Ibu Sejati - Monolog

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Manifesto

Orgil
Puisinolog Cucuk Espe*)
cucukespe@gmail.com

PERHATIAN!
Bila Anda akan mementaskan naskah ini mohon untuk menghubungi penulis naskah
untuk sekedar pemberitahuan.

www.bandarnaskah.com
Puisinolog Cucuk Espe*)
Manifesto Orgil
Saudaraku,
Telah lama pepohonan di teras itu, diam membeku
Tanpa angin membelai lugu seperti kemarin dulu
Telah lama jalanan sepi, tak ada keriuhan lagi
Dimana pengemis, gelandangan, dan seniman bersatu janji
Tangkap pagi dan taklukkan malam!
Tangkap pagi dan tundukkan kelam!

Ini bukan kisah siapa-siapa


Juga bukan kisah orang ternama
Ini tentang kita. Ya! Kita yang berada seberanda

Jika redup lampu membuat kita terhening


Jika kabut itu membuat kita tak bergeming
Kita bukan siapa-siapa. Kita bukan apa-apa
Di negeri yang kaya raya, kita bersahaja.

Seperti lelaki di seberang sana.


(Diam sejenak. Dan menunjuk ke arah lelaki tersebut)

Di bumi yang compang-camping ini


Di negeri milik orang asing ini; kita bebas menjual harga diri.
Para lelaki menggadaikan anak-istri
Para perempuan mengobral kehormatan
Di televisi. Di jalanan. Di taman kota. Bahkan kamar mandi.
Seperti di seberang sana!

(tiba-tiba suasana pecah menjadi dialogis)

Lelaki:
“Kita tidak membutuhkan penyair atau pembaca narasi picisan
Kata-kata membuat kita tak bisa apa-apa
Kata-kata tak membuat kita terjaga
Kata-kata tak membuat kita tersadar
Seperti burung gagak terbang mencari mangsa”

Penyair:
“Kita membutuhkan puisi, tidak sekedar kata-kata”

www.bandarnaskah.com
Lelaki:
“Seperti matahari kehilangan imajinasi
Seperti bulan kehilangan wajah mungilnya”

Penyair:
“Kau berpuisi? Kita bersyair!”

Lelaki:
“Sekedar menghibur diri. Puisi itu untuk menghibur diri
Dan penyair sepertimu kurang dibutuhkan di negeri ini
Lihatlah bagaimana tanganku bergerak
Bagaimana tubuhku tersentak
Bagaimana baju kebanggaanku”

Penyair:
“Itu semua metafor!”

(kembali monologis)

Lelaki itu adalah metafor atas nilai yang kotor


Jika angin pagi menghangatkanmu kembali
Dia akan menyapa di sudut ruang tamu
Membagi cinta palsu dan perhatian semu
Anehnya, kita menerima dengan senyum tersipu.

(kembali dialogis)

Lelaki:
“Aku suka bagian terakhir kata-katamu
Kita menerima dengan senyum tersipu
Kita memang harus tersenyum. Ya! Tersenyum.
Meski kehilangan harga diri. Di tipu sana-sini.
Kita bisa apa? Lihatlah penjual kopi di ujung sana.
Dia tersenyum tanpa pikirkan untung-rugi”

Penyair:
“Sebentar. Kau seharusnya tidak memotong puisi-puisiku”

Lelaki:

www.bandarnaskah.com
“Lelaki sejati selalu mencintai pagi
Dan menikam malam di ranjang yang sepi
Kau tahu itu?”

Penyair:
“Lelaki gila!”

Lelaki:
“Nah! Kau telah menemukan kata kunci
Inti dari semua puisi-puisi
Inti dari semua syair para nabi”

Penyair:
“Orang-orang gila berkeliaran di sekitar kita!”

Lelaki:
“Kau semakin mengerti. Kata-katamu menjadi berisi.

Penyair:
“Dan kau rebut seluruh imajinasi
Kau banting peradaban korup ini”

(kembali monologis oleh Lelaki)

Aku merebut imajinasi?


Karena aku benci peradaban korup ini
Semua orang memaki. Amarah tak terhenti.
Termasuk kau, penyair –semoga berpengaruh-- di negeri ini.
Tetapi kita lupa, negeri ini tidak membutuhkan imajinasi
Negeri ini hanya membutuhkan orang gila
Beri aku satu orang gila, akan kubabat si pembawa petaka

Atau tak perlu mencari orang gila dimana-mana


Di sinilah orang gila itu!
Di sinilah pembabat petaka itu!
Di sinilah sang pembawa perubahan itu.
Karena restorasi harga mati. Perubahan mutlak diyakini.

Saudara-saudara

www.bandarnaskah.com
Biarpun langit masih membiru
Gadis-gadis di depanku tetap berkulit kuning.
Jangan lupa, coblos hatinya!

Orang gila, boleh bicara apa saja


Orang gila boleh bertingkah apa saja
Tak ada hukum yang mengaturku
Tak ada penjara yang mampu mengurungku
Aku bebas kemana-mana. Menikam siapa saja.

Dan besok pagi,


Aku akan pasang baliho besar, bertuliskan; Ojo lali, Orang Gila Visioner!

Dan untuk kalian yang di sini


Ini bukan paparan visi-misi
Atau janji-janji untuk menipu tetangga sendiri
Atau kata-kata manis seperti puisi
Ini adalah MANIFESTO!

Sebelumnya, tegakkan posisi duduk Anda


Tidak perlu berdiri, karena saya yakin semua normal.

Saudara-saudara,
Dengan penuh kegilaan hati
Semua orang gila memaklumi dan tetap bertahan di sini.
Mari bersatu janji, jika kita orang gila pasti berani
Hidup di negeri yang tak punya malu lagi

Kita harus lebih gila dari mereka di sana


Yang korup tapi bangga
Yang menipu tapi tersipu
Yang pinter tapi keblinger
Sebagai orang gila, jangan heran

Para orgil harus merapatkan barisan


Melawan semua kewarasan.
Orgil harus memiliki ketegasan sikap
Kita butuh manifesto yang menyatukan langkah.
Inilah; MANIFESTO ORGIL

satu; Turunkan harga, perbaiki gizi


dua; Bubarkan apapun yang menghalangi tegaknya nurani
tiga; Tegakkan hak-hak sipil warga orgil. Sama rata, sama gilanya.

www.bandarnaskah.com
Merdeka!
Saudara-saudara, Anda percaya jika gila pasti bisa.
Orang gila bukan tak berdaya
Orang gila punya kuasa. Inilah Manifesto orgil.

(Lelaki terus merangsek hingga hilang dalam kegilaannya)

Penyair:
Sekian. Manifesto Orgil.

Jakarta - Jombang, Maret 2014

Catatan;
Puisinolog adalah cara pemanggungan teks puisi (puisi-monolog)
*) Cucuk Espe; Pimpinan Teater Kopi Hitam Indonesia.

www.bandarnaskah.com

Anda mungkin juga menyukai