Laporan Kewirausahaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEWIRAUSAHAAN

ES LILIN (KOPI SUSU)

Disusun Oleh :

1. Mely Adella (F1D217011)


2. Muhammad Fahri Aditya(F1D217006)
3. Patardo Naibaho(F1D2170)
4. M. Romadhona(F1D2170)

PRODI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang


dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di
pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat
karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta
kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik
dan ekselen.
Menurut data dari Worldbank, pada periode tahun 2005-2008, Indonesia
merupakan eksportir kopi ke-4 dunia, dengan kontribusi rata-rata sebesar 4,76 persen.
Brazil menempati posisi pertama dengan kontribusi rata-rata sebesar 24,30 persen,
diikuti dengan Vietnam (17,94 persen) dan Columbia (10,65 persen). Negara tujuan
ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat dengan kontribusi rata-rata
sebesar 19,35 persen dari total ekspor kopi Indonesia, serta ke Jepang, Jerman dan
Italia, masing-masing dengan kontribusi rata-rata sebesar 14,96 persen, 15,88 persen,
dan 6,71 persen.
Dalam hal perkopian di Indonesia , kopi rakyat memegang peranan yang
penting, mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat.
Namun demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih
kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua
permasalahan utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu
rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk
diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul
Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang
melibatkan 65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton,
karena produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24
kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun.
Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah
penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan
jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar
5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya.
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan adanya serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang menyerang
tanaman kopi di Sulawesi Selatan adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus
hampei Ferr.), penggerek batang, (Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus
spp.), kutu hijau (Cocus viridis), kutu putih (Ferrisia virgata), penyakit karat daun
(Hemileia vastatrix), Cercospora sp., Embun jelaga dan Busuk buah kopi serta
terakhir yang disebabkan oleh nematode.
Penyakit busuk buah menyebabkan kerugian serius telah dilaporkan pertama
kali dari Kenya, sebesar 75% di beberapa perkebunan. Penyakit ini menyebabkan
matinya tanaman kopi di beberapa daerah di Kenya dan Ethiopia. Di daerah lain,
kerugian dapat mencapai 80%. Perkiraan konservatif lebih dari kerugian yang terjadi
di Kenya adalah 20%.
Busuk buah juga dilaporkan menyerang perkebunan kopi milik masyarakat di
Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Akibatnya, jumlah hasil produksi mengalami penurunan hingga 30 persen, juga
sangat meresahkan para petani kopi di daerah itu.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui tentang kopi dan jenis-jenis kopi


2. Mengetahui manfaat dari kopi
3. Mampu membuat kreasi pada minuman kopi
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies
kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui
para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC.
Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-
coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).

Gambar 1. Anatomi buah kopi


Sumber : https://isroi.com/2013/11/07/limbah-agroindustri-perkebunan-limbah-
kopi/
Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo, (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionita
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Astridae
Ordo : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta

2.1.1 Jenis-jenis kopi

Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling


sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Pada umumnya,
penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta.
Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari
berapa spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 2004).
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni:
1. Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun
di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim
kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi
ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 – 1750 m dari permukaan
laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki
tingkat aroma dan rasa yang kuat.
2. Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon kopi
liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang
tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki
kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah dan tingkat
rendemennya rendah.
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk
tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini
berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki
kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika dan
Liberika.
2.1.2 Kopi ekcelsa

