Fitofarmak - Jurnal 4-1 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

Sekilas Tentang Jurnal Fitofarmaka

Jurnal Fitofarmaka merupakan media untuk mempublikasikan tulisan asli yang berkaitan
dengan ilmu farmasi khususnya bahan alam. Diterbitkan secara elektronik dan cetak dengan
frekuensi dua kali dalam setahun yaitu Juni dan Desember. Juranl Fitofarmaka dapat
mengakomodasi tulisan ilmiah yang dapat menjadi panduan dan literatur dalam bidang bahan
alam.

Tulisan ilmiah dapat berupa hasil penelitian mutakhir (paling lama 5 tahun yang lalu), ulasan
(review) singkat, laporan dari suatu penelitian pendahuluan, dan laporan kasus. Kategori
penelitian meliputi:
a. Analisis Farmasi
b. Kimia Bahan Alam
c. Farmakologi dan Toksikologi
d. Etnofarmakologi
e. Kimia Medisinal
f. Biologi Molekuler dan Bioteknologi
g. Farmakoterapi
h. Farmasi Klinik
i. Farmasetika dan Teknologi Farmasi
j. Biologi Farmasi

Tulisan yang telah diterima akan di review oleh editor dan mitra bestari yang sesuai dengan
bidangnya.
JURNAL FITOFARMAKA

Dewan Redaksi

Ketua Dewan Redaksi


drh. Min Rahminiwati, M.S., PhD.
(Pusat Studi Biofarmaka LPPM Institut Pertanian Bogor)

Anggota Dewan Redaksi


Dr Tri Panji, M.S.
(Puslit Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia)
Dr. Eli Halimah, M.Si. Apt.
(Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran)
Dr. Ir. Akhmad Endang Zainal Hasan, M.Si.
(Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor)
Dr. Ietje Wientarsih, M.Sc., Apt.,
(Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor)
Dr. Sata Yoshita Srie Rahayu, M.Si.
(Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan)
Siti Sa’diah M.Si, Apt.
(Fakultas Kedokteran Hewan / Pusat Studi Biofarmaka LPPM Institut Pertanian Bogor)
Drs. Almasyhuri , M.Si. , Apt.
(Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Kemenkes)
Bustanussalam, M.Si.
(Puslit Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
JURNAL FITOFARMAKA

ISSN:2087-9164, Vol.4,No.1, Juni 2014

DAFTAR ISI

KONDISI HATI TIKUS BETINA AKIBAT INDUKSI 7,12-DIMETHYL


BENZ(α)ANTHRASEN (DMBA) DAN PENYEMBUHANNYA DENGAN PROPOLIS
DAN NANOPROPOLIS INDONESIA
Akhmad Endang Zainal Hasan, E. Mulyati Effendi, Agus Setiyono, dan Bayu Sandi

EFEKTIVITAS SEDIAAN EMULSI EKSTRAK ETANOL 70 % DAUN MANGKOKAN


(Northopanax scutellarius (Burm.f) Merr) SEBAGAI PERANGSANG PERTUMBUHAN
RAMBUT
Siti Sa’diah, Nina Herlina, Dwi Indriati

TOKSISITAS, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR


KULIT KAYU MASSOI (Cryptocarpa massoy (Lauraceae))
Bina Lohita Sari, Wandesta Rurianti, Partomuan Simanjuntak

EFEKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L)


Urb) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus
albinus)
Moerfiah, Muztabadihardja, Santi Puspita Dewi
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

KONDISI HATI TIKUS BETINA AKIBAT INDUKSI 7,12-DIMETHYL


BENZ(α)ANTHRASEN (DMBA) DAN PENYEMBUHANNYA DENGAN PROPOLIS
DAN NANOPROPOLIS INDONESIA

Akhmad Endang Zainal Hasan1,2, E. Mulyati Effendi2, Agus Setiyono3, dan Bayu Sandi2
1)
Departemen Biokimia, FMIPA IPB
2)
Program Studi Farmasi FMIPA UNPAK, BOGOR
3)
Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, FKH, IPB
Email : [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efek farmakologis propolis dan
nanopropolis untuk pengobatan penyakit hati pada tikus betina yang diinduksi senyawa
karsinogenik 7,12 - dimetilbenz(α)antasena (DMBA). Penelitian dilakukan dengan mengamati
histopatologi dan makroskopik hati pada 28 ekor tikus betina galur Sprague - Dawley. Tikus
percobaan dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan dengan 6 kelompok yang diinduksi DMBA
(Kelompok I- VI ) dan 1 kelompok sebagai kontrol normal. Kelompok I sebagai kontrol
negatif diberi 1 ml NaCl secara injeksi intraperitoneal (ip). Kelompok II - IV diberi
nanopropolis 8; 32 dan 56 ppm ip. Kelompok V diberi ekstrak ethanol propolis 233 ppm ip,
kelompok VI sebagai kontrol positif diberikan doxorubixin ip dan kelompok VII sebagai
kontrol normal diberi penyediaan akuades. DMBA diinduksi selama 11 minggu dan
pengobatan dilakukan 15 minggu. Setiap minggu tikus ditimbang bobotnya dan diperiksa
terhadap inisiasi tumor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol propolis 233 ppm
dan nanopropolis konsentrasi 32 dan 56 ppm dapat mempertahankan kondisi optimal hati
tikus. Efeknya adalah setara dengan kontrol normal.

Kata kunci: penyakit hati, DMBA, histopatologi, propolis, nanopropolis

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the pharmacological effects of propolis and
nanopropolis as treatment of liver disease on carcinogenic substances 7,12-
dimethylbenz(α)antacene (DMBA) induced female rat. The research conducted by observing
liver histopathology and macroscopic on 28 female rat strain Sprague-Dawley. The rats
divided into 7 treatment groups with 6 groups of DMBA-induced rats (Group I-VI) and 1
group of as control normal rats. Group I as negative control was given 1 ml NaCl
intraperitoneal (ip) injection. Group II-IV was given nanopropolis 8; 32 and 56 ppm ip,
respectively. Group V was given ethanol extract of propolis 233 ppm ip, group VI as positive
control was given doxorubixin ip and group VII as normal control was given distilled water
provision. DMBA was induced during 11 weeks period and treatment was performed 15
weeks. The rat was weighted and examined the initiation of tumors every week. The results
showed that the ethanol extract of propolis 233 ppm and nanopropolis concentration of 32
and 56 ppm could maintain optimal conditions of rat’s liver. The effect was equivalent with
normal control.

Key Words : liver disease, DMBA, liver histopathology, propolis, nanopropolis

1
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

PENDAHULUAN propolis berupa resin (turunan asam benzoat


Seiring berkembangnya zaman, dan flavonoid), lilin dan asam lemak, minyak
masyarakat dihadapkan dengan perilaku esensial, polen dan mineral-mineral.
seksual, infeksi obat-obatan medis, merokok, Flavonoid yang dikandung dalam propolis
radiasi sinar Ultra Violet dan diet yang dapat memberikan respon terhadap aktivitas
memicu penyakit kanker (Doll & Peto, antibakteri, serta antikanker dan berperan
1981). Pengobatan yang ada saat ini dengan dalam imunodulisasi tubuh (Bankova, et al.,
menggunakan obat-obatan kimia mulai dirasa 2000; Bankova, et al., 2002; Burdock, 1998;
oleh sebagian masyarakat kurang tepat Sforcin, 2007). Kandungan senyawa aktif
karena dapat menyebabkan efek negatif bagi pada propolis memperlihatkan efek
tubuh, baik secara langsung maupun tidak hepatoprotektif karena memiliki aktifitas
langsung. Implikasi dari hal tersebut maka antiradikal bebas yang dapat mengurangi
masyarakat mencari pengobatan alternatif wilayah induksi kerusakan hati dan jumlah
yang aman dan berkhasiat sehingga GGT + AHF (Perez, et al., 2012). Propolis
menguatlah konsep back to nature atau juga memiliki aktivitas imunodulator dan
kembali ke alam. aktivitas antiinfeksi non spesifik melalui
Hati merupakan organ yang sangat aktivasi makrofag (Dimov, et al., 1991).
penting dan sebagi pusat metabolisme tubuh Propolis sebagai pengobatan kerusakan
yang mempunyai banyak fungsi untuk hati belum banyak diteliti. Organ hati
mempertahankan tubuh yaitu dengan cara mempunyai potensi sebagai indikator
detoksifikasi. Detoksifikasi merupakan perbaikan maupun kerusakan akibat senyawa
sistem pertahanan tubuh terhadap masuknya sitotoksik karena secara aktif berperan dalam
senyawa kimia asing (xenobiotik). Jika mekanisme aktivasi DMBA yang melibatkan
xenobiotik tersebut berhasil lolos pada proses enzim sitokrom P450 isoform CYP1A1
detoksifikasi, maka kemungkinan menjadi (Colon, et al., 1999). Efek kerusakan
toksik dan jika berlebihan akan bereaksi jaringan hati akibat induksi DMBA dapat
dengan sel reseptor atau sel sasaran yang terlihat jelas pada gambaran histologinya
bersifat reversibel maupun irreversibel. (Vijayabaskaran, et al., 2010)
Akibatnya akan timbul efek toksik yang tidak Tujuan penelitian ini adalah
diinginkan (Donatus, 2001). mengetahui efek farmakologis propolis dan
Senyawa 7,12-dimetilbenz (α) antrasen nanopropolis Indonesia sebagai
(DMBA) adalah zat kimia yang termasuk penyembuhan organ hati yang terinisiasi zat
dalam Polycyclic Aromatic Hydrocarbon karsinogenik (DMBA).
(PAH) yang dikenal bersifat mutagenik,
teratogenik, karsinogenik, sitotoksik dan METODE PENELITIAN
immunosupresif (Clement, et al. 1980). Hati Penelitian ini dilaksanakan pada
yang terpapar DMBA akan menunjukkan bulan Juni - Oktober 2012 bertempat di
perubahan sel hati, gambaran histologi hati Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika
dengan pemberian DMBA 25 mg/kg BB dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
selama 90 hari menunjukkan perubahan Pakuan di Bogor, juga di Laboratorium
bentuk normal menjadi tidak normal (Budi, Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi
2010; Vijayabaskaran, et al., 2010). dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Bahan alam yang dipercaya dapat Institut Pertanian Bogor.
bersifat hepatoprotektif salah satunya adalah
propolis, yaitu bahan perekat dari resin yang Bahan
dikumpulkan lebah pekerja dari kuncup, kulit Propolis kasar Trigona spp. yang
kayu dan bagian tumbuhan lainnya berasal dari Pandeglang (Banten), etanol
(Gojmerac, 1983). Propolis berwarna kuning 70%, β-siklodekstrin, buffer fosfat 50 mM
sampai coklat tua, bahkan ada yang pH dan buffer fosfat 300 mM pH 5, eter,
transparan. Komponen penting dalam aquadest, tikus percobaan yaitu tikus putih

2
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

betina (Rattus norvegicus) galur Sprague - diberi pakan standar dan air secara ad
Dawley, 7,12-dimetilbenz(α)antrasen atau libitum.
DMBA, minyak zaitun (Olive Oil), buffer
formalin 10%, paraffin, minyak imersi, Penentuan Aktivitas Hepatoprotektif
pewarnaan sediaan histologik (hematoksilin Induksi DMBA
dan eosin). Hewan coba diadaptasikan di kandang
percobaan selama 1 minggu sebelum
Cara Kerja diberikan perlakuan. Tikus dibagi menjadi 2
Pembuatan Ekstrak Etanol Propolis kelompok, kelompok perlakuan DMBA
Trigona spp. sebanyak 24 ekor dan kelompok perlakuan
Sarang lebah Trigona spp. dari kontrol normal sebanyak 4 ekor. Kelompok
Pandeglang, Banten, Indonesia. Sampel pertama yaitu kelompok perlakuan kontrol
disimpan dalam toples vakum. Sarang lebah dengan menyuntikkan 1 mL garam fisiologis
dibersihkan dari pengotor, setelah itu secara intraperitonial. Kelompok kedua
diekstraksi menggunakan etanol 70% selama diberi perlakuan DMBA dengan
24 jam. Ekstraksi dan pengujian pendukung menyuntikkan DMBA dosis 25 mg/kg BB
dilakukan sesuai dengan modifikasi dari menggunakan pelarut minyak zaitun secara
Pietta, et al., 2002 yaitu pembuatan intraperitonial. Induksi dilakukan selama 11
nanopropolis, penentuan aktivitas minggu, tiap minggu hewan coba ditimbang
hepatoprotektif, penentuan aktivitas dan dipalpasi untuk mengecek adanya inisiasi
hepatoprotektor, pengamatan patologi dan kanker.
anatomi hati secara makroskopik.
Aktivitas Hepatoprotektor
Pembuatan Nanopropolis Sebanyak 24 ekor tikus yang telah
Pembuatan nanopropolis sesuai dengan disuntik DMBA dan diketahui terinisiasi sel
tata cara penelitian yang dilakukan oleh kanker lewat palpasi dikelompokkan menjadi
Hasan, et al., 2011 dan modifikasi dari 6 kelompok, sedangkan tikus yang tidak
Mohanraj dan Chen, 2006. Metode yang disuntik DMBA dikelompokkan dalam
digunakan yaitu mendispersikan ke bentuk Kelompok Kontrol Normal (disuntik 1 mL
polimer, kemudian polimerisasi dari garam fisiologis), pengelompokan sebagai
monomer dan pembentukan atau koaservasi berikut :
polimer hidrofilik. Kelompok 1 : Kelompok Kontrol Negatif,
disuntik dengan 1 mL garam fisiologis.
Hewan Coba Kelompok 2 : Kelompok Perlakuan 1,
Hewan percobaan yang digunakan disuntik nanopropolis 8 ppm.
adalah 28 ekor tikus putih betina dengan Kelompok 3 : Kelompok Perlakuan 2,
bobot badan rata-rata 120-130 g. Tikus disuntik nanopropolis 32 ppm.
percobaan dilakukan pengelompokan secara Kelompok 4 : Kelompok Perlakuan 3,
random menjadi 7 kelompok perlakuan, disuntik nanopropolis 56 ppm.
masing-masing 4 ekor dalam tiap kandang. Kelompok 5 : Kelompok Perlakuan 4,
Tikus tersebut dikandangkan secara terpisah disuntik Propolis 233 ppm.
di dalam kandang berbentuk kotak plastik, Kelompok 6 : Kelompok Kontrol Positif,
dengan tutup kawat yang mudah dibuka. Alas disuntik dengan doksorubisin.
kandang dialasi dengan sekam bekas gerabah Kelompok 7 : Kelompok Kontrol Normal,
padi yang harus diganti setiap hari agar disuntik 1 mL garam fisiologis.
kondisi kandang tetap kering dan sehat. Inhibition Concentration (IC50)
Tikus diadaptasikan di kandang hewan didapatkan dari penelitian yang dilakukan
Laboratorium Patologi, Departemen Klinik, oleh Hasan, et al., 2011 yang menunjukkan
Reproduksi dan Patologi FKH selama 7 hari. bahwa nanopropolis Pandeglang mempunyai
Selama penelitian semua kelompok tikus niai IC50 pada sel kanker MCF-7, pada

3
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

konsentrasi dibatas 8 ppm sedangkan EEP setelah didehidrasi dengan serial alkohol (70,
(Ekstrak Etanol Propolis) mempunyai nilai 80, 90, 100 %) dan clearing dengan xylol (I,
IC50 pada konsentrasi lebih dari 100 ppm. II, III). Blok paraffin disayat dengan
Pada hari ke 60 dari penyuntikkan mikrotom setebal 5 mikron. Sayatan yang
(nanopropolis, EEP, garam fisiologis dan baik diletakkan pada gelas objek, kemudian
doksorubisin), maka penelitian dihentikan. dilakukan pewarnaan Hematoksilin Eosin
Semua tikus diambil untuk dilakukan analisis (HE). Pengamatan histologi hati meliputi,
histopatologi. granula sitoplasma, degenerasi dan sel
neoplastik (Vijayabaskaran, et al., 2010).
Pengamatan Patologi dan Anatomi Hati Setiap preparat organ diamati di bawah
Secara Makroskopik mikroskop dalam 5 lapangan pandang, yaitu
Pengamatan makroskopik hati pada pada ke empat sudut dan bagian tengah
tikus meliputi warna, permukaan dan preparat, dengan perbesaran sebesar 400x.
konsistensi. Hati yang normal berwarna Data yang dikumpulkan berupa data primer
merah kecoklatan, permukaannya licin dan (granula sitoplasma, degenerasi dan sel
konsistensinya kenyal (Anggraini, 2008). neoplastik) dari hasil penilaian gambaran
Kriteria normal bila tidak ditemukan: histopatologi hepar tikus betina Sprague-
a. Perubahan warna Dawley, kemudian dinilai indeks
b. Perubahan struktur permukaan histopatologinya. Indeks histopatologi hepar
c. Perubahan konsistensi dinilai dengan modifikasi sistem Knodell
Derajat kerusakan hati: Score.
0 = tidak terjadi perubahan Hasil analisis diuji dengan uji statistik
+ = bila ditemukan 1 kriteria diatas non parametrik Kruskal Wallis. Nilai p
++ = bila ditemukan 2 kriteria diatas bermakna jika p>0,05. Data yang diperoleh
+++ = bila ditemukan 3 kriteria diatas diolah dengan menggunakan program SPSS
15.0 for Windows (Sariningrum, 2008).
Pembuatan dan Pemeriksaan Jaringan
Hati Secara Mikroskopik HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel jaringan hati dibuat sediaan Pengamatan melihat Organ Hati
histologi. Hati yang telah dicuci dengan (Gambar 1) secara makroskopis sebagai
larutan NaCl fisiologis 0,9 %, lalu difiksasi indikator faal tubuh dalam fungsi pertahanan
dengan larutan Bouin selama 12 sampai 24 tubuh (Dalimartha & Setiawan, 2005).
jam kemudian diblok dengan paraffin,

4
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Gambar 1. Pengamatan Makroskopis Hati Tikus


Keterangan: Organ Hati (a) Kelompok Normal, (b) Kelompok 56 ppm Nanopropolis, (c) Kelompok 32
ppm Nanopropolis, (d) Kelompok 8 ppm Nanopropolis, (e) Kelompok Propolis, (f)
Kelompok DMBA,(g) Kelompok Doksorubisin

Pada pengamatan organ hati secara cukup baik terlihat pula pada kelompok 56
makroskopis, terlihat bahwa organ tikus ppm (c) dan kelompok 32 ppm (d). Hasil
kelompok yang sudah di induksi DMBA yang menunjukkan perbaikkan ini sesuai
berbeda warnanya jika dibandingkan dengan dengan penelitian Carrasco et al., 2006.
kontrol normal, namun untuk permukaan dan Terlihat pada kelompok Doxorubisin
konsistensinya relatif sama. Hal ini (g), Propolis (b) dan 56 ppm (c) serta 32 ppm
menunjukkan bahwa DMBA bersifat (d) kondisi histopatologi hatinya baik,
sitotoksik sejalan dengan penelitian yang hepatosit terlihat jelas dan tersusun secara
dilakukan oleh Scott, et al. 1993. radial, walaupun masih ditemukannya butir-
Pengamatan dilanjutkan dengan butir lemak, kondisi hepatosit yang baik
histopatologi hati sebagai indikator penilaian karena pengaruh pemberian propolis,
yaitu tingkat kerusakan sel hati pada senyawa antioksidan dan flavonoid dalam
umumnya. Hasil pengamatan terlihat pada propolis dan nanopropolis memberikan efek
Gambar 2. perbaikan sel-sel hati dengan relatif cepat.
Gambaran dari histopatologi Kerusakan sel hati kelompok DMBA
memperlihatkan kondisi jaringan hati yang pada kontrol negatif yang terjadi meliputi
sehat (a) ditandai dengan hepatosit yang nekrosis, dan degenerasi butir-butir lemak.
mengarah ke arah vena sentralis tersusun Nekrosis merupakan pecahnya sel hepatosit
secara radial, bentuk dari membran sel masih sehingga seluruh isi sel keluar dari sel akibat
utuh dengan sitoplasma didalamnya dan sel rusaknya lapisan semipermiabel yang
hepatosit tersusun dengan jelas kondisi yang melindungi sel serta degradasi butir-butir
kurang lebih sama terlihat pada propolis (b) lemak disebabkan adanya senyawa toksik
dan kelompok doksorubisin (g) kondisi yang yang menurunkan fungsi lipolitik hati, hal ini

5
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Gambar 2. Histopatologi Hati


Keterangan: Kelompok Normal (a), Kelompok EEP (b), Kelompok nanopropolis 56 ppm, 32 ppm, 8
ppm (c), (d), (e), Kelompok DMBA (f), Kelompok Doxorubisin (g) (VS: vena sentral,
anak panah : hepatosit, anak panah putus-putus: nekrosis, panah bulat : butir lemak)
(Pewarnaan HE, perbesaran objektif 10x)

sejalan dengan penelitian yang dilakukan bila dibandingkan dengan nanopropolis,


oleh Scott et al., 1993 yang menyatakan seperti terlihat pada Gambar 3. Hal ini
bahwa DMBA merupakan senyawa yang disebabkan karena konsentrasi nanopropolis
bersifat sitotoksik yang relatif kecil dibandingkan dengan
Kondisi histopatologi untuk kelompok konsentrasi propolis tanpa nanopartikel.
propolis, menunjukkan adanya perbedaan

6
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Gambar 3. Grafik Penilaian Persentase Kerusakan Histopat Hati Tikus Akibat


Pemberian Nanopropolis Dan Propolis

Hasil skoring dari grafik SIMPULAN


memperlihatkan perbedaan kerusakan tiap Pemberian Propolis dan nanopropolis
kelompok dibandingkan dengan kontrol selama 60 hari memberikan efek farmakologi
normal terlihat bahwa kerusakan kelompok pada hati hewan coba yang diinduksi DMBA.
Propolis tidak memiliki nilai yang jauh Pada pengamatan organ hati secara
berbeda dengan kontrol positif dalam makroskopis, organ hati tikus yang terinduksi
kerusakan jaringan hati, dilanjutkan dengan DMBA terlihat berbeda warna dibandingkan
kontrol 56 ppm, 32 ppm dan 8 ppm, dan kontrol normal, namun untuk permukaan dan
kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi relatif sama.
propolis dengan konsentrasi 233 ppm dan Berdasarkan pengamatan histopatologi
nanopropolis dengan konsentrasi 56 ppm hati hasil uji analisis statistik non-parametrik
menunjukkan hasil yang hampir sama dalam Kruskal Wallis terlihat kelompok
mengurangi pengaruh negatif dari induksi doksorubisin (control positif), kelompok
DMBA dan memperbaiki kondisi hati. propolis, kelompok nanopropolis konsentrasi
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 32 dan 56 ppm, memiliki kondisi hepatosit
propolis dan nanopropolis dapat digunakan yang relatif baik, hepatosit terlihat jelas dan
dalam menghilangkan pengaruh buruk dari tersusun radial, walaupun masih
bahan karsinogen yang masuk ke dalam ditemukannya butir-butir lemak.
tubuh. Kandungan propolis baik dalam bentuk
Berdasarkan hasil uji statistik bukan nanopropolis maupun nanopropolis
kelompok 32 ppm, 56 ppm, dan propolis yaitu flavonoid memberikan efek perbaikan
tidak bebeda secara signifikan dengan control sel-sel hati.
positif, sedangkan kelompok 8 ppm dan Kelompok yang berpotensi secara
kontrol negatif berbeda secara signifikan farmakologis yang baik untuk penyembuhan
dengan kontrol positif. Kelompok kontrol hati yang terinduksi DMBA adalah kelompok
positif, 32 ppm, 56 ppm, dan propolis propolis konsentrasi 233 ppm dan
berbeda secara singifikan dengan kelompok nanopropolis konsentrasi 32 dan 56 ppm.
kontrol negatif, sedangkan kelompok 8 ppm
tidak berbeda secara signifikan dengan DAFTAR PUSTAKA
kontrol negatif. Anggraini, D.R. 2008. Gambaran
Makroskopik dan Mikroskopik Hati

7
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

dan Ginjal Mencit Akibat Pemberian propolis Influence on anti-infectious


Plumbun Asetat. Tesis Sekolah protection and macrophage function,
Pascasarjana Universitas Sumatra Bulgarian Academy of Scineces,
Utara. Medan. Institue of Microbiolgy, Departement
Bankova, V.S., S.L.. Casro and M.C. of Immunology.
Marcucci. 2000. Propolis: Recent Donatus, I.A. 2001. Toksikologi Dasar.
Advances in Chemisty And Plant Laboratorium Farmakologi Dan
Origin. Apidologie. Toksikologi. UGM. Jogyakarta.
Bankova, V.S., Milena P., Stefan, B. and Doll. R dan Peto, R. 1981. The causes of
Anna C. S. 2002. Chemical cancer: quantitativeestimate of
Composition of Europan Propolis : avoidable risks of cancer in the United
Expected and Unexpected Results Statestoday. J. Natl. Cancer Inst.
Institute of Organic Chemistry with 66:1195-1308.
Centre of Phytochemistry, Bulgarian Gojmerac, W.L. 1983. Bee,
Academy of Sciences, 1113 Sofia, Beekeeping,Honey, and Pollination.
Bulgaria. Westport: Avi.
Budi, T. R. M. 2010. Dampak Induksi Hasan, A.E.Z., D.J. Mangunwidjaja, T.C.
Karsinogenesis Glandula Mammae Sunarti, O. Suparno, A. Setiyono.
dengan 7, 12-dimetilbenz(α)antrasen 2011. Nanopropolis Trigona spp as
terhadap Gambaran Histopatologis Anti Cancer Material. Laporan Hasil
Lambung Tikus Sprague Dawley. Penelitian SEAMEO-Biotrop. Bogor.
Jurnal Veteriner Maret. 11 (1): 17-23. Mohanraj V.J., Chen, Y. 2006.
Burdock, G.A. 1998. Review of the Nanoparticles-Areview. Tropical
biological properties and toxicity of Journal of Pharmaceutical Research.
bee propolis (propolis). Food and 5: 561-573.
Chemical Toxicology. 36 : 347-363. Perez, J.R.M., Olga Beltran-Ramirez, Saul
Carrasco, L.C.E., Yesennia Sánchez-Pérez, Villa-Trevino. 2012. Searching for
Lucrecia Márquez Rosado, Samia analogues of natural Compound,
Fattel-Fazenda, Evelia Arce-Popoca, Caffeic Acid Phenethyl Ester, with
Sergio Hernández-García, Saúl Villa- Chemprotective Activity, Departement
Treviño. 2006. A single dose of caffeic of Cell Biology, Cinvestav-IPN
acid phenethyl ester prevents initiation Mexico, D.F.
in a medium-term rat Pietta P.G. Gardana C. and Pietta AM. 2002.
hepatocarcinogenesis model. World J Analytical methods for quality control
Gastroenterol. 12(42): 6779-6785. of propolis. Fitoterapia 73 Suppl. I:S7-
Colon, M.V., L. Luch., A Seidel and A. 20.
Baird. 1999. Cancer Inititation by Sariningrum. A. 2008. Pengaruh Pemberian
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. Ekstrak Sponge Haliclona sp.
Result from Formation of Stable DNA Terhadap Gambaran Histopatologi
Adducts rather than Apurinic Sites, Hepar Mencit Swiss. Fakultas
Carcinogenesis. 20 (10): 1885-1891. Kedokteran Universitas Diponegoro
Clement, I.P., Philip, YI.P. and Lee L. Semarang.
Bernardis. 1980. Role of Prolactin in Scott W., Burchiel, Davis D.A., Sidhartha
the Promotion of D.R., Sandra L.B. 1993. DMBA
Dimethylbenz[α]anthracene-induced induces cell death (apoptosis) in the
Mammary Tumors by Dietary Fat. A20.1 murine β-cell lymphoma.
Cancer Res 1980. 40:374-378. [abstrak] Oxford J 21:120. [terhubung
Dimov V., Ivanovska N., Manolova N., berkala]http://toxsci.oxfordjournals.org
Bankova V., Nikolov N., Popov S. /cgi/content/abstract/21/1/1 20 [25
1991. Immunomodulatory action of April 2007].

8
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Sforcin J.M. 2007. Propolis and the immune Antioxidant Activity Of Symplocos
system; A review. Journal of Racemosa Bark Extract On DMBA
Ethnopharmacology 113: 1-14. Induced Hepatocellular Carcinoma In
Vijayabaskaran, K.R. Yuvaraja, G. Babu, P. Rats. Inter J Curr Trends Sci Tech.
Sivakumar, P. Perumal, B. Jayakar. 1(3): 147–158; 1033-1046
2010. Hepatoprotective And

9
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

EFEKTIVITAS SEDIAAN EMULSI EKSTRAK ETANOL 70 % DAUN


MANGKOKAN (Northopanax scutellarius(Burm.f)Merr) SEBAGAI PERANGSANG
PERTUMBUHAN RAMBUT

Siti Sa’diah1,2, Nina Herlina3, Dwi Indriati3


1
Bagian Farmakologi, Departemen AFF-FKH IPB
2
Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB
3
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan
Email : [email protected]

ABSTRAK

Daun mangkokan dalam pengobatan tradisional (jamu) dikenal sebagai tanaman obat
yang berkhasiat sebagai penumbuh rambut atau mencegah kerontokan. Kerontokan rambut
hingga kebotakan (Alopecia) dapat diobati dengan penyubur rambut. Pada penelitian ini
dilakukan pembuatan formula sediaan emulsi yang mengandung ektrak etanol 70 % daun
mangkokan pada beberapa konsentrasi dan dievaluasi efektivitasnya sebagai penumbuh
rambut secara in vivo. Formula dibandingkan dengan Aminexil 2% sebagai kontrol positif dan
diaplikasikan pada kulit kelinci yang telah dibersihkan bulunya, kemudian panjang bulu
rambut yang tumbuh diukur selama 6 minggu dan ditentukan rata-rata pertumbuhan rambut
perminggu. Hasil menunjukkan formulasi dengan konsentrasi ekstrak daun mangkokan 7,5%
sama efektifnya dengan kontrol positif dan berbeda signifikan dengan kontrol formula basis
tanpa ekstrak. Rata-rata panjang rambut pada minggu pertama bertambah 50% dan setelah
minggu keenam pertumbuhannya rata-rata diatas 65% - 85% jika dibandingkan terhadap
kontrol positif Aminexil (100%).

Kata kunci : Jamu, daun mangkokan, penumbuh rambut, alopecia, Aminexil

EFFECTIVENESS OF ETHANOL 70% EXTRACT EMULSION OF Northopanax


scutellarius ( Burm.f ) Merr LEAVES AS HAIR GROWTH STIMULUS

ABSTRACT

Northopanax scutellarius (Burm.f)Merr) or its Indonesia names “Mangkokan” is a


well known Indonesia Tradisional Medicine (JAMU) for hair growth promotor or prevent hair
loss. The hair loss to baldness (alopecia) can be treated with fertilizer hair. Aim in the present
study, it was to prepare emulsion formulations containing ethanolic extract in variation
consentration and evaluating of formulations for the hair growth-promoting activity. The
formulations as well as Aminexil 2% solution (standard) were applied topically on shaved
skin of white rabbit, and its long hair growth for 6 weeks and rate of hair-growth every weeks
were recorded. The result, formulation with consentration extract 7,5% the same effectiveness
with standard and were significantly different from the control. Long of hair in the first weeks
on a formulation extract is 50% longer than control and after 6th weeks increased more than
85%. The rate of hair growth (mm/week) is greatest at first week until the second weeks and
decreased further after 3th week to 6th week. Thus collaborate with the traditional acclaimed
hair growth-promoting capabilities of the plants. The prepared formulation also holds
potential for treatment of alopecia. It hold the promise of potent herbal alternative for
Aminexil

10
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Key words : Jamu, Nothopanax scutellarius (Burm.f)Merr) leaves, hair growth, alopecia,
Aminexil

PENDAHULUAN diaminopyrimidine oxide. Aktivitasnya sama


Rambut merupakan mahkota dengan minoxidil yang kegunaan utamanya
keindahan tidak hanya pada wanita tapi juga adalah untuk mengatasi tekanan darah tinggi
pada pria sehingga setiap orang berupaya tapi memiliki efek samping meningkatkan
untuk mencegah kerontokan pada rambutnya. pertumbuhan rambut sehingga sering
Adapun faktor yang dapat menyebabkan digunakan untuk terapi kebotakan (alopecia).
kerontokan hingga kebotakan (alopecia) Efektivitas suatu sediaan emulsi daun
diantaranya stress, faktor genetik, kehamilan, mangkokan untuk penumbuh rambut perlu
perawatan rambut yang kurang tepat dan dibuktikan secara ilmiah. Selain senyawa
nutrisi yang kurang seimbang. Sulitnya aktif, bahan pembawa (basis) sediaan emulsi
menghindari stress dan pola makan yang juga akan berpengaruh terhadap proses
tidak seimbang menyebabkan kerontokan absorpsi sediaan dalam menembus membran
rambut sulit untuk dihindari. Oleh karena itu kulit. Penelitian ini dilakukan untuk
diperlukan nutrisi tambahan yang secara rutin mengetahui efektivitas ekstrak etanol 70%
diberikan langsung pada rambutnya. Salah daun mangkokan dalam bentuk emulsi
satu jenis tanaman Indonesia yang secara dengan Croduret 50SS® dan Crodamol
tradisional digunakan sebagai penyubur GTCC® sebagai emulgator yang dapat
rambut adalah daun mangkokan (Nothopanax meningkatkan pertumbuhan rambut secara in
scutellarius (Burm.f.). vivo.
Daun mangkokan secara empiris dapat
digunakan untuk merangsang pertumbuhan METODE PENELITIAN
rambut (Dalimartha, 1999). Komponen daun Bahan :
mangkokan mampu menstimulasi Daun Mangkokan segar, akuades,
pertumbuhan rambut (Pitman, 2007). Croduret 50 SS, Crodamol GTCC,
Saponin mempunyai kemampuan untuk Gliserin, metil paraben dan propil paraben,
membentuk busa yang berarti mampu serbuk magnesium, NaOH, HCl, kloroform,
membersihkan kulit dari kotoran serta amoniak, pereaksi Dragendorff, Wagner,
sifatnya sebagai counter iritan, yang dapat Bouchardat, FeCl3 1%, dan Aminexil 2%.
meningkatkan sirkulasi darah perifer
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan Alat :
rambut. Menurut Sigit (2005) alkaloid Oven, grinder, ayakan mesh 40,
merupakan bahan kimia yang dapat moisture balance, homogenizer (IKA RW 20
mempunyai efek dapat pertumbuhan rambut digital), lemari pendingin, penangas air,
dengan berperan sebagai iritan yang dapat Rotary evaporator, alat-alat gelas
memperbesar tangkai rambut sehingga
suplay zat makanan bertambah untuk Cara Kerja :
menutrisi rambut. Pembuatan Simplisia
Sediaan penumbuh rambut umumnya Daun mangkokan segar dicuci bersih
sediaan yang diberikan langsung pada kulit dan ditiriskan, kemudian dikeringkan dengan
kepala. Untuk pengobatan pada rambut yang oven suhu 50°C hingga kering. Daun
sudah mengalami kebotakan biasanya akan mangkokan kering kemudian dihaluskan
digunakan setiap hari selama lebih dari 30 dengan mesin grinder dan diayak dengan
hari. Salah satu zat kimia sintetik yang dapat mesh 40 (serbuk agak kasar).
menumbuhkan rambut adalah Aminexil yang
mengandung 2,3-dydro-3-hydroxy-2-imino-4 Pembuatan Ekstrak Mangkokan
diaminopyri mide 3-N-oxide atau

11
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Pembuatan ekstrak daun mangkokan Selanjutnya sediaan emulsi dengan


dilakukan menggunakan pelarut etanol 70%. konsentrasi ekstrak 2,5% -7,5% diuji
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi efektivitasnya secara in vivo menggunakan
pada perbandingan 1 g sampel : 10 ml pelarut kelinci sebagai hewan percobaan. Kelinci
selama 24 jam kemudian disaring dan ampas dengan bobot 3000-3300 g yang
sampel dimaserasi kembali dengan 10 ml diaktimatisasi kemudian dicukur bulu pada
pelarut selama 24 jam. Total perbandingan bagian punduknya lalu diolesi alkohol 70%
akhirnya adalah 1 g sampel : 20 ml pelarut sebagai antiseptik. Perlakuan dibagi atas 6
(selama 2 x 24 jam). Ekstrak kemudian kelompok. Kelompok I : tanpa perlakuan
dipekatkan pada suhu 40oC menggunakan sebagai kontrol normal, Kelompok II :
rotary evaporator tanpa bahan pengisi sediaan basis tanpa ekstrak, Kelompok III-V
hingga menjadi ekstrak kental yang berwarna Sediaan emulsi dengan 3 konsentrasi ekstrak
hijau tua. (2,5%-7,5%), sedangkan untuk kelompok VI
sebagai kontrol positif (Aminexil®).
Penetapan Mutu Simplisia dan Ekstrak Selanjutnya pengolesan emulsi dilakukan
Parameter yang diukur adalah kadar air terhadap semua kelompok emulsi setiap hari
dengan alat moisture balance, kadar abu enam minggu sebanyak dua tetes sehari
dengan metoda gravimetri, uji fitokimia kecuali pada kelompok I. Kemudian pada
kualitatif yaitu flavonoid, alkaloid, saponin semua kelompok, mulai pada hari ke tujuh
mengacu pada Harbone (1987) dan tanin masing-masing daerah perlakuan dicukur
mengacu pada Rajendra (2011). bulunya sebanyak enam helai lalu direkatkan
pada alas berwarna hitam menggunakan
Pembuatan Sediaan Emulsi selotip dan diukur panjang rambut masing-
Basis emulsi yang digunakan dalam masing perlakuan menggunakan alat jangka
pembuatan formula emulsi ekstrak sorong. Pengukuran selanjutnya dilakukan
mangkokan terdiri atas Croduret 50 SS dan pada hari ke-14, ke-21, ke-28, ke-35 dan ke-
Crodamol GTCC sebagai fase minyak, 42.
sedangkan sebagai fase airnya terdiri atas Data diuji secara statistik menggunakan
gliserin dan akuades. Bahan pembantu Analisis Ragam untuk Rancangan Acak
lainnya adalah metil paraben dan propil Kelompok. Parameter pengujian efektivitas
paraben. persentase panjang rambut dibandingkan
Proses pembuatan sediaan emulsi kontrol normal dan laju pertumbuhan rambut
dilakukan dengan memanaskan fase minyak per minggu (mm/minggu).
dan fase air masing-masing di penangas air
suhu 70○C hingga seluruh bahan melarut,
kemudian fase minyak dan fase air segera
dicampurkan dan diaduk menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 500 rpm
selama 45 menit. Selanjutnya ektrak
mangkokan dengan konsentrasi 2,5% - 7,5%,
metil paraben dan propilparaben
dicampurkan sedikit-demi sedikit ke dalam
basis sambil diaduk hingga menjadi emulsi
yang homogen. Sediaan emulsi yang
dihasilkan selanjutnya ditempatkan dalam
wadah yang terlindung dari cahaya dan
simpan di suhu ruang.
Gambar 1. Denah perlakuan uji
Uji Efektivitas Sediaan efektivitas pada punggung kelinci

12
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Keterangan : (P1) Daerah I tidak diolesi 661/Menkes/SK/VII/1994 dan kadar abu ≤


sediaan (kontrol normal), (P2) daerah II 16% memenuhi persyaratn MMI. Hal ini
diolesi basis sediaan (kontrol perlakuan), menunjukkan kadar air serbuk simplisia dan
(P3) daerah III diolesi dengan formula A, daun mangkokan memenuhi persyaratan
(P4) Daerah IV diolesi dengan formula B, KEPMENKES RI nomor 661/
(P5) daerah V diolesi dengan formula C (P6) MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan
daerah VI diolesi dengan Aminexil sebagai obat herbal. Jika mengacu pada penelitian
kontrol positif. Percobaan dilakukan sebelumnya (Rahayu, 2007) rendemen
sebanyak 5 kali ulangan dengan 5 ekor serbuk daun mangkokan dengan pengayakan
kelinci (White Rabbit). berbeda menggunakan mesh 20 memiliki
rendemen 27,5%, kadar air 10,38 % dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kadar abu 6,69%.
Karakteristik Serbuk dan Ekstrak Sedangkan ekstrak yang dibuat dengan
Serbuk simplisia daun mangkokan cara yang sama memiliki rendemen 10,15%
memiliki bentuk serbuk agak kasar, berwarna namun kadar air 14,7%. Apabila
hijau kecoklatan dan berbau khas daun dibandingkan dengan kadar air yang sama,
mangkokan sedangkan ekstrak etanol daun maka rendemen simplisia dan serbuk yang
mangkokan diperoleh ekstrak. Serbuk diperoleh masih lebih tinggi dari Rahayu
simplisia yang dihasilkan memiliki rendemen 2007. Selain itu dengan kadar air yang
25,54% dengan kadar air 4,72% dan kadar rendah juga akan meningkatkan stabilitas
abu 3,55% sedangkan ekstrak memiliki serbuk dari cemaran mikroorganisme.
rendemen 8,87% dengan kadar air 9,91% dan
kadar abu 5,49%. Kadar air serbuk simplisia Hasil Uji Fitokimia
tidak lebih dari 10% sesuai dengan Hasil uji fitokimia simplisia dan ekstrak
KepMenKes RI no. daun mangkokan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Fitokimia Serbuk Dan Ekstrak Daun Mangkokan


Senyawa Serbuk Ekstrak Keterangan
Alkaloid Endapan:
Dragendrof + + coklat kemerahan
Wagner + + coklat
Bouchardat + + coklat
Flavonoid + ++ Timbul jingga kekuningan pada
lapisan amil alcohol
Tanin + ++ hijau kehitaman
Saponin + + berbuih
Keterangan : tanda +, ++ menandakan intensitas semakin meningkat

Serbuk simplisia dan ekstrak etanol Hal ini ditunjukkan dari intensitas warna
daun mangkokan memiliki kandungan yang lebih pekat. Hal ini menunjukkan
alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. bahwa pelarut etanol 70% mampu
Senyawa alkaloid diduga berperan dalam mengekstraksi daun mangkokan dengan
aktivitas pertumbuhan rambut meskipun sempurna karena flavonoid memiliki gugus
mekanisme aktivitasnya tidak diketahui hidroksi yang tidak tersubstitusi sehingga
(Benerjee, Sharma and Nema, 2009). Jenis bersifat polar dan tanin termasuk golongan
flavonoid yang terkandung dalam daun polifenol yang bersifat polar. Oleh sebab itu,
mangkokan adalah flavonol (kuersetin, pelarut polar seperti air dan etanol dapat
kaemferol, dan mirisetin) dan favon (luteolin menarik senyawa yang bersifat polar
dan apigenin). Namun demikian tampak pada (Fattorusso et al.,2002).
ekstrak konsentrasi flavonoid diperkirakan
kandunganya lebih tinggi dibandingkan Sediaan Emulsi Ekstrak Daun
dengan serbuk simplisia daun mangkokan. Mangkokan

13
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Basis emulsi yang dihasilkan tidak Hasil Uji Efektivitas Sediaan Emulsi
berwarna sedangkan emulsi ekstrak daun Ekstrak Daun Mangkokan Sebagai
mangkokan memiliki warna hijau kecoklatan Perangsang Pertumbuhan Rambut
dengan konsistensi kental dan bau khas daun Panjang rambut kelinci setiap minggu
mangkokan dengan intensitas yang diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata
meningkat seiring dengan meningkatnya panjang rambut dari lima ekor kelinci selama
konsentrasi ekstrak. Seluruh sediaan emulsi enam minggu pengamatan. Kelinci
memiliki tipe minyak dalam air ditunjukkan mengalami pertumbuhan panjang rambut
dengan mudah bercampurnya sediaan dengan setiap minggu setelah perlakuan seperti
air. tampak pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang Rambut Setelah Perlakuan


Panjang rambut setelah perlakuan (mm) x±sd
Perlakuan
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Kontrol
3,48±1.03 5.12±0.48 6.48±0.38 6.68±0.51 7±0.93 8.34±0.92
Normal
Kontrol
4,68±1.04 6.68±0.53 7.32±0.53 7.92±1.63 8.16±2.39 8.92±2.08
Perlakuan
Formula A 5,06±1.16 7.36±1.15 7.56±0.87 8.56±1.93 9.36±2.34 10.68±2.14
Formula B 5,72±1.09 8.3±0.9 8.58±1.51 9.14±2.29 10.9±2.24 12.12±1.86
Formula C 6,32±1.04 9.70±1.6 9.94±2.28 11.88±2.54 12.9±2.93 13.72±2.38
Kontrol Positif 6,54±1.05 10.84±2.33 11.46±2.3 12.7±0.64 13.7±3.57 16.02±4.44
Keterangan : Formula A (Emulsi 2,5% ekstrak daun mangkokan), Formula B (Emulsi 5% ekstrak
daun mangkokan), Formula C (Emulsi 7,5% ekstrak daun mangkokan), Kontrol positif Aminexil 2%,
Kontrol perlakuan formula basis tanpa esktrak, kontrol normal tanpa perlakuan.

Tinggi rendahnya pertumbuhan rambut panjang rambut tiap perlakuan dibandingkan


dapat dilihat dari total panjang rambut pada dengan kontrol positif dimana kontrol positif
minggu ke-6. Total perolehan panjang dianggap 100%. Persentase pertambahan
rambut pada minggu keenam digunakan panjang rambut terhadap kontrol normal
untuk melihat persentase pertambahan dapat dilihat pada Gambar 2.

Pertumbuhan Panjang Rambut


100
100 85.625

66.275 69.37
56.625
51.575
50

0
Kontrol Kontrol Formula A Formula B Formula C Kontrol
normal Perlakuan Positif

Gambar 2. Persentase rata-rata pertambahan panjang rambut kelinci

Berdasarkan Gambar 2 formula C dan 16,255% terhadap formula B. Formula C


mengalami kenaikan pertumbuhan rambut memiliki pertambahan panjang rambut
lebih tinggi 19,35% dibandingkan formula A 14,375% lebih kecil dibandingkan kontrol

14
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

positif. Berdasarkan analisis statistik kontrol menentukan panjang maksimum rambut.


positif memiliki pengaruh sama dengan Pertumbuhan panjang rambut dari minggu
formula C (P≥0,01) ini artinya formula C ke-1 hingga minggu ke-6 tampak pada Tabel
potensinya sama dengan kontrol positif. 3.Hasil uji statistik menyatakan bahwa
Hasil uji statistik menyatakan bahwa sediaan emulsi ekstrak etanol daun
sediaan emulsi ekstrak etanol daun mangkokan berpengaruh sangat nyata
mangkokan berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang rambut
terhadap pertumbuhan panjang rambut kelinci (P≤0,01), setelah diuji lanjut dengan
kelinci (P≤0,01), setelah diuji lanjut dengan Turkey dinyatakan bahwa kontrol normal
Turkey dinyatakan bahwa kontrol normal dengan basis, sama pengaruhnya terhadap
dengan basis, sama pengaruhnya terhadap pertumbuhan rambut dan berbeda nyata
pertumbuhan rambut dan berbeda nyata dengan formula A dan B sehingga
dengan formula A dan B sehingga dinyatakan bahwa formula A sudah
dinyatakan bahwa formula A sudah memberikan pengaruh pertumbuhan rambut
memberikan pengaruh pertumbuhan rambut pada kelinci dan pengaruhnya sama dengan
pada kelinci dan pengaruhnya sama dengan formula B. Formula C memperlihatkan
formula B. Formula C memperlihatkan pertumbuhan panjang rambut yang lebih baik
pertumbuhan panjang rambut yang lebih baik dari perlakuan lainnya dan sama
dari perlakuan lainnya dan sama pengaruhnya dengan kontrol positif.
pengaruhnya dengan kontrol positif. Pertumbuhan panjang rambut dari
Menurut Dawber (1991) laju minggu ke-1 hingga minggu ke-6 tampak
pertumbuhan dan lamanya fase anagen pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang rambut kelinci setiap minggu setelah perlakuan


Laju pertumbuhan rambut (mm/minggu)
Perlakuan c
M1 M2c M3a M4ab M5ab M6b
Kontrol Normal 3,50 2,99 0,14 0,20 0,30 1,30
Kontrol Perlakuan 4,70 4,03 0, 6 0,60 0,30 0,70
Formula A 5,10 4,36 0,2 1,00 0,80 1,30
Formula B 5,70 4,87 0,3 1,30 1,00 0,20
Formula C 6,30 5,33 0,2 2,00 1,00 0,80
Kontrol Positif 6,50 5,42 0,7 1,20 1,00 2,30

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa yang terkandung dalam daun mangkokan


laju pertumbuhan rambut pada minggu ke-1 dapat mempunyai efek dalam memicu
dan minggu ke-2 paling tinggi untuk semua pertumbuhan rambut sebagai iritan yang
perlakuan dan mengalami penurunan dapat memperbesar tangkai rambut sehingga
signifikan pada minggu ke-3, ke-4, ke-5 dan suplai zat makanan bertambah untuk
ke-6 pada kisaran 0,02-2,3 mm/minggu. Hal menutrisi rambut, sedangkan Pitman (2007)
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan melaporkan bahwa senyawa saponin, salah
panjang rambut dipengaruhi oleh laju satu komponen dalam ekstrak daun
pertumbuhan pada 2 minggu pertama mangkokan, merupakan senyawa yang dapat
sehingga dapat dikatakan bahwa pada menstimulasi pertumbuhan rambut pada
penggunaan obat perangsang pertumbuhan kasus allopecia (kebotakan) yang disebabkan
rambut dapat digunakan selama 2 minggu. oleh pengaruh hormonal maupun keturunan.
Menurut beberapa penelitian senyawa Saponin mempunyai kemampuan untuk
dalam daun mangkokan yang berpengaruh membentuk busa yang berarti mampu
terhadap pertumbuhan rambut adalah membersihkan kulit dari kotoran serta
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin. sifatnya sebagai counter irritant, akibatnya
Penelitian yang telah dilakukan oleh Sigit terjadi peningkatan sirkulasi darah perifer
(2005) alkaloid merupakan salah satu zat sehingga meningkatkan pertumbuhan

15
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

rambut. Menurut Jellinek (1970) penggunaan (Aminexil 2%) dengan persentase


counter irritant dalam sediaan perangsang pertumbuhan 85,625% dibandingkan
pertumbuhan rambut didasarkan atas azas Aminexil dan berbeda signifikan dengan
bahwa tubuh akan selalu berupaya dalam kontrol normal. Laju pertumbuhan paling
perlindungan dirinya untuk menghilangkan tinggi diperoleh pada minggu ke-1 dan
iritasi yang ditimbulkan oleh keaktifan efek minggu ke-2 perlakuan.
counter irritant dengan meningkatkan efek Perlu dilakukan penelitian lanjutan
faalnya pada jaringan yang teriritasi sehingga untuk kombinasi ekstrak daun mangkokan
sirkulasi darah pada daerah tersebut lancar, 7,5% dan daun teh dimana kombinasi ini
metabolisme menjadi aktif dan pembelahan memberikan kemampuan menumbuhkan
sel dipercepat. Keaktifan counter irritan yang rambut lebih baik.
diharapkan pada sediaan perangsang
pertumbuhan rambut adalah keaktifan yang DAFTAR PUSTAKA
ringan terutama dibatasi hingga efek Achmad A S., Hakim, E.H., dan Makmur, L.
hipertermia dan hiperpalpasia, atau hanya 1990. Flavonoid dan Fitomedika,
mengiritasi sel epidermis. Kegunaan dan Prospek. Jakarta: Phyto-
Flavonoid menurut Jellinek (1970) Medika. Hal 120-127.
merupakan derivat fenol yang mempunyai Benerjee,P.S.,Sharma,M.,Nema,R.K(2009).P
aktivitas keratolitik, desinfektan, demikian reparation,evaluation and hair growth
pula Achmad dkk., (1990) melaporkan stimulating activity of herbal hair oil.
bahwa flavonoid mempunyai aktivitas Journal of chemical and
sebagai bakterisid dan anti virus yang dapat Pharmaceutical Research,1,261-267.
menekan pertumbuhan bakteri dan virus, Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan obat
quersetin dan kaempferol dapat melancarkan Indonesia. Jilid I. Trubus Agriwijaya,
sirkulasi darah sehingga dapat meningkatkan Jakarta. hal 86-89,150-153
pertumbuhan rambut dan mencegah Depkes RI. 1994. Keputusan Menteri
kerontokan. Adapun senyawa tanin diduga kesehatan Nomor
berperan pula sebagai penutrisi rambut 661/MENKES/SK/VI /1994 tentang
dalam melakukan berbagai aktivitas biologis. Persyaratan Obat Tradisional.
Tanin mempunyai berbagai efek dalam Departemen Kesehatan Republik
sistem biologis karena merupakan pengkhelat Indonesia
ion logam potensial, agen pengendap protein, Depkes RI. 1985. Materia Medika Indonesia
dan antioksidan biologis, Perez (2000). Edisi VI. Jakarta: Direktorat Jendral
Penelitian terhadap kombinasi ekstrak Pengawasan Obat dan Makanan
daun mangkokan dengan daun teh lebih baik Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
dibandingkan ekstrak tunggalnya. Kombinasi IV. Jakarta: Direktorat Jendral
tersebut juga memberikan efek yang lebih Pengawasan Obat dan Makanan.
baik dibandingkan kontrol positif yang Handjojo, Y. 2011. Uji Stabilitas Fisik Dan
digunakan yaitu hair tonic kina yang beredar Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus
dipasaran. Dengan kombinasi ekstrak daun Putih Dari Sediaan Gel Ekstrak Daun
mangkokan : daun teh 1:2 menunjukkan efek Mangkokan (Nothopanax scutellarium
yang paling baik dibandingkan dengan Merr.). Skripsi Sarjana Farmasi.
kombinasi lainnya yaitu 1:1 dan 2:1. Jakarta: Farmasi UI
(Purwantini,I. et al., 2012) Harbone, JB.1987. Metode Fitokimia:
Penuntun cara modern menganalisis
SIMPULAN DAN SARAN tumbuhan. Cetakan II. Diterjemahkan
Formula dengan konsentrasi ekstrak oleh K, Padinawita dan I, Soediro.
daun mangkokan 7,5% merupakan formula Bandung: Penerbit ITB
paling efektif dan sama pengaruhnya dengan Jellinek, J S. 1970. Formulation and Function
kontrol positif terhadap pertumbuhan rambut of Cosmetics. . New York: Wiley

16
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Interscience a Divisionof John Wiley Roy R.K, M.Takur,MPharm & VK Dixit,


and Son Inc. 365-407 2007,Development and evaluation of
Perez, V. 2000. Tetraoxygenated Naturally polyherbal formulation groeth-
Occuring Tannin Phytochemistry. Vol promoting activity,Journal of cosmetic
44. No. 2. p 191 dermatology,6,108-112
Purwantini Indah, Munawaroh Rima, Semalty M.,A,Semalty, Greeta
Darwati Naniek. 2012. Kombinasi daun P.Joshi,M.S.M Rawat, 2010, In vivo
teh dan mangkokan sebagai penumbuh Hair Growth Activity of Herbal
rambut. Skripsi. Fakultas Farmasi Formulation, International Journal of
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pharmacology, vol 6,Issue 1, p53-57.
Rajendra CE, Gopal S Magadum, Mahaboob Sigit, H. 2005. Pengaruh Ekstrak Etanol
Ali Nadaf, Yashoda S.V, Manjula M. Daun Mangkokan (Nothopanx
2011. Phytochemical Screening of The scutellarium L.) terhadap kecepatan
Rhizome of Kaempferia galangal. Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan
Internasional Journal of dan Profil Kromatogram Lapis
Pharmacolognosy and Phytochemical Tipisnya. Skripsi. Fakultas Farmasi
Reseach. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

17
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

TOKSISITAS, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR


KULIT KAYU MASSOI (Cryptocarpa massoy (Lauraceae))

Bina Lohita Sari1, Wandesta Rurianti2, Partomuan Simanjuntak3


1,2)
Program Studi Farmasi, FMIPA-UNPAK
3)
Puslit Bioteknologi-LIPI
Email : [email protected]

ABSTRAK

Massoi (Cryptocarya massoy) merupakan tanaman yang digunakan masyarakat Papua


sebagai obat tradisional. Kulit batang tanaman ini memperlihatkan beberapa aktivitas
biologis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan toksisitas, aktivitas antioksidan dan
antibakteri ekstrak air kulit batang Massoi (EAKM). Uji toksisitas menggunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), aktivitas antioksidan diuji dengan metode Peredaman
Radikal Bebas menggunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl), dan uji antibakteri
menggunakan metode cakram difus terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Penapisan fitokimia menunjukkan adanya steroid, flavonoid, saponin, tannin, kumarin dan
minyak atsiri. Hasil LC50 sebesar 493,00 µg/mL menunjukkan bahwa EAKM adalah toksik.
Nilai IC50 sebesar 14,06 µg/mL (vitamin C sebagai control positif 7,78 µg/mL) menunjukkan
potensi EAKM sebagai antioksidan. Sementara EAKM tidak menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap S. aureusdan E. coli. Kromatografi kolom menggunakan silika gel
dengan fasa gerak kloroform:metanol (1:1) dan kloroform:metanol:air (5:5:1) pada EAKM
menghasilkan empat fraksi. Semua fraksi diidentifikasi dengan KCKT menggunakan fasa
gerak metanol : air (1:1). Profil KCKT keempat fraksi menunjukkan profil kromatogram yang
hampir sama, yaitu pada waktu menit ke 10,0.
Kata kunci :Toksisitas, antioksidan, antibakteri, Cryptocarya massoy

ABSTRACT

TOXICITY, ANTIOXIDANT AND ANTIBACTERIAL ACTIVITIES OF WATER


EXTRACT OF CRYPTOCARYA MASSOY (LAURACEAE) BARK

Cryptocaryamassoy (CM) is a well-known plant in Papua as traditional medicine. The


bark of this plant has indicated that exhibit biological activity. The aims of this study were to
examine toxicity, antioxidant and antibacterial activities of water extract of C.massoy
(WECM) bark. Toxicity assay was done by Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method
using brine shrimp, antioxidant activity was tested by Free Radical Scavenging method using
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl), and the antibacterial activity was tested by diffuse
disc method against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Phytochemical screening of
WECM showed the presence of steroid, flavonoid, saponin, tannin, coumarine and essential
oil. The results with LC50 value 493.00 µg/mL showed that WECM is considered to be toxic.
The IC50 value obtained from the test as 14.06 µg/mL (vitamin C as positive control was 7.78
µ/mL) showed its potency as antioxidant, while WECM showed no antibacterial activity
against S. aureusand E. coli. Column chromatography for WECM using silica gel as
stationary phase and chloroform:methanol (1:1) and chloroform:methanol:water (5:5:1) as
mobile phase resulting four fractions. The fractions were then characterized by HPLC with
methanol:water (1:1) as mobile phase. The HPLC profiles of all fractions showed almost the
same characteristic peaks at retention times 10.0 min.
Key words :Toxicity, antioxidant, antibacterial, Cryptocarya massoi

18
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

PENDAHULUAN kloramfenikol, Nutrient Agar (NA), Nutrient


Indonesia kaya akan tumbuhan yang Broth (NB), kertas cakram, kapas, Serium
mengandung metabolit sekunder yang sangat Sulfat, berbagai pereaksi (Dragendroff,
berguna dalam dunia kesehatan dan salah Mayer dan Lieberman-Buchardat) air laut,
satunya adalah Massoi (Cryptocarpa massoy) metanol, aquades dan etil asetat.
familia Lauraceae. Massoi merupakan jenis
tumbuhan yang selama ini sudah digunakan Alat
oleh masyarakat lokal Papua sebagai obat Alat penelitian yang digunakan antara
tradisional (Lemmens et al., 1995). lain: vakum rotapavor, timbangan analitik,
Umumnya tumbuh pada ketinggian + 1000 m corong pisah, cawan Petri, ose bulat, kertas
diatas permukaan laut (dpl), dengan jenis cakram, kulkas, grinder, corong pisah,
tanah lempung berliat (Tangguni dkk, 2000). mikropipet, Spektrofotometer UV-VIS,
Bagian yang dimanfaatkan dari tumbuhan Laminar Air Flow (LAF), autoklaf, pengocok
ini adalah kulit yang diekstraksi untuk (shaker), lempeng KLT alumunium silika gel
menghasilkan minyak. Kulit Masoi sendiri 60 F254, bejana kromatografi, lampu
diambil minyaknya dan digunakan sebagai ultraviolet, KCKT, alat-alat umum dan alat-
bahan jamu, obat cacing dan kejang perut alat gelas yang lazim digunakan di
namun sejauh ini informasi kandungan bahan laboratorium kimia.
aktif berpotensi obat yang terkandung di
dalam Massoi sangat kurang (Triamtoro dan Cara Kerja
Susanti, 2007). Pembuatan Ekstrak
Kulit kayu Massoi diduga mempunyai Kulit kayu massoi diekstrak dengan
senyawa sitotoksik terhadap larva udang menggunakan metode maserasi, dengan
Artemia salina Leach, dan juga mengandung metanol sehingga didapat ekstrak metanol.
senyawa antioksidan dan antimikroba karena Ekstrak kental metanol dipartisi sebanyak 3
memiliki kesamaan genus dengan kayu sampai 4 kali dengan menggunakan pelarut
manis (Cinnamomum burmanni). Dari etil asetat: air (1:1). Fase air yang didapat
literatur diketahui bahwa kayu manis dapat dikeringkan di penangas air sampai didapat
berfungsi sebagai antioksidan, pengawet ekstrak kental.
makanan, antibakteri, antifungi dan Berat ekstrak
antiparasit (Kunarto, 2006). Rendemen = x 100%
Berat sampel
Berdasarkan pada permasalahan di atas
maka dalam penelitian ini telah dilakukan uji
Analisis Fitokimia
toksisitas dengan metode BSLT (Brine
Senyawa metabolit sekunder alkaloid,
Shirmp Lethality Test) terhadap larva udang
steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin,
Artemia salina Leach, uji antioksidan dengan
tanin, kuinon, dan kumarin dianalisis
metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil),
menggunakan metode dari Harborne (1998).
dan juga uji antibakteri terhadap bakteri gram
1. Identifikasi Alkaloid
negatif Echerichia coli dan juga bakteri gram
Serbuk simplisia dan ekstrak air
positif Staphylococcus aureus untuk ekstrak
dilembabkan dengan ammonia 30%,
air kulit kayu Massoi (Cryptocarpa massoy).
kemudian ditambah 20 ml kloroform,
campuran tersebut disaring dengan kertas
METODE PENELITIAN saring, filtrat berupa larutan organik
Bahan diambil kemudian ditambahkan masing-
Bahan penelitian yang digunakan
masing pereaksi Dragendorff dan Mayer,
antara lain: kulit kayu Massoi, bakteri
terbentuk endapan merah bata dengan
Escherichia coli, bakteri Staphylococcus
pereaksi Dragendroff dan endapan putih
aureus, telur Artemia salina Leach, DPPH
dengan pereaksi Mayer menunjukkan
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), vitamin C,
adanya golongan alkaloid.

19
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

2. Analisis steroid dan triterpenoid dipanaskan diatas penangas air dan


Serbuk simplisia dan ekstark air didinginkan, disaring dengan kertas
dimaserasi dengan eter. Disaring dan saring, filtrat diuapkan dengan cawan
diambil filtratnya, diuapkan dalam cawan penguap sampai kering, sisa ditambahkan
penguap hingga diperoleh residu, kedalam air panas dan didinginkan kemudian
residu ditambahkan pereaksi Lieberman- dimasukkan kedalam tabung reaksi,
Burchard, terbentuknya warna hijau atau tambahkan larutan ammonia 10%, diamati
merah menunjukkan adanya senyawa dibawah sinar ultra violet pada panjang
golongan steroid dan triterpenoid. gelombang 365 nm. Terjadi fluoresensi
3. Analisis flavonoid hijau atau biru menunjukkan adanya
Serbuk simplisia dan ekstrak air golongan kumarin.
ditambahkan air panas, dididihkan, 8. Analisis Minyak Atsiri
disaring dengan kertas saring, diperoleh Serbuk simplisia dilarutkan dalam
filtrat yang digunakan sebagai larutan metanol dan ekstrak air, masing-masing
percobaan. Kemudian ditambahkan serbuk diteteskan pada kertas saring lalu
magnesium secukupnya dan ditambah didiamkan. Pengamatan dilakukan
asam klorida pekat dan amil alkohol, terhadap ada atau tidaknya noda yang
dikocok kuat dan dibiarkan memisah. transparan pada kertas saring. Hasil positif
Terbentuk warna merah pada lapisan amil minyak atsiri ditunjukkan dengan tidak
alkohol menunjukkan adanya senyawa adanya noda yang transparan pada kertas
flavonoid. saring (Gunawan dan Mulyani, 2004).
4. Analisis saponin
Larutan percobaan yang diperoleh dari Uji Bioaktifitas Larva Udang Artemia
percobaan 3, dimasukkan kedalam salina Leach
masing-masing tabung reaksi dan dikocok 1. Penetasan telur udang
secara vertikal selama 10 detik, kemudian Larva udang disiapkan dengan cara
dibiarkan selama 10 menit. Terbentuk menetaskan telur Artemia salina Leach
busa yang stabil dalam tabung reaksi dua hari sebelum pengujian.
menunjukkan adanya senyawa golongan 2. Persiapan sampel ekstrak air
saponin, yang bila ditambahkan 1 tetes Larutan ekstrak air kulit kayu massoi
asam klorida 1% (encer) busa tetap stabil. ditimbang sebanyak 100 mg dan
5. Analisis tanin dilarutkan dengan 50 ml air laut untuk
Serbuk simplisia dan ekstrak air didihkan, dijadikan sebagai larutan induk dengan
didinginkan dan disaring dengan kertas konsentrasi 2000 ppm, kemudian dari
saring sehingga didapat filtrat. Kedalam larutan induk 2000 ppm tersebut dibuat
filtrat ditambahkan larutan Ferri (III) lagi larutan induk dengan konsentrasi
klorida 1%. Terbentuk warna biru tua atau 1000 ppm dalam 20 ml air laut.
hijau kehitaman menunjukkan adanya Selanjutnya dibuat variasi konsentrasi dari
senyawa golongan tanin. larutan induk tersebut masing-masing
6. Analisis kuinon sebesar 100 ppm dan 10 ppm.
Larutan percobaan yang diperoleh dari 3. Uji bioassay BSLT (Brine Shirmp Lethlity
percobaan 3, dimasukkan kedalam tabung Test)
reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan Sebanyak 10 ekor larva udang Artemia
NaOH 1N, terbentuk warna merah salina Leach dimasukkan untuk tiap-tiap
menunjukkan adanya senyawa golongan perlakuan ke dalam botol vial yang telah
kuinon. berisi air laut salinitas 12% dan larutan
7. Analisis kumarin uji. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan
Serbuk simplisia dan ekstrak air dengan menghitung jumlah larva udang
dimasukkan kedalam masing-masing yang mati. Data yang diperoleh, dihitung
tabung reaksi , ditambahkan kloroform LC50 nya dengan analisis probit. Nilai

20
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

LC50 < 1000 ppm menunjukkan adanya serapannya pada panjang gelombang
senyawa yang memiliki bioaktifitas yang serapan maksimum 515 nm.
aktif (Meyer, 1982). Persen inhibisi atau hambatan dihitung
dengan rumus berikut:
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Hambatan (inhibisi) =
Peredaman Radikal Bebas
Uji aktivitas antioksidan menggunakan
metode perendaman terhadap radikal bebas Dihitung nilai IC50 dengan memasukkan
1,1 difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan nilai dari konsentrasi larutan uji sebagai
vitamin C sebagai kontrol positif. sumbu x dan persen hambatan terhadap
1. Pembuatan larutan 1 mM DPPH DPPH sebagai sumbu y kedalam
Lebih kurang 19,716 mg DPPH (BM = persamaan garis regresi.
394,32) ditimbang seksama, kemudian
dilarutkan dalam 50,0 ml metanol Uji Aktivitas Antibakteri
proanalisis. Uji aktivitas antibakteri dengan metode
2. Pembuatan larutan blangko difusi agar dengan kertas cakram. Mikroba
Sejumlah 1 ml larutan DPPH 1 mM uji yang digunakan adalah Staphlococcus
dipipet ke dalam labu ukur 5 ml, aureus dan Escherichia coli. Sebagai kontrol
dilarutkan dalam metanol proanalisis positif digunakan antibiotik kloramfenikol.
hingga tanda, kocok homogen. Sedangkan sebagai kontrol negatif digunakan
3. Pembuatan larutan uji air.
Lebih kurang 10 mg ekstrak air kulit kayu 1. Sterilisasi alat dan bahan
massoi ditimbang seksama, lalu Alat dan bahan yang digunakan dalam
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, percobaan disterilkan menurut cara yang
dilarutkan dalam metanol hingga tanda sesuai.
(larutan induk 1000 µg/ml). Dibuat 2. Pembuatan media
berbagai konsentrasi yaitu 5, 10, 25, 50, a. Media NA (Nutrient Agar)
100 µg/ml dalam masing-masing tabung Bahan sebanyak 23 g dilarutkan dalam 1
reaksi dan ditambahkan 1,0 ml larutan liter air suling lalu dipanaskan sambil
DPPH 1 mM dan dilarutkan dalam diaduk selama 1 menit hingga larut
metanol p.a hingga tanda. sempurna, kemudian disterilkan dalam
4. Lebih kurang 10 mg vitamin C ditimbang autoklaf pada suhu 1210C selama 15
seksama, kemudian dimasukkan ke dalam menit. Pembuatan agar miring dilakukan
labu ukur 10 ml, dilarutkan dalam dengan cara menuangkan 5 ml media
metanol proanalisis hingga tanda (larutan yang masih cair ke dalam tabung reaksi
induk 1000 µg/ml). Dibuat berbagai steril secara aseptis, tabung di letakkan
konsentrasi yaitu 3, 6, 9, 12, 15 µg/ml pada posisi miring dengan sudut
dalam masing-masing tabung reaksi dan kemiringan  150 (Nutrien agar miring
ditambahkan 1,0 ml larutan DPPH 1 mM untuk stok kultur) dan dituangkan ke
dan dilarutkan dalam metanol p.a hingga dalam cawan petri sebanyak 15 ml lalu
tanda. dibiarkan sampai padat (Nutrien agar plat
5. Uji aktivitas antioksidan untuk pengujian).
Didalam setiap tabung larutan uji dan b. Media NB (Nutrien Broth)
kontrol positif ditambahkan 1,0 ml larutan Bahan sebanyak 8 g dilarutkan dalam 1
DPPH 1 mmol, kemudian ditambahkan liter air suling lalu dipanaskan sambil
metanol proanalisis hingga 5 ml dan diaduk selama 1 menit hingga larut
dihomogenkan. Larutan blangko, larutan sempurna, kemudian disterilkan dengan
uji dan larutan kontrol positif segera autoklaf pada suhu 1210C selama 15
diinkubasi selama 30 menit pada suhu menit.
370C, kemudian ke-3 larutan diukur 3. Pengujian

21
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

a. Kurang lebih 15 mg ekstrak kental air menghasilkan pemisahan terbaik,


ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam digunakan untuk eluen pada kromatografi
labu ukur 10 ml, dilarutkan dalam kolom.
aquadest steril hingga tanda (Larutan 2. Pemisahan ekstrak
induk 1500 ppm). dibuat berbagai Pemisahan ekstrak air kulit kayu Massoi
konsentrasi sampel 500, 1000 ppm. difraksinasi dengan kromatografi kolom.
b. Kloramfenikol (antibakteri) sebagai Dilakukan dengan cara ekstrak air lebih
kontrol positif dibuat 3 konsentrasi, yaitu kurang 2 g dicampurkan dengan celite,
500 ppm, 1000 ppm dan 1500 ppm kemudian dimasukkan ke dalam kolom
c. Staphylococcus aureus dan Escherichia kaca yang telah berisi silika gel. Cairan
coli diremajakan dalam media Nutrient eluasi digunakan 2 campuran yaitu
Agar (NA) dan diinkubasi selama 1 hari kloroform : metanol dan kloroform :
pada suhu 250C. metanol : air.Cairan ini ditambahkan
d. Staphylococcus aureus dan Escherichia hingga dibiarkan mengalir melalui kolom.
coli masing-masing diinokulasikan dalam Setelah itu digabungkan menjadi satu
media Nutrient Broth (NB) dan sehingga diperoleh fraksi yang lebih
diinkubasi selama 1 hari pada suhu 250C. sederhana dan dianalisis dengan KLT
e. Setelah bakteri uji tumbuh, kemudian dengan eluen yang sesuai. Noda pada
diambil 1 ml untuk ditanamkan ke dalam KLT divisualisasi dengan lampu UV 254
300 ml media NA yang masih dalam nm dan 366 nm, serta disemprot dengan
keadaan cair, dikocok homogen, pereaksi warna serium sulfat.
kemudian dipindahkan sebanyak 15-20 3. Analisis fraksi dengan KCKT
ml ke dalam setiap cawan petri dan Bahan hasil pemisahan kromatografi
didiamkan hingga memadat. kolom dilarutkan dengan eluen metanol :
f. Kertas cakram dicelupkan kedalam air (1:1). Eluen gas N2 terlebih dahulu.
kontrol negatif dan kontrol positif serta Fase gerak dipompa dengan kecepatan
kedalam ekstrak air yang masing-masing dan tekanan tetap sehingga antara fase
terdiri dari 3 konsentrasi (500, 1000, gerak dan kolom keadaanya seimbang.
1500 ppm) Pada fraksi air, kolom yang digunakan
g. Kertas cakram diletakkan diatas media C18 (Lichorcart®250-4 HPLC-cartride,
inokulum. Cat.1.50983 Lichrospher ® 100 RP-18
h. Pengamatan dilakukan selama 2 hari (5µM) Lot.L.448017). Masing-masing
dengan menghitung diameter daerah sampel melalui syringe diinjeksikan
hambat (mm). sebanyak 10µl ke dalam kolom dan
terjadi pemanasan, biasanya pada
Analisis Kromatografi temperatur kamar. Kromatografi
1. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan dengan kecepatan eluen 1
Ditotolkan ekstrak yang berpotensi di atas ml/menit dan pemantauan dilakukan
plat tersebut dengan menggunakan pipa pada panjang gelombang 230 nm.
kapiler 3-5 kali, lalu dikeringkan.
Dimasukkan ke dalam bejana dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
eluen tertentu. Eluen yang digunakan RendemenEkstrak
adalah kombinasi (kloroform : metanol, Rendemen hasil ekstraksi cair-cair
kloroform : metanol : air) dengan (partisi) kulit kayu Massoi sebesar 4,11%.
perbandingan tertentu. Setelah itu plat
dikeringkan dan diamati di bawah sinar Penapisan Fitokimia
UV 254 nm dan 366 nm dan ditandai, Penapisan fitokimia terhadap ekstrak
kemudian plat disemprot dengan air dan juga serbuk simplisia dilakukan untuk
penampak bercak serium sulfat dan mengetahui golongan senyawa yang
dipanaskan diatas hot plate. Eluen yang terkandung dalam kulit kayu Massoi sebagai

22
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

parameter mutu ekstrak. Hasil uji fitokimia Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Air dan
untuk ekstrak air dan serbuk simplisia dapat Serbuk Simplisia Kulit Kayu Massoi
dilihat pada Tabel 1. No Uji Serbuk Ekstrak air
Hasil toksisitas yang tinggi ditunjukkan Fitokimia simplisia
1 Alkaloid - -
dengan nilai konsentrasi yang menyebabkan
2 Steroid/ ++ ++
kematian 50 % larva udang, semakin kecil 3 Triterpenoid - -
nilai LC50yang dimiliki ekstrak tanaman 4 Flavonoid ++ +++
maka akan semakin toksik, tingkat toksisitas 5 Saponin ++ +
suatu ekstrak yang telah dikategorikan oleh 6 Taninn - ++
7 Kuinon - -
Meyer, et al. (1982), yaitu: LC50  30 ppm 8 Kumarin + +
sangat toksik, 31 ppm  LC50  1000 ppm 9 Minyak atsiri ++ +
toksik dan LC50 > 1000 ppm tidak toksik..
Nilai LC50 dari ekstrak kulit kayu Berdasarkan uji fitokimia ekstrak air kulit
Massoi adalah sebesar 493,00217 Massoi berpotensi mengandung senyawa
ppmdengan nilai LC50 yang kecil ini dapat bioaktif antikanker yakni senyawa flavonoid
disimpulkan bahwa ekstrak air kulit kayu dan steroid.
Massoi masuk kedalam kategori toksik dan
berpotensi sebagai senyawa sitotoksik.

Tabel 2. Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Air Kulit Kayu Massoi


No Ekstrak Kadar larutan Rata-rata LC50
uji % kematian ppm
1. Larutan A (1000 866,67 %
ppm)
Larutan B (100 300 %
2. Ekstrak air ppm) 493,00
Larutan C 133,33 % ppm
(10 ppm)
3. Pembanding (air 33,33 %
laut)

Uji Aktivitas Antioksidan nilai IC50 (Inhibitor Concentration)


Pada penetapan kurva larutan vitamin C menggunakan DPPH sebagai pereaksi kimia
sebagai kontrol positif didapatkan persamaan dan vitamin C sebagai kontrol positif. Tabel
y = 6,6263x - 1,5634 dari persamaan tersebut 5. menunjukkan bahwa ekstrak air tidak
diperoleh harga IC50 = 7,78 µg/ml. memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Sedangkan Nilai IC50 ekstrak air kulit kayu Staphylococcus aureus dan juga dengan
Massoi sebesar 14,06 µg/ml, sehingga dapat baik.Berdasarkan uji fitokimia ekstrak air
dinyatakan bahwa ekstrak air kulit kayu kulit kayu Massoi yang berpotensi
Massoi memiliki nilai IC50 yang mampu terhadap Escherichia coli dengan konsentrasi
menghambat radikal bebas DPPH sebagai 500 ppm, 1000 ppm dan1500 ppm. Menurut
senyawa yang mampu menghambat aktivitas Siswandono dan Soekarjo (1995)
antioksidan yakni senyawa flavonoid dan menyatakan bahwa senyawa yang mampu
kumarin. menghambat antibakteri adalah saponin,
tannin, flavonoid dan juga triterpenoid, akan
Uji Aktivitas Antibakteri tetapi hasil uji fitokimia dari ekstrak air kulit
Diameter daerah hambat pada kayu Massoi positif mengandung senyawa
Staphylococcus aureus dan Escherichia saponin, tannin dan flavonoidSedangkan
colipada Tabel 5. hasil uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Ekstrak air kulit kayu Massoi diuji Staphylococcus aureus dan juga Escherichia
aktivitas antioksidannya untuk menentukan coli memiliki hasil yang sama yaitu negatif,

23
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

sehingga untukmenghasilkan uji aktivitas senyawa yang dapat berperan sebagai


antibakteri yang positif perlu dilakukan penghambat antibakteri dalam ekstrak air
pemurnian senyawa untuk mengetahui kulit kayu Massoi.

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan DPPH padaVitamin C


Konsentrasi Serapan blangko Serapan sampel Hambatan (%) IC50 (µg/ml)
(µg/ml)
0 2,3377 2,3377 0 14,06
5 1,2553 46,3019
10 1,0521 54,9942
25 0,3165 86,4610
50 0,1625 93,0487
100 0,1392 94,0454

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH pada Ekstrak Air Kulit Kayu
Massoi
Konsentrasi Serapan blangko Serapan sampel Hambatan (%) IC50 (µg/ml)
(µg/ml)
0 2,3377 2,3377 0 7,7816
3 1,9215 17,8038
6 1,5135 35,2569
9 0,9770 58,2068
12 0,4506 80,7246
15 0,0746 96,8088

Tabel 5. Diameter Daerah Hambat pada Staphylococcus aureus dan E.coli.


Mikroba uji Larutan uji Diameter Daerah Hambat
500 ppm 1000 ppm 1500 ppm
Staphylococcus aureus Kloramfenikol 14 mm 19 mm 24 mm
Ekstrak air - - -
Escherichia coli Kloramfenikol 16 mm 18 mm 20 mm
Ekstrak air - - -
Keterangan : - = Tidak mempunyai daya hambat
Diameter kertas cakram = 6 mm

Analisis Kromatografi
Ekstrak air kulit kayu Massoi
(Cryptocarpa massoy) di KLT dengan eluen
kloroform-metanol (1:1) dan kloroform-
metanol-air (5:5:1). Pada eluen kloroform-
metanol (1:1) memberikan pola pemisahan
yang jelas dengan jarak bercak satu sama lain
cukup terpisah (gambar A). Sedangkan A B
dengan eluen kloroform-metanol-air (5:5:1) Gambar 1. Hasil Kromatogram KLT
memiliki pola pemisahan yang kurang baik Keterangan:
jika dibandingkan dengan eluen kloroform- Fase diam : silika gel GF254
metanol (1:1) dikarenakan jarak bercak satu Fase gerak :
A: kloroform:metanol (1:1)
dengan yang lainnya masih menumpuk di B: kloroform-metanol-air (5:5:1)
satu tempat dan menghasilkan 5 pola bercak
(gambar B). Hasil kromatogram KLT dapat Kromatografi Kolom
dilihat pada Gambar 1. Hasil fraksinasi dari ekstrak air diperoleh
7 fraksi dengan volume masing-masing 25

24
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

ml , masing-masing fraksi dianalisis dengan Simpulan


KLT,fraksi- fraksi dengan polabercak yang 1. Ekstrak air kulit kayu Massoi
sama atau memiliki Rf yang sama (Cryptocarpa massoi) mengandung
digabungkan. Setelah digabungkan maka senyawa steroid, flavonoid, saponin,
diperoleh empat fraksi yang lebih sederhana. tanin dan kumarin.
Profil kromatografi KLT dari keempat fraksi 2. Senyawa pada ekstrak air kulit kayu
dengan menggunakan eluen klorofom- Massoi termasuk kedalam senyawa
metanol air (5:5:1) dapat dilihat pada gambar toksik dengan LC50 493,00217 ppm.
berikut: 3. Ekstrak air kulit kayu Massoi memiliki
nilai IC50 yang mampu menghambat
radikal bebas DPPH dengan baik yaitu
sebesar 14,075 µg/ml.
4. Ekstrak air kulit kayu Massoi tidak
mempunyai daya aktivitas sebagai
antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan juga
Escherichia coli.
5. Hasil uji KLT dan KCKT Ekstrak air
Gambar 2. Hasil Fraksinasi Ekstrak Air memberikan pola kromatogram yang
Kulit Kayu Massoi Menggunakan hampir sama pada keempat fraksinya
Kromatografi Kolom yaitu pemunculan akhir senyawa pada
Keterangan : waktu retensi menit ke 10 dengan bentuk
No.1=Fraksi F1,vial 1; peak dari keempat fraksi yang hampir
No.2=Fraksi F2,vial 2;
No.3=Fraksi F3,vial 3;
sama.
No.4=Fraksi F4,vial 4-7 Saran
1. Perlu dilakukan isolasi dan elusidasi
Analisis KCKT senyawa yang berkhasiat sebagai
Pola kromatogram KCKT pada ke-empat antioksidan dan juga antibakteri serta
fraksi memiliki bentuk yang hampir sama hal senyawa sitotoksiknya dari ekstrak air
ini dapat dilihat pada pola kromatogram KLT kulit kayu Massoi untuk mengetahui
yang pola ke-empat fraksinya sama. Hasil struktur kimianya.
analisis KCKT dari ke-empat fraksi 2. Perlu dilakukan pengujian toksisitas serta
menunjukkan bahwa rata-rata pemunculan aktivitas antioksidan dan antibakteri dari
akhir senyawa terdapat pada waktu retensi hasil kromatografi kolom.
yang sama yaitu pada menit ke 10,
dikarenakan bentuk peak yang muncul dari DAFTAR PUSTAKA
ke-empat fraksi mempunyai bentuk yang Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu
sama (Gambar 1, 2, 3 dan 4). Dari hasil Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.
analisis KCKT masih banyak senyawa yang Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
menumpuk dalam satu peak hal ini dapat Harborne, J.B. 1998. Phytochemical
disebabkan sistem serta kondisi yang methods: A guide to modern techniques
digunakan dalam percobaan tidak cocok of plant analysis. Champman and Hall,
sehingga senyawa kimia tidak terpisah London. 40-137.
sempurna dengan eluen metanol-air (1:1) Kunarto, B. 2006. Evaluasi Sifat
melainkan dengan perbandingan campuran Antioksidatif Mikrokapsul Minyak Atsiri
eluen yang lebih bersifat non polar ataupun Kulit Kayu Manis (Cinnamomum
dengan campuran pelarut-pelarut yang burmanii) yang diaplikasikan pada
lainnya. Cookies. Jurnal Pertanian dan Kimia
Makanan. Jakarta.14(2). 85-94.
SIMPULAN DAN SARAN

25
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Lemmens, R. H. M. J., I, Soerianegara. & W, Tangguni N., P, Lalenoh., Y. H. Hematang,


Wong. 1995. Plant Resources of South- A. YJS. Arobaya.
East Asia No 5(2).Pusat Penelitian dan EksplorasiBeberapaJenisMassoiCryptoc
Pengembangan Biologi- LIPI.Bogor. aryaspp. Pada Areal HPH PT
158-159. DharmaMuktiPemsada di
Meyer, B.N. N.R. Ferrigni, J.E. Putnam , KecamatanWasiorKabupaten
L.B. Jacobson , D.E. Nichols & J.L. Mc Manokwari. 2007. [6 Tayangan].
Laughin JL. 1982. Brine Shirmp: A Diambildari: http// papuaweb:
CovenentGerieral Bioassay for Active Beccarina.Diakses 19 Januari, 2009.
Plant Constituent. PlantaMedica. Triamtoro, R.G.N., Cisilia, M.E.S. 2007.
Medicinal Plant Research. 45. 31-34. Kandungan Bahan Aktif Kayu
Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Kulilawang (Cinnamomum culilawan)
Medisinal. Airlangga Press, Surabaya. dan Masoi (Criptocarya massoia). Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. 5(2)

26
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

EFEKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK HERBA PEGAGAN


(Centella asiatica (L) Urb) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PADA
MENCIT JANTAN (Mus musculus albinus)

Moerfiah, Muztabadihardja, Santi Puspita Dewi


Program Studi Farmasi FMIPA-UNPAK Bogor
Email : [email protected]

ABSTRAK

Formula salep herba ekstrak pegagan (Centella asiatica (L) Urb) dalam penelitian ini
dibuat dari 5 gram ekstrak pegagan sebagai zat aktif yang dicampur dengan berbagai basis,
yaitu basis berminyak,emulsi dan larut air. Mencit jantan (20 ekor) yang sudah dilukai dengan
scalpel steril sepanjang 1,5 cm dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing 4 ekor dan
mendapat perlakuan salep ekstrak pegagan sebagai berikut : Kelompok I diolesi dengan
formula basis minyak, kelompok II formula basis emulsi, kelompok III formula basis larut air,
kelompok IV ekstrak murni serta kelompok V diolesi betadin® sebagai kontrol positif. Bahan
uji diberikan dua kali sehari selama 21 hari dan diamati pada hari ke-1, 3, 7, 14, 21. Hasil
yang diperoleh, menunjukkan bahwa pada hari ke 14, bila dibandingkan dengan kontrol
positif, maka kelompok I dan IV lebih efektif menyembuhkan luka dibandingkan kelompok II
dan III. Pada hari ke 21 semua kelompok efektif menyembukan luka sama seperti kontrol
positif.

Kata kunci: Pegagan, Salep, Kulit

EFFECTIVENESS OF GOTU KOLA (Centella asiatica (L) Urb) HERBS EXTRACT


OINTMENT FOR WOUND HEALING IN MALE MICE (Mus musculus Albinus)

ABSTRACT

Ointment formula of gotu kola extract (Centella asiatica (L) Urb) in this study was made
of 5 grams of Centella asiatica extract as an active substance that is mixed with a variety of
bases, namely oily, emulsion and water-soluble bases. Male mice (20 animals) were already
wounded with a sterile scalpel length of 1.5 cm were divided into five groups each of 4 mice
and gotu kola extract ointment treated as follows: Group I smeared with oily base formula, the
group II emulsion base formula, Group III water-soluble base formula, pure extract of Group
IV and Group V smeared betadin® as a positive control. The test material was given twice
daily for 21 days and observed on days 1, 3, 7, 14, 21. The results obtained showed that at day
14, compared with the positive control, the group I and IV are more effective cure injuries
than the group II and III. On day 21 all dose heal wounds effectively the same as a positive
control.

Key words: Gotu kola (Centella asiatica (L) Urb), ointment, skin

PENDAHULUAN dapat digunakan sebagai obat luka (Endah


Salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris dkk, 2003).
di dunia yang mempunyai potensi untuk Luka adalah keadaan dimana
dikembangkan sebagai tanaman obat adalah kontinuitas jaringan rusak, yang disebabkan
pegagan (Centella asiatica(L) Urb) yang oleh pengaruh kimiawi, listrik atau radiasi
(Direen, 1981). Untuk mencegah terjadinya

27
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

infeksi bakteri diperlukan suatu antibakteri. . (Balai Tanaman Obat dan Rempah). Mencit
Tumbuhan pegagan khusus mengandung serta pellet, betadin® dan air suling. Bahan
asiatikosida, berfungsi untuk memproduksi untuk pembuatan salep ekstrak pegagan
kolagen juga dapat mempercepat proses seperti, cera alba, vaselin putih, setil alkohol,
penyembuhan luka pada bagian permukaan propilen glikol, natrium lauril sulfat, air
kulit manusia. Proses ini terjadi karena suling, PEG 4000, stearil alkohol, gliserin.
aktivitas epidermis lapisan sel malpigi pada
kulit tadi meningkat dan secara topikal Alat
dapat menyembuhkan. Selain itu dapat juga Alat-alat penelitian yang digunakan
meningkatkan serta menguatkan jaringan antara lain: Alat-alat gelas, neraca analitik,
kulit yang baru terbentuk, sehingga tidak rotavapor, termometer, mortir, cawan
mudah lagi rusak. Asiatikosida juga penguap, kertas perkamen, penangas air, pot
mempunyai daya antibakteri terhadap plastik, bejana, pisau, batang pengaduk,
Staphylococcus aureus dan Escherichia colli. corong, sudip dan scalpel.
Adanya asiatikosida, riboflavin dan niasin
membuat pegagan berfungsi sebagai anti Cara Kerja
inflamasi (Saktono, 2002). 1. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan
Salep merupakan salah satu bentuk Ekstrak herba pegagan dibuat dengan
sediaan semi padat yang banyak digunakan cara maserasi, yaitu 250 g serbuk herba
dalam pengobatan kulit. Sebelum pegagan dengan 1.875 ml etanol 70% ,
memberikan efek, zat aktif sediaan salep ditutup dan dibiarkan selama 5 hari dan
harus dapat dilepaskan dari basisnya, baru terlindung dari cahaya, sambil berulang-
diabsorpsi melalui kulit. Hal ini dipengaruhi ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai,
oleh beberapa faktor, baik faktor fisiologis ampas diperas. Ampas ditambah etanol 70%
maupun kimia fisika. Faktor kimia fisika secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga
tersebut meliputi koefisien difusi, konsentrasi diperoleh seluruh sari sebanyak 2500 ml.
dan kelarutan obat dalam basis. Sedangkan Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk,
faktor fisiologi meliputi keadaan kulit, luas terlindung dari cahaya, selama 2 hari.
daerah permukaan dan banyaknya pemakaian Kemudian endapan dipisahkan. Kemudian
(Anief, 2003). dilakukan penguapan pada suhu 50°C dengan
Hingga saat ini belum ada penelitian rotavapor sehingga sebagian besar alkohol
untuk menguji khasiat ekstrak pegagan menguap hingga diperoleh ekstrak kental.
sebagai antiluka dalam bentuk formulasi
salep. Bahan pembantu dalam formulasi yang 2. Pembuatan Sediaan Salep
baik seharusnya bersifat inert dan tidak Sediaan salep dibuat sesuai dengan
mengurangi khasiat bahan aktif. Pemilihan formula masing-masing tipe basis.
basis yang baik harus melalui pertimbangan -
pertimbangan lebih dulu dengan melihat sifat Tabel 1. Formula Sedian Salep Basis
dan masing- masing basis salep (Block, 1990 Berminyak
; Ansel, 1989). Karena pada umumnya sifat Bahan Jumlah (g)
polaritas senyawa bahan alam sukar R/Cera alba 4.75
Vaselin putih 90.07
diketahui dengan pasti maka perlu di teliti
Butilhidroksianisol 0.01
lebih lanjut pengaruh basis salep terhadap (BHA)
khasiat ekstrak pegagan. Metil paraben 0.15
Propil paraben 0.02
METODE PENELITIAN Ekstrak kental 5
Bahan Sumber : (Rosanti 2003).
Bahan yang digunakan adalah herba
Pegagan (Centella asiatica (L).Urban) dari a. Cara pembuatan Sedian Salep Basis
seluruh bagian tanaman koleksi BALITTRO Berminyak:

28
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Cera alba dilelehkan diatas penangas 75°C (fase I). Natrium lauril sulfat dilarutkan
air, vaselin putih ditambahkan, diaduk dalam air suling dan dipanaskan diatas
sampai homogen dan dingin. BHA yang telah penangas air pada suhu 75°C (fase II). Fase I
dilarutkan dengan etanol dimasukkan ditambahkan sedikit demi sedikit dalam
kedalam basis salep digerus homogen. Metil mortir yang berisi fase II sambil diaduk
paraben dan propil paraben yang telah hingga dingin. BHA yang telah dilarutkan
dilarutkan dengan etanol dicampurkan dengan etanol dimasukkan ke dalam basis
dengan ekstrak. Ekstrak kental pegagan salep digerus homogen. Metil paraben dan
dicampurkan ke dalam basis sedikit demi propil paraben yang telah dilarutkan dengan
sedikit sambil diaduk sampai homogen. etanol dicampurkan dengan ekstrak. Ekstrak
Salep dikemas dalam wadah. kental pegagan dicam-purkan ke dalam basis
sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
b.Cara pembuatan Sedian Salep Basis homogen. Salep dikemas dalam wadah
Emulsi:
Setil alkohol, cera alba, propilen glikol Tabel 3. Formula Sedian Salep Basis
dilelehkan diatas penangas air pada suhu Larut Air
65°C(fase I). Natrium lauril sulfat dilarutkan Bahan Jumlah (g)
dalam air suling, dipanaskan diatas penangas R/Na lauril sulfat 0.95
Na lauril sulfat 1.90
air pada suhu 65°C (Fase II). Fase I dan fase PEG 4000 18.97
II dicampurkan perlahan-lahan sambil diaduk Stearil alcohol 32.24
di atas penangas air selama 10 menit. Air suling 14.22
Campuran dituang dalam mortir sambil Gliserin 28.44
diaduk hingga dingin. BHA yang telah Butilhidroksianisol 0.01
Metil paraben 0.15
dilarutkan dengan etanol dimasukkan Propil paraben 0.02
kedalam basis salep digerus homogen. Metil Ekstrak kental 5
paraben dan propil paraben yang telah Sumber : Rosanti, 2003
dilarutkan dengan etanol dicampurkan
dengan ekstrak. Ekstrak kental pegagan 3.Evaluasi sediaan salep ekstrak
dicampurkan ke dalam basis sedikit demi herba Pegagan
sedikit sambil diaduk sampai homogen. Evaluasi yang dilakukan adalah
Salep dikemas dalam wadah. pemeriksaan kestabilan bentuk sediaan salep,
pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan
Tabel 2. Formula Sedian Salep Basis warna, dan pemeriksaan bau. Pengamatan
Emulsi dilakukan pada minggu ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
Bahan Jumlah (g) 8.
R/Cera alba 0.95
Setil alkohol 14.22
Propilen glikol 9.48 4. Perlakuan Sediaan Salep Ekstrak
Na lauril sulfat 1.90 Pegagan Pada Mencit
Air suling 68.27 Sebelum perlukaan, bulu di sekitar
Vaselin putih 90.07 punggung dicukur dan kulit diolesi alkohol,
Butilhidroksianisol 0.01
(BHA) lalu mencit diadaptasi selama 2 hari. Mencit
Metil paraben 0.15 dianastesi lokal dengan eter, lalu Perlukaan
Propil paraben 0.02 dilakukan pada punggung mencit dengan
Ekstrak kental 5 sayatan 1.5 cm menggunakan scalpel steril.
Sumber : Rosanti, 2003 Mencit yang digunakan sebanyak 20 ekor
yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan,
c.Cara pembuatan Sedian Salep Basis yaitu kelompok I diolesi dengan formula
Larut Air basis minyak, kelompok II formula basis
Stearil alkohol, PEG 4000 dan gliserin emulsi, kelompok III formula basis larut air,
dipanaskan diatas penangas air pada suhu kelompok IV ekstrak murni serta kelompok

29
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

V diolesi betadin® sebagai kontrol positif. suhu kamar dan basis salep mempengaruhi
Bahan uji diberikan 2 kali sehari selama 21 bau dari sediaan tersebut. Hal ini dikarenakan
hari dan diamati pada hari ke-1,3,7,14, 21. sifat kepolaran zat aktif sehingga
Pengamatan dilakukan secara deskriptif mempengaruhi kelarutan zat aktif basis yang
terhadap mencit perlakuan dengan ditambahkan. Pada perlakuan sediaan salep
membandingkan proses penyembuhan yang ekstrak herba pegagagan dilakukan terhadap
terjadi. Parameter yang diamati antara lain mencit jantan (Mus musculus albinus). Hasil
merapatnya kulit, keringnya luka dan pengamatan penyembuhan luka antara
keberadaan keropeng luka. komponen yang diuji (formula dan hari).
Berdasarkan pengamatan secara
HASIL DAN PEMBAHASAN makroskopis terlihat bahwa proses
Sediaan salep ekstrak pegagan dapat penyembuhan luka kelompok III lebih lambat
bercampur (homogen). Hasil pengamatan dibandingkan dengan kelompok II, I, IV dan
kestabilan bentuk sediaan salep ekstrak herba V. Salep formula I (kelompok I) dan
pegagan formula I, II, III dari minggu ke I betadin® (kelompok V) memperlihatkan
sampai minggu ke- 8 tetap stabil dan tidak perbedaan nyata bila dibandingkan dengan
mengalami perubahan bau, warna dan tetap kelompok II dan III. Hal ini terlihat dengan
homogen pada penyimpanan dan tipe basis terlepasnya keropeng dan luka menyempit.
salep yang di hasilkan tidak mengalami Pada kelompok I penyembuhan hampir sama
perubahan. dengan kelompok IV sedangkan kelompok
Pemeriksaan salep ekstrak herba (Betadin®) berlangsung lebih cepat. Luka
pegagan diamati secara organoleptik. Hasil akan mengakibatkan peradangan sehingga
pengamatan menunjukkan warna salep basis mengakibatkan panas di daerah luka tersebut.
berminyak berwarna hijau, formula II basis Pemberian salep ekstrak pegagan akan
salep emulsi berwarna hijau keputihan dan menimbulkan rasa
formula III basis salep larut air berwarna dingin pada daerah yang dioleskan
hijau kekuningan, dengan demikian basis (Anonimous, 2007). Diduga salah satu faktor
salep mempengaruhi warna dari sediaan yang menyebabkan percepatan proses
salep ekstrak herba pegagan. Warna sediaan persembuhan luka akibat pemberian salep
tidak mengalami perubahan selama 8 minggu ekstrak herba pegagan adalah daya kompres
(stabil) dengan penyimpanan pada suhu dingin dari herba pegagan.
kamar. Hasil pengamatan penyembuhan luka Pengobatan dengan meng-gunakan
pada setiap mencit ditunjukkan pada Tabel 4 salep akan lebih efektif apabila obat dapat
dan rata-rata penyembuhan luka pada Tabel lepas dari basisnya, tipe basis berminyak
5. Berdasarkan hasil pengamatan bau yang bersifat lipofilik mempunyai afinitas
(aroma), formula I dengan basis minyak lebih lemah. Afinitas lemah memudahkan zat
cukup kuat, formula II dengan basis emulsi aktif terlepas dari basisnya, sehingga mudah
memiliki bau ekstrak pegagan (zat aktif) untuk berdifusi kedalam media (Rosanti,
yang kuat, dan formula III merupakan 2003). Berdasarkan pengamatan, proses
sediaan salep ekstrak pegagan yang berbasis penyembuhan luka formula I yang berbasis
larut air memiliki aroma yang lemah. Hal ini minyak lebih cepat dibandingkan dengan
disebabkan asiatikosida dalam ekstrak sediaan salep formula II dan III.
pegagan merupakan glikosida triterpenoid Basis berminyak lebih mudah
yang bersifat non polar sehingga larut dalam melepaskan ekstrak herba pegagan. Ini
basis minyak dan emulsi. Pengamatan bau disebabkan karena zat aktif dari herba
(aroma) sediaan salep ekstrak pegagan pegagan adalah asiatikosid, yang merupakan
memiliki aroma yang stabil selama 8 minggu senyawa yang bersifat hidrofil sedangkan
dengan penyimpanan pada suhu kamar dan basis salep bersifat lipofil. Penyembuhan
basis salep mempengaruhi bau dari sediaan kelompok V lebih cepat (Betadin®) hal ini
tersebut. Hal ini dengan penyimpanan pada disebabkan karena Betadin® mengandung

30
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

providone iodine bekerja sebagai antiseptik daerah luka cepat menjadi kering (Saratman,
bersprektrum luas dan iodine sendiri dkk, 2004).
memberi efek panas pada jaringan sehingga

Tabel 4. Hasil Pengamatan Penyembuhan Luka Pada Setiap Mencit

Formula Penyembuhan Keterangan :


Ulangan
1 3 7 14 21
1 1 3 5 7 7 1. Luka berwarna merah, basah,
masih terbuka, tepi luka masih
2 1 3 5 6 7
I terpisah.
3 1 2 4 6 7 2. Luka berwarna merah pucat, agak
4 1 3 5 6 7 kering, luka terbuka & tepi masih
1 1 2 3 6 7 terpisah.
2 1 2 3 6 7 3. Luka kering & pucat, tepi kering
II
3 1 2 3 6 7 luka menyempit, kulit tepi keras.
4 1 3 4 6 7 4. Luka menyempit dan dangkal,
1 1 2 3 6 7 tepi luka keras, terbentuk
keropang.
2 1 2 3 6 7
III 5. Tampak sisa-sisa keropang, bekas
3 1 2 3 6 7 luka menjadi lunak, luka
4 1 2 3 6 7 menyempit.
1 1 3 4 6 7 6. Luka mulai menutup bekas
2 1 3 5 6 7 keropeng tidak ada lagi.
IV
3 1 3 5 7 7 7. Luka sudah menutup, bekas luka
4 1 3 5 7 7 tidak tampak lagi dan ditumbuhi
1 1 3 5 7 7 bulu seperti semula.
2 1 4 5 7 7
V
3 1 3 5 6 7
4 1 3 5 7 7

Tabel 5. Rata-rata Penyembuhan Luka Antara Komponen yang Diuji (Formula dan
Hari) Selama 21 Hari.
Rata-rata penyembuhan pada hari ke-
Formula Rata-rata
1 3 7 14 21
I 1 2.75 4.75 6.25 7 4.35 a
II 1 2.25 3.25 6 7 3.9 b
III 1 2 3 6 7 3.8 b
IV 1 3 4.75 6.5 7 4.45 a
V 1 3.25 5 6.75 7 4.6 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan lajur yang sama berbeda nyata

31
Fitofarmaka,Vol.4,No.1, Juni 2015 ISSN:2087-9164

Gambar 1. Grafik Rata-rata Penyembuhan Luka Antara Komponen yang Diuji


(Formula dan Hari) Selama 21 Hari.
Berdasarkan grafik, terlihat bahwa tipe kelompok V (obat luka komersil
basis salep mempunyai perbedaan yang (betadin®)), kelompok IV (ekstrak
bermakna terhadap aktivitas penyembuhan kental pegagan), kelompok I (salep
luka pada mencit. Hal ini dapat dilihat pada ekstrak pegagan dengan basis
tabel ANOVA atau uji F tabel dan R² yang berminyak), lebih efektif dibandingkan
cukup signifikan dilihat dari F hitung 364,34 dengan kelompok II (salep ekstrak
yang lebih besar dibandingkan dengan F pegagan basis emulsi) dan kelompok III
tabel dan R² yang cukup besar yaitu ( salep ekstrak pegagan basis larut)
0,978514 (97,85%). Berdasarkan program Saran
software SAS (Statistical Analyze System) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) mengenai :
dan uji dilanjutkan dengan uji Duncan, 1. Kesetabilan kesediaan salep ekstrakherba
menunjukkan bahwa formula 5, 4, 1 lebih pegagan basis berminyak dengan suhu
efektif dibandingkan dengan formula 3 dan yang berbeda.
2. Hasil uji disajikan pada Tabel 5. 2. Khasiat herba pegagan terhadap
Adanya perbedaan yang bermakna, penyembuhan luka setelah operasi
maka hal ini membuktikan bahwa tipe basis (keloid) dengan konsentrasi zat aktif
berminyak merupakan tipe basis yang paling yang sama dalam sedian salep ekstrak
baik untuk ekstrak herba pegagan dan herba pegagan basis berminyak
adanya perbedaan antara komponen yang 3. Memberikan informasi kepada
diuji (signifikan) antara formula dan hari. masyarakat luas bahwa ekstrak herba
pegagan dapat ditambahkan
SIMPULAN DAN SARAN ke dalam formula salep dan dapat
Simpulan digunakan sebagai alternatif obat luka.
1. Salep ekstrak herba pegagan efektif
menyembuhkan luka terhadap mencit Ucapan terima kasih
jantan. Terima kasih diucapkan kepada Prof.
2. Basis salep berminyak lebih efektif Dr. Anas Subarnas, Apt. sebagai mitra
menyembuhkan luka terhadap mencit bestari dalam penulisan penelitian ini.
jantan dibandingkan dengan
basis emulsi dan basis larut air. DAFTAR PUSTAKA
3. Proses penyembuhan luka mencit jantan Anief, M. Formulasi Obat Topikal Dengan
yang mendapat perlakuan pengobatan: Dasar penyakit Kulit. Yogyakarta;Gajah

32
Fitofarmaka, Vol. 4, No.1, Juni 2014 ISSN : 2087-9164

Mada Press: 1997. 3-32. Ernie, H. 2005. Pembuatan Salep Vaselin


Anonimous.1983.Pemanfaatan tanaman Hidrofilik Dengan Ekstrak Herba
Obat Edisi III. Departemen Kesehatan Pegagan (Centella asiatica(L) Urb)
Republik Indonesia. untuk Luka. Skripsi, Fakultas Farmasi,
Ansel, H. C, L. V. Allen and N. G. Popovich. Universitas Pancasila.
2002.Pharmaceutical Dosage Form and Lachman, L., H. A. Lieberman and J. L.
Drug Delivery System. Lippincott Konig. 1994. Teori dan praktek farmasi
William and Wilkins, Georgia, Jakarta: industri.Edisi III, jilid II.
Hal 250, 375, 377. Diterjemahkan oleh Suyatmi S. Jakarta:
Block, L. H. 1990. Medicated Application, in UI Pres : Hal 1091-1145.
Gennaro, AR.(Ed.), Remington's Rosanti, A. S.,N. Sugihartini, dan Oetari.
Pharmaceutical Science, 18th ed. Mack 2003. Pengaruh Tipe basis Salep
Publishing Company, Easton Terhadap Aktivitas minyak Atsiri
Pensylvania, 1596-1614. Daun Sirih (Piper betle Linn.)
Davis and Christopher. 1981. Texbook of Saratman., S. A. Sumiwi dan D. Gozali.
Surgery, The Biological Basis of 2004. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam
Modern Surgical Practice. WB Saunders Bentuk Salep, Krim dan Jelly Terhadap
Company, Philadelphia, 265-283. Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Fakultas Matematika dan Ilmu
Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta. Pengetahuan Alam. Universitas
Endah, L., M. M. Herminawati dan Y. I. Padjadjaran, Bandung.
Hety. 2003. Pegagan. Penebar Swadaya.
Jakarta.

33
UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan redaksi Jurnal Fitofarmaka menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya


kepada mitra bestari:

Prof. Dr. Karsono, Apt.(Universitas Sumatera Utara)


Prof. Dr. Ibnu Ghalib Gandjar, DEA, Apt. (Universitas Gadjah Mada)
Prof. Dr. Anas Subarnas (Universitas Padjadjaran)
Dr. Aprilita Rina Yanti Eff., M.Biomed, Apt. (Universitas Esa Unggul)

Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah diberikan dalam membantu
kelancaran penerbitan Jurnal Fitofarmaka volume 4 nomor 1 Juni 2014.

Bogor, Juni 2014

Dewan Redaksi
PANDUAN PENULISAN JURNAL

Jurnal Fitofarmaka menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian, review jurnal,
laporan penelitian dan laporan kasus yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Naskah
diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika
sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang
jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut. Naskah
berupa ketikan asli ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan abstrak bahasi Inggris.

Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :


Setting halaman adalah 1 kolom dengan 2 spasi, pada kertas HVS A4 dengan margin atas 4
cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm, maksimal 15 halaman sudah termasuk gambar/foto
atau tabel. Panjang naskah maksimal 3000-5000 kata dengan huruf Times New Roman font
12.

1. Halaman Judul : berisi judul artikel dengan jumlah kata maksimal 14 kata, nama penulis
(tanpa gelar), dan institusi/ alamat tempat bekerja dari masing-masing penulis, dengan
alamat e-mail untuk korespondesi (corresponding author).
2. Abstrak : abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan jumlah kata
maksimal 250 kata. Abstrak ditulis dengan ringkas dan jelas yang mencakup
pendahuluan, metode, hasil, pembahasan dan simpulan dari penelitian dilengkapi dengan
2-5 kata kunci.
3. Pendahuluan: berisi tentang informasi mengenai latar belakang yang relevan dengan
tujuan penelitian.
4. Metode Penelitian: menguraikan bahan, alat dan cara kerja yang digunakan.
5. Hasil dan Pembahasan: dipresentaskan dengan format yang mudah dimengerti dalam
bentuk gambar 2D maupun tabel. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format
tabel pada Microsoft Words diletakkan simetris di tengah area pengetikan, diberi nomor
sesuai urutan penyajian (Tabel 1, dst.), tanpa garis batas kanan atau kiri. Gambar harus
diberi nomor sesuai urutan penyajian (Gambar 1, dst.). Pembahasan pada artikel
penelitian dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dan dikorelasikan dengan studi lain
yang relevan. Diskusi difokuskan pada hasil utama penelitian. Keterbatasan penelitian
dan dampak hasil penelitian dijelaskan dengan rinci. Penulis harus menjelaskan mengenai
keterbatasan dan rekomendasi penangannan yang mendukung referensi.
6. Simpulan: simpulan berhubungan dengan tujuan penelitian. Saran penelitian diberikan
untuk merekomendasikan penanganan bila ada keterbatasan penelitaian.
7. Ucapan Terima Kasih: bila ada, tidak menggunakan singkatan.
8. Daftar Pustaka: pustaka ditulis sesuai sistem Harvard Referencing Standard. Sebanyak
80% pustaka yang digunakan merupakan pustaka primer dan terbitan 10 tahun terakhir.
Contoh penulisan daftar pustaka rujukan sebagai berikut:
a. Buku
[1] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi.
Contoh:
O’Brien, J.A. dan. J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems.
Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.
b. Artikel Jurnal
[2] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel. Nama jurnal dicetak miring. Vol (Nomor): Rentang
Halaman.
Contoh:
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning.
The Journal of Artistic and Creative Education. 6 (1): 94-111.
c. Prosiding Seminar/Konferensi
[3] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya (nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel. Nama konferensi. Tanggal, Bulan dan Tahun,
Kota, Negara. Halaman.
Contoh:
Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture
management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-
schaftsInformatik. 16-18. February 2011, Zurich, Swis. Hal. 776-786.
d. Tesis atau Disertasi Computationally Intensive Approaches to Inference in Neo-
Normal Linear Models: Ph.D. thesis, CUT Western Australia
[4] Penulis (nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi,
Tesis, atau Disertasi. Universitas.
Contoh:
Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa
Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.
e. Sumber Rujukan dari Website
[5] Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator (URL). Tanggal
Diakses.
Contoh:
Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave
new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf.
Diakses tanggal 18 Juni 2011.
FORMULIR BERLANGANAN / PEMBELIAN
JURNAL FITOFARMAKA
Jl. Pakuan PO BOX 452, Telp/Fax. (0251)8375547

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : .................................................................................................................
Institusi : .................................................................................................................
Alamat : .................................................................................................................
.................................................................................................................
Telepon/Fax : .................................................................................................................
Ingin menjadi pelanggan/ pembeli Jurnal Fitofarmaka selama …….. tahun,
dimulai dari Vol…… No......... tahun ……. sampai Vol......... No. …… tahun ……..

Untuk administrasi berlangganan, dapat menghubungi email kami [email protected].

………………., ………………………….
Pelanggan,

…………………………………………....
(Tanda tangan dan nama terang)

CATATAN:
1. Biaya berlanggan selama 1(satu) tahun (2 kali
penerbitan), sebesar Rp. 150. 000,- ditambah
ongkos kirim 20%.
2. Mohon diisi dengan lengkap dan dikirim/ fax/ e-mail
ke alamat tersebut di atas beserta bukti transfer.

Anda mungkin juga menyukai