Laporan Praktikum - Teknologi Pengolahan Bahan Penyegar
Laporan Praktikum - Teknologi Pengolahan Bahan Penyegar
Laporan Praktikum - Teknologi Pengolahan Bahan Penyegar
ACARA II
PENGOLAHAN KOPI
Kelompok 6
Rombongan 2
Penanggung Jawab :
Fitrie Widya (A1F015065)
Hisyam Ibrahim Raiz (A1F015075)
A. Latar Belakang
Salah satunya adalah tanaman kopi, Komoditi kelompok bahan penyegar ini
(Coffea spp.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari
benua Afrika. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat
dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar
3000 tahun (1000 SM) yang lalu.Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun
1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan. Kopi merupakan salah
satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di
antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa
negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga
merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
kopi di Indonesia.
merupakan salah satu negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan
Vietnam. Produktivitas kopi Indonesia sebesar 11.250 ton pertahun cukup rendah
bila dibandingkan dengan negara produsen kopi di dunia seperti Brazil (50.826 ton
pertahun) dan Vietnam (22.000 ton pertahun). Kopi merupakan salah satu
komoditas ekspor yang potensial bagi Indonesia. Dari sekian banyak jenis biji kopi
yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika dan
kopi robusta, dimana masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-
masing dan pasarnya sendiri. Minuman kopi berasal dari biji kopi yang telah
matang dan diolah dengan cara penyangraian dan penggilingan sehingga menjadi
serbuk kopi, serbuk kopi inilah yang nantinya diseduh dan dapat dikonsumsi.
Minuman kopi ini dapat dibuat sendiri ataupun diperoleh secara instant yang telah
mengurangi berbagai macam penyakit. Mutu kopi yang dihasilkan ditentukan oleh
cara pengolahannya. Misalnya pada penyangraian biji kopi akan mengubah secara
kimiawi kandungan-kandungan dalam biji kopi. Biji kopi yang setelah disangrai
akan mengalami perubahan kimia yang merupakan unsur cita rasa yang lezat. Kopi
digemari tidak hanya dikarenakan citarasanya yang khas, kopi memiliki manfaat
Namun di era modern ini manusia mulai menyadari bahwa efek dari kafein pada
kopi diduga mempunyai efek yang kurang baik bagi kesehatan manusia. Kesadaran
manusia terhadap kesehatan berdampak pada penurunan minat untuk minum kopi.
Kopi rendah kafein merupakan salah satu produk diversifikasi yang dapat
meningkatkan nilai tambah dan konsumsi domestik kopi Indonesia. Nilai tambah
diperoleh dari harga jual kopi rendah kafein yang relatif tinggi di pasaran, dan
pemanfaatan senyawa kafein alami untuk industri makanan dan minuman maupun
industri farmasi. Dekafeinasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengurangi
kadar kafein dalam kopi. Selama ini, proses dekafeinasi menggunakan teknologi
impor, baik dari aspek perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Hal ini
menyebabkan mahalnya kopi rendah kafein. Pada praktikum ini akan dilakukan
pengolahan kopi menjadi kopi bubuk dengan perlakuan dekafeinasi dan tanpa
B. Tujuan
pada biji kopi serta waktu penyangraian yang berbeda (20, 30 dan 40 menit).
II. Melakukan pengamatan terhadap rendemen, kadar air dan sifat sensori kopi
yang dihasilkan.
A. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi berasal dari Afrika,
yaitu daerah pegunungan di Etiopia. Kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat
dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya yaitu Yaman
Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC
diproduksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya
menanamnya (Danarti dan Najiyati, 2004). Tanaman kopi (Coffea spp) adalah
spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam family Rubiaceae dan
genus Coffea. Tanaman kopi ada sekitar 60 spesies di dunia. Sistematika tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiaceae
Genus : Coffea
Dari sekian banyak jenis kopi yang dijual dipasaran, secara umum ada dua
jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
Kopi arabika memiliki citarasa lebih baik dibandingkan kopi robusta. Komposisi
kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan
pengolahan kopi (Ridwansyah, 2010). Angka konsumsi kopi dunia 70% berasal
dari spesies kopi arabika, 26% berasal dari spesies kopi robusta dan sisanya 4%
berasal dari spieses kopi liberika. Syarat mutu biji kopi arabika dan robusta menurut
B. Jenis Kopi
Kopi arabika berasal dari Etiopia dan Abessinia, kopi arabika dapat
tumbuh pada ketinggian 700 - 1700 meter diatas permukaan laut dengan
dari tanaman kopi arabika yaitu, tinggi pohon mencapai 3 meter, cabang
oleh karena itu sejak muncul kopi robusta yang tahan terhadap penyakit HV,
propanal (Wang, 2012). Kadar kafein biji mentah kopi arabika lebih rendah
dibandingkan biji mentah kopi robusta, kandungan kafein kopi Arabika sekitar
1,2 %.
