Tugas Pondasi Dangkal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

Nama : Iqbal Farchansyah Romadloni

NIM : 150523603628
Mata Kuliah : Teknik Pondasi

PONDASI DANGKAL

1. Pendahuluan
Menurut hardiyatmo, HC (2001) pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya.
Terzaghi mendefinisikan pondasi dangkal adalah;
a. Apabila kedalaman pondasi (Df) lebih kecil atau sama dengan lebar bawah
pondasi (B) {Df<B}.
b. Apabila penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah dibawahnya yang
berupa lapisan penyangga (Z) lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi bawah
(B) {Z<B}.
Pondasi Dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,
umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai
dengan kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang
baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau
kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi
dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat
dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya
tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok
dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan
yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah
muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll.
Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang
dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2)
relatif dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan
bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya.
Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang
keras. Yang termasuk dalam pondasi dangkal adalah sebahai berikut :
1. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan jenis
pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi
batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur
yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau
tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistim
membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan goyangan yang terjadi pada
permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi
gempa.

Gambar 1.1 Pondasi umpak

2. Pondasi Batu Kali


Pondasi batu kali adalah pondasi yang strukturnya terbuat dari pasangan batu kali
yang disusun sedemikian rupa sehingga berdiri kokoh bahkan mapu untuk mendukung
beban dinding batu bata rumah ( atau pagar ) diatasnya.
Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup
bai. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 – 80 cm. Dengan lebar tampak kurang
sama dengan tingginya.

Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah :


a. Batu pecah, atau batu kali
b. Pasir pasang
c. Semen portland
Kelebihan yang dimiliki pondasi batu kali adalah :

a. Pelaksanaan pondasi mudah,


b. Waktu pengerjaan pondasi relatif lebih cepat,
c. Biaya pelaksanaan relatif lebbih murah, jika menggunakan batu kali
d. Batu pecah relatif mudah didapat ( untuk area pulau jawa )

Kekurangan pondasi batu kali adalah :

a. Pada daerah – daerah tertentu batu pecah susah didapat, tapi dapat diganti
dengan batu kali,
b. Membuat pondasi ini memerlukan cost yang besar, apabila menggunakan batu
pecah.
c. Pondasi ini tidak dianjurkan untuk rumah bertingkat 2 lantai atau lebih

Gambar 1.2 Pondasi Batu Kali

3. Pondasi Telapak ( Plat beton bertulang )

Pondasi tapak adalah pondasi yang terbuat dari beton bertulang yang dibentuk
papan/telapak. Pondasi ini biasanya digunakan sebagai tumpuan struktur kolom,
khususnya untuk bangunan bertingkat. Agar bisa meneruskan beban ke lapisan tanah
keras di bawahnya dengan baik, dimensi pondasi tapak sengaja dibuat lebih besar
daripada ukuran kolom di atasnya. Pondasi tapak ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan
(melingkar), persegi atau rectangular.
Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan
yang seragam, tetapi pondasi tapak dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau
haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat
juga digunakan untuk pondasi dalam.
Bahan bagunan yang digunakan untuk membuat pondasi tapak terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, perekat, dan air. Di antaranya pasir, kerikil, semen, dan air. Untuk
bebeapa kasus anda bisa mengganti kerikil dengan batu split yang memiliki diameter 2
– 3 cm. Jangan lupa besi beton sebagai tulangan dan papan kayu sebagai bekisting.
Kelebihan pondasi telapak antara lain adalah:
a. Biaya pembuatannya terbilang cukup murah dibanding dengan pondasi
lain.
b. Kebutuhan galian tanahnya tidak terlalu dalam.
c. Bisa dipakai untuk menahan bangunan yang memepunyai satu hingga
empat lantai
d. Proses pengerjaannya relatif sederhana
e. Daya dukung yang dimiliki sangat baik
Kekurangan pondasi telapak antara lain adalah :
a. Waktu pengeringan beton cukup lama hingga 28 hari
b. Dibutuhkan manajemen waktu yang tepat agar pengerjaannya efisien
c. Rumit dalam merencanakan pembesian dan desain penulangan

