosit-endotel, dan teori mediator. Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh
darah dan peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan uji
tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun waktu perdarahan
normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan protein plasma dan cairan dari
intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal tersebut terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi,
efusi pleura, ascites, edema, hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia. Biopsi pada bercak
merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada mikrovaskulatur terminal di daerah
papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue,
deposit kompolemen, imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan
disfungsi trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu berupa
penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan betathromboglobulin (BTG)
disertai memendeknya umur trombosit. Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun
yang terdiri atas antigen virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat
oleh
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat disebabkan karena
adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun tersebut akan menyebabkan
rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi
karena depresi sumsum tulang dan konsumsi yang berlebihan di sirkulasi. Koagulopati dibuktikan
dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V, VII, VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut
terjadi koagulasi intravaskuler dan fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial
thromboplastin time (PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP
hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasminogen. Koagulasi intravaskuler
ini terutama pada DSS. Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik
humoral dan seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG yang
dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot, dan IgM yang pada
umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain komplek imun IgG dan IgM, juga ada
komplek imun IgA dan IgE. Perubahan imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase
akut disertai aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B
meningkat pada fase akut.
D. Manifestasi klinis
a. Demam tinggi secara mendadak 2-7 hari ( 38-40 derajat celcius )
b. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya puspura perdarahan
c. Perdarahan pada hidung dan gusi
d. Mual muntah
e. Sakit kepala
f. Demam yang dirasakan menyebabkan keluhan pegal atau sakit persendian
g. Munculnya bintik-bintik merah akibat pecahnya pembuluh darah
E. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Kegagalan sirkulasi
c. Hepatomegali
d. Efusi pleura
F. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makan lunak
c. Minum banyak ( 2-2,5 liter / 24 jam )
d. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
e. Monitor tanda-tanda vital
G. Pencegahan
Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian Program pencegahan dan pengendalian
dilakukan dengan melakukan manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang
dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara
manusia dan vector berkurang.
a) Modifikasi lingkungan
 Perbaikan persediaan air.
 Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.
b) Manipulasi lingkungan
 Drainase instalasi persediaan air
 Penyimpanan air rumah tangga
 Pot/vas bunga dan jebakan semut
 Bagian luar bangunan
 Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran
 Pembuangan sampah padat
 Pengisian rongga pada pagar
 Botol kaca dan kaleng
c) Perlindungan Diri
 Pakaian pelindung
 Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol
 Penolak serangga
 Insektisida untuk kelambu dan gorden
d) Pengendalian Biologis
 Ikan pemakan larva
 Bakteri penghasil endotoksin
 Siklopoids/sejenis udang-udangan
 Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh
e) Pengendalian Kimiawi
 Pemberian Larvasida kimiawi
 Pengasapan wilayah
4. ANGKET PENGKAJIAN KOMUNITAS BERBASIS KELUARGA

DI DESA ”X” KECAMATAN ”X”

KABUPATEN ”X” TAHUN X

Petunjuk Pengisian:

1. Pertanyaan mohon diisi sesuai dengan pengetahuan dan kondisi keluarga dengan memberikan tanda
cek (√ ) pada kotak jawaban yang telah tersedia
2. Jawaban dapat lebih dari satu (*)
3. Jawaban yang diberikan tidak akan menyebabkan kerugian apapun dan akan dijamin
kerahasiaannya.
4. Jika ingin mengubah jawaban pilihan, keluarga dapat mencoret jawaban dengan tanda sama dengan
( = ) pada jawaban yang akan diganti.

Contoh pengisian :
Anggota keluarga yang sakit pada pada saat ini :

□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan (siapa dan sakit yang diderita) Anak balita, Diare

A. DEMOGRAFI KELUARGA
 Nama KK :
 Umur :
 Pendidikan :
 Pekerjaan :
 Suku :
 Agama :
 Alamat :
 Komposisi keluarga

NO Nama JK Hub Umur Pend Pek Riwayat


Kesehatan

 Penghasilan rata – rata keluarga /bulan:


□ < Rp. 500.000
□ Rp. 500.000 – 1.000.000
□ > Rp. 1.000.000
 Pengeluaran rata – rata keluarga /bulan :
□ < Rp. 500.000
□ Rp. 500.000 – 1.000.000
□ > Rp. 1.000.000