Kopi robusta berasal dari Kongo dan tumbuh baik di dataran rendah
sampai ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan laut, dengan suhu sekitar
sedangkan produksinya lebih tinggi. Kopi robusta juga sudah banyak tersebar
di wilayah Indonesia dan Filipina. Ciri-ciri dari tanaman kopi robusta yaitu
berkayu, keras, tegak, putih ke abu-abuan. Seduhan kopi robusta memiliki rasa
seperti cokelat dan aroma yang khas, warna bervariasi sesuai dengan cara
pengolahan. Kopi bubuk robusta memiliki tekstur lebih kasar dari kopi arabika.
Kadar kafein biji mentah kopi robusta lebih tinggi dibandingkan biji mentah
Buah kopi yang telah masak sempurna akan dipanen untuk diolah
menjadi kopi beras (biji kopi kering). Pengolahan buah kopi yang dilakukan
buah kopi menjadi kopi beras dapat dilakukan dengan dua cara pengolahan cara
kering (Oost Indische Bereiding) atau pengolahan cara basah (Wash Indichi
Bereiding).
kering dilakukan dengan langsung mengeringkan buah kopi yang baru dipanen.
Pengeringan dengan cara ini membutuhkan lokasi yang luas dan bersih.
kualitas kopi. Setelah buah kopi kering kulit kopi dikupas hingga diperoleh biji
Buah kopi yang diolah dengan metode basah pada umumnya memiliki
kualitas yang baik dan seragam. Namun, jika pengolahannya tidak tepat,
beresiko merusak cita rasa kopi menjadi fermented (biji kopi terfermentasi
a. Sortasi
Sortasi buah kopi dilakukan secara manual dengan alat berupa bak
penampung yang berisi air. Buah kopi hasil panen dimasukkan ke dalam
bak kemudian diberi air. Buah kopi yang mengambang menandakan buah
tersebut jelek atau rusak. Buah yang tenggelam merupakan buah berisi dan
antara permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang
c. Fermentasi
dengan air pada bak fermentasi. Biji kopi dibiarkan terendam selama 10
jam. Setelah 10 jam air rendaman dibuang sambil diaduk. Bak kembali
diisi air bersih dan dilakukan perendaman lagi. Setiap 3-4 jam air
dilakukan dengan menutup biji kopi dengan kain atau karung goni basah.
fermentasi basah
d. Pencucian
e. Pengeringan
2. Penyangraian / Roasting
waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan.
Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis mudah
menguap lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa
golongan yaitu light roast suhu yang digunakan 193-199C, medium roast suhu
yang digunakan 204C dan dark roast suhu yang digunakan 213-221C. Light
roast menghilangkan kadar air 3-5%, medium roast 5-8% dan dark roast 8-
14%.
Tahap awal roasting adalah membuang uap air pada suhu penyangraian
100C dan berikutnya tahap pirolisis pada suhu 180C. Pada tahap pirolisis
10%. Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian,
terbentuknya gas CO2 sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya aroma yang
terbentuknya gas-gas yang sebagian besar terdiri dari CO2 kemudian gas-gas
pembentuk cita rasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula.
menimbulkan aroma khas. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa
asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan
bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa melanoidin yang
dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis
senyawa mudah menguap seperti aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam
format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. Makin lama
dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas di dalam seduhan
rasa pahit yang mempengaruhi cita rasa kopi. Kadar trigonelin pada biji
2011).
