Reklamasi Nunsui

Anda di halaman 1dari 19

REKLAMASI PANTAI NUNSUI

MAKALAH

OLEH :

DALMI YARLIN BISTOLEN


(NIM : 1523714653)

DAYAT S. TASESEB
(NIM : 1523714654)

LAVENIA MEGA QUINITA


(NIM : 1523714662)

NOFA FERINTAN LAU


(NIM : 1523714666)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN IRIGASI DAN PENANGANAN


PANTAI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2019
DAFTAR ISI

COVER DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan
wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang
sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan
pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan,
pertanian/perikanan, pariwisata, dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan
tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan
sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah
baru seperti beberapa hal berikut:
- Erosi pantai, yang merusak kawasan pemukiman dan prasarana kota yang
berupa mundurnya garis pantai. Erosi pantai bisa terjadi secara alami oleh
serangan gelombang atau karena adanya kegiatan manusia seperti penebangan
hutan bakau, pengambilan karang pantai, pembangunan pelabuhan atau
bangunan pantai lainnya, peluasan areal tambak ke arah laut tanpa
memperhatikan wilayah sempadan pantai, dan sebagainya.
- Tanah timbul sebagai akibat endapan pantai dan menyebabkan majunya garis
pantai. Majunya garis pantai, di satu pihak dapat dikatakan menguntukan
karena timbulnya lahan baru, sementara dipihak lain dapat menyebabkan
masalah drainasi perkotaan di daerah pantai.
- Pembelokan atau pendakalan muara sungai yang dapat menyebabkan
tersumbatnya aliran sungai sehingga mengakibatkan banjir di daerah hulu.
- Pencemaran lingkungan akibat limbah dari kawasan industri atau
pemukiman/perkotaan yang dapat merusak ekologi.
- Penurunan tanah atau intrusi air asin pada ekuifer akibat pemompaan air tanah yang
berlebihan.
Perubahan dan kerusakan lingkungan yang terjadi dewasa ini lebih
dikarenakan oleh ulah dan perilaku manusia untuk meningkatkan status social
ekonominya. Upaya peningkatan status tersebut, antara lain dikarenakan faktor
kemiskinan yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf
hidup manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam. Dalam
aktivitas ini sering dilakukan perubahan-perubahan pada ekosistem dan
sumberdaya alam. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya akan memberi
pengaruh pada lingkungan hidup. Di daerah perkotaan persoalan lingkungan yang
paling nampak adalah persoalan yang ditimbulkan oleh penggunaan lahan. Ada
tiga penyebab utama antara lain; (1) faktor meningkatnya pertumbuhan penduduk
baik secara alami (kelahiran) maupun perpindahan penduduk dari desa ke kota
(urbanisasi), (2) faktor pembangunan yang senantiasa mendominasi daerah
perkotaan, (3) faktor keterbatasan lahan perkotaan.
Reklamasi pantai, merupakan salah satu contoh dari upaya manusia untuk
menjawab keterbatasan lahan di perkotaan, sebagaimana yang terjadi di berbagai
daerah pesisir khususnya kota dengan wilayah yang membutuhkan perluasan dan
tidak memungkinkan untuk mengembangkan perluasan wilayah ke daerah
daratan. Kegiatan reklamasi yang dilakukan sepanjang pantai di daerah dekat
kota, yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan sebagian masyarakat beberapa
tahun terakhir cenderung meningkat. Dalam perkembangan selanjutnya kawasan
tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas perkotaan dan permukiman.
Proses reklamasi pantai pada kenyataan dilakukan belum berjalan dengan
baik sehingga dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif seperti semakin
banyaknya material yang hanyut, sehingga terjadi pendangkalan perairan, dan bila
ini terus berlangsung akan mengancam ekosistem pantai.
Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan
menjadi kemutlakan karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan
manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan
pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang membutuhkan
untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang
diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan
pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih wilayah area pelabuhan, reklamasi pantai menjadi kebutuhan
mutlak untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal,
pelabuhan peti-peti kontainer, kantor maskapai perkapalan atau pergudangan dan
sebagainya. Dalam perkembangannya pelabuhan ekspor–impor saat ini menjadi
area yang sangat luas dan berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan,
pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor lebih memilih tempat yang
berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya
transportasi.
Aspek perekonomian yang ingin dicapai dari reklamasi pantai adalah
pemenuhan kebutuhan lahan untuk pemukiman, dikarenakan semakin mahalnya
harga tanah di daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat
menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota metropolitan
dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Fungsi
lain adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk di kota dan menciptakan
wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah
disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di bantaran sungai
maupun sempadan pantai.
Aspek konservasi yang dapat diperoleh bagi wilayah pantai, pada kasus
tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut mengalami abrasi,
akresi sehingga memerlukan pembuatan Groin (pemecah ombak) atau dinding
laut sebagai mana yang dilakukan di beberapa daerah yang terancam abrasi pantai
oleh gelombang laut seperti di daerah Ngebruk Mangkang Kulon Kota Semarang,
Rembang, Tuban dan di berbagai pulau di Indonesia. Reklamasi yang dilakukan
di wilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena
abrasi ke bentuk semula.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas nampak adanya suatu upaya reklamasi


pantai yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah, perusahaan swasta maupun
secara perseorangan dengan berbagai motif yang melatar belakanginya. Namun
secara umum upaya rekalamasi pantai yang dilakukan adalah hampir sama dan
yang membedakan hanya secara teknis pelaksanaannya.
Untuk itu dalam penulisan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
a. Permasalahan apa sajakah yang terjadi pada pantai nunsui .?
b. Bagaimanakah proses reklamasi pantai yang akan dilakukan pada pantai
nunsui serta dampak lingkungan yang ditimbulkannya .?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka dapat ditetapkan tujuan


yang hendak dicapai melalui penulisan ini yaitu :
a. Untuk mengetahui sebab dan akibat yang terjadi pada pantai nunsui..
b. Mengetahui tipe reklamasi yang akan dipakai pada pantai nunsui.
c. Menambah pengetahuan tentang reklamasi pantai serta dampak terhadap
lingkungan fisik, biotik, dan sosial serta perkembangan dan perubahan fungsi
ruang di wilayah kepesisiran.
d. Menjadi masukan bagi para pelaku, perencana dan pengelola reklamasi pantai
agar dalam melaksanakan dapat meminimalkan dampak negatif
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Reklamasi

Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to reclaim yang
artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, disebutkan arti reclaim sebagai
menjadikan tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti kata
reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Ada beberapa
sumber yang mendefinisikan arti dari reklamasi yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005), reklamasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan
cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
2. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 menyebutkan bahwa,
reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah
garis pantai dan atau kontur kedalaman perairan.
3. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan
Bangunan Pengamanannya (2004), reklamasi pantai adalah meningkatkan
sumber daya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat
ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.
4. Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri mempunyai pengertian
yaitu usaha pengembangan daerah yang tidak atau kurang produktif (seperti
rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa pasang surut gambut maupun
pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian, permukiman,
perluasan pelabuhan) dengan jalan menurunkan muka air genangan dengan
membuat kanal – kanal, membuat tanggul/ polder dan memompa air keluar
maupun dengan pengurugan.
5. Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi
(2007) adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang
relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna
dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di
lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau.

Secara umum reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada
suatu daerah perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilator
belakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di
kawasan pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit.
Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan
masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan
rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak
terbantahkan.

2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Reklamasi.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari kegiatan reklamsi diantaranya :

2.2.1. Kelebihan Reklmasi

1. Dapat membantu Suatu negara, kota ataupun daerah-daerah untuk


menyediakan lahan untuk keperluan seperti, penataan daerah suatu pantai,
pengembangan wisata bahari dan lain sebagainya.
2. Dibangunnya fasilitas umum, akomodasi pariwisata pada wilayah reklamasi
dapat menumbuhkan perekonomian.

2.2.2. Kekurangan Reklamasi

1. Akan mengganggu lingkungan sekitar karena adanya galian yang dilakukan


dengan cara pengeprasan bukit maupun pulau-pulau yang tidak mempunyai
penghuni.
2. Akan terjadi perubahan ekosistem pada lingkungan sperti perubahan pada
pola arus erosi pada pada pantai, maka perubahan demikian dapat
membahayakan suatu daerah atau lingkungan karena dapat mengakibatkan
banjir.
2.3. Tujuan dan Manfaat Reklamasi

Tujuan dari adanya reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman


Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (2007) yaitu untuk
menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu
kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat. Kawasan daratan baru tersebut
dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan
pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif,
reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan
terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta
untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu.
Namun menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan dari reklamasi pantai
merupakan salah satu langkah pengembangan kota. Reklamasi diamalkan oleh
negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya
meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin
menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut,
pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga
diperlukan daratan baru.
Menurut Max Wagiu (2011), tujuan dari program reklamasi ditinjau dari
aspek fisik dan lingkungan yaitu:
1. Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut.
2. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk
mendirikan bangunan yang akan difungsikan sebagai benteng perlindungan
garis pantai.