B. PELAYANAN KESEHATAN UMUM


1. Anggota keluarga yang sakit pada saat ini :
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan (siapa dan sakit yang diderita)…………………....
2. Apa yang biasanya dilakukan keluarga bila ada anggota keluarga yang sakit
□ Membiarkannya sampai sembuh sendiri
□ Membawa ke tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas, mantri,bidan, dll)
□ Membawa berobat ke alternatif/ dukun
□ Membeli obat di warung
□ Memberi obat tradisional
□ Lainnya,sebutkan...........................
3. Apakah alasan keluarga memilih cara mengatasi masalah kesehatan pada pertanyaan sebelumnya,
sebutkan .................................
4. Jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan terdekat
□ ≤ 500 meter
□ > 500 meter
5. Informasi kesehatan yang sudah pernah di dapat pada 3 bulan terakhir, sebutkan
(*)……………………………………………………………………………
6. Informasi kesehatan yang dibutuhkan saat ini, sebutkan
(*).................................................................................................................
7. Sumber informasi kesehatan didapat dari
□ Tidak ada
□ Masyarakat melalui mulut ke mulut
□ Petugas kesehatan
□ Media (koran, TV, Poster, dll)

C. KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA

C.1. IBU Hamil (diisi bila ada saat survei)

8. Adakah anggota keluarga yang sedang hamil ? kehamilan ke berapa ?


□ Tidak ada
□ Ada, kehamilan ke……..(sebutkan)
9. Bila jawaban pertanyaan di atas ada, usia kehamilan
□ Trimester satu (3 bulan pertama)
□ Trimester dua (usia 3 – 6 bulan)
□ Trimester tiga (> 6 bulan)
10. Apakah Ibu pernah mengalami keguguran, ..........
□ Tidak pernah
□ Pernah ………….. kali
11. Berapa kali melahirkan ……………….
□ 1 kali
□ 2 -3 kali
□ Lebih dari 3 kali
12. Dimana tempat pemeriksaan kehamilan
□ Tidak pernah periksa
□ Tempat pelayanan kesehatan, sebutkan………………………….
□ Non kesehatan, sebutkan……………………………
13. Apakah ibu hamil memilki KMS
□ Ya
□ Tidak, sebutkan alasannya…………………………….
14. Immunisasi TT
□ Lengkap
□ Tidak lengkap
□ Tidak imunisasi
15. Keluhan yang dirasakan saat ini :
□ Tidak ada
□ Pusing
□ Tidak nafsu makan, Mual, muntah
□ Mudah lelah
□ Kaki bengkak
□ Lain-lain, sebutkan.................................................
16. Obat-obatan yang diminum selama hamil
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan…...................
17. Mengkonsumsi makanan lebih dari porsi biasa
□ Tidak, sebutkan alasannya……………….
□ Ya
18. Informasi kesehatan yang sudah diketahui tentang kehamilan
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan.........................................
19. Informasi kesehatan ibu yang dibutuhkan saat ini
□ Tidak ada
□ Perawatan kehamilan
□ Perawatan saat nifas
□ Senam hamil
□ Senam setelah melahirkan
□ Lain-lain, sebutkan……………..
20. Rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan keluarga
□ Tidak ada, sebutkan alasannya…………….
□ Ada, sebutkan......................

C.2 KESEHATAN BAYI dan BALITA ( < 5 TAHUN)

21. Penyakit yang diderita bayi/ Balita pada 3 (tiga) bulan terakhir :
□ Tidak ada
□ Panas
□ Panas, Batuk, Pilek
□ Diare/ mencret
□ Sakit kulit
□ Kurang gizi
□ Lain-lain, sebutkan..................................................................
22. Jenis makanan (selain ASI dan susu) yang di konsumsi bayi/ Balita saat ini
□ Tidak ada
□ Biskuit/ Roti, buah
□ Biskuit/ Roti, Nasi Tim/ nasi lunak, buah
□ Nasi biasa, buah
23. Pengolahan makanan mentah sebelum diberikan untuk bayi/ Balita
□ Dicuci dahulu baru di potong dan dimasak sampai lunak
□ Dicuci dahulu baru di potong dan dimasak tetapi tidak sampai lunak benar
□ Dipotong dahulu baru dicuci dan di masak sampai lunak
□ Dipotong dahulu baru di cuci dan dimasak tetapi tidak sampai lunak benar
24. Bayi/ Balita diberikan imunisasi lengkap sesuai usia
□ Tidak, sebutkan alasannya…………………………………………..
□ Ya
25. Bayi/ Balita dibawa ke Posyandu/ pelayanan kesehatan secara rutin (1 bulan sekali)
□ Tidak, sebutkan alasanya…………………………………….
□ Ya
26. Adakah bayi dan Balita mempunyai KMS
□ Ya
□ Tidak
27. Informasi kesehatan tentang bayi/ Balita yang dibutuhkan saat ini
□ Tidak ada
□ Pentingnya imunisasi bagi bayi/ Balita
□ Cara menyusui yang benar pada bayi
□ Cara menstimulasi tumbuh kembang bayi/ Balita
□ Cara mengatasi bayi/ balita kurang gizi
□ Cara mengatasi penyakit umum pada bayi/ balita (ISPA, diare, dll)

C.3 KESEHATAN ANAK SEKOLAH ( KELAS 1 – 6 SD)

28. Penyakit yang pernah diderita oleh anak sekolah dalam keluarga
□ Tidak ada
□ Panas
□ Panas, Batuk, Pilek
□ Diare/ mencret
□ Sakit gigi
□ Sakit kulit (korengan/ gatal-gatal,dll)
□ Kurang gizi/ tidak mau makan
□ Lain-lain, sebutkan....................................................

29. Kebiasaan sarapan sebelum berangkat sekolah


□ Tidak pernah
□ Pernah, tetapi tidak rutin
□ Rutin
30. Kebiasaan jajan di sekolah maupun di rumah
□ Tidak pernah
□ Pernah, sekali-kali
□ Sering/ hampir tiap hari
31. Pola makan sehari-hari dengan makanan seimbang (pakai lauk pauk, sayuran/buah)
□ 1 kali sehari
□ 2 – 3 kali sehari
□ Lebih dari 3 kali sehari
32. Kebiasaan mencuci tangan sebelum/ setelah makan, buang air dan bermain
□ Tidak pernah
□ Pernah, sekali-kali
□ Sering/ hampir tiap hari
33. Lamanya waktu bermain setiap hari
□ ≤ 2 jam
□ 2 – 6 jam
□ ≥ 6 jam
34. Kebiasaan waktu tidur/ istirahat dalam sehari semalan
□ ≤ 8 jam
□ 8 – 12 jam
□ ≥ 12 jam
35. Kebiasaan membersihkan diri (mandi, gosok gigi, cuci rambut) setiap hari
□ Tidak pernah
□ Pernah, sekali-kali
□ Sering/ hampir tiap hari

C. 4 KESEHATAN REMAJA

36. Keluhan yang pernah dirasakan oleh remaja remaja :


□ Tidak ada
□ Sakit saat mentruasi pada remaja putri
□ Keputihan pada remaja putri
□ Sakit maag
□ Sakit pada daerah kemaluan
□ Sakit dada
□ Pertumbuhan jerawat yang berlebihan
□ Lain-lain, sebutkan..............................
37. Kegiatan yang dilakukan remaja diluar jam sekolah
□ Tidak ada
□ Olah raga/ les tambahan
□ Kerja
□ Nongkrong dengan teman
□ Kegiatan Risma/ Pramuka/ Karang taruna
□ Ke tempat hiburan/ mall
□ Berdiam diri di rumah
□ Lain-lain, sebutkan....
38. Bila ada masalah, biasanya remaja akan menceritakannya dengan siapa
□ Tidak ada teman cerita
□ Orangtua
□ Teman
□ Orangtua dan teman
□ Guru
□ Lain-lain, sebutkan...............................
39. Perilaku remaja yang kurang sehat
□ Tidak ada
□ Merokok
□ Minum minuman keras
□ Minum obat terlarang
□ Begadang/ keluyuran
□ Lain-lain, sebutkan.............................
40. Organisasi remaja yang diikuti oleh anggota keluarga remaja
□ Tidak ada
□ Ada, Sebutkan.......................
41. Informasi kesehatan yang dibutuhkan remaja saat ini
□ Tidak ada
□ Kesehatan reproduksi
□ NAPZA
□ Cara mengatasi kebiasaan merokok
□ Perubahan tubuh dan sifat pada masa remaja
□ Masalah kesehatan yang umum pada remaja
□ Lain-lain, sebutkan............................................

C.5 KESEHATAN DEWASA/ LANSIA

42. Kebiasaan orang dewasa/ Lansia dalam keluarga yang tidak sehat
□ Tidak ada
□ Merokok/ Ngopi
□ Minum obat sembarangan
□ Makan tidak teratur
□ Kurang istirahat (< 6 jam sehari)
□ Lain-lain, sebutkan............................
43. Keluhan yang biasanya dialami :
□ Tidak ada
□ Dada berdebar-debar, nyeri dada (jantung)
□ Sakit kepala/ tengkuk, sulit tidur, mudah marah (hipertensi)
□ Nyeri ulu hati, mual dan tidak nafsu makan (gastritis)
□ Mudah lapar, sering minum dan buang air kecil (DM)
□ Sakit pinggang, punggung, sendi kaki/ tangan (rematik)
□ Mudah lelah, pusing, kurang tenaga (anemia)
□ Lain-lain, sebutkan...........................................................
44. Kegiatan rutin yang dilakukan di dalam rumah
□ Tidak ada
□ Membersihkan rumah
□ Memasak/ mengasuh anak atau cucu
□ Lain-lain, sebutkan...............................................
45. Kegiatan rutin yang dilakukan di luar rumah
□ Tidak ada
□ Bekerja
□ Pengajian
□ Olahraga
□ Lain-lain, sebutkan...................................
46. Jenis makanan yang disediakan untuk Lansia
□ Sama dengan makanan seluruh anggota keluarga
□ Tidak semuanya sama dengan makanan anggota keluarga lainnya
□ Berbeda dengan makanan anggota keluarga lainnya
47. Kebiasaan minum susu pada lansia
□ Tidak pernah
□ Pernah, sekali-kali
□ Sering/ hampir tiap hari
48. Kebiasaan memeriksakan kesehatan secara rutin (minimal 1 bulan sekali)
□ Tidak , alasannya……………………….
□ Ya
49. Kebiasaan makan secara teratur (pada saat survei)
□ Tidak pernah
□ Pernah, tetapi tidak rutin
□ Rutin

D. KESEHATAN LINGKUNGAN
50. Pengelolaan sampah
□ Dibuat kompos
□ Dibakar
□ Dibuang terbuka
□ Dibuang ke tong sampah
□ Ditimbun
□ Dibuang ke sungai / parit/ got
51. Keadaan rumah
□ Pencahayaan cukup
□ Ventilasi cukup
□ Ruangan tidak lembab
□ Cahaya matahari masuk rumah
52. Kebiasaan menggantung pakaian
□ Tidak pernah
□ Kadang-kadang
□ Sering/setiap hari
53. Kebiasaan membuka jendela pada pagi hari
□ Tidak pernah
□ Kadang-kadang
□ Sering/ setiap hari
54. Kebiasaan membersihkan bak mandi atau tempat penampungan air
□ Tidak pernah
□ Seminggu 1 kali
□ Seminggu 2 – 3 kali
□ > 2 minggu sekali
55. Keadaan halaman rumah
□ Tidak ada tanaman apa-apa (rumput/ ilalang)
□ Ditanami tanaman obat
□ Ditanami kembang/ bunga
56. Sumber Air Minum
□ Membeli
□ Sungai/ kali/ Danau
□ Sumur Gali
□ Sumur Pompa Tangan (SPT)
57. Keadaan air minum yang digunakan
□ Keruh
□ Air berwarna, berasa, berbau
□ Tidak berbau, berwarna, berasa (jernih)
58. .Jenis Jamban yang dipakai keluarga sehari-hari
□ Sungai
□ Kakus Cemplung
□ Kakus leher angsa
□ Septik Tank
□ Menumpang, sebutkan jenisnya..............
59. Saluran Limbah/ pembuangan air kotor

□ Tidak ada
□ Ada dan Kedap Air
□ Air Limbah tergenang
□ Lain-lain, sebutkan........................
60. Kandang ternak

□ Tidak Punya ternak


□ Kandang dekat rumah (< 10 Meter)
□ Kandang jauh dari rumah (> 10 Mater)
□ Kandang menyatu dengan rumah

PANDUAN WAWANCARA

A. KADER/ PETUGAS KESEHATAN


1. Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat pada 3 bulan terakhir ?
2. Kebiasaan masyarakat memeriksakan kesehatan ?
3. Kebiasaan masyarakat terkait kesehatan (budaya yang mempengaruhi kesehatan) ?
4. Informasi kesehatan yang sudah didapatkan masyarakat ?
5. Tempat pelayanan kesehatan dan wadah kesehatan yang ada di masyarakat ?
6. Peranan kader dalam meningkatkan kesehatan masyarakat ?
B. TOMA/ TOGA/ TODA
1. Bagaimana pandangan toma/ toga/ toda tentang budaya masyarakat yang terkait dengan
kesehatan ?
2. Harapan masyarakat dengan keberadaan petugas kesehatan ?
3. Bagaimana sumber daya dan sumber dana masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ?
4. Bagaimana kebijakan pemerintahan terhadap kesehatan ?

LEMBAR OBSERVASI

A. LINGKUNGAN FISIK
1. Kebersihan lingkungan masyarakat, pengelolaan sampah, pengelolaan ternak, pengelolaan SPAL,
polusi ?
2. Pemanfaatan halaman/ pekarangan rumah
3. Kondisi perumahan (tipe rumah, lantai, pencahayaan/ ventilasi, dll)
B. REKREASI
1. Sarana rekreasi yang ada di lingkungan masyarakat (jenis, jarak, biaya, dll)
2. Pemanfaatan sarana rekreasi oleh masyarakat
C. KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN
1. Sarana komunikasi dan pendidikan yang ada dimasyarakat (jenis, jumlah, jarak, dll)
2. Pemanfaatannya oleh masyarakat
D. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL
1. Pelayanan kesehatan dan sosial yang ada di masyarakat
2. Media untuk menginformasikan kesehatan yang ada (poster, spanduk, dll)
3. Pemanfaatan oleh masyarakat
E. KEAMANAN, TRANSPORTASI DAN KEBIJAKAN POLITIK
1. Sarana transportasi yang terdapat di masyarakat (jenis, jumlah, dll)
2. Fasilitas pengamanan/ pencegahan bahaya yang ada di masyarakat
3. Kebijakan politik yang ada di masyarakat, dll

DATA SEKUNDER

A. KELURAHAN
1. Profil wilayah termasuk peta wilayah, demograsfi dan vital statistik (angka kematian, kelahiran,
perpindahan, dll)
2. Sumber yang ada di masyarakat : tenaga, sarana dan perlaatan yang dimilik serta potensi lainnya
B. PUSKESMAS/ YANKES YANG ADA
1. Pola penyakit terbanyak (10 penyakit)
2. Pola pemeriksaan kesehatan
3. Jenis pelayanan yang diberikan
4. Karakteristik pengguna pelayanan kesehatan