3. Penggilingan
penghalusan terjadi karena adanaya gaya gesek antara permukaan biji kopi
sangrai dengan permukaan piringan dan sesama biji kopi sangrai. Tingkat
kehalusan bubuk kopi ditentukan oleh kerapatan piringan dan ayakan yang
dipasang pada bagian dalam mesin pembubuk. Semakin halus partikel kopi
pertanian dengan mempertahankan rasa dan aroma. Dekafeinasi pada biji kopi
proses dekafeinasi biji kopi menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu air, senyawa
organik sintetik (metil khlorida, etil asetat, benzene, alkohol, khloroform) dan
anorganik sintetik (asam sulfat, soda dan amonia). Daya larut kafein dalam pelarut
sintentik relatif tinggi, namun alasan harga, potensi polusi lingkungan dan pengaruh
cermat. Air merupakan pelarut yang paling populer dan memegang posisi sentral
untuk proses dekafeinasi. Selain murah, efek samping air terhadap kesehatan dan
lingkungan juga rendah. Namun, kemampuan air melarutkan kafein kopi sangat
terbatas jika prosesnya dilakukan pada suhu rendah, sehingga paten-paten terdahulu
1. Bubuk kopi
2. Air
3. Gula pasir
B. Prosedur Kerja
Biji kopi dibagi menjadi 2 perlakuan yaitu biji A (melalui dekafeinasi) dan biji
B (tanpa dekafeinasi).
Biji kopi disangrai pada waktu tertentu (20, 30, dan 40 menit).
Dilakukan uji sensori dengan menyeduh 5% bubuk kopi dalam 10% larutan
gula.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Kode
Parameter
A20 A30 A40 B20 B30 B40
Berat awal biji (g) 100,25 100,16 100,04 100,40 100,00 100,13
Berat awal biji
87,66 87,65 96,47 91,51 83,92 85,03
sangrai (g)
Rendemen biji
87,44 87,5 96,43 91,15 83,92 84,92
sangrai (%)
Berat awal bubuk
28,86 79,10 51,98 80,32 79,82 84,42
setelah diayak (g)
Rendemen bubuk
28,79 78,97 51,96 80 79,82 84,31
kopi (%)
Kadar air biji kopi
13,29 13,29 13,29 13,29 13,29 13,29
mentah (%) bk
Kadar air bubuk
kopi sangrai (%) 24,05 6,55 9,84 6,80 3,32 3,56
bk
Berat Sampel
Cawan+sampel Cawan+sampel Cawan+sampel Sampel
Kode cawan awal
ke 1 (g) ke 2 (g) ke 3 (g) akhir
(g) (g)
A20 42,9292 2,0054 44,5429 44,5413 44,5458 1,6166
A30 39,0167 2,0066 40,8938 40,8935 40,8999 1,8832
A40 38,4472 2,0057 40,2735 40,2668 40,2733 1,8261
B20 41,3415 2,0036 43,2101 43,2164 43,2176 1,8761
B30 54,0332 2,0019 55,9680 55,9724 55,9708 1,9376
B40 59,0375 2,0031 60,9789 60,2675 60,9717 1,9342
C 58,2374 2,0078 60,0112 60,0120 60,0097 1,7723
Keterangan kode:
menit menit
A40 : Dekafeinasi 40 B30 : Tanpa dekafeinasi
menit 30 menit
20 menit 40 menit
C : Kontrol
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 2 1 1 1 2 1
2 2 1 1 1 2 1
3 2 1 1 1 2 1
4 2 1 1 1 2 1
5 2 1 1 1 1 1
6 2 1 1 1 1 1
7 2 1 1 1 1 1
8 2 1 1 1 2 1
9 2 1 1 1 1 1
10 2 1 1 1 2 1
11 2 1 1 1 2 1
12 2 1 1 1 2 1
13 2 1 1 1 1 1
14 2 1 1 1 2 1
15 3 1 2 1 2 4
Jumlah 31 15 16 15 25 18
Rata-rata 2,06 1 1,06 1 1,66 1,2
Keterangan skor:
3 : Coklat kehitaman
Warna ampas
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 3 2 2 1 1 1
2 3 2 1 1 2 3
3 3 2 2 1 1 2
4 3 2 1 1 1 3
5 3 2 1 1 1 3
6 4 2 1 1 1 3
7 3 2 1 1 1 3
8 4 2 1 1 1 3
9 4 2 1 1 2 3
10 3 2 1 1 1 2
11 3 2 1 1 1 3
12 4 2 1 1 1 1
13 3 2 1 1 1 3
14 3 2 1 1 1 2
15 4 2 1 1 1 3
Jumlah 50 30 17 16 17 38
Rata-rata 3,33 2 1,13 1,06 1,13 2,53
