Tugas Pondasi Dangkal
Tugas Pondasi Dangkal
Tugas Pondasi Dangkal
NIM : 150523603628
Mata Kuliah : Teknik Pondasi
PONDASI DANGKAL
1. Pendahuluan
Menurut hardiyatmo, HC (2001) pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya.
Terzaghi mendefinisikan pondasi dangkal adalah;
a. Apabila kedalaman pondasi (Df) lebih kecil atau sama dengan lebar bawah
pondasi (B) {Df<B}.
b. Apabila penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah dibawahnya yang
berupa lapisan penyangga (Z) lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi bawah
(B) {Z<B}.
Pondasi Dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,
umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai
dengan kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang
baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau
kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi
dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat
dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya
tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok
dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan
yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah
muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll.
Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang
dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2)
relatif dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan
bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya.
Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang
keras. Yang termasuk dalam pondasi dangkal adalah sebahai berikut :
1. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan jenis
pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi
batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur
yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau
tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistim
membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan goyangan yang terjadi pada
permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi
gempa.
a. Pada daerah – daerah tertentu batu pecah susah didapat, tapi dapat diganti
dengan batu kali,
b. Membuat pondasi ini memerlukan cost yang besar, apabila menggunakan batu
pecah.
c. Pondasi ini tidak dianjurkan untuk rumah bertingkat 2 lantai atau lebih
Pondasi tapak adalah pondasi yang terbuat dari beton bertulang yang dibentuk
papan/telapak. Pondasi ini biasanya digunakan sebagai tumpuan struktur kolom,
khususnya untuk bangunan bertingkat. Agar bisa meneruskan beban ke lapisan tanah
keras di bawahnya dengan baik, dimensi pondasi tapak sengaja dibuat lebih besar
daripada ukuran kolom di atasnya. Pondasi tapak ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan
(melingkar), persegi atau rectangular.
Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan
yang seragam, tetapi pondasi tapak dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau
haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat
juga digunakan untuk pondasi dalam.
Bahan bagunan yang digunakan untuk membuat pondasi tapak terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, perekat, dan air. Di antaranya pasir, kerikil, semen, dan air. Untuk
bebeapa kasus anda bisa mengganti kerikil dengan batu split yang memiliki diameter 2
– 3 cm. Jangan lupa besi beton sebagai tulangan dan papan kayu sebagai bekisting.
Kelebihan pondasi telapak antara lain adalah:
a. Biaya pembuatannya terbilang cukup murah dibanding dengan pondasi
lain.
b. Kebutuhan galian tanahnya tidak terlalu dalam.
c. Bisa dipakai untuk menahan bangunan yang memepunyai satu hingga
empat lantai
d. Proses pengerjaannya relatif sederhana
e. Daya dukung yang dimiliki sangat baik
Kekurangan pondasi telapak antara lain adalah :
a. Waktu pengeringan beton cukup lama hingga 28 hari
b. Dibutuhkan manajemen waktu yang tepat agar pengerjaannya efisien
c. Rumit dalam merencanakan pembesian dan desain penulangan
Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan pembebanan sampai mencapai
keruntuhan, dilakukan tinjauan terhadap suatu fondasi kaku pada kedalaman dasar fondasi yang
tak lebih dari lebar fondasinya. Penambahan beban fondasi dilakukan secara berangsur-angsur
(Gambar 3.2).
Fase I. Saat awal penerapan bebannya, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah secara lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban yang diterapkan relatif kecil,
penurunan yang terjadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang diterapkan. Dalam keadaan
ini, tanah dalam kondisi keseimbangan elastis. Massa tanah yang terletak di bawah fondasi
mengalami kompresi yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah, yang dengan demikian
menambah daya dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar fondasi dan
deformasi plastis tanah menjadi semakin dominan. Gerakan tanah pada kedudukan plastis dimulai
dari tepi fondasi, dan kemudian dengan bertambahnya beban, zona plastis berkembang. Gerakan
tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh retakan lokal dan geseran tanah di
sekeliling tepi fondasinya. Dalam zona plastis, kuat geser tanah sepenuhnya berkembang untuk
menahan bebannya.
Fase III.Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah
seiring dengan penambahan bebannya. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan tanah ke arah luar
yang diikuti oleh menggembungnya tanah permukaan, dan kemudian, tanah pendukung fondasi
mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh yang berbentuk lengkungan dan garis, yang
disebut bidang geser radial dan bidang geser linier.