Jenis – jenis pondasi telapak :


Dalam memilih jenis pondasi telapak yang paling tepat untuk mendukung suatu
bangunan, kita harus menyesuaikan terhadap faktor – faktor tertentu. Mulai dari
kedalaman tanah dari dasar pondasi, daya dukung tanah, keseragaman komposisi tanah
,jenis bangunan yang akan disokong , sampai ukuran pondasi yang dibutuhkan. Pondasi
telapak terdiri dari :
1. Pondasi plat setempat
Pondasi telapak setempat juga dikenal sebagai pondasi telapak kolom dan
pondasi telapak terpisah. Kebanyakan pondasi ini berbentuk bujur sangkar untuk
mengefetifkan ruang dan menjamin keseimbangannya. Namun jika raungan yang
tersedia tidak memungkinkan dibentuk ini, maka pondasi telapak setempat juga bisa
dibangun dalam bentuk persegi panjang.
Gambar 1.3.1 Pondasi Telapak
2. Pondasi plat menerus
Pondasi plat menerus disebut juga pondasi jalur atau pondasi memanjang (
strip foundations ) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban
memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban
kolom dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional
kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu
dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk
memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk
pondasi dinding maupun kolom praktis. Pondasi plat menerus dibagi menjadi 3
yaitu : a) pondasi menerus satu arah melintang bangunan, b) plat menerus satu arah
memanjang bangunan, c) plat menerus dua arah bangunan ( dipasang apabila plat
menerus satu arah tidak memenuhi daya dukung yang di harapkan, sehingga harus
dipasang dua arah. Tentunya tetap memperhatikan segi teknis, ekonomis dan
workability. Lebar pelat arah melintang dan memanjang tidak boleh sama).

Kebutuhan pondasi plat menerus :


Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali,
cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan
catatan tidak mendukung beban struktural.
Kelebihan pondasi plat menerus :
a. Pelaksanaan pondasi mudah
b. Waktu pengerjaan relatif lebih cepat
c. Biaya pelaksanaan relatif lebih murah, jika menggunakan batu kali
d. Batu pecah di daerah khususnya jawa mudah didapat.
Kekurangan pondasi plat menerus :
a. Pada daerah tertentu batu pecah susah didapat, tapi dapat diganti
dengan batu kali.
b. Pondasi ini tidak dianjurkan untuk rumah bertingkat lebih dari 2 lantai.

Gambar 1.3.2.2 Pondasi menerus


3. Pondasi plat penuh
Pondasi ini elemen utamanya adalah plat beton bertulang yang luasnya sama
dengan atau lebih luas dari pada luas lantai bangunan bawah. Sehingga mampu
memikul beban untuk bangunan bertingkat banyak . pondasi plat penuh antara lain
:
a. Pondasi rakit ( raft foundations )
Pondasi rakit adalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar
permukaan dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa jalur
dengan tanah. Digunakan di tanah lunak atau susunan jarak kolomnya sangat
dekat di semua arahnya, bila memakai telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.

Gambar 1.3.3.2a pengerjaan pondasi rakit


Jenis – jenis pondasi rakit :
a) Pelat rata, ketebalan pondasi raft ini sama semua
b) Pelat yang ditebalkan dibawah kolom
Pondasi ini memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Di bawah kolom
biasanya memiliki ketebalan yang lebih dibanding tidak di bawah kolom.
c) Balok dan pelat
d) Pelat dengan kaki tiang
e) Dinding bassement sekaligus sebagai bagian dari pondasi telapak