Keterangan skor:
3 : Coklat kehitaman
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 4 3 3 2 2 1
2 4 3 3 2 2 1
3 4 3 3 2 2 2
4 4 3 3 2 2 1
5 4 3 3 2 2 2
6 4 3 2 2 1 2
7 4 3 2 2 2 2
8 4 3 2 2 2 2
9 4 3 3 2 1 2
10 4 3 2 2 1 1
11 4 3 2 2 2 2
12 4 3 2 2 2 2
13 4 3 2 2 1 1
14 4 3 2 2 2 2
15 4 3 2 1 1 2
Jumlah 60 45 36 29 25 25
Rata-rata 4 3 2,4 1,93 1,66 1,66
Keterangan skor:
3 : Coklat kehitaman
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 4 3 1 1 1 1
2 4 3 2 1 2 2
3 4 3 1 1 1 2
4 4 3 1 1 1 2
5 4 3 1 1 1 2
6 5 4 3 2 3 1
7 4 3 2 2 1 1
8 5 4 3 2 2 1
9 5 4 1 2 1 1
10 4 2 1 1 1 1
11 4 2 1 1 1 1
12 4 2 1 1 1 1
13 5 2 1 1 1 1
14 4 2 1 1 1 2
15 5 4 3 1 2 1
Jumlah 65 42 23 19 20 20
Rata-rata 43,33 2,8 1,53 1,26 1,33 1,33
Keterangan skor:
3 : Agak kuat
Kekuatan rasa asam
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 2
6 4 1 1 2 1 2
7 3 2 1 1 1 1
8 3 2 1 1 1 1
9 3 2 1 1 1 2
10 1 2 1 2 2 1
11 1 2 1 2 1 1
12 1 1 1 2 1 1
13 1 1 1 1 1 1
14 1 1 2 1 2 1
15 1 1 1 1 2 3
Jumlah 25 20 17 19 18 20
Rata-rata 1,67 1,33 1,13 1,26 1,2 1,33
Keterangan skor:
1 : Tidak kuat
2 : Sedikit kuat
3 : Agak kuat
4 : Kuat
5 : Sangat kuat
Kekuatan rasa pahit sepat
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 3 2 1 1 1 1
2 4 3 1 1 1 1
3 3 2 1 1 1 2
4 3 2 1 1 1 1
5 3 2 1 1 1 1
6 3 2 1 1 1 1
7 3 2 1 1 1 1
8 3 2 1 1 1 1
9 3 2 1 1 1 2
10 4 2 1 1 1 1
11 4 2 1 1 1 1
12 4 2 1 1 1 2
13 3 2 5 1 1 1
14 1 2 1 1 1 1
15 5 2 3 1 2 3
Jumlah 49 31 21 15 16 20
Rata-rata 3.26 2.06 1.4 1 1.06 1.33
Keterangan skor:
3 : Agak kuat
Tingkat kesukaan
Kode
Panelis
263 264 262 254 253 252
1 3 2 1 1 1 1
2 2 3 2 1 1 1
3 1 2 1 1 1 2
4 3 2 1 1 1 1
5 3 2 1 1 1 1
6 4 3 2 1 2 1
7 4 2 2 1 1 1
8 4 3 2 1 1 1
9 1 4 2 1 2 1
10 5 3 2 1 1 1
11 4 3 2 1 1 1
12 4 3 2 1 1 1
13 4 4 2 1 2 1
14 4 3 2 1 1 1
15 4 1 1 1 3 1
Jumlah 50 40 24 15 20 16
Rata-rata 3,33 2,67 1,6 1 1,33 1,06
Keterangan kode:
4. Perhitungan
100% A30 (Biji kopi mentah)
2,00781,7723
100% : 13,29%
1,7723
2,00541,6166 : 6,55%
100%
1,6166
: 13,29% : 3,32%
2,00571,8261 2,00781,7723
100% 100%
1,8261 1,7723
: 9,84% : 13,29%
2,00781,7723 2,00311,9342
100% 100%
1,7723 1,9342
: 13,29% : 3,56%
Kadar air (%) : 100%
2,00361,8761
100% A20 (Biji kopi sangrai)
1,8761
87,66
: 6,80% Rendemen (%) : 100,25 100%
: 13,29%
: 28,79%
B30 (Bubuk kopi sangrai)
A30 (Biji kopi sangrai)
87,65
Rendemen (%) : 100,16 100%
: 87,5% 80,32
Rendemen (%) : 100,40 100%
: 78,97% 83,92
Rendemen (%) : 100,00 100%
: 96,43% 79,82
Rendemen (%) : 100,00 100%
: 51,96% 85,03
Rendemen (%) : 100,13 100%
B. Pembahasan
Kopi biji disebut juga kopi beras (Coffee beans) merupakan kopi yang sudah
siap diperdagangkan, berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah,
kulit tanduk dan kulit ari. Kopi beras berasal dari kopi basah yang telah mengalami
beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara
kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah menjadi kopi beras,
yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. Perbedaan
pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging
buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong),
sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah.