Gambar 2.Kopi Ekcelsa


Sumber : http://rumahladang.blogspot.co.id/2015/07/keunikan-citarasa-kopi-excelsa-
wonosalam.html
Kopi excelsa merupakan salah satu jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia.
Yahmadi (1972) menyatakan bahwa kopi excelsa merupakan tanaman introduksi
untuk ditanam di dataran rendah, produksi kopi excelsa rendah dan cita rasanya asam
sehingga kurang disukai. Secara morfologi kopi excelsa mempunyai kemiripan sifat
dengan kopi Liberika. Baon (2011) menyatakan bahwa kopi excelsa dapat digunakan
sebagai batang bawah karena mempunyai sifat perakaran yang kuat, tahan terhadap
nematoda dan lahan gambut. Kopi excelsa (Coffea liberica var. dewevrei) secara
taksonomi tergolong dalam sub-seksi Pachycoffea, satu kelompok dengan kopi
Liberika (Coffea liberica Bull exHiern) dan masuk dalam kelompok Liberoid, namun
berbeda kelompok dengan kopi Arabika (Arabikoid)maupun kelompok kopi Robusta
(Robustoid) (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Puslitkoka 2013).
Bagi masyarakat yang tinggal di lahan gambut Kabupaten Kepulauan Meranti
Provinsi Riau, kopi excels merupakan salah satu komoditas unggulan selain kelapa,
pinang, dan karet. Kopi excelsa dapat tumbuh dan berbuah lebat, sedangkan kopi
jenis Arabika dan Robusta dilaporkan tidak mampu tumbuh dan tidak dapat
beradaptasi dengan baik. Dinas Kehutananan dan Perkebunan Kepulauan Meranti
(2012) melaporkan bahwa produksi kopi excelsa tahun 2012 mencapai 676,87 ton
dan dari produksi tersebut, 79,78% berasal dari kecamatan Rangsang Pesisir
sedangkan 20,22% berasal dari Kecamatan Rangsang Barat dan kecamatan lainnya.
Luas perkebunan kopi excelsa di Kepulauan Meranti mencapai 1.074,5 ha yang
menyebar di 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Rangsang Pesisir, Rangsang Barat,
Rangsang,Tebing Tinggi Barat, Tebing Tinggi Timur, dan pulau Merbau (Martono et
al. 2013a).Kopi excelsa diperkirakan berkembang di Kepulauan Meranti pada tahun
1970-an. Biji kopi dibawa oleh H.Abdul Rahman, tenaga kerja Indonesia yang
bekerja di Malaysia (Sutrisno, komunikasi pribadi). Pengembangan kopi yang
dilakukan masyarakat selama ini dengan mengambil biji sapuan/asalan dan beberapa
petani ada yang mengambil biji dari salah satu pohon terpilih yang berbuah lebat
(Martono et al. 2013b). Hal ini sangat tidak dianjurkan karena kopi excelsa
merupakan tanaman yang menyerbuk silang (cross pollination) sehingga buah yang
dipanen dari pohon yang berbuah lebat belum tentu akan menghasilkan keturunan
yang sama dengan pohon induknya karena sangat tergantung pada tepung sari dari
pohon di sekitarnya.Harga jual kopi excelsa lebih baik dibandingkan dengan kopi
Robusta dari Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan,Jawa Tengah, maupun daerah
lain. Saat ini, harga kopi beras pada tingkat petani mencapai Rp. 32.000,--Rp.34.000,
per kg, sedangkan di Malaysia harga kopi excelsaberkisar 14-16 ringgit atau sekitar
Rp. 44.800,--Rp.51.200,- (Martono et al. 2013).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan Sampel Data

Bahan dasar dari minuman yang dibuat adalah kopi. Sedangkan susu
merupakan pelengkapan dari minuman ini. Di ambil sampel kopi khas jambi.
Lalu di kreasikan menjadi es lilin.

3.2 Anggaran Biaya

Anggaran biaya yang digunakan adalah untuk 5 bungkus es lilin, untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini (Tabel 1).

Tabel 1. Anggaran Biaya

Bahan Kuantitas Harga

Kopi 1 kotak Rp. 8.000

Susu 5 Sachet Rp. 5.000

Plastik es 5 Bungkus Rp. 5.000

Karet Gelang 15 Helai Rp. 3. 000

Gula ¼ Kg Rp. 5.000

Total Rp. 26.000

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pembuatan Kopi

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dipanaskan air sebanyak 500 ml dengan menggunakan panci dengan
api yang sedang.
3. Di gunakan kopi AAA, letakan 2 sendok makan kopi tersebut kedalam
kain.
4. Ketika air telah mendidih, masukan kain yang berisi kopi atau
dicelupkan kain tersebut.
5. Diangkat panci, ketika kopi telah air dalam panci tadi berubah menjadi
hitam dan sedikit mengental.

3.3.2 Pencampuran kopi dengan susu

1. Dimasukkan 8 sendok air kopi kedalam suatu wadah


2. Dimasukkan 1 sendok makan susu kental agar terasa manis.
3. Diaduk kopi dengan susu dengan merata.
4. Dimasukkan ke dalam plastik es
5. Setelah itu dimasukkan kedalam kulkas agar beku dan menjadi es lilin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Produk yang di hasilkan adalah es lilin dari kopi susu. Untuk lebih jelasnya dapat
di lihat pada (gambar 3).