b. Pondasi sarang laba – laba


Pondasi ini didesain Ir. Riyantori dan Ir. Sucipto PDIP. Merupakan
pengembangan dari pondasi rakit, yang bagian bawah pelat secara monolit
diperkuat dengan balok rib/pengaku ke arah bawah. Pemasangan balok rib
kearanh memanjang, melintang dan arah diagonal. Dimaksudkan untuk
memperkokoh kekakuan plat sehingga memikul beban dari kolom yang sangat
besar. Termasuk perbaikan tanah diantara balok rib.
Kontruksi ini dirancang untuk mampu mengikuti arah gempa baik
horizotal maupun vertikal karena menggunakan media tanah sebagai bagian dari
struktur pondasi. Konstruksi yang menyerupai sarang laba – laba dan tanah yang
dipadatkan adalah sistem pondasi pertama didunia yang mampu memaksa tanah
berfungsi sebagai struktur. Dinamakan sarang laba – laba karena pembesian plat
pondasi di daerah kolom selalu berbentuk sarang laba – laba. Juga bentuk
jaringannya yang tarik – menarik bersifat monolit yaitu berada dalam satu
kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi di desain untuk multi fungsi, untuk
septic tank, bak resevoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib
( tulang iga ) KSLL( Konstruksi Sarang Laba – Laba ) berfungsi sebagai
penyebar tegangan atau gaya – gaya yang bekerja pada kolom. Pasir pengisi dan
tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib – rib konstruksi terhadap lipatan
puntir.
Sesuai dengan definisinya, maka konstruksi sarang laba – laba terdiri dari
2 bagian, yaitu :
a) Konstruksi beton
 Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus
yang dibawahnya dikakukan oleh rib – rib tegak yang pipih
tetapi tinggi.
 Ditinjau dari segi fungsinya, rib – rib tersebut ada 3 macam
yatu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku.
 Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang
terbalik ( menghadap bawah )
 Penempatan / susunan rib – rib tersebut sedemikian rupa,
sehingga denah atas membentuk petak – petak segitiga dengan
hubungan yang kaku ( rigid ).
b) Perbaikan tanah / pasir
 Rongga yang ada diantara rib – rib / dibawah pelat diisi dengan
lapisan tanah / pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan
dengan sempurna.
 Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan
dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak
lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis
teratas harus melampaui batas 90 % atau 95 % kepadatan
maksimum (standart proctor). Adanya perbaikan tanah yang
dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan
tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil
dimensi pelat serta rib – ribnya. Sehingga rib – rib serta pelat
KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah
dipadatkan dengan baik.
Pada dasarnya pondasi KSSL bertujuan untuk memperkaku sistem
pondasi itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya.
Seperti diketahui bahwa pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan /
stress tanah yang timbul akan semakin tidak merata, terjadi konsentrasi
tegangan pada daerah beban terpusat. Dan baiknya, jika pondasi semakin kaku,
maka distribusi tegangan tanah akan semakin merata. Hal ini mempengaruhi
kekuatan pondasi dalam hal penurunan ynag dialami pondasi. Dengan pondasi
KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih tinggi, maka penurunan
yangterjadi akan merata karena masing – masing kolom dijepit dengan rib – rib
beton yang saling mengunci.
Kelebihan – kelebihan pondasi KSLL adalah sebagia berikut :
a) KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan
bangunan yang hemat dibanding pondasi rakit ( raft foundations )
b) KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan
mengurangi irregular differential settlement apabila dibandingkan
dengan pondasi rakit.
c) KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi
karena pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral
bukling pada rib.
d) KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan
bertingkat rendah ( 2 lantai ) yang dibangun diatas tanah lunak dengan
mempertimbangkan total settlement yang mungkin terjadi.
e) Pelaksanaanya tidak menggunakan alat – alat berat dan tidak
mengganggu lingkungan sehingga cocok diterapkan baiki di
lokasipadat penduduk maupun didaerah terpencil.
f) KSLL mampu menghemat penggunaan baja tulangan maupun beton.
g) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat
dilaksanakan secara padat karya.
h) KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau
tiang pancang, lebih lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok
digunakan oleh negara – negara sedang berkembang sebab murah,
padat karya dan sederhana.

Gambar 1.3.3.1b Pengerjaan KSLL


c. Pondasi Cakar Ayam
Pondasi ini didesain oleh Ir. Sedyatmo, elemen utama adalah plat beton
seperti pondasi rakit maupun pondasi saranga laba – laba. Sebagai pengaku
sekaligus menambah daya dukung, bagian bawah plat secara monolit dipasang
pipa beton bertulang posisi berdiri. Besarnya diameter pipa beton, ketebalan
serta dalamnya tergantung beban yang dipikul dan kondisi tanah ( melalui
proses perhitungan ). Serta dilakukan perbaikan tanah.
Pondasi cakar ayam juga banyak digunakan untuk berbagai pondasi
bangunan dan perkerasan jalan raya, terdiri dari pelat tipis beton bertulang.
Secara umum perkerasan cakar ayam, terdiri dari pelat tipis beton bertulang
tebal 10 – 17 cm yang diperkaku oleh pipa – pipa beton berdiameter 120 cm,
dengan tebal 8 cm dan panjang pipa 150 – 200 cm yang tertanam pada lapisan
subgrade, dengan jarak – jarak pipa berkisar 2,0 – 2,5 meter. Dibawah pelat
terdapat lapisan lean concrete setebal ± 10 cm ( terbuat dari beton mutu rendah
) dan lapisan sirtu tebal 30 cm.
Sisitem cakar ayam modifikasi (CAM) merupakan pengembangan lebih
lanjut dari sistem cakar ayam Prof. Sediyatmo. Pengembangan yang dilakukan
mencangkup :
a) Perubahan bahan cakar ayam yang semula dari bahan pipa beton
diganti dengan pipa baja dengan tebal 1,4 mm, diameter 0,6 – 0,80 m
dan panjang 1 – 1,2 m.
b) Pengembangan pada metode analisis, perencanaan , metode
pelaksanaan, dan metode evaluasi pekerasan.
c) Aplikasi sistem CAM pada tanah dasarnya berupa tanah ekspansif
(tanah dasar mudah mengalami kembang susut, sehingga merusak
perkerasan )
Pondasi cakar ayam digunakan pada :
a) Pondasi menara transmisi tegangan tinggi
b) Pondasi bangunan gedung bertingkat, power station, kolam renang,
gudang, dan hanggar.
c) Pondasi jembatan
d) Perkerasan bandara ( runway, taxi way, dan aparon )
e) Perkerasan jalan tol.
Gambar 1.3.3.1c gambar potongan pondasi cakar ayam
4. Pondasi Kombinasi
Kombinasi ini dimaksudkan untuk efisiensi serta workability serta tidak
meninggalkan dari segi teknis / perhitungan. Variasi kombinasi tergantung kratifitas
perencana, kebutuhan konstruksi serta efisiensi,
a. Kombinasi antara pondasi foot plate dan pondasi batu kali
Pondasi ini merupakan gabungan antara pondasi batu kali dan pondasi foot
plate yang menggunakan besi sebagai tulangan ( beton bertulang ).
b. Kombinasi antara plat setempat, plat menerus dan rakit
Kombinasi sesama jenis pondasi plat masih lazim digunakan mengingat fungsi
struktur/ konstruksi diatasnya yang berbeda serta kondisi tanah yang berbeda
pula.