Pengolahan cara kering biasanya dilakukan oleh pekebun kecil (rakyat) karena
dapat dilakukan dengan peralatan sederhana. Cara pengolahan ini mudah dilakukan
karena peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah tangga tani (Wijiastuti,
2010).
penelitian tentang proses pengolahan kopi bubuk pun telah banyak dilakukan dalam
rangka mendapatkan cita rasa kopi bubuk yang maksimal dan disukai konsumen,
antara lain dengan alternatif penggunaan suhu dan tekanan rendah pada
penyangraian kopi, melihat pengaruh biji kopi cacat dalam seduhan kopi bubuk,
serta melakukan dekafeinasi biji kopi sebelum proses pengolahan. Pada praktikum
ini dilakukan pembuatan kopi bubuk dengan adanya perlakuan dekafeinasi dan
tanpa dekafeinasi serta waktu penyangraian yang berbeda. Salah satu tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh tahapan pengolahan kopi terhadap
karakteristik fisikokimia dan sensori kopi bubuk yang dihasilkan. Parameter yang
digunakan dalam pengujian antara lain rendemen, kadar air, dan sifat sensori yang
meliputi warna bubuk kopi, warna ampas, warna air seduhan, kekuatan aroma kopi,
perlakuan yaitu biji A (melalui dekafeinasi) dan biji B (tanpa dekafeinasi). Biji kopi
yang terpilih lalu ditimbang 100 gram untuk masing-masing perlakuan. Biji kopi
dilakukan proses dekafeinasi dengan cara merebus biji kopi pada air mendidih
selama 15 menit, lalu dimasukkan ke dalam cabinet dryer selama 30 menit untuk
mengurangi kadar air akibat proses perebusan. Selanjutnya biji kopi A dan B
disangrai pada waktu tertentu (20, 30, dan 40 menit). Hasil biji kopi yang telah
blender. Bubuk kopi yang dihasilkan selanjutnya diayak dengan ayakan 60 mesh
lalu ditimbang kembali berat bubuk kopi yang dihasilkan dan dilakukan
pengukuran kadar airnya. Bubuk kopi yang dihasilkan disimpan dalam plastik PP
sebelum uji organoleptik. Pada uji organoleptik dilakukan uji sensori dengan
penguapan air dan senyawasenyawa volatil serta pelepasan kulit ari. Bersamaan
dengan penguapan air, beberapa senyawa volatil yang terkandung didalam biji
kopi seperti aldehid, furfural, keton, alkohol dan ester ikut teruapkan. Berdasarkan
hasil pengamatan rendemen kopi yang dilakukan diketahui bahwa pada kopi tanpa
dekafeinasi dengan waktu penyangraian 20, 30 dan 40 menit memiliki berat awal
biji sebesar 100,40, 100,00 dan 100,13 gram. Setelah disangrai berat biji berkurang
berturut-turut menjadi 91,51 gram, 83,92 gram dan 85,03 gram. Penurunan berat
biji akibat penyangraian menyebabkan rendemen biji kopi berubah. Pada kopi tanpa
sebesar 91,15%. Sementara, pada waktu penyangraian 30 menit, rendemen biji kopi
adalah sebesar 83,92% dan 84,92% pada penyangraian 40 menit. Setelah disangrai
biji kopi didinginkan dan digiling serta diayak untuk menghasilkan bubuk kopi
yang seragam. Berat bubuk kopi yang telah diayak masing-masing perlakuan
gram, 79,82 gram dan 84,42 gram, sehingga memiliki rendemen akhir bubuk kopi
sebesar 80%, 79,82% dan 84,31%. Sedangkan hasil pengamatan rendemen kopi
yang dilakukan diketahui bahwa pada kopi dekafeinasi dengan waktu penyangraian
20, 30 dan 40 menit memiliki berat awal biji sebesar 100,25, 100,16 dan 100,04
gram. Setelah disangrai berat biji berkurang berturut-turut menjadi 87,66 gram,
87,65 gram dan 96,47 gram. Penurunan berat biji akibat penyangraian
menyebabkan rendemen biji kopi berubah. Pada kopi tanpa dekafeinasi dengan
Sementara, pada waktu penyangraian 30 menit, rendemen biji kopi adalah sebesar
87,65% dan 96,43% pada penyangraian 40 menit. Setelah disangrai biji kopi
didinginkan dan digiling serta diayak untuk menghasilkan bubuk kopi yang
gram, 79,10 gram dan 51,98 gram, sehingga memiliki rendemen akhir bubuk kopi
sebesar 28,79%, 78,97% dan 61,96%. Penurunan berat dan rendemen biji kopi awal
hingga menjadi bubuk kopi diakibatkan karena adanya proses penyangraian yang
dapat mengurangi kadar air didalam biji kopi sehingga berakibat pada penurunan
berat dan rendemen. Selain itu adanya proses penggilingan biji dan pengayakan
kopi juga dapat mengurangi berat dan rendemen bubuk kopi yang dihasilkan.
