Marketing Mix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 1 Januari 2018 p-ISSN:2089-5313

e-ISSN:2549-5062

IMPLEMENTASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX)


PADA OBAT BEBAS DI APOTEK “NURBUNDA” DARI PERSPEKTIF ETIKA
KEFARMASIAN

Rosaria Ika Pratiwi1, Adila Prabasiwi2


1,2
Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Jln. Mataram No.09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000
1,2
Politeknik Harapan Bersama, Jalan Mataram No.09 Kota 52142 Tegal, Indonesia
email : [email protected], [email protected]

Abstrak
Strategi pemasaran yang digunakan sebagai acuan adalah bauran pemasaran (marketing mix).
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah sekumpulan kegiatan yang saling berhubungan, disusun
dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan konsumen, mengembangkan barang yang dibutuhkan,
menentukan harganya, mendistribusikan, dan mempromosikannya. Elemen bauran pemasaran (marketing
mix) terdiri dari 4 hal, antara lain : product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi).
Dunia bisnis tidak lepas dari kegiatan pemasaran, begitu pula pada penjualan obat di apotek, memberikan
dampak positif bagi upaya peningkatan profit dan perbaikan mutu pelayanan. Jenis penelitian yang
digunakan ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara
deskriptif-normatif untuk mencari kesesuaian antara teori etika kefarmasian dengan penerapan strategi
bauran pemasaran (marketing mix) pada manajemen pemasaran farmasi Apotek X. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data ini dikumpulkan dari berbagai sumber baik
langsung maupun tidak langsung dan disajikan dalam bentuk tulisan kemudian dilakukan analisis. Data
dideskripsikan dalam konsep bauran pemasaran (marketing mix) serta penerapannya pada Apotek X,
kemudian dikorelasikan teori dan penerapannya dalam bentuk tinjauan umum dalam perspektif etika
kefarmasian. Dari segi product, pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui distributor atau
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah memenuhi kualifikasi serta pengaturan display Apotek “X”
menggunakan konsep first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO). Dari segi price harga
yang diterapkan oleh Apotek “X” adalah menjual produk dengan harga yang dapat dijangkau oleh
masyarakat sekitar dengan kualitas tinggi. Dari segi place, produk obat bebas diletakkan di bagian depan
dengan penataan display yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen sehingga memberikan
kemudahan dalam proses distribusi produk obat bebas kepada konsumen. Dari segi promotion, melalui
beberapa cara antara lain : leaflet, media sosial online, radio, dan menjadi sponsor dalam kegiatan bakti
sosial.Bauran pemasaran ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kata kunci : Bauran Pemasaran (marketing mix), Obat Bebas, Etika Kefarmasian

1. Pendahuluan harus dibandingkan dengan perusahaan


Perusahaan menghadapi perubahan kompetitor utama atau terdekat. Strategi
lingkungan eksternal yang sangat cepat dan pemasaran yang dibuat tersebut harus
penuh ketidakpastian sehingga perusahaan berbeda dan lebih unggul guna menarik
tidak boleh pasif dan hanya menunggu apa konsumen [3]. Strategi pemasaran yang
yang akan terjadi, namun harus memiliki digunakan sebagai acuan adalah bauran
rencana strategi dan memperkuat sumber pemasaran (marketing mix). Bauran
daya yang dimilikinya untuk menghadapi pemasaran (marketing mix) adalah
tantangan perubahan [1]. Kompetitor yang campuran dari variabel-variabel pemasaran
semakin meningkat mengakibatkan yang dapat dipergunakan oleh suatu
persaingan bisnis menjadi semakin ketat. perusahaan untuk mengejar tingkat
Pelaku bisnis harus melakukan strategi penjualan yang diinginkan dalam pasar
pemasaran dengan melakukan inovasi untuk sasaran yang terdiri dari product, price,
menarik minat konsumen [2]. Strategi place, dan promotion. [4]
pemasaran yang dilakukan pelaku usaha ini

187
Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 1 Januari 2018 p-ISSN:2089-5313
e-ISSN:2549-5062