Gambar 3. Es lilin yang terbuat dari kopi dan susu.


5.2 Pembahasan
Produk yang dihasilkan adalah produk yang berbahan dasar kopi dan berupa
minuman yang menyehatkan dengan kadar gula rendah serta kadar kafein yang
rendah juga.
Langkah – langkah pembuatan es lilin (kopi susu) adalah dimulai dari
penyaringan kopi di dalam kain. Hal ini berguna untuk menghilangkan ampas dari
kopi. Sesuai jurnal yang telah kami baca, survei membuktikan bahwa penyaringan ini
dagpat memisahkan kafein dalam kopi dengan filtrat atau ampas kopi. Sehingga
didapatkanlah larutan kopi adalah kafein saja. Selain itu, penyaringan juga dapat
mengurang sedikit kadar kafein yang terkandung dalam kopi.
Kopi yang digunakan adalah kopi khas jambi, yaitu kopi AAA. Kopi ini
merupakan kopi jenis ekselsa. Dimana kopi AAA, memiliki warna hitam pekat, lebih
pahit, dan aromanya harum dan lebih aroma seperti kopi tumbuk. Dari jurnal yang
didapat, kopi excelsa merupakan salah satu jenis kopi yang dibudidayakan di
Indonesia, tanaman ini merupakan introduksi untuk ditanam di dataran rendah,
produksi kopi excelsa rendah dan cita rasanya asam sehingga kurang disukai. Secara
morfologi kopi excelsa mempunyai kemiripan sifat dengan kopi liberika.
Kandungan kafein dalam 100 mg kopi adalah 40 mg kafein. Sedangkan tubuh
manusia hanya dapat menerima kafein sebanyak ≤ 250 mg atau setara dengan 3 gelas
kopi perhari. Kafein dapat menyebabkan berdebar-debarnya jantung, gangguan
pencernaaan, sakit kepala, insomnia, dan lain sebagainya. Namun kafein juga
memiliki dampakyang positif bagi peminum kopi diantaranya melegakan pernafasan
bagi orang penderita asama,menanggulangi despresi, dan sumber serat yang baik.
Campuran dari kopi dalam pembuatan es lilin ini adalah susu. Kemasan yang
digunakan untuk minuman ini adalah plastik es . Strategi pemasaran yang digunakan
juga berdasarkan jurnal yang didapat yaitu :
1. Melakukan lebih banyak kegiatan promosi, didukung oleh kualitas produk
yang baik dan sarana, prasarana yang memadai.
2. Memperluas jaringan pemasaran es lilin (kopi susu)
3. Meningkatkan jumlah tenaga pemasaran.

Produk es lilin ini di jual di tugu keris siginjai, kota baru. Untuk penjualannya
dapat di lihat di lampiran.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang


dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relative
tinggi di pasaran dunia.Jenis –jenis kopi yaitu Arabica, Robusta dan Liberica.
2. Manfaat dari kopi yaitu bermacam – macam.Sisa bubuk dari kopi bermanfaat
sebagai pupuk yang baik. Selain itu, beberapa produk disinfektan maupun
isolasi untuk dinding, lantai dan atap juga dapat dibuat dari kopi. Gliserin
yang merupakan produk sampingan dari sabun, dapat dibuat dari minyak kopi.
Minyak kopi juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat cat, sabun, maupun
produk lainnya.
3. Kreasi yang kami buat pada minuman kopi adalah mencampurkan kopi
dengan susu yang kemudian kami jadikan menjadi es lilin.
5.2 Saran

Semoga dalam perkuliahan kewirausahaan selanjutnya, kegiatan kewirausahaan ini


dapat ditingkatkan lagi , Karena kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa dan juga agar mahasiswa dapat memilki pengalaman ketika ingin terjun
langsung kedunia bisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012c. Standar Nasional Indonesia bubuk kopi.


http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Eksportir/Profil_komoditi/StandartMutu/
mutu_kopi.htm Akses Tanggal 15 Desember 2018. Makassar
Aak.1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut
Pertanian Bogor.
Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe Technology (Volume 2). Elsevier Applied
Science, London and New York.
Parmawati, R. (2000). Perkembangan teknologi kemasan pangan. Makalah Program
Studi Pasca Sarjana IPB.
Peter, J. P., & Dison, J. C. (2000). Consumer behavior and marketing srategy.
Boston: McGraw-Hill.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai