Contoh Rencana Relamasi Tambang

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Pemrakarsa


PT. RAR MANGAN JAYA merupakan perusahaan tambang khususnya
pertambangan Mangan yang terletak di Desa Raifatus, Kecamatan Raihat,
Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur. Perusahaan yang didirikan pada tanggal
11 Oktober 2017 ini memiliki luas sebesar 75 Ha dengan jumlah pekerja sebanyak
500 orang. Berikut merupakan data perusahaan PT. RAR MANGAN JAYA
sebagai pemegang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP
OP) sesuai dengan keputusan Bupati Kabupaten Belu
No.144.12/106/Tamter/2017.

Nama Perusahaan : PT. RAR MANGAN JAYA


Alamat : Jl. Bakti No.25 Desa Raifatus, Kecamatan Raihat,
Kabupaten Belu
Direktur Utama : Rajesta
Lokasi Pertambangan : Desa Tukuneno, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten
Belu, NTT
Bahan Tambang : Mangan

1.2 Wilayah Perizinan


1.2.1 Lokasi
Kegiatan penambangan mangan oleh PT. RAR MANGAN JAYA
dilakukan di Desa Tukuneno, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, NTT.
Berikui ini merupakan batas-batas wilayah Kabupaten Belu.
a. Sebelah Utara : Selat Ombay dan Laut Timor
b. Sebelah Selatan : Laut Timor
c. Sebelah Barat : Kabupaten TTS dan TTU
d. Sebelah Timur : Negara Timor Leste
Kabupaten Belu terletak diantara 124 BT-126BT dan 80LS-100LS
dengan luas wilayah 2445,57 km2 atau 5,16% luas wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan lokasi yang dipilih untuk dilakukannya kegiatan
pertambangan mangan yaitu Desa Tukuneno, Kecamatan Tasifeto Barat yang
terletak di Kabupaten Belu.

Gambar 1.2.1 Peta Lokasi

1.2.2 IUP (Izin Usaha Pertambangan)


Sebagai perusahaan yang mendukung perkembangan sektor
pertambangan, PT. RAR MANGAN JAYA melaksanakan kegiatan usaha
pertambangan mangan berdasarkan Persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Tahap Operasi Produksi sesuai dengan keputusan Bupati Kabupaten Belu
No.144.12/106/Tamter/2017 dengan luas area IUP OP sebesar 150 Ha.
Gambar 1.2.2 Peta IUP

1.2.3 Batas Wilayah


Desa Tukuneno memiliki luas sebesar 11.372 Ha, yang terdiri dari 9.500
Ha/m2 luas pemukiman, 50 Ha/m2 luas persawahan, 576 Ha/m2 luas perkebunan,
1 Ha/m2 luas perkantoran dan sisanya untuk kegiatan penelitian ataupun
pertambangan. Berikut merupakan batas-batas wilayah Desa Tukuneno.
a. Sebelah Utara : Desa Fatuketi
b. Sebelah Selatan : Desa Naikasa
c. Sebelah Barat : Kabupaten TTU
d. Sebelah Timur : Kecamatan Tasifeto Timur
Gambar 1.2.3 Peta Wilayah Desa Tukuneno

1.3 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Area IUP OP PT. RAR MANGAN JAYA terletak di Desa Tukuneno,
Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, NTT yang berada sekitar 10 km dari
Desa Raihat (lokasi perusahaan) dengan luas 150 Ha. Perjalanan ke area IUP OP
bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua
dengan kondisi jalan beraspal, bertanah dan berkerikil dengan lebar jalan sebesar
8 meter.
1.4 Keadaan Lingkungan Daerah
1.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah
a. Luas Daerah
Sesuai dengan keputusan Bupati Kabupaten Belu
No.144.12/106/Tamter/2017 terkait dengan Persetujuan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Tahap Operasi Produksi, luas area IUP OP PT. RAR MANGAN JAYA yaitu
150 Ha di Desa Tukuneno.

b. Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Belu dapat dikelompokan atas beberapa kelompok
berdasarkan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Keadaan topografi
Kabupaten Belu dirinci seperti berikut di bawah ini :
 Ketinggian 0 – 230 m dpl seluas 98,349 Ha (40,12 %)
 Ketinggian 230 – 500 m dpl seluas 95,958 Ha (39,12 %)
 Ketinggian 500 – 750 m dpl seluas 30,710 Ha (12,56 %)
 Ketinggian 750 – 1000 m dpl seluas 17,240 Ha (7,03 %)
Keadaan topografi Kabupaten Belu bervariasi antara ketinggian 0 sampai
dengan +1500 m.dpal (meter di atas permukaan laut). Variasi ketinggian rendah
(0-150 m.dpal) mendominasi wilayah bagian selatan dan sebagian kecil di bagian
utara. Sementara pada bagian tengah wilayah ini terdiri dari area dengan dataran
sedang (200-500 m.dpal). Dataran tinggi di Kabupaten Belu ini hanya menempati
kawasan pada bagian timur yang berbatasan langsung dengan RDTL. Zone-zone
dataran rendah di bagian selatan ini sebagian besar digunakan sebagai areal
pertanian dan kawasan cagar alam hutan mangrove.
Peta Topografi Kabupaten Belu

1.4.2 Penduduk dan Sosial Ekonomi


a. Data Penduduk
Untuk jumlah penduduk di Desa Tukuneno adalah 3.407 jiwa terdiri atas
1.615 jiwa (laki-laki) dan 1.792 jiwa (perempuan), ( Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kabupaten Belu, 2008).
b. Sosoal dan Ekonomi