Gambar 1.3.4.1 kombinasi pondasi batu kali dan pondasi telapak

2. Tipe-tipe Keruntuhan Fondasi

Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan pembebanan sampai mencapai
keruntuhan, dilakukan tinjauan terhadap suatu fondasi kaku pada kedalaman dasar fondasi yang
tak lebih dari lebar fondasinya. Penambahan beban fondasi dilakukan secara berangsur-angsur
(Gambar 3.2).
Fase I. Saat awal penerapan bebannya, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah secara lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban yang diterapkan relatif kecil,
penurunan yang terjadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang diterapkan. Dalam keadaan
ini, tanah dalam kondisi keseimbangan elastis. Massa tanah yang terletak di bawah fondasi
mengalami kompresi yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah, yang dengan demikian
menambah daya dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar fondasi dan
deformasi plastis tanah menjadi semakin dominan. Gerakan tanah pada kedudukan plastis dimulai
dari tepi fondasi, dan kemudian dengan bertambahnya beban, zona plastis berkembang. Gerakan
tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh retakan lokal dan geseran tanah di
sekeliling tepi fondasinya. Dalam zona plastis, kuat geser tanah sepenuhnya berkembang untuk
menahan bebannya.
Fase III.Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah
seiring dengan penambahan bebannya. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan tanah ke arah luar
yang diikuti oleh menggembungnya tanah permukaan, dan kemudian, tanah pendukung fondasi
mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh yang berbentuk lengkungan dan garis, yang
disebut bidang geser radial dan bidang geser linier.

Gambar 2 Fase-fase keruntuhan fondasi. (Hardiyatmo, HC (2001)


Berdasarkan pengujian model, Vesic (1963) membagi mekanisme keruntuhan fondasi
menjadi 3 macam (Gambar 3):
(1) Keruntuhan geser umum (general shear failure).
(2) Keruntuhan geser local (local shear failure).
(3) Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching shear failure).

2.1. Keruntuhan geser umum.


Keruntuhan fondasi terjadi menurut bidang runtuh yang dapat diidentifikasi dengan jelas.
Suatu baji tanah terbentuk tepat pada dasar fondasi (zona A) yang menekan tanah ke bawah
hingga menyebabkan aliran tanah secara plastis pada zona, Gerakan ke arah luar di kedua zona
tersebut, ditahan oleh tahanan tanah pasif di bagian Saat tahanan tanah pasif bagian C terlampaui,
terjadi gerakan tanah yang mengakibatkan penggembungan tanah di sekitar fondasi. Bidang
longsor yang terbentuk, berupa lengkungan dan garis lurus yang menembus hingga mencapai
permukan tanah. Saat keruntuhannya, terjadi gerakan massa tanah ke arah luar dan ke atas
(Gambar 3a). Keruntuhan geser umum terjadi dalam waktu yang relatif mendadak, yang diikuti
oleh penggulingan fondasinya.

2.2. Keruntuhan geser lokal.


Tipe keruntuhannya hampir sama dengan keruntuhan geser umum, namun bidang
runtuh yang terbentuk tidak sampai mencapai permukaan tanah. Jadi, bidang runtuh yang kontinu
tak berkembang. Fondasi tenggelam akibat bertambahnya beban pada kedalaman yang relatif
dalam, yang menyebabkan tanah di dekatnya mampat. Tetapi, rnampatnya tanah tidak sampai
mengakibatkan kedudukan kritis keruntuhan tanahnya, sehingga zona plastis tak berkembang
seperti pada keruntuhan geser umum. Dalam tipe keruntuhan geser lokal, terdapat sedikit
penggembungan tanah di sekitar fondasi, namun tak terjadi penggulingan fondasi (Garnbar 3b).
Gambar 3 Macam keruntuhan fondasi. (Hardiyatmo, HC (2001)

a. Keruntuhan geser umum. b.Keruntuhan geser lokal.c. Keruntuhan penetrasi.