Adapun kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna
lahan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah
tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan memiliki hasil guna. Untuk
pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang
perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti
kontainer, pergudangan dan sebagainya.
Dalam perkembangannya pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area
yang sangat luas dan berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan,
pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor lebih memilih tempat yang
berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya
transportasi. Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman,
semakin mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat
menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota metropolitan
dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Dari
aspek sosial, reklamasi bertujuan mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota
dan meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah
yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di bantaran
sungai maupun sempadan pantai. Aspek lingkungan berupa konservasi wilayah
pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut
mengalami abrasi, akresi ataupun erosi. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini
guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena ketiga permasalahan
tersebut ke bentuk semula.

2.3. Tipe - Tipe Reklamasi

Menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan


Reklamasi Pantai (2007), kawasan reklamasi dibedakan menjadi beberapa tipologi
berdasarkan fungsinya yakni :
1. Kawasan Perumahan dan Permukiman.
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa.
3. Kawasan Industri.
4. Kawasan Pariwisata.
5. Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang
Terbuka Tata Air).
6. Kawasan Pelabuhan Laut / Penyeberangan.
7. Kawasan Pelabuhan Udara.
8. Kawasan Mixed-Use.
9. Kawasan Pendidikan.
Berdasarkan fungsinya, kawasan reklamasi juga dibagi menjadi beberapa
tipologi berdasarkan luasan dan lingkupnya sebagai berikut :
1. Reklamasi Besar yaitu kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan
mempunyai lingkup pemanfaatan ruang yang sangat banyak dan bervariasi.
Contoh : Kawasan reklamasi Jakarta.
2. Reklamasi Sedang merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100 sampai
dengan 500 Ha dan lingkup pemanfaatan ruang yang tidak terlalu banyak ( ±
3 – 6 jenis ). Contoh : Kawasan Reklamasi Manado.
3. Reklamasi Kecil merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil
(dibawah 100 Ha) dan hanya memiliki beberapa variasi pemanfaatan ruang (
hanya 1-3 jenis ruang saja ). Contoh : Kawasan Reklamasi Makasar.

2.4. Daerah Pelaksanaan Reklamasi


Perencanaan Kota (2013) memaparkan pelaksanaan reklamasi pantai
dibedakan menjadi tiga yaitu:

2.4.1 Daerah Reklamasi Yang Menyatu Dengan Garis Pantai Semula.


Kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan daratan baru dan
garis pantai yang baru akan menjadi lebih jauh menjorok ke laut. Penerapan
model ini pada kawasan yang tidak memiliki kawasan dengan penanganan khusus
atau kawasan lindung seperti :

- kawasan permukiman nelayan


- kawasan hutan mangrove
- kawasan hutan pantai
- kawasan perikanan tangkap
- kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi
- kawasan larangan ( rawan bencana )
- kawasan taman laut
Gambar 2.1 Reklamasi yang menyatu dengan garis pantai semula
Sumber : www.perencanaankota.blogspot.com (2013)

2.4.2 Daerah Reklamasi Yang Memiliki Jarak Tertentu Terhadap Garis Pantai .
Model ini memisahkan (meng-“enclave”) daratan dengan kawasan daratan
baru, tujuannya yaitu :
- Menjaga keseimbangan tata air yang ada
- Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai, dll)
- Mencegah terjadinya dampak/ konflik sosial
- Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikanan,
minyak )
- Menghindari kawasan rawan bencana

Gambar 2.2 Reklamasi yang memiliki jarak tertentu terhadap garis pantai .
Sumber : www.perencanaankota.blogspot.com (2013)
2.4.3. Daerah reklamasi gabungan dua bentuk fisik (terpisah dan menyambung
dengan daratan)
Suatu kawasan reklamasi yang menggunakan gabungan dua model
reklamasi. Kawasan reklamasi pada kawasan yang potensial menggunakan teknik
terpisah dengan daratan dan pada bagian yang tidak memiliki potensi khusus
menggunakan teknik menyambung dengan daratan yang lama.

Gambar 2.3 Masterplan kawasan reklamasi Batam menggunakan gabungan dua


reklamasi
Sumber : Laporan Kegiatan Kawasan Pengembangan Kota Batam (2002)

2.5. Sistem Pelaksanaan Reklamasi

Modul Penerapan Tata Pelaksanaan Reklamasi Pantai dan Pedoman


Reklamasi di Wilayah Pesisir (2007) menjelaskan bahwa pelaksanaan reklamasi
dilihat berdasarkan dari sistem yang digunakan. Adapun sistem-sistem tersebut
berupa :
1. Sistem Urugan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai
muka lahan berada di atas muka air laut tinggi (high water level). Sistem ini
berkembang didukung dengan berbagai jenis alat-alat besar seperti alat
penggalian tanah, alat pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat transport,
perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah urug, dan alat perlengkapan
pemadatan tanah. Secara garis besar proses pelaksanaan reklamasi sistem ini
adalah sebagai berikut:
2. Sistem Polder
Sistem ini dilakukan dengan melingkupi suatu lahan basah (genangan)
dengan tanggul yang diusahakan kedap air, lalu menurunkan tinggi muka air
tanah di dalam areal tersebut, mengendalikan tinggi muka air supaya selalu
berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga lahan cukup
kering dan siap dimanfaatkan menjadi lahan untuk pertanian, perindustrian
dan lain-lainnya. Pembangunan tanggul kedap air mengelilingi daerah yang
akan direklamasi