Pengamatan kadar air kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dilakukan
masing perlakuan (tanpa dekafeinasi penyangraian 20, 30 dan 40 menit). Selain itu,
diukur pula cawan yang digunakan untuk perlakuan kopi kontrol . Berat cawan
berturut-turut adalah sebesar 41,3415 gram, 54,0332 gram, 59,0375 gram dan
58,2374 gram dengan berat sampel kopi masing-masing 2,0036 gram, 2,0019 gram,
2,0031 gram dan 2,0078 gram. Pada pengukuran pertama kopi tanpa dekafeinasi
dengan penyangraian 20 menit terukur berat cawan dan sampel sebesar 43,2101
gram. Sementara pada perlakuan penyangraian 30, 40 menit dan kontrol terukur
sebesar 55,9680 gram, 60,9789 gram dan 60,0112 gram. Selama pengamatan
pengukuran berat cawan dan sampel terjadi kenaikan dan penurunan berat hingga
didapat sampel akhir berturut-turut seberat 1,8761 gram, 1,9376 gram, 1,9342 gram
dan 1,7723 gram. Sehingga kadar air yang terdapat dalam masing-masing sampel
menit dan 3,56% penyangraian 40 menit. Pada pengukuran kadar air dekafeinasi
berat cawan untuk penyangraian 20, 30, dan 40 menit berturut-turut adalah 42,9292;
39,0167; dan 38,4472 dengan berat sample masing-masing 2,0054; 2,0167; dan
2,0057. Hasil akhir pengukuran berat sampel adalah 1,6166; 1,8832; dan 1,8261
pada masing-masing perlakuan yaitu dekafeinasi dengan lama penyangraian 20, 30,
dan 40 menit, sehingga didapatkan bahwa kadar air setlah penyangraian yaitu
sesuai dengan teori bahwa semakin lama penyangraian yang dilakukan maka kadar
air yang terkandung didalamnya akan semakin sedikit. Tetapi kadar air kopi
ini dapat diakibatkan karena kesalahan praktikan saat pengukuran dan eror pada
alat yang digunakan. Sementara pada sampel kopi kontrol kadar air yang dimiliki
adalah 13,29%. Menurut Najiyati dan Danarti (2007) bahwa kadar air kopi setelah
kopi yang disangrai lebih tinggi dari 1,15%. Keadaan ini terjadi karena pada saat
melakukan pengukuran kadar air, sampel terlalu lama berada di udara terbuka saat
akan melakukan penimbangan sehingga bubuk kopi yang bersifat higroskopis akan
menyerap air dari lingkungan dan hasilnya pun akan lebih tinggi dari kadar air yang
seharusnya.