2.3. Keruntuhan penetrasi.


Pada tipe keruntuhan ini, (Hardiyatmo, HC (2001) dapat dikatakan keruntuhan geser
tanah tidak terjadi. Akibat bebannya, fondasi hanya menembus dan menekan tanah ke samping
y
ang menyebabkan pemampatan tanah di dekat fondasi. Penurunan fondasi bertambah hampir
secara linier dengan penambahan bebannya. Pemampatan tanah akibat penetrasi fondasi,
berkembang hanya pada zona terbatas tepat di dasar dan di sekitar tepi fondasi. Penurunan yang
terjadi tak menghasilkan cukup gerakan arah lateral yang menuju kedudukan kritis
keruntuhan tanahnya, sehingga kuat geser ultimit tanah tak dapat berkembang.
Fondasi menembus tanah ke bawah dan baji tanah yang terbentuk di bawah dasar
fondasi hanya menyebabkan tanah menyisih. Saat keruntuhan, bidang runtuh tak
terlihat sama sekali (Gambar 3c).
Jika tanah tak mudah mampat dan kuat gesernya tinggi, praktis akan terjadi
keruntuhan geser umum. Tipe keruntuhan penetrasi dapat diharapkan terjadi terutama
pada tanahtanah yang mudah mampat, seperti pasir tak padat dan lempung lunak, dan
banyak terjadi pula jika kedalaman fondasi (D f ) sangat besar dibandingkan dengan
lebarnya (B). Akan tetapi, model keruntuhan fondasi yang dapat diharapkan terjadi
pada tipe fondasi tertentu tergantung dari banyak faktor. Contohnya, tipe tanah
tertentu tidak dapat menunjukkan tipe model keruntuhan fondasinya.
Vesic (1963) telah banyak mengerjakan tes model untuk mengetahui pengaruh
kepadatan tanah pasir serta pengaruh lebar dibanding kedalaman fondasi (D f /B)
terhadap mekanisme keruntuhan fondasi. Dari basil tes tersebut, diperoleh bahwa tipe
keruntuhan fondasi bergantung pada kerapatan relatif (D r ) dan nilai Df /B, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 4. Tipe keruntuhan geser umum diharapkan terjadi pada
fondasi yang relatif dangkal yang terletak pada pasir padat atau kira-kira dengan >
36°, sedang untuk keruntuhan geser lokal kira-kira dengan < 29°.

Gambar 4: Hubungan Df/B, Dr dari model keruntuhan tanah pasir (Vesic, 1963)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah (qs) :


3.1. Bentuk dasar pondasi

Tabel 1. Pengaruh bentuk dasar pondasi (α dan β)


Faktor bentuk Menerus Bujur sangkar Persegi Lingkaran
Panjang

α 1,0 1,3 1,0 + 0,3 (B/L) 1,3

β 0,5 0,4 1 – 0,2 (B/L) 0,3

3.2. Pengaruh Posisi MAT (Muka Air Tanah) menurut (Hardiyatmo, HC (2001)

Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kedudukan air tanah. Oleh
karena itu, hal tersebut berpengaruh pula pada daya dukungnya yaitu:

(1) Jika muka air tanah sangat dalam dibandingkan dengan lebar fondasinya atau Z > B,
dengan z adalah jarak muka air tanah di bawah dasar fondasi (lihat Gambar 5), nilai y dalam
suku ke-2 dari persamaan daya dukung dipakai γ b atau γ d, demikian pula dalam suku
persamaan ke-3 dipakai nilai berat volume basah (γ b) atau kering yd. Untuk kondisi ini,
nilai parameter kuat geser yang digunakan dalam hitungan adalah parameter kuat geser
dalam tinjauan tegangan efektif (c' dan (p'). Sehingga Po = γ b x Df

(2) Bila muka air tanah terletak di atas atau sama dengan dasar fondasinya (Gambar 5), nilai
berat volume yang dipakai dalam suku persamaan ke-3 harus berat volume efektifnya (y)
, karena zona geser yang terletak di bawah fondasi sepenuhnya terendarn air. Pada
kondisi ini, nilai p, pada suku persamaan ke-2, menjadi

Po = γ ' (Df – dw ) + γb.dw

dengan γ ' = γ sat – γ w′ dan dw = kedal am an muka ai r t anah dari


permukaan

(3) Jika muka air tanah di permukaan atau dw= 0 maka γ pada suku persamaan ke-2,
digantikan dengan γ '. Sedang γ pada suku persamaan ke-3 dipakai berat volume tanah
efektif (γ ') .