3. Sistem Kombinasi antara Polder dan Urugan


Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem urugan
yaitu setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut
ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan
reklamasi dan 14 muka air laut cukup aman. Penimbunan dimaksudkan untuk
perbaikan tanah karena tanah dasar pantai pada umumnya sangat lunak.

4. Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan
relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya harus
lebih tinggi dari elevasi muka air laut. Wilayah ini bisa berupa daerah rawa
pasang surut ataupun daerah rawa yang tidak dipengaruhi pasang surut.
Dengan membuatkan sistem drainase yang baik beserta pintu-pintu pengatur,
wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan untuk daerah pemukiman dan
pertanian.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Pengamatan

Pantai Nunsui
(Oesapa)

Gambar. 3.1 Peta Lokasi Pantai Nunsui, Oesapa, Kelapa Lima, Kupang, NTT
(Sumber : Google Eartch)

3.2. Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan dilapangan tepatnya pada minggu sore pukul 16 : 00,
ada beberapa titik tertentu yang kami amati kurang lebih sepanjang 100 m
mengalami masalah yang cukup serius yakni :
1. Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi di pantai Oesapa mengakibatkan
mundurnya garis pantai, hal ini mempengaruhi vegetasi yang tumbuh di
sepanjang pesisir pantai Oesapa dan berakibat pada jarak pantai yang semakin
dekat dengan pemukiman.
Dengan demikian dari uraian singkat diatas, kami menilai bahwa wilayah
pantai tersebut terancam akan mengalami kerusakan besar dan berakibat pada
perpindahan penduduk seiring waktu yang terus berjalan jika tidak ada tindakan
serius dari pemerintah untuk menangani kerusakan tersebut. Dalam beberapa
kasus, tindakan yang diambil dan untuk meminimalisir dana maka yang dilakukan
hanyalah membangun bangunan perlindungan pantai yang manfaatnya sebatas
melindungi. Dengan demikian kelompok kami mengharapkan agar dilakukannya
reklamasi pada pantai tersebut dengan harapan dapat membawa dampak baik bagi
masyarakat sekitar dalam hal ini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
sekitar yang dominan mata pencaharian adalah nelayan.
3.3. Tipe Reklamasi

Dari hasil pengamatan dan uraian singkat diatas maka tipe reklami yang
dipakai pada pantai Nunsui tersebut adalah : Reklamasi Kecil yang merupakan
kawasan reklamasi dengan luasan kecil (dibawah 100 Ha). Dan daerah
pelaksanaan reklamasi adalah Daerah reklamasi yang menyatu dengan garis
pantai semula dengan Kawasan daratan lama berhubungan langsung dengan
daratan baru dan garis pantai yang baru akan menjadi lebih jauh menjorok ke
laut.
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Akibat dari terjadinya abrasi secara terus menerus akan berakibat pada
mundurnya garis patai tersebut.
1. Kegiatan reklamasi dapat menimbulkan keuntungan maupun dampak secara
sosial, ekonomi dan lingkungan.
2. Beberapa kasus menunjukkan bahwa implementasi reklamasi seringkali tidak
sesuai dengan perencanaan sehingga mengakibatkan kerusakan secara sosial,
ekonomi maupun lingkungan, sehingga menimbulkan resistensi dari
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Asballah, Raja., 2003, Hubungan Reklamasi Pantai dengan Komponen Perkembangan


Kawasan, Tesis, Program Studi MPKD, Program Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta

Bengen G, Dietriech., 2001, Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut, Sinopsis,
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor

Sunarto, 2000, Kausalitas dan Equilibirium Dinamik sebagai Paradigma Pengelolaan


Ekosistem Pesisir, dalam Prosiding Makalah Penunjang dalan Seminar Nasional
Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-Pulau Kecil dalam Konteks Negara
kepulauan, Badan Penerbit Fak. Geografi UGM, Yogyakarta

www.blog.unila.ac.id. Dampak Reklamasi Pantai Terhadap Kondisi Ekonomi-Sosial


Nelayan Di Teluk Lampung
www.tempointeraktif.com. Menimbang Reklamasi Pantai Donggala, Harian Mercusuar 16
November 2009
www.sinarharapan.co.id. Reklamasi Pantura Jakarta, Berkah atau Bencana?

Anda mungkin juga menyukai