Ekonomi
Kabupaten Belu dengan luas wilayah 2.445,57 km2, dengan jumlah
penduduk 362.191 jiwa, dan tingkat kepadatan penduduk 148 jiwa/km2,
merupakan sumber daya pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang relatif
banyak, dan tingkat kepadatan yang relatif padat, memberi peluang untuk dapat
memanfaatkan setiap potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Belu, dalam upaya
meningkatkan pendapatan masyarkat.
Sebagai akibat dari adanya peluang dan pemanfaatan setiap sumber daya
ekonomi yang ada di Kabupaten Belu, maka pendapatan regional yang dihasilkan
terus meningkat dari tahun ke tahun, yang pada akhirnya berdampak pada
pendapatan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita Kabupaten Belu pada
tahun 2008 mencapai Rp. 1.974.446,- sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp.
2.552.665,- . Dengan meningkatnya pendapatan perkapita Kabupaten Belu tentu
di tunjang dengan segala fasilitas sarana dan prasarana yang menjadi tiang
penyangga perekonomian. Dan itu terlihat dengan adanya aturan – aturan yang
menjadi tolak ukur pendapatan daerah yaitu sistem perijinan yang menjadi
pemasukan daerah dari masyarakat kepada pemerintah.

Sosial Budaya
Suku bangsa yang mendiami Kabupaten Belu ada 4 suku yaitu, Suku
Tetum, Suku Dawan, Suku Kemak, dan Suku Bunak (Marae) dan kesemuanya
mempunyai bahasa sendiri-sendiri yang nama bahasa tersebut sama dengan nama
sukunya. Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan bukit dan
pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang curah hujannya
sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut mempengaruhi pola hidup dan
watak keseharian masyarakat Belu.Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya
banyak berada di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu
karang yang tidak mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan
maksud untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun binatang
buas. Rumah asli penduduk Belu bernama Lopo, yaitu rumah yang berbentuk
seperti kapal terbalik dan ada yang seperti gunung.Atapnya menjulur ke bawah
hampir menyentuh tanah.
1.4.3 Flora dan Fauna
Potensi flora di Desa Tukuneno meliputi vegetasi hutan dataran rendah
meliputi kayu akasia, kayu putih, kayu cendana, kayu lontar, kayu gaharu dan
lain-lain. Jenis fauna yang dapat ditemukan di wilayah pertambangan yaitu rusa,
babi hutan, kuda liar, biawak, ayam hutan, burung Timor, dan ular.

1.4.4 Iklim dan Curah Hujan


Secara umum Kabupaten Belu beriklim kering (semiarid), dengan musim
hujan yang sangat pendek dengan temperatur udara berkisar 21,5 0 – 33,7 0 C dan
temperatur udara rata-rata sekitar 27,6 0C. Temperatur udara tertinggi 33,7 0C
terjadi pada Bulan Nopember, sedangkan temperatur udara terendah 21,50 terjadi
Bulan Agustus.
Biasanya hujan turun antara Bulan Desember sampai Bulan Maret,
sedangkan kemarau berlangsung antara Bulan April sampai Bulan November.
Curah hujan di Kabupaten Belu tahun 2005 sebesar 10.903 mm, dengan angka
rata-rata curah hujan untuk setiap stasiun sebesar 727 mm. Rata-rata hari hujan 40
hari/tahun, stasiun Haekesak (Raihat) mencatat jumlah hari hujan terbesar, yaitu
97 hari hujan sedangkan terendah di tercatat di stasiun Wemasa (Kobalima)
sebesar 19 hari hujan. Curah hujan rata-rata per kecamatan sebagai berikut:
- < 1000 mm/tahun meliputi wilayah Kecamatan Raimanuk, Kakulukmesak
dan sebagian Kecamatan Kobalima.
- Antara 1000 – 1500 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Malaka Barat ,
Malaka Tengah, Malaka Timur, Sasitamean, Lamaknen, Raihat dan
sebagian kecamatan Kobalima.
- Antara 1500 – 2000 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Rinhat.
- Antara 2000 – 3000 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Kota Atambua,
Tasifeto Barat, Sebagian Kakulukmesak dan Kecamatan Tasifeto Timur.
Data curah hujan kabupaten Belu selama 13 tahun (1993-2005)
menunjukan bahwa curah hujan tertinggi pernah terjadi di di Kecamatan Tasifeto
Timur (stasiun Wedomu) sebesar 1.648 mm/tahun pada tahun 2002, dan di
kecamatan Kakulukmesak (Stasiun Umarese) pada tahun yang sama sebesar
11.905 mm. Berdasarkan data-data tersebut, curah hujan terendah terdapat di
Kecamatan Raimanuk (Stasiun Sukabitetek) dan sebagian kecamatan Kobalima
(stasiun Rainawe). Jumlah hari hujan rata-rata tahun 2004 adalah 58 hari dengan
hari hujan terbanyak terdapat di Kecamatan Raihat 112 hari hujan. Temperatur di
Kabupaten Belu berkisar suhu suhu rata-rata 27,6º dengan interval 21,5º - 33,7º C.
Temperatur terendah 21,5º yang terjadi pada bulan Agustus dengan temperatur
tertinggi 33,7º yang terjadi pada bulan Nopember.
BAB II
TATA GUNA LAHAN

2.1 Tata Guna Lahan Sebelum di Tambang


2.1.1 Keadaan Lingkungan Daerah
Wilayah IUP OP PT. RAR Mangan Jaya merupakan kawasan hutan yang
tidak memiliki perlindungan khusus dari pemerintah (tidak ada kepemilikan
tertentu) dan lokasinyanya berjarak 7 km dari pemukiman masyarakat setempat.

a. Rencana Tata Ruang Wilayah


Kawasan pertambangan di Kabupaten Belu berupa kawasan pertambangan
bijih mangan. Dan kawasan pertambangan batuan berada Kabupaten TTU dan
Kecamatan Tasifeto Timur.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Belu, Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP) PT RAR MANGAN JAYA Berada di bagian selatan Desa Naikasa. Dan
WIUP PT RAR MANGAN JAYA letaknya berada sekitar 2 KM dari pemukiman
warga dan berupa hutan produksi. Serta mempunyai jarak lebih dekat ke arah kota
Atambua kurang lebih 12 Km, dan jarak menuju pelabuhan Atapupu yaitu 317
Km.sehingga lebih dipilih sebagai lokasi studi penelitian.