Gambar 4: Hubungan Df/B, Dr dari model keruntuhan tanah pasir (Vesic, 1963)
3.2. Pengaruh Posisi MAT (Muka Air Tanah) menurut (Hardiyatmo, HC (2001)
Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kedudukan air tanah. Oleh
karena itu, hal tersebut berpengaruh pula pada daya dukungnya yaitu:
(1) Jika muka air tanah sangat dalam dibandingkan dengan lebar fondasinya atau Z > B,
dengan z adalah jarak muka air tanah di bawah dasar fondasi (lihat Gambar 5), nilai y dalam
suku ke-2 dari persamaan daya dukung dipakai γ b atau γ d, demikian pula dalam suku
persamaan ke-3 dipakai nilai berat volume basah (γ b) atau kering yd. Untuk kondisi ini,
nilai parameter kuat geser yang digunakan dalam hitungan adalah parameter kuat geser
dalam tinjauan tegangan efektif (c' dan (p'). Sehingga Po = γ b x Df
(2) Bila muka air tanah terletak di atas atau sama dengan dasar fondasinya (Gambar 5), nilai
berat volume yang dipakai dalam suku persamaan ke-3 harus berat volume efektifnya (y)
, karena zona geser yang terletak di bawah fondasi sepenuhnya terendarn air. Pada
kondisi ini, nilai p, pada suku persamaan ke-2, menjadi
(3) Jika muka air tanah di permukaan atau dw= 0 maka γ pada suku persamaan ke-2,
digantikan dengan γ '. Sedang γ pada suku persamaan ke-3 dipakai berat volume tanah
efektif (γ ') .
(4) Jika muka air tanah terletak pada kedalaman z di bawah dasar fondasi (z < B) (Gambar 5),
nilai γ pada suku persamaan ke-2 digantikan dengan γ b bila tanahnya basah, dan diganti
dengan γ d bila tanahnya kering. Karena massa tanah dalam zona geser sebagian terendam
air, berat volume tanah yang diterapkan dalam suku ke-3 dari persamaan daya dukung
suku ke-3, dapat didekati dengan:
γ rt = γ ’+ (Z/B) (γ b — γ '), dengan γ rt = berat volume tanah rata-rata.
Po = γ rt x Df
Gambar 5. Pengaruh muka air tanah pada daya dukung .
3.3. P e m b e b a n a n E k s e n t r i s
Pengaruh pembebanan vertikal yang eksentris pada fondasi memanjang yang terletak di
permukaan tanah kohesif ((φ = 0) dan tanah granuler (c = 0 dan φ = 35°), secara kuantitatif
diperlihatkan oleh Meyerhof (1953) (Gambar 6). Dapat dilihat bahwa faktor reduksi daya
dukung merupakan fungsi dari eksentrisitas beban. Pada tanah-tanah granuler, reduksi daya
dukung lebih besar daripada tanah kohesif. Pada Gambar 3.13b, daya dukung ultimit
pembebanan vertikal-eksentris (qu') diperoleh dengan mengalikan daya dukung ultimit fondasi
dengan pembebanan vertikal-terpusat (qu) dengan faktor reduksi Rer yaitu
qu' = Re.qu
dengan
qu' = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal-eksentris.
Re= faktor reduksi akibat pembebanan eksentris.
qu = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal di pusat fondasi.
e = eksentrisitas
Dari Gambar 6 terlihat bahwa jika e/B = 0,5, daya dukung ultimit sama dengan nol (Re= 0).
Jika e/B = 0 atau beban vertikal di pusat fondasi, daya dukung ultimit menjadi bernilai penuh (Re =
1).
Meyerhof (1953) menganggap bahwa pengaruh eksentrisitas beban pada daya dukung
adalah mereduksi dimensi fondasinya. Bila area fondasi sebenarnya berukuran B dan L, akibat
pengaruh beban yang eksentris, Meyerhof memberikan koreksi untuk lebar dan panjangnya
yang dinyatakan oleh dimensi efektif fondasi B' dan L'. Untuk eksentrisitas beban satu arah
(Gambar 7a), dimensi efektif fondasi dinyatakan sebagai berikut:
(1) Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar efektif fondasi dinyatakan oleh:
B ' = B — 2ex, dengan L' = L
(2) Jika beban eksentris pada arah memanjangnya, panjang efektif fondasi dinyatakan oleh:
L' = L — 2ey′ , dengan B ' = B
dengan ex dan ey berturut-turut adalah eksentrisitas resultan beban pada arah x dan y.
2.4 2.2
2.6 2.4
Kedalaman (m)