Dunia bisnis tidak lepas dari kegiatan dalam penelitian ini adalah studi
pemasaran, begitu pula pada penjualan obat dokumentasi. Alat yang digunakan dalam
di apotek. Peningkatan jumlah konsumen penelitian ini antara lain : checklist
yang membeli obat di apotek memberikan observasi, pedoman wawancara, data buku
dampak positif bagi upaya peningkatan harian, laporan kerja, catatan kasus, dan
profit dan perbaikan mutu pelayanan. foto.
Semakin tinggi pengaruh bauran pemasaran Analisis data yang digunakan bersifat
(marketing mix), semakin tinggi pula deskriptif-normatif. Data ini dikumpulkan
keputusan pembelian. Perilaku pembelian dari berbagai sumber baik langsung maupun
ini dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, tidak langsung dan disajikan dalam bentuk
faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor tulisan kemudian dilakukan analisis. Peneliti
psikologis [5]. Menghadapi persaingan bisnis mendeskripsikan perihal manajemen
secara global, terkadang mengakibatkan pemasaran dan konsep bauran pemasaran
terjadinya pergeseran norma dan hilangnya (marketing mix) serta penerapannya pada
nilai-nilai moralitas di masyarakat dalam Apotek “Nurbunda”, kemudian peneliti
melakukan aktivitas bisnisnya. Salah satu mengkorelasikan teori dan penerapannya
aspek yang perlu diperhatikan oleh para dalam bentuk tinjauan umum dalam
pelaku usaha apotek adalah aspek etika perspektif etika kefarmasian.
bisnis. Etika bisnis memberikan arahan bagi
para pelaku bisnis untuk melakukan refleksi 3. Hasil dan Pembahasan
dari sudut etika karena suatu keberhasilan Berdasarkan pemaparan implementasi
bisnis tidak hanya dilihat dari segi strategi bauran pemasaran (marketing mix)
keuntungan yang diraih melainkan juga dari pada obat bebas (Over The Counter/OTC) di
nilai-nilai luhur yang dilakukan [6]. Apotek “Nurbunda”serta tinjauan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif etika kefarmasian menurut
implementasi strategi bauran pemasaran Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun
(marketing mix) pada obat bebas (Over The 2016 Tentang Standar Pelayanan
Counter/OTC) di Apotek “Nurbunda” Kota Kefarmasian di Apotek dapat dibuat suatu
Tegal dan mengetahui korelasi strategi matriks sebagai berikut :.
bauran pejmasaran (marketing mix) dari A. Variabel Product (Produk)
perspektif etika kefarmasian pada obat OTC 1) Implementasi Strategi Marketing Mix
(Over The Counter/OTC) di Apotek a. Pengadaan (pembelian) obat bebas
“Nurbunda” Kota Tegal. dilakukan melalui distributor atau
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
2. Metode Penelitian yang telah memenuhi kualifikasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Pemilihan distributor ini untuk
penelitian deskriptif kualitatif dengan menjamin kualitas produk agar
menggunakan pendekatan secara deskriptif- produk obat bebas yang dikonsumsi
normatif untuk mencari kesesuaian antara oleh masyarakat aman, manjur, dan
teori etika kefarmasian dengan penerapan bermanfaat.
strategi bauran pemasaran (marketing mix) b. Pengaturan display Apotek “X”
pada manajemen pemasaran farmasi di sama seperti apotek pada umumnya,
Apotek “Nurbunda”. Subyek penelitian ini menggunakan konsep first in first
meliputi : Apoteker Pengelola Apotek out (FIFO). Konsep ini memiliki
(APA), Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), prinsip produk yang datang lebih
dan karyawan di Apotek “Nurbunda”. Data awal harus terjual lebih awal pula.
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Ada pula konsep lain yang
data primer dilakukan dengan cara observasi digunakan yaitu first expired first
terhadap Apotek “Nurbunda” dan out (FEFO), produk yang masa
wawancara mendalam dengan Apoteker kadaluarsanya lebih awal harus
Pengelola Apotek (APA), Tenaga Teknis terjual lebih awal pula.
Kesehatan (TTK), dan karyawan di Apotek
“Nurbunda”, sedangkan data sekunder

188
Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 1 Januari 2018 p-ISSN:2089-5313
e-ISSN:2549-5062