b. Morfologi
Pada umumnya Desa Tukuneno memiliki daerah yang bermofologi
perbukitan kasar, karst, dataran tinggi, perbukitan bergelombang dan dataran
rendah. Perbukitan kasar meliputi perbukitan dengan lereng-lereng terjal dan
lembah-lembah yang sempit. satuan Karst merupakan morfologi khas
batugamping yang telah mengalami proses karst, permukaan kasar dengan gua-
gua yang tersebar cukup luas di sekitaran wilayah Desa Tukuneno.
Satuan dataran tinggi membentuk pedataran yang relatif datar dengan
lereng landai sampai terjal, dengan ketinggian yang cukup tinggi di atas
permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Belu berbatasan dengan wilayah
Kabupaten TTS yang mana memiliki batuan yang di dominasi oleh batugamping
koral yang terangkat. Sedangkan satuan perbukitan bergelombang terdiri dari
rangkaian perbukitan dengan lereng landai sampai agak terjal, yang di beberapa
tempat terdapat bukit-bukit yang menonjol, umumnya ditempati oleh batuan
melange.
c. Struktur Geologi Daerah Studi
Struktur yang dijumpai di Desa Tukuneno adalah sesar yang terdiri dari
sesar naik, sesar geser dan banyak kontak antar batuan yang merupakan kontak
sesar seperti kontak antara batuan volkanik tersier (Tmm) dengan batuan komplek
Bobonaro yang merupakan kontak sesar naik, antara komplek Mutis (pPm)
dengan batuan formasi Maubise (TRPml) yang juga kontak sesar naik. selain
dijumpai pada kontak antara batuan sesar juga sering dijumpai pada batuan itu
sendiri, seperti sesar pada komplek Bobonaro. Struktur perlipatan terdapat pada
batuan komplek Mutis dan formasi Aitutu (TRa).

2.2 Geoteknik dan Geohidrologi


2.2.1 Geoteknik
Wilayah Kabupaten Belu terbentuk oleh 4 jenis tanah, antara lain tanah
alluvial yang sangat subur dan tersebar di bagian selatan wilayahnya, tanah
campuran alluvial dan litosol yang kurang subur tersebar di sekitar Aeroki,
Halilulik, dan Atambua. tanah litosol yang memiliki sifat asam dengan kesuburan
rendah sampai sedang tersebar di seluruh wilayah Belu, serta tanah campuran
mediteran, renzina, dan litosol yang bersifat porous tersebar di wilayah
Kecamatan Malaka Tengah.
Karakteristik tanah menggambarkan potensi fisik tanah yang meliputi
keadaan drainase tanah, keadaan kedalaman tanah (solum), keadaan tekstur tanah
dan keadaan jenis tanah. Keadaan drainase tanah di Kabupaten Belu pada
umumnya sangat baik. Kategori ini menempati areal seluas 177.831 Ha (76,71
%), sementara 5.325 Ha (2.38 %) masuk kategori drainase sangat jelek yang
berada di sekitar Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah dan
Kecamatan Wewiku. Gambaran mengenai keadaan drainase tanah ini sangat
diperlukan untuk mendukung pengembangan pertanian dan perkebunan di
Kabupaten Belu.
Keadaan kedalaman tanah (solum) sangat mempengaruhi dalam kegiatan
pertanian dan perkebunan. Tanah dengan solum yang dangkal hanya cocok untuk
pengembangan tanaman semusim dengan kondisi perakaran yang pendek,
sedangkan keadaan tanah dengan solum yang dalam cocok untuk pengembangan,
baik tanaman semusim maupun tanaman tidak semusim.
2.2.2 Geohidrologi
a. Air Tanah
Air tanah di Desa Tukuneno terdiri atas air tanah bebas dan air tanah
tertekan. Air tanah bebas umumnya dangkal dan mengikuti kondisi morfologi
tanah, sedangkan air tanah tertekan terletak jauh di bawah tanah dengan lapisan
yang kedap air. Pada setiap kecamatan di Kabupaten Belu di temukan sumber air
tanah tertekan, sedangkan air tanah bebas umumnya ditemukan pada dataran
rendah dekat pantai pada endapan alluvial dekat dengan air permukaan.

b. Air Permukaan
Air permukaan yang dimaksud disini yaitu air yang mengalir lewat
permukaan tanah seperti sungai dan mata air. Aliran sungai yang besar biasanya
mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai yang kering pada musim
kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang sangat kontras antar
bulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi dan morfologi wilayah.
Sumber air tanah berupa sumur bor dan air permukaan berupa sungai
seperti yang dijelaskan di atas selain digunakan oleh masyarakat untuk keperluan
domestik seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan digunakan untuk kegiatan-
kegiatan pertanian seperti air irigasi untuk pertanian padi sawah. Sungai-sungai
seperti yang disebutkan diatas sudah banyak yang digunakan sebagai air irigasi.
BAB III
RENCANA PEMBUKAAN TAMBANG

3.1 Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan


a. Pemilihan Daerah Penambangan
Beberapa daerah di Indonesia memiliki cadangan mangan yang cukup
berlimpah seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama di Kabupaten Belu,
Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara sehingga PT. RAR
MANGAN JAYA memilih lokasi penambangan mangan di Desa Tukuneno,
Kabupaten Belo.
Kegiatan pertambangan mangan yang telah masuk pada tahap eksploitasi
dengan luas potensi pertambangannya sebesar 70 Ha dan secara administratif
terletak di Desa Tukuneno Kabupaten Belu.

Gambar 3.1 Peta Wilayah PT. RAR MANGAN JAYA


b. Bentuk dan Karakteristik Endapan dan Tanah Penutup
Mangan berlapis tipe sedimen tersingkap di Desa Tukuneno, Kabupaten
Belo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Singkapan tersebut berasosiasi dengan
batuan endapan laut dalam dan menunjukkan perselingan antara lapisan mangan
dengan batulempung berwarna merah sampai coklat kemerahan. Singkapan
endapan mangan berlapis menunjukkan adanya hubungan spasial dengan intrusi
mud volcano. Mangan berlapis secara fisik keras dan kompak, melensa dan
terdeformasi kuat dengan ketebalan lapisan mangan bervariasi antara 2 mm-4 cm.
Secara mineralogi tersusun dari mineral manganit (MnO(OH)) sebagai mineral
utama, pirolusit (MnO2), lithioporit (Al,Li) MnO2(OH)2, dengan mineral lain
yang hadir adalah kalsit (CaCO3), silika (SiO2), limonit (FeO(OH), hematit
(Fe2O3) dan Barit (BaSO4).
Endapan mangan di lokasi penelitian dikelompokkan menjadi dua jenis.
Jenis pertama berupa nodul, jenis mineralnya adalah manganit yang berasosiasi
dengan limonit. Kadar Mn sebagai persentase berat MnO adalah 62.72 dan
69.42%. Jenis kedua adalah endapan mangan berlapis yang dikelompokkan
menjadi tiga jenis. Jenis pertama mineralnya berupa pirolusit dengan kadar Mn
dalam persentase berat MnO adalah 66.05%. Jenis kedua dan ketiga berbeda pada
tingkatan kekerasannya dengan mineral mangan utamanya adalah manganit, dan
juga lithioporit serta pirolusit. Kadar mangan dalam persentase berat MnO adalah
63.33%-71.57%. Unsur besi hadir dalam persentase sangat kecil yaitu 0.2-1.54%,
dengan perbandingan Fe/Mn sangat kecil 0.0025-0.0691% yang merupakan salah
satu indikasi endapan sedimenter. Indikasi ini didukung oleh data petrografi yang
menunjukkan adanya struktur berlapis antara manganit dan lithioporit, serta
adanya degradasi ukuran butir mineral manganit. Analisis data kimia
menunjukkan endapan mangan tersebut merupakan endapan non hidrotermal pada
kondisi reduksi berdasarkan grafik normalisasi REE yang menunjukkan kemiripan
pola distribusi REE dengan endapan mangan nodul timor, hidrogenous pasifik dan
hidrogenous nodul yaitu adanya anomali Ce positif, data grafik Co+Ni vs.
As+Cu+Mo+Pb+V+Zn dan perhitungan Ceanomali.
Mangan nodul menunjukkan endapan hidrogenous berdasarkan
konsentrasi Al dan Si, dan didukung dengan adanya korelasi positif antara Mn
dengan Cu, Ni dan Zn, sedangkan mangan berlapis merupakan endapan detrital
diagenetic (remobilisasi mangan dalam kolom air laut) serta menunjukkan adanya
pengaruh hidrotermal yaitu adanya korelasi positif Mn dan As. Indikasi adanya
pengaruh hidrotermal ini didukung dengan adanya rekristalisasi mineral manganit
pada urat yang memotong perlapisan manganit dan lithioporit, adanya urat kuarsa,
limonit, dan barit, adanya kehadiran pirit, limonit. Analisis kimia ini mendukung
analisis mineragrafi yaitu mineral utamanya adalah manganit yang merupakan
salah satu jenis mineral mangan yang relatif stabil dan dalam fase padat memiliki
kesetimbangan terhadap air laut dan sering tidak stabil pada kondisi oksidasi
sehingga digantikan oleh pirolusit. Berdasarkan data lapangan dan analisis data
laboratorium menunjukkan bahwa endapan mangan berlapis di lokasi penelitian di
duga terbentuk akibat remobilisasi mangan pada kolom air laut sedangkan
mangan nodul merupakan endapan hidrogenous yaitu endapan yang terbentuk
karena adanya reaksi kimia di dalam air laut yang membentuk partikel yang tidak
dapat larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut/presipitasi
logam-logam dari air laut.
c. Sistem Penambangan
Sistem penambangan Mangan yang digunakan adalah penambangan
terbuka. Metode pertambangan yang dilakukan dengan cara melepaskan atau
menambang Mangan dari batuan induk dan memilih Mangan dengan kandungan
yang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya, untuk menghasilkan ukuran Mangan
yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan pengecilan ukuran (crushing) dan
pemisahan ukuran (screening).

3.2 Tahapan Kegiatan Penambangan


a. Pembersihan Tempat Kerja (Land Clearing)
Pembersihan lahan dilakukan dengan cara menebang tumbuhan (belukar)
yang ada pada areal yang akan ditambang secara manual dengan menggunakan
peralatan sederhana seperti parang, cangkul, ganco atau lainnya. Alat berat (yakni
excavator atau bulldozer) akan digunakan jika didapatkan tumbuhan penutup
(pepohonan) yang besar. Untuk tahap awal, luas areal yang akan dibersihkan
adalah ± 10 ha, dan pembersihan selanjutnya akan mengikuti blok atau area yang
akan ditambang.
b. Pengupasan Tanah Pucuk (Overburden Removal)
Kegiatan ini dilakukan pada areal yang ada tanah penutup (overburden).
Kegiatan diupayakan menggunakan alat berat (excavator) dan memindahkan
tanah kupasan ke suatu lokasi lain yang telah ditentukan dengan menggunakan
dump truck. Bila pada lapisan tanah atas ditemukan humus, lapisan tersebut akan
dikumpulkan ke suatu tempat, kemudian ditimbun kembali pada areal yang telah
ditambang.
c. Penambangan Mangan
Tahap awal penambangan mangan yaitu dengan dilakukannya kegiatan
penggalian. Kegiatan penggalian ini bertujuan untuk mengambil atau memisahkan
bahan galian mangan dari batuan induknya untuk memperoleh ukuran yang sesuai
dengan yang dibutuhkan. Pembuangan tanah penutup dengan menggunakan alat
berat. Mekanisme pembuangan tanah penutup dilakukan dengan cara membuat
jenjang setinggi ± 6 m.
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pertambangan

Ditentukan Nisbah Pengupasan (stripping ratio) untuk jenis endapan ini


adalah 1:25, ultimate pit slope sebesar 30 dan penggalian Mangan dilakukan
dengan menggunakan:

excavator PC 800 LC, kapasitas 3m3

dump truck KOMATSU SAA 6D140E-5 , kapasitas 40 ton untuk
mengangkut ke Mine Stock pile untuk dilakukan tahap selanjutnya.
3.3 Rencana dan Jadwal Produksi
a. Cadangan Tertambang
Misalkan dari total 70 Ha luas area penambangan memiliki 1 front
penambangan dengan volume endapan bijih total cadangan mangan yang
tertambang yaitu sebesar 500.000 BCM.

b. Jadwal dan Waktu Kerja


PT. RAR MANGAN JAYA beroperasi selama enam hari selama satu
minggu (dari Hari Senin – Sabtu) dengan satu hari libur (Hari Minggu) dengan
waktu kerja efektif 10 jam per hari. Sehingga, dalam satu tahun, perusahaan
beroperasi selama 317 hari dengan jam kerja sebanyak 2.880 jam.
c. Umur Tambang, Jadwal dan Rencana Produksi
Diketahui cadangan tertambang sebesar 500.000 BCM, dengan produksi
sebesar 100.000 m3 per tahunnya.

Umur Tambang = = = 5 tahun

Produksi = = = = 34,72 m3/jam


Gambar 3.3 Peta Rencana Kerja PT. RAR MANGAN JAYA

3.4 Kebutuhan Peralatan


1. 5 unit excavator PC 800 LC dengan kapasitas bucket 3m3.
2. 3 dump truck KOMATSU SAA 6D140E-5, kapasitas 40 ton.
3. 2 bulldozer D85, dengan kapasitas 8,34 m3
4. 5 unit belt conveyor,

3.6 Jalan Tambang dan Desain Tambang


 Jalan tambang adalah untuk melayani lalu lintas pengangkutan hasil
penggalian tambang ke gudang penimbunan. Jalan dibuat dengan cara
mengupas lapisan tanah penutup dan meratakan lapisan keras di
bawahnya dengan menggunakan alat berat dan melapisinya dengan gravel
yang banyak terdapat di sekitar areal tambang setebal ± 30 cm. Jalan
tambang ini dibuat dengan panjang 240 m, lebar 8 m dan pada kemiringan
maksimum 15%.
 Penirisan tambang dibuat untuk mencegah areal kerja dari banjir akibat
limpahan air hujan. Pembuatan penirisan tambang pada kiri kanan jalan
dengan menggunakan alat berat.

Gambar 3.4 Peta Layout Wilayah Pertambangan PT. RAR


MANGAN JAYA (Design Tambang)
3.7 Rencana Sediment Pond
Setiap penambangan pasti berhadapan dengan masalah air, baik air
limpasan permukaan, air tanah, ataupun air limbah hasil proses penambangan.
Supaya proses penambangan bisa berjalan bagus sesuai dengan prinsip Good
Mining Practice, maka suatu rencana pengelolaan air harus dibuat. Dalam rencana
pengelolaan air (water management plan) harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan curah hujan rata-rata, luas area tangkapan air, bangunan-
bangunan air yang harus dibuat termasuk kolam pengendapan yang berfungsi
sebagai kontrol erosi, sedimentasi, dan bahan pencemar lainnya seperti logam
berat sebelum keluar ke badan sungai umum. Untuk sediment pond pada tambang
mangan ini kolam pengendap dibuat dengan membangun tanggul penahan dan
menggali lubang untuk tampungan air atau sedimen. Kolam pengendap berbeda
dengan sebuah dam dimana bertujuan untuk menahan air hanya selama untuk
mengendapkan material tersuspensi, setelah air jernih, air tersebut bisa dialirkan.
Kolam pengendap juga harus dipelihara, dimana bila sedimen telah mengendap
dan mencapai kadar air tertentu dimana bisa dibuang, maka pembuangan atau
pengerukan kolam dilakukan.

3.8 Sarana Penunjang


Dalam lokasi penambangan keberadaan sarana prasarana sangat
diperlukan. Sebelum dilakukan penambangan telah ditetapkan sarana prasarana
yang mendukung untuk kelancancaran penambangan seperti kantor, mess
karyawan, dan area parkir. Konstruksi infrastruktur jalan dan fasilitas kantor dan
mess karyawan ini direncanakan pada masa pra penambangan. Lokasi fasilitas
penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam
pengaturan dan pengawasannya, yang biasanya dekat dengan daerah
penambangan. Adapun fasilitas yang akan dibangun adalah :
a) Bangunan kantor administrasi tambang (perkantoran)
Luas bangunan kantor yang direncanakan akan dibangun pada lahan
seluas 8 m x 6 m

b) Bangunan tempat ibadah 12m x 10m


Bangunan ini berupa Mushola yang diperuntukkan bagi umat
Muslim yang ingin menjalankan ibadahnya. Luas bangunan untuk
tempat ibadah (mushola) adalah sebesar 5m x 5m
c) Bangunan tempat makan (kantin)
Lokasinya terletak disekitar bangunan perkantoran dengan ukuran
10m x 8m
d) POS Keamanan
Bangunan POS keamanan dibangun di tempat strategis di area
tambang sehingga dapat memantau seluruh kegiatan yang dilakukan di
area tambang, agar keamanan dapat terjaga dengan baik. Bangunan ini
berukuran 4m x 3m
e) Parking area seluas 15 m x 8 m
f) Jalan tambang, merupakan jalan yang dibuat untuk kegunaan kelancaran
kegiatan
penambangan. Jalan ini dibuat dalam lahan seluas kurang lebih 10 hektar
dengan ukuran panjang 240 m, lebar 8 m dan pada kemiringan
maksimum 15%.
g) Stock pile dibuat diatas lahan seluas 200m x 150 m sekitar 3,0 hektar
h) Sediment Pond seluas 20 m x 60 m dengan kedalaman 4 meter, seluas
0.72 hektar.
i) Fasilitas air bersih
Sumber air bersih berasal dari sungai yang diolah di water treatment
yang berukuran 10 m x 10 m dengan kapasitas 120 m3.
j) Bengkel dan gudang
Fasilitas yang dibangun pada lahan ini antara lain bengkel, gudang,
garasi, tempat pencucian alat maupun kendaraan dll, dengan luas lahan
kurang lebih 500 m2. Bengkel dibangun tepat di samping gudang.

BAB IV
PROGRAM REKLAMASI

4.1 Lokasi Lahan yang Akan Direklamasi


a. Lahan Bekas Tambang
Lahan bekas tambang yang merupakan jenis tambang terbuka selanjutnya
dikelola sesuai rencana tata kelola lingkungan setempat. Wilayah yang menjadi
lokasi penambangan mangan PT. RAR MANGAN JAYA sesuai rencana tata
kelola runang wilayah tersebut untuk dilakukan poses rehabilitasi untuk
mengembalikan fungsi hutan. Pada umumnya setiap kegiatan pertambangan dan
pengolahan bahan galian akan menimbulkan dampak negatif, antara lain :
 Hilangnya beberapa jenis tumbuhan dan tanaman di areal kegiatan
pertambangan dan pengolahan.
 Hilangnya humus dan lapisan tanah atas Lokasi penambangan mempunyai
kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan reklamasi.
b. Timbunan Tanah/Batuan Penutup Di Luar Tambang
- Penimbunan Batuan Sisa
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk
dengan lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan media tumbuh
bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan
pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan tanah pucuk adalah:
a) Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai
dengan bahan galian
b) Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan
pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk
tidak melebihi dari 2 meter
c) Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan
tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimum 0,15 m
d) Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan
khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya
e) Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah
c. Rencana Pengendalian Erosi
Pengendalian erosi dan pengelolaan tambang pasca penambangan mangan
di Desa Tukuneno hanya dengan mengalirkan limbah mangan ke kolam, artinya
belum sesuai/hanya sebagian saja yang telah dilaksanakan.

3.2 Tahapan Reklamasi


Adapun tahapan yang dilakukan dalam mereklamasi lahan pasca
penambangan mangan di lahan bekas tambang yaitu sebagai berikut:
- Penimbunan kembali bekas galian Lubang bekas galian tambang dengan
tanah dan batuan agar kembali ke bentuk awalnya. Penutupan kembali
dilakukan agar kondisi lahan mendekati seperti keadaan semula dan
mengurangi kerusakan lingkungan lebih lanjut.
- Perataan lahan Perataan dan perapihan lahan dilakukan agar tanah atas (top
soil) tetap berada di posisinya untuk menghindari erosi lebih lanjut.
Perataan lahan dilakukan dengan menggunakan bulldozer pada daerah
lereng sedangkan pada lahan rendah dilakukan dengan menggunakan
cangkul.
- Revegetasi Revegetasi yaitu melakukan kegiatan penanaman kembali pada
lahan kritis (bekas tambang). Adapun tanaman yang ditanam pada lahan
bekas penambangan mangan (Mn) yaitu pohon Akasia dan Jabon Putih.

4.3 Peralatan Utama Reklamasi


Peralatan yang digunakan dalam tahapan reklamasi meliputi :
1. Excavator
Excavator back hoe digunakan sebagai alat gali yang dikususkan dalam
mengambil material pengisi serta material penutup (top soil) serta sebagai
alat muat untuk pemuatan ke dump truck. Dalam kegiatan reklamasi
tambang PT. RAR MANGAN JAYA excavator yang digunakan yaitu
Excavator PC 800 LC dengan kapasitas bucket 3 m3.
2. Dump truck
Dump truck digunakan sebagai alat angkut untuk mengangkut material
pengisi serta material penutup (top soil) menuju lahan reklamasi. Alat
yang digunakan dalam proses reklamasi tambang PT. RAR MANGAN
JAYA yaitu Dump Truck KOMATSU SAA 6D140E-5 dengan kapasitas 40
ton.
3. Bulldozer
Bulldozer digunakan dalam proses perataan material pengisi serta material
penutup (top soil) pada lahan reklamasi . Alat yang digunakan yaitu
Bulldozer D85, dengan kapasitas 8,34 m3

4.4 Sumber Material Pengisi


Dalam kegiatan reklamasi, PT RAR MANGAN JAYA menggunakan tanah
penutup (overburden) yang sebelumnya dialokasikan ke disposal sebagai material
pengisi utama dan menambahnya dengan material pasir di atas tanah overburden.
Kemudian tanah pasir di tutup dengan top soil yang di ambil dari disposal dan
dilakukan peretaan menggunakan dozer.

4.5 Revegetasi
Revegetasi merupakan suatu kegiatan penanaman kembali pada lahan
gundul atau kritis agar lahan tersebut dapat berguna dan dapat dimanfaatkan
kembali sesuai peruntukkannya. Revegetasi telah dilakukan pada lahan pasca
penambangan mangan (Mn) di Desa Tukuneno belum sesuai, karena masih adanya
lahan pasca penambangan mangan yang dibiarkan. Tanaman yang ditanam di
lahan pasca penambangan mangan yaitu pohon Akasia (Acacia auriculiformis)
dan pohon Jabon Putih (Antocephalus cadamba).

4.6 Pemeliharaan Tanaman


4.6.1 Penanaman
Terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum
penanaman. Kegiatan tersebut antara lain pembersihan lapangan dari tumbuhan
pengganggu, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, dan pemasangan ajir.
Penanaman bibit pohon akasia dan pohon jabon putih dapat dilakukan saat
awal musim hujan atau pada saat musim hujan cukup merata. Sistem penanaman
dapat dilakukan secara monokultur maupun tumpang sari dengan memperhatikan
tanaman penyelanya. Kedua sistem penanaman ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Jarak tanam yang biasanya digunakan adalah 10m x
10m.
4.6.2 Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan dilakukan agar pohon akasia dan pohon jabon
putih dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi penyulaman,
penyiangan dan pendangiran, pemberantasan hama dan penyakit, penjarangan,
serta pengendalian kebakaran hutan.
 Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman kembali untuk mengganti
tanaman yang rusak atau mati sehingga jumlah tanaman per hektar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Kegiatan penyulaman dikategorikan
menjadi tiga yaitu penyulaman ringan (persen jadi tanaman 80-100%),
penyulaman intensif (persen jadi tanaman 60-80%) dan penanaman ulang
(persen menjadi tanaman <60%). Kegiatan penyulaman sebaiknya
dilakukan pada pertengahan musim hujan dan dilaksanakan pada satu
bulan pertama setelah penanaman.
 Pendangiran dan Penyiangan
Kegiatan pendangiran dilakukan ketika kondisi tanah di sekitar tanaman
padat atau berdrainase jelek. Pendangiran dilakukan di tanah sekitar
tanaman pohon Akasia dengan radius 0,5 meter. Kegiatan ini dilakukan
bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Kegiatan penyiangan merupakan
kegiatan membersihkan tanaman dari gulma dan tumbuhan pengganggu
lainnya baik yang berada di tanah maupun yang merambat seperti liana.
Hal ini dilakukan agar tanaman Akasia muda yang baru tumbuh terhindar
dari persaingan untuk mendapatkan unsur hara maupun cahaya matahari.
Metode penyiangan dapat dilakukan secara manual, mekanis, maupun
secara kimiawi.
 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan untuk mencegah
tanaman sakit atau mati karena serangan hama maupun penyakit. Hama
yang perlu diwaspadai karena sering menyerang tanaman Akasia adalah
Kumbang Ambrosia (Platypus trepanatus) dan Kutu Lilin (Pine wooly
adelgids).
 Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi nutrisi yang
akan menghambat pertumbuhan pohon akasia dan pohon jabon putih.
Defisiensi nutrisi ini disebabkan oleh tanah kritis, siklus nutrisi kurang
baik, pencucian air, dan tidak adanya cendawan mikoriza. Pemupukan
pohon akasia dan pohon jabon putih ini dapat dilakukan dengan
menggunkan pupuk organik, pupuk anorganik, maupun pupuk biologi.
Pemupukan dilakukan ketika awal penanaman, setelah penanaman hingga
penutupan kanopi dan setelah awal penjarangan.
 Penjarangan
Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik
bagi tegakan pinus selanjutnya. Pohon Akasia dan pohon jabon Putih yang
dibuang saat penjaranagn meliputi pohon yang terserang hama dan
penyakit, serta batang utama bengkok atau menggarpu.

BAB V
RENCANA BIAYA REKLAMASI

5.1 Total Biaya


Tabel 5.1. Perhitungan Total Biaya Reklamasi
Komponen Biaya
Biaya Penataan Kegunaan
Lahan Rp 6.062.000.000,-

Biaya Pengendalian Erosi


-

Revegetasi
Rp 1.227.100.000,-

Biaya pencegahan dan


Biaya Langsung
penanggulangan air asam
Rp 120.000,-
tambang

Biaya untuk pekerjaan sipil


sesuai peruntukan lahan
-
pasca tambang

Biaya mobilisasi dan


Rp 2.815.688,-
Demobilisasi alat-alat berat

Biaya perencanaan
Biaya Tidak Langsung reklamasi Rp 1.457.844,-

Biaya administrasi
Rp 2.186.766,-

Biaya Supervisi
Rp 1.457.844,-

Total Biaya Rp 7.297.138.140,-


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dijabarkan di atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Kegiatan pertambangan mangan PT. RAR MANGAN JAYA berlokasikan
di Desa Tukuneno, Kecamatan Tasifeto Barat, Keecamatan Belu NTT
dengan luas area IUP OP sebesar 150 Ha. dan luas potensi
pertambangannya sebesar 70 Ha, dengan sistem penambangan tambang
terbuka.
2) Penambangan Mangan PT. RAR MANGAN JAYA beroperasi selama
kurang lebih 5 tahun, dengan jumlah cadangan sebesar 500.000 BCM dan
produksi sebesar 100.000 m3 per tahunnya.
3) Kegiatan reklamasi pada lahan bekas penambangan mangan oleh PT. RAR
MANGAN JAYA yaitu dengan dilakukannya penimbunan lahan bekas
tambang dan kegiatan revegetasi atau penanaman ulang pohon Akasia dan
Jabon Putih, dimana kegiatan tersebut berfokus pada pengembalian fungsi
lahan sebelum dilakukannya penambangan.
4) Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan reklamasi meliputi biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung yaitu sebesar Rp
7.289.220.000,00, sedangkan biaya tidak langsung yang dikeluarkan yaitu
sebesar Rp 7.918.142,00 sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan reklamasi sebesar Rp 7.297.138.140,-

LAMPIRAN PERHITUNGAN BIAYA

Biaya Langsung
 Biaya Penataan Kegunaan Lahan
Komponen pekerjaan ini berupa levelling dan penimbunan kembali lahan
bekas tambang dengan menggunakan alat berat seperti Excavator, Dump truck
dan Bulldozer, serta biaya peralatan untuk pengendalian erosi. Biaya pengatuturan
lahan antara lain:
- Biaya sewa alat berat + gaji operator per jam :
o Excavator : (Rp 500.000 x 2) + ppn 10% = Rp 1.100.000,-
o Dump Truck : (Rp 350.000 x 4) + ppn 10% = Rp 1.540.000.-
o Bulldozer : (Rp 450.000 x 2) + ppn 10% = Rp 990.000.-
Total Biaya = Rp3.630.000,-
- Biaya bahan bakar per jam : 30 liter/jam x 8 alat = 240 liter x 10.000/liter
= Rp 2.400.000,-
Tabel 7.1 Perhitungan Biaya Alat Berat Penataan Lahan