5. Pengkajian

PENGKAJIAN

1. Winshield Survey

Lokasi pengamatan : RT X Dusun X , Kecamatan X, Kabupaten X

Kelompok :X

 Tipe perkampungan / pedesaan


- Perumahan yang ada di RT X sudah permanen
- Warga disana 80% memiliki usaha pasir semen sisanya memiliki warung makan, toko
kelontong, toko buah dsb.
- 85% warga memiliki usaha di rumah.
 Lingkungan tempat tinggal
- Ada jarak antara rumah 1 dengan yang lainnya.
- Bangunan rumah rumah sudah permanen.
- Tidak terdapat apartemen di RT X.
 Umur area perumahan
- Tidak terdapat bangunan baru di RT X.
- Bangunan di RT X sudah lama tetapi terpelihara dengan baik.
- Tidak ada bangunan rusak yang terbengkalai.
 Karakteristik social-kultural
- Penduduk di RT X terdiri dari balita sampai lansia.
- Mayoritas penduduk berusia paruh baya.
- Di RT X mayoritas warga berasal dari suku jawa.
- Semua warga terlihat sibuk bekerja.
- Tidak terlihat adanya tanda kurang punya harapan.
 Lingkungan
1. Tampak umum
- Halaman dan pekarangan terlihat bersih, jalanan di RT X berlubang sehungga terdapat
genangan air.
- Terdapat sepetak sawah dan beberapa tanaman hias di depan rumah warga.
- Tidak terdapat patung atau tanda-tanda seni lain di rumah warga.
2. Bahaya lingkungan
- Teramati adanya polusi udara akibat banyaknya kendaraan yang melintas di RT tersebut.
- Tidak terlihat adanya sampah yang menumpuk.
- Tidak terdapat area bermain.
- Ada penerangan di kanan-kiri jalan.
- Tidak terlihat adanya alat pemadam kebakaran.
- Lalu lintas ramai karena dekat dengan jalan raya.
- Polisi berjaga di traffic light saat pagi hari.
3. Stressor lingkungan
- Terlihat adanya keramaian. Terdapat kemacetan di area traffic light.
- Tidak ada tanda-tanda yang menyebabkan banyak angka criminal.
- Tidak terlihat adanya penyalahgunaan NAPZA.
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda kemiskinan. Warga terlihat memiliki ekonomi menengah
ke atas.
 Sumber-sumber ( yang ada dan tidak ada )
- Ada pasar buah di RT X.
- Terdapat transportasi umum seperti bis kota.
- Tidak terdapat tempat rekreasi.
- Tidak terdapat tempat ibadah.
- Terdapat pelayanan keamanan berupa pos polisi di dekat traffic light
- Tidak terdapat apotek.
- Pernah terjadi kebakaran di RT X
- Tidak terdapat kantor pos.
- Terdapat ATM.
- Tidak teramati adanya mobil pengambil sampah.
- Tidak terlihat adanya mading.
 Pelayanan kesehatan
1. Fasilitas kesehatan
Tidak terdapat rumah sakit ataupun klinik. Terdapat praktek dokter di RT X.
2. Sumber pelayanan kesehatan
Tidak terdapat puskesmas di RT X.
Tidak terdapat nursing center di RT X.
Terdapat praktik dokter swasta.
2. Pengkajian Inti Komunitas
A. Riwayat
 Riwayat wilayah RT X, RW X dusun Bantulan desa X dahulu merupakan area persawahan
 Tidak pernah terjadi pemekaran wilayah.
 Usia penduduk yang paling tua di wilayah tersebut 90 tahun.
B. Demografi
 Di RT ini 60% penduduknya berjenis kelamin perempuan dan 40% berjenis kelamin laki-
laki
 Tingkat pendidikan rata-rata penduduk di RT X adalah SLTA.
 Pekerjaan warga RT X 80% adalah pengusaha pasir semen. Sedangkan sisanya menjadi
peternak, buruh, pekerja swasta dan pedagang.
 Tingkat penghasilannya bervariasi mulai dari 1,5-3 juta perbulan
 Status ekonomi menengah ke atas.
C. Statistik Vital
 Masalah kesehatan yang terjadi di RT X adalah demam berdarah, cikungunya, diabetes
melitus, hipertensi dan stroke.
 Selain kasus penyakit demam berdarah dan sebagainya yang telah disebutkan di atas
terjadi juga seperti gatal-gatal di tangan yang biasa dialami oleh para pekerja pengerajin
pasir semen karena alergi akibat kurangnya menjaga kebersihan setelah kontak dengan
pasir dan semen.
 Dalam 2 tahun terakhir di RT X terjadi kasus demam berdarah namun sejauh ini tidak
sampai menyebabkan kematian.
D. Nilai dan Kepercayaan
 Mayoritas warga berasal dari suku Jawa dan beragama Islam. Ada beberapa orang
pendatang yang berasal dari suku dan agama lain seperti Hindu, Budha, Katolik dan