kopi tanpa dekafeinasi, didapatkan hasil uji sesoris warna bubuk kopi dengan
penyangraian 30 menit menghasilkan warna bubuk kopi berwarna coklat tua. Pada
kopi dekafeinasi warna bubuk kopi dengan penyangraian 20, 30, dan 40 menit
menit, coklat kehitaman pada penyangraian 30 menit dan coklat tua pada
dekafeinasi warna yang dihasilkan adalah coklat tua untuk lama penyangraian 20
menit, dan warna coklat pada lama penyangraiann 30, dan 40 menit . Tidak berbeda
dengan sebelumnya, pada paramater warna air seduhan, warna yang dihasikan pun
berwarna coklat tua dan pada penyangraian 30 dan 40 menit berturut-turut adalah
hitam kecoklatan dan coklat kehitaman untuk kopi non dekafeinasi, sedangkan
untuk kopi dekafeinasi warna yang dihasilkan adalah coklat untuk lama
penyangraian 20 dan 30 menit, dan warna coklat tua untuk 40 menit. Data
lama waktu penyangraian maka warna hitam akan meningkat namun juga
perlakuan non dekafeinasi lebih cerah dari kopi dengan perlakuan dekafeinasi. Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama waktu
penyangraian maka warna kopi akan semakin hitam, namun berbeda pada beberapa
berbeda pula sehingga hasil warna kopi pada lama waktu yang berbeda fluktuatif.
menurun pada kopi dengan penyangraian 40 menit, yaitu tidak kuat, sangat kuat
dan agak kuat. Rasa asam yang dihasilkan pada setiap seduhan kopi tanpa
dekafeinasi relatif hampir sama yaitu tidak kuat. Sedangkan pada parameter tingkat
kesukaan, kopi yang paling disukai adalah kopi dengan penyangraian 30 menit
disusul oleh kopi dengan penyangraian 40 menit dan terakhir kopi dengan
penyangraian 20 menit.
lama penyangraian adalah tidak kuat. Rasa asam dan pahit-sepat yang dihasilkan
adalah tidak kuat dan untuk parameter tingkat keukaan kopi yang paling disukai
adalah kopi dengan lama penyangraian 20 menit, dan yang paling tidak disukai
pahit. Proses dekafeinasi dapat menurunkan kadar kafein sehingga rasa pahit pun
dekafeinasi memiliki rasa pahit sepat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi
pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selama
khas. Senyawa yang membentuk aroma di dalam kopi menurut Mabrouk dan
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat, asam
aldehid.
3. Golongan senyawa karbonil asam yaitu oksasuksinat, aseto asetat, hidroksi
mengeluarkan aroma khas kopi pada air seduhan kopi dan mengalami penurunan
aroma pada kopi penyangraian 40 menit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin
lama waktu penyangraian aroma kopi justru berkurang. Biji kopi secara alami
alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah
menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas
dihasilkan akan berkurang juga. Sementara, senyawa yang menyebabkan rasa sepat
atau rasa asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan
warna cokelat. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh yaitu pada setiap sampel
kopi tanpa dekafeinasi perlakuan penyangraian mengasilkan rasa asam yang tidak
dalam air telah mengurangi jumlah senyawa piridin dan pada akhirnya menurunkan
A. Kesimpulan
dekafeinasi dapat mempengaruhi sifat fisikokimia dan sensori kopi bubuk yang
dihasilkan. Secara umum bubuk kopi yang dihasilkan baik dengan proses
berdasarkan uji sensori yang dilakukan secara umum kopi dengan dekafeinasi dan
tanpa dekafeinasi memiliki hasil yang relatif hampir sama pada beberapa parameter
pengujian, namun berbeda pada parameter aroma, warna air seduhan dan tingkat
kesukaan, dimana kopi tanpa dekafeinasi memiliki aroma yang lebih kuat, warna
air seduhan yang lebih gelap dan tingkat kesukaan yang lebih disukai dibanding
kopi dekafeinasi.
B. Saran
Almada, Deva Primadia. 2009. Pengaruh Peubah Proses Dekafeinasi Kopi Dalam
Reaktor Kolom Tunggal terhadap Mutu Kopi. Thesis. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Najiyati, S. dan Danarti. 2007. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Nopitasari, Irma. 2010. Proses Pengolahan Kopi Bubuk (Campuran Arabika dan
Robusta) Serta Perubahan Mutunya Selama Penyimpanan. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Pertanian Bogor, Bogor.
Prastowo, Bambang.,dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan. Jakarta
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya, Jakarta
No Gambar Keterangan
Penimbangan biji
2
kopi mentah
Proses dekafeinasi
3
kopi A
Pengeringan hasil
4
dekafeinasi kopi A
5 Proses penyangraian
Penimbangan biji
6
kopi setelah disangrai
Penggilingan biji
7
kopi dengan blender
Pengayakan bubuk
8
biji kopi