(4) Jika muka air tanah terletak pada kedalaman z di bawah dasar fondasi (z < B) (Gambar 5),
nilai γ pada suku persamaan ke-2 digantikan dengan γ b bila tanahnya basah, dan diganti
dengan γ d bila tanahnya kering. Karena massa tanah dalam zona geser sebagian terendam
air, berat volume tanah yang diterapkan dalam suku ke-3 dari persamaan daya dukung
suku ke-3, dapat didekati dengan:
γ rt = γ ’+ (Z/B) (γ b — γ '), dengan γ rt = berat volume tanah rata-rata.
Po = γ rt x Df
Gambar 5. Pengaruh muka air tanah pada daya dukung .

3.3. P e m b e b a n a n E k s e n t r i s
Pengaruh pembebanan vertikal yang eksentris pada fondasi memanjang yang terletak di
permukaan tanah kohesif ((φ = 0) dan tanah granuler (c = 0 dan φ = 35°), secara kuantitatif
diperlihatkan oleh Meyerhof (1953) (Gambar 6). Dapat dilihat bahwa faktor reduksi daya
dukung merupakan fungsi dari eksentrisitas beban. Pada tanah-tanah granuler, reduksi daya
dukung lebih besar daripada tanah kohesif. Pada Gambar 3.13b, daya dukung ultimit
pembebanan vertikal-eksentris (qu') diperoleh dengan mengalikan daya dukung ultimit fondasi
dengan pembebanan vertikal-terpusat (qu) dengan faktor reduksi Rer yaitu

qu' = Re.qu
dengan
qu' = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal-eksentris.
Re= faktor reduksi akibat pembebanan eksentris.
qu = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal di pusat fondasi.
e = eksentrisitas
Dari Gambar 6 terlihat bahwa jika e/B = 0,5, daya dukung ultimit sama dengan nol (Re= 0).
Jika e/B = 0 atau beban vertikal di pusat fondasi, daya dukung ultimit menjadi bernilai penuh (Re =
1).
Meyerhof (1953) menganggap bahwa pengaruh eksentrisitas beban pada daya dukung
adalah mereduksi dimensi fondasinya. Bila area fondasi sebenarnya berukuran B dan L, akibat
pengaruh beban yang eksentris, Meyerhof memberikan koreksi untuk lebar dan panjangnya
yang dinyatakan oleh dimensi efektif fondasi B' dan L'. Untuk eksentrisitas beban satu arah
(Gambar 7a), dimensi efektif fondasi dinyatakan sebagai berikut:
(1) Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar efektif fondasi dinyatakan oleh:
B ' = B — 2ex, dengan L' = L
(2) Jika beban eksentris pada arah memanjangnya, panjang efektif fondasi dinyatakan oleh:
L' = L — 2ey′ , dengan B ' = B
dengan ex dan ey berturut-turut adalah eksentrisitas resultan beban pada arah x dan y.

Gambar 6. (a) Pembebanan eksentris pada fondasi memanjang.


(b) Pengaruh eksentrisitas beban pada daya dukung fondasi memanjang
yang dibebani secara vertikal (Meyerhof, 1953).

Gambar 7 Area kontak efektif


(a). Eksentrisitas satu ara, (b). Eksentrisitas dua arah, (c). Eksentrisitas dua arah disederhanakan (Meyerhof,
1953)
Jika eksentrisitas beban dua arah, yaitu ex dan ey, maka lebar efektif fondasi (B') ditentu-
kan sedemikian hingga resultan beban terletak di pusat berat area efektif A' (Gambar 7b).
Komponen vertikal beban total (P') yang didukung oleh fondasi dengan beban eksentris
dinyatakan oleh:
P’ = q uA' = q „B'L'
dengan A' adalah luas efektif dengan sisi terpanjang L', sedemikian hingga pusat
beratnya berimpit dengan garis kerja resultan beban fondasi. Dalam hal ini, didefinisikan lebar
efektif B' = A'/L'. Dalam Persamaan P’= q uA' = q „B'L', bila hitungannya dalam
tinjauan daya dukung ultimit neto (qun), beban yang terhitung merupakan beban ultimit neto.
(3) Untuk eksentrisitas beban 2 arah, Meyerhof (1953) menyarankan penyederhanaan luas
dasar fondasi efektif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7c, dengan
B' = B – 2ex, dan L' = L – 2ey
Contoh Soal :