Protestan.
 Terdapat masjid di RT tersebut.
 Masyarakat jika sakit selain berobat ke rumah sakit juga berobat ke dokter praktek ataupun
klinik kesehatan, terkadang mereka juga membeli obat cina di toko obat.
3. Pengkajian Sub Sistem
a. Lingkungan Fisik
 Inspeksi
- Di RT X tidak terdapat peta rawan masalah
- Tidak terdapat pasar
- Tidak terdapat tempat rekreasi
- Data winshield survey terlampir
 Tanda Vital
- Kondisi iklim tropis dan saat ini musim hujan
- Kondisi lingkungan bersih. Lokasi berdekatan dengan sawah dan terdapat banyak
genangan air .
 System Review
- Di RT X tidak ada kegiatan kerja bakti rutin pada warganya namun kerjabakti akan
diadakan saat lingkungan terlihat kotor atau ada keluhan dari masyarakat.
- Ada kegiatan pengajian rutin dan PKK yang di adakan setiap hari rabu.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
 Pelayanan yang di akses oleh warga RT X adalah praktik bidan, puskesmas dan
praktik dokter.
 Jika sakit rata-rata penduduk RT X datang langsung ke dokter praktik karena
mereka tidak puas dengan pelayanan di puskesmas.
 Harga untuk memperoleh pelayanan kesehatan relative murah atau terjangkau
untuk warga.
 Waktu pelayanan praktik dokter pagi : pukul 05.30 sampai 07.30 dan sore : 17.00
sampai 20.00. Tetapi waktu pelayan menjadi fleksibel jika pasien banyak atau ada
kasus darurat yang membutuhkan pertolongan segera.
 Pemberi layanan kesehatan adalah praktik dokter dan bidan
 Pengguna layanan kesehatan yang paling banyak adalah balita dan lansia
 Aksesibilitas dan penerima fasilitas kesehatan adekuat
 Askes ke puskesmas kurang lebih 2 km dari RT X.
 Kegiatan posyandu diadakan setiap satu bulan sekali oleh swadaya masyarakat.
c. Ekonomi
 Pekerjaan penduduk 80% pengrajin pasir dan semen, sisanya peternak, buruh, dan pekerja
swasta. Pendapatan keluarga rata-rata Rp 3.000.000.
 Pengeluaran penduduk relative, masing-masing keluarga mempunyai pengeluaran yang
berbeda-beda
 Masyarakat di RT X mampu menyediakan makanan yang bergizi baik dari segi
pengetahuan dan maupun keuangan.
 Ada sebagian masyarakat yang mempunyai tabungan kesehatan berupa asuransi kesehatan,
dan BPJS
 Pendapatan masyarakat RT X lebih besar dari pada pengeluaran.
d. Keamanan
 Lingkungan aman
 Terdapat pelayanan polisi lalu lintas di lampu merah atau di pinggir jalan raya
 Pernah satu kali terjadi kebakaran
 Air di RT X berasal dari air tanah dan kondisi air jernih.
 Transportasi yang digunakan oleh warga adalah sepeda, sepeda motor, mobil, dan angkutan
umum.
 Kondisi jalan raya bagus, namun jalan masuk ke RT X agak rusak
e. Politik dan pemerintahan
 Kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat adalah dengan penyuluhan kesehatan
 Penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan dari puskesmas tetapi penyuluhan dilakukan
hanya jika terjadi kasus.dimana puskesmas kurang tanggap terhadap masalah kesehatan
yang terjadi.
 Penyuluhan yang diberikan menyesuaikan dengan kasus
 Setelah dilakukan penyuluhan tidak terjadi perubahan apapun terhadap masyarakat dan
pola hidup masyarakatnya.
f. Komunikasi
 Alat komunikasi yang dimiliki keluarga seperti televisi, koran, telepon dan ponsel.
 Tidak ada alat komunikasi umum yang tersedia di RT X.
 Media komunikasi di masyarakat dengan arisan, PKK dan pengajian.
 Tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat RT 06.
g. Pendidikan
 Ada 2% warga yang buta huruf. Warga yang buta huruf kebanyakan lansia.
 Mayoritas berpendidikan sampai SLTA.
 Tidak terdapat fasilitas pendidikan di RT X.
 Tidak terdapat perpustakaan ataupun mading disana.
h. Rekreasi
 Warga RT X memiliki kebiasaan untuk makan bersama di luar. Hal ini terbukti dengan
banyaknya warung makan yang laris di daerah ini.
 Tidak terdapat tempat hiburan apapun di RT X sehingga warga harus pergi jauh untuk
mendapatkan hiburan.
ANALISIS DATA KOMUNITAS

Kategori Data Pernyataan Kesimpulan


Geografi :  Lingkungan perumahan dekat dengan  Ada media perkembangbiakan nyamuk
Lingkungan fisik persawahan  Kelembaban lingkungan tinggi
 Banyak terdapat genangan air di sekitar  Lingkungan kurang sehat
rumah
 Lingkungan sekitar rumah warga basah dan
lembab saat musim penghujan
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data geografi menjadi factor
predisposisi bagi perkembangbiakan nyamuk
Demografi :  40% penduduk di RT X adalah lansia  Jumlah penduduk yang berusia lansia dan
Usia  20% penduduk di RT X adalah balita balita tinggi
 Rasio ketergantungan tinggi
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan data demografi tersebut konsisten atau
berubah
Statistik Vital  20% warga terkena DBD / tahun  Prevalensi kejadian DBD tinggi
 Wabah DBD selalu datang saat musim hujan
maupun pergantian musim
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data statistic vital meningkatkan
terjadinya DBD di RT X
System Review  Tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh  PHBS rendah
warga RT X
 Kegiatan kerjabakti dilakukan jika ada
laporan warga yang terkena DBD
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data system review berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan warga tentang kebersihan lingkungan di RT X
Ekonomi  Penghasilan masyarakat di RT X rata-rata  Status ekonomi masyarakat menengah ke
Rp. 3.000.000,00 atas
 Pendapatan masyarakat RT X lebih besar dari  Kemampuan masyarakat untuk menyediakan
pada pengeluaran. makanan sehat dan bergizi bagi keluarga
 80 % warga RT X adalah pengusaha pasie baik
semen.
 Masyarakat di RT X mampu menyediakan
makanan yang bergizi baik dari segi
pengetahuan dan maupun keuangan.
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data ekonomi berpengaruh
terhadap kemampuan masyarakat untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi di RT X
Pendidikan  Mayoritas warga berpendidikan sampai  Tingkat pendidikan, pengetahuan dan
SLTA. kemampuan warga dalam menerima
 Warga dapat menerima informasi baru informasi baik.
dengan baik.
 Wawasan warga sudah cukup baik dan luas.
 Hanya 2 % warga di RT X yang buta huruf.
Warga yang buta huruf adalah lansia
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data pendidikan berpengaruh
terhadap pengetahuan dan kemampuan warga dalam menerima informasi di RT X
RUMUSAN DIAGNOSA

Masalah Etiologi Tanda dan gejala


( Aktual / potensial ) Berhubungan dengan Dimanifestasikan oleh
Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT X  Prevalensi kejadian DBD tinggi  20% warga terkena DBD / tahun
RW 04 Desa Bantulan  Ada media perkembangbiakan  Wabah DBD selalu datang saat musim
nyamuk hujan maupun pergantian musim
 Kelembaban lingkungan tinggi  Wabah DBD selalu datang saat musim
 Lingkungan kurang sehat hujan maupun pergantian musim,
 Lingkungan perumahan dekat dengan
persawahan, banyak terdapat genangan
air di sekitar rumah
 Lingkungan sekitar rumah warga basah
dan lembab saat musim penghujan
Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang  PHBS rendah  Tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh
kebersihan lingkungan di wilayah RT X Desa warga RT X
Bantulan  Kegiatan kerjabakti dilakukan jika ada
laporan warga yang terkena DBD
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT X RW X Desa X, berhubungan dengan prevalensi kejadian DBD tinggi, ada media
perkembangbiakan nyamuk, kelembaban lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat dimanifestasikan oleh 20% warga terkena
DBD / tahun, wabah DBD selalu datang saat musim hujan maupun pergantian musim, lingkungan perumahan dekat dengan persawahan,
banyak terdapat genangan air di sekitar rumah, lingkungan sekitar rumah warga basah dan lembab saat musim penghujan.

2. Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang kebersihan lingkungan di wilayah RT X Desa Bantulan, berhubungan dengan PHBS
rendah dimanifestasikan oleh tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh warga RT X, kegiatan kerjabakti dilakukan jika ada laporan
warga yang terkena DBD

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


No Diagnosa Keperawatan Komunitas A B C D E F G H I J K Total Prioritas
.
1. Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT X
RW X Desa X, berhubungan dengan prevalensi
kejadian DBD tinggi, ada media
perkembangbiakan nyamuk, kelembaban
lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat
dimanifestasikan oleh 20% warga terkena DBD /
5 4 3 3 3 2 4 4 5 4 4 41 1
tahun, wabah DBD selalu datang saat musim
hujan maupun pergantian musim, lingkungan
perumahan dekat dengan persawahan, banyak
terdapat genangan air di sekitar rumah,
lingkungan sekitar rumah warga basah dan
lembab saat musim penghujan.
2. Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang
kebersihan lingkungan di wilayah RT X Desa X,
berhubungan dengan PHBS rendah 3 2 3 3 4 2 3 3 5 4 4 36 2
dimanifestasikan oleh tidak ada kegiatan kerja
bakti rutin oleh warga RT X, kegiatan kerjabakti
dilakukan jika ada laporan warga yang terkena
DBD

Keterangan :
A : ResikoTerjadi F : Sesuai dengan program Pemerintah I. Dana
B : Resiko Keparahan G. Tempat J. Fasilitas Kesehatan
C : Potensial untuk Pendkes H. Waktu K. Sumber daya
D : Minat Masyarakat E : Kemungkinan diatasi

Anda mungkin juga menyukai