2) Konsep Umum Etika Kefarmasian maupun tulisan, dan pelayanan


a. Untuk menjamin kualitas pelayanan informasi obat dilakukan dengan
kefarmasian sistem pengadaan memberikan edukasi dan informasi
sediaan farmasi harus melalui jalur kepada konsumen.
resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Implementasi Strategi Bauran
b. Sistem penyimpanan obat dilakukan Pemasaran (Marketing Mix) Pada Obat
dengan memperhatikan bentuk Bebas (Over The Counter/OTC) di Apotek
sediaan dan kelas terapi obat, serta “Nurbunda”.
disusun secara alfabetis, serta A. Product (Produk)
menggunakan sistem FIFO dan 1) Pengadaan (pembelian) obat bebas
FEFO. dilakukan melalui distributor atau
B. Variabel Price (Harga) Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
1) Implementasi Strategi Marketing Mix telah memenuhi kualifikasi.
Strategi harga yang diterapkan oleh Pemilihan distributor ini untuk
Apotek “X” adalah menjual produk menjamin kualitas produk agar
dengan harga yang dapat dijangkau produk obat bebas yang dikonsumsi
oleh masyarakat sekitar dengan oleh masyarakat aman, manjur, dan
kualitas tinggi bermanfaat.
2) Konsep Umum Etika Kefarmasian 2) Pengaturan display Apotek
Penyelenggaraan pelayanan “Nurbunda” menggunakan konsep
kefarmasian di apotek harus melayani first in first out (FIFO). Konsep ini
ketersediaan farmasi yang aman, memiliki prinsip produk yang datang
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. lebih awal harus terjual lebih awal
C. Variabel Place (Tempat) pula. Ada pula konsep lain yang
1) Implementasi Strategi Marketing Mix digunakan yaitu first expired first out
Produk obat bebas diletakkan di (FEFO), produk yang masa
bagian depan dengan penataan kadaluarsanya lebih awal harus terjual
display yang mudah dilihat dan lebih awal pula.
menarik minat konsumen. Hal ini B. Price (Harga)
memberikan kemudahan dalam Strategi harga yang diterapkan oleh
proses distribusi produk obat bebas Apotek “Nurbunda” adalah menjual
kepada konsumen produk dengan harga yang dapat dijangkau
2) Konsep Umum Etika Kefarmasian oleh masyarakat sekitar dengan kualitas
Semua obat harus disimpan tinggi.
(diletakkan) pada kondisi yang sesuai C. Place (Tempat)
sehingga terjamin keamanan dan Produk obat bebas diletakkan di
stabilitasnya. bagian depan dengan penataan display
D. Promotion (Promosi) yang mudah dilihat dan menarik minat
1) Implementasi Strategi Marketing Mix konsumen. Hal ini memberikan
Strategi promosi yang dilakukan oleh kemudahan dalam proses distribusi produk
Apotek “X” adalah melalui beberapa obat bebas kepada konsumen.
cara, antara lain : leaflet, media sosial D. Promotion (Promosi)
online, radio, dan menjadi sponsor Strategi promosi yang dilakukan oleh
dalam kegiatan bakti social. Apotek “Nurbunda” adalah melalui
2) Konsep Umum Etika Kefarmasian beberapa cara, antara lain : leaflet, media
Pelayanan informasi obat dilakukan sosial online, radio, dan menjadi sponsor
dengan menyebarkan brosur (leaflet), dalam kegiatan bakti sosial.
pelayanan informasi obat merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk Korelasi Strategi Bauran Pemasaran
pemberian informasi obat dengan (Marketing Mix) Dari Perspektif Etika
menjawab pertanyaan secara lisan Kefarmasian :

189
Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 1 Januari 2018 p-ISSN:2089-5313
e-ISSN:2549-5062

A. Product (Produk) C. Place (Tempat)


1) Pengadaan (pembelian) obat bebas Produk obat bebas diletakkan di bagian
dilakukan melalui distributor atau depan dengan penataan display yang
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang mudah dilihat dan menarik minat
telah memenuhi kualifikasi. konsumen. Hal ini memberikan
Pemilihan distributor ini untuk kemudahan dalam proses distribusi produk
menjamin kualitas produk agar obat bebas kepada konsumen. Hal ini
produk obat bebas yang dikonsumsi sesuai dengan Peraturan Menteri
oleh masyarakat aman, manjur, dan Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang
bermanfaat. Hal ini sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 yang menyatakan “Semua obat harus
Tahun 2016 Tentang Standar disimpan (diletakkan) pada kondisi yang
Pelayanan Kefarmasian di Apotek sesuai sehingga terjamin keamanan dan
yang menyatakan “Untuk menjamin stabilitasnya”.
kualitas pelayanan kefarmasian D. Promotion (Promosi)
sistem pengadaan sediaan farmasi Strategi promosi yang dilakukan oleh
harus melalui jalur resmi sesuai Apotek “Nurbunda” adalah melalui
ketentuan peraturan perundang- beberapa cara, antara lain : leaflet, media
undangan”. sosial online, radio, dan menjadi sponsor
2) Pengaturan display Apotek dalam kegiatan bakti sosial. Hal ini sesuai
“Nurbunda” menggunakan konsep dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
first in first out (FIFO). Konsep ini 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
memiliki prinsip produk yang datang Kefarmasian di Apotek yang menyatakan
lebih awal harus terjual lebih awal “Pelayanan informasi obat dilakukan
pula. Ada pula konsep lain yang dengan menyebarkan brosur (leaflet),
digunakan yaitu first expired first out pelayanan informasi obat merupakan
(FEFO), produk yang masa kegiatan yang dilakukan untuk pemberian
kadaluarsanya lebih awal harus terjual informasi obat dengan menjawab
lebih awal pula. Hal ini sesuai dengan pertanyaan secara lisan maupun tulisan,
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 dan pelayanan informasi obat dilakukan
Tahun 2016 Tentang Standar dengan memberikan edukasi dan informasi
Pelayanan Kefarmasian di Apotek kepada konsumen”.
yang menyatakan “Sistem
penyimpanan obat dilakukan dengan 4. Kesimpulan
memperhatikan bentuk sediaan dan Bauran Pemasaran (marketing mix)
kelas terapi obat, serta disusun secara meliputi product (produk), price (harga),
alfabetis, serta menggunakan sistem place (tempat), dan promotion (promosi).
FIFO dan FEFO”. Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat
B. Price (Harga) disimpulkan sebagai berikut :
Strategi harga yang diterapkan oleh a. Implementasi Strategi Bauran
Apotek “Nurbunda” adalah menjual Pemasaran (Marketing Mix) Pada Obat
produk dengan harga yang dapat dijangkau Bebas (Over The Counter/OTC) di Apotek
oleh masyarakat sekitar dengan kualitas “Nurbunda” :
tinggi. Hal ini sesuai dengan Peraturan 1) Product (Produk)
Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Pengadaan (pembelian) obat bebas
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian dilakukan melalui distributor atau
di Apotek yang menyatakan Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
“Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian telah memenuhi kualifikasi serta
di apotek harus melayani ketersediaan pengaturan displaymenggunakan konsep
farmasi yang aman, bermutu, bermanfaat, first in first out (FIFO) dan first expired
dan terjangkau”. first out (FEFO).

190
Jurnal Para Pemikir Volume 7 Nomor 1 Januari 2018 p-ISSN:2089-5313
e-ISSN:2549-5062

2) Price (Harga) Indonesia, Vol. VI No. 2, Hal. 120-


Harga yang diterapkan adalah 132.
menjual produk dengan harga yang dapat [6] Isdaryadi, F., W., 2005, Bisnis
dijangkau oleh masyarakat sekitar Berwawasan Etika, Ombudsman, No.
dengan kualitas tinggi. II, Hal 10-11.
3) Place (Tempat)
Produk obat bebas diletakkan di
bagian depan dengan penataan display
yang mudah dilihat dan menarik minat
konsumen sehingga memberikan
kemudahan dalam proses distribusi
produk obat bebas kepada konsumen.
4) Promotion (Promosi)
Strategi promosi yang dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain :
leaflet, media sosial online, radio, dan
menjadi sponsor dalam kegiatan bakti
sosial.

b. Korelasi Strategi Bauran Pemasaran


(Marketing Mix) Dari Perspektif Etika
Kefarmasian :
Bauran pemasaran yang diterapkan
oleh Apotek “Nurbunda” sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.

5. Daftar Pustaka
[1] Sampurno, 2011, Manajemen
Pemasaran Farmasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
[2] Firmansyah, A., 2015, Analisis
Implementasi Strategi
MarketingMixPada Manajemen
Pemasaran Supermarket Tip Top Dari
Perspektif Etika Bisnis Islam, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
[3] Saiman, L., 2014, Kewirausahaan,
Edisi Kedua, PT. Salemba Empat,
Jakarta.
[4] Kotler, P. And Keller, K., L., 2009,
Marketing Management, Thirteenth
Edition, PT. Erlangga, Jakarta.
[5] Cahyono, D., 2016, Pengaruh Faktor-
Faktor Individual dan Bauran
Pemasaran Terhadap Keputusan
Pembelian Obat Lewat Resep Pada
Apotek Rawat Jalan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Jember Klinik,
Jurnal Sains Manajemen dan Bisnis

191

Anda mungkin juga menyukai