Project : Masjid Crew Operator : Team Mektan


Hole No. : S2 Checked By : Ketut Sugiharto
Cut/Fill : -0,00 m Type Of Apparatus : 2,50 Ton
GWL :m Type Of Cone Unit : Biconus
Date : 09 Desember 2013 Sheet :1
CONE PENETRATION TEST

Tip Total Total


Friction Local Friction Friction
Depth Resistance Resistance Friction
Resistance Resistance Sleeve Ratio
(qc) (JP) (JHP)

(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm2) (%)


0 0 0 0 0 0 0 0
0.200 5.000 5.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.400 10.000 20.000 10.000 12.792 12.792 0.640 6.396
0.600 10.000 25.000 15.000 19.189 31.981 0.959 9.594
0.800 15.000 25.000 10.000 12.792 44.773 0.640 4.264
1.000 20.000 30.000 10.000 12.792 57.565 0.640 3.198
1.200 20.000 35.000 15.000 19.189 76.754 0.959 4.797
1.400 25.000 35.000 10.000 12.792 89.546 0.640 2.558
1.600 25.000 35.000 10.000 12.792 102.338 0.640 2.558
1.800 30.000 40.000 10.000 12.792 115.130 0.640 2.132
2.000 35.000 40.000 5.000 6.396 121.526 0.320 0.914
2.200 30.000 40.000 10.000 12.792 134.318 0.640 2.132
2.400 30.000 45.000 15.000 19.189 153.507 0.959 3.198
2.600 30.000 45.000 15.000 19.189 172.696 0.959 3.198
2.800 25.000 35.000 10.000 12.792 185.488 0.640 2.558
3.000 20.000 30.000 10.000 12.792 198.280 0.640 3.198
3.200 35.000 55.000 20.000 25.585 223.865 1.279 3.655
3.400 25.000 30.000 5.000 6.396 230.261 0.320 1.279
3.600 25.000 40.000 15.000 19.189 249.450 0.959 3.838
3.800 15.000 20.000 5.000 6.396 255.846 0.320 2.132
4.000 20.000 20.000 0.000 0.000 255.846 0.000 0.000
4.200 40.000 45.000 5.000 6.396 262.242 0.320 0.800
4.400 40.000 50.000 10.000 12.792 275.034 0.640 1.599
4.600 40.000 50.000 10.000 12.792 287.826 0.640 1.599
4.800 40.000 55.000 15.000 19.189 307.015 0.959 2.399
5.000 100.000 120.000 20.000 25.585 332.600 1.279 1.279
5.200 120.000 180.000 60.000 76.754 409.354 3.838 3.198
5.400 150.000 190.000 40.000 51.170 460.524 2.558 1.706
5.600 200.000 220.000 20.000 25.585 486.109 1.279 0.640

Perlawanan Ujung Konus (qc) Friction Ratio


(kg/cm2) (%)
0 100 200 300 0 10 20
0 0
0.2 0.2
0.4 0.4
0.6 0.6
0.8
0.8
1
1
1.2
1.4 1.2
1.6 1.4
1.8 1.6
2 Perlawanan 1.8
2.2 Ujung 2
Konus (qc)
Kedalaman (m)

2.4 2.2
2.6 2.4
Kedalaman (m)

2.8 Jumlah 2.6


3 Hambatan 2.8
3.2 Pelekat 3
3.4 (JHP)
3.6 3.2
3.8 3.4
4 3.6
4.2 3.8
4.4 4
4.6 4.2
4.8 4.4
5 4.6
5.2
4.8
5.4
5
5.6
0 200 400 5.2
5.4
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) (kg/cm2)
5.6

Gambar 8. Grafik Cone Penetration Test

Anda mungkin juga menyukai