Parameter Biaya/jam (Rp) Biaya/Ha (Rp)


Biaya Alat Berat 3.630.000 36.300.000
Biaya Alat penyiram
2.630.000 26.300.000
Tanaman Otomatis
Biaya Bahan Bakar 2.400.000 24.000.000
86.600.000 x 70 Ha =
Total Biaya 8.660.000
6.062.000.000

 Biaya Pengendalian Erosi


Pengendalian erosi dan pengelolaan tambang pasca penambangan PT
RARA MANGAN JAYA tidak dilakukan, karena kegiatan reklamasi yang
dilakukan hanya proses penimbunan dan penanaman kembali lahan bekas
tambang sehingga tidak ada biaya pengendalian erosi.

 Revegetasi
Komponen pekerjaa ini meliputi pembibitan, penanaman, dan perawatan.
Berikut merupakan tabel perhitungan biaya revegetasi:
 Biaya Pembibitan
- Pohon Akasia ukuran 70 cm – 100 cm = Rp 1.000,00 x 300 bibit
= Rp 300.000,00
- Pohon Jabon Putih ukuran 40cm-100cm = Rp 1.500,00 x 400 bibit
= Rp 600.000,00
Total Biaya Pembibitan = Rp 900.000,00
 Biaya Pembelian 1 paket Alat penyiram tanaman otomatis, yang
komponennya terdiri dari:
o (Arduino UNO) = Rp 90.000,-
o Project Board = Rp 25.000,-
o Relay = Rp 18.000,-
o Jumper = Rp 10.000,-
o Pompa Air = Rp 100.000,-
o Sensor Kelembapan = Rp 20.000,-
Total = Rp 263.000,-
Dalam kegiatan reklamasi lahan bekas tambang mangan diperlukan 10
paket alat penyiram tanaman otomatis, sehingga total biayanya sebesar Rp
2.630.000,-
Tabel 7.2 Perhitungan Revegetasi
Parameter Harga per unit Kebutuhan per Ha Biaya per Ha (Rp)
(Rp)
Pembibitan (Akasia 1.000 + 1.500 300 batang + 400 900.000
+ Jabon Putih) batang
Kompos 5000 1000 kg 5.000.000
Penanaman - - 6.000.000
Penyiraman 263.000 10 unit 2.630.000
Pemeliharaan - - 3.000.000
Total 17.530.000 x 70
Ha=
1.227.100.000

 Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang


Kondisi air asam tambang hasil penambangan PT. RARA MANGAN
JAYA pada kolam pengendapan memiliki ph 4-5. untuk menetralkan air asam
tambang dilakukan proses pencampuran dolomit (batu kapur) pada kolam
pengendapan untuk menaikkan ph menjadi netral (pH = 7). Untuk menetralkan
air asam tambang tersebut dibutuhkan dolomit (batu kapur) sebanyak 400 kg,
dimana harga per tiap 1 sak (80 kg) yaitu Rp 24.000,00, sehingga total biaya
pembelian dolomit (batu kapur) adalah Rp 120.000,00
 Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang
PT. RAR MANGAN JAYA sudah beroperasi selama kurang lebih 5 tahun.
Selama waktu tersebut aktifitas pekerjaan sipil dalam melakukan pembongkaran
fasilitas tambang maupun dalam kegiatan reklamasi di wilayah pertambangan
tidak dilakukan, mengingat kegiatan reklmasi PT RAR MANGAN JAYA hanya
berfokus pada penimbunan lahan bekas tambanng serta penanaman kembali.

 Total Biaya Langsung


Jadi Total biaya lansung kegiata reklamasi PT. RAR MANGAN JAYA
yaitu sebesar Rp 7.289.220.000,00

Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung merupakan biaya yang harus dimasukkan dalam
perhitungan biaya reklamasi. untuk memudahkan perhitungan, maka biaya tidak
langsung dapat ditentukan sebagai berikut:
 Biaya mobilisasi dan Demobilisasi alat-alat berat
Total biaya tidak langsung yang dibutuhkan untuk mobilisasi dan
demkobilisasi kegiatan reklamasi lahan bekas tambang PT. RAR MANGAN
JAYA ini yaitu sebesar 4% dari jumlah total biaya langsung yang telah
dilampirkan di atas. sehingga total biaya tidak langsung adalah sebagai berikut:
Rp 7.289.220.000,00 x 4% = Rp 2.815.688,00

 Biaya perencanaan reklamasi


Total biaya tidak langsung yang dibutuhkan dalam perencanaan reklamasi
lahan bekas tambang PT. RAR MANGAN JAYA yaitu sebesar 2% dari jumlah
total biaya langsung. sehingga total biaya perencanaan reklamasi sebagai berikut :
Rp 7.289.220,000,00 x 2% = Rp 1.457.844,00

 Biaya administrasi
Biaya tidak langsung yang dibutuhkan dalam administrasi yaitu sebesar
3% dari jumlah total biaya langsung. sehingga total biaya administrasi sebagai
berikut :
Rp 7.289.220,000,00 x 3% = Rp 2.186.766,00
 Biaya Supervisi
Biaya tidak langsung yang dibutuhkan dalam supervisi yaitu sebesar 2%
dari jumlah total biaya langsung. sehingga total biaya supervisi sebagai
berikut :
Rp 7.289.220,000,00 x 2% = Rp 1.457.844,00

 Total Biaya Tidak Langsung


Jadi Total biaya tidak langsung kegiata reklamasi PT. RAR MANGAN JAYA
yaitu sebesar Rp 7.918.142,00

Anda mungkin juga menyukai