Fisiologi Sistem Sirkulasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI DAN

DARAH
Khansa Nur Aziza1, Khadijah Lathifia Abidah1
1
Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Email: [email protected]

Hasil Percobaan
I. Mikrosirkulasi pada Katak
Tabel 1.Hasil Pengamatan Mikrosirkulasi Mesenterium pada Katak

Ukuran diameter Arah Kecepatan

Masuk ke ++
Arteriol ++
mesenterium

2 arah ( keluar dan +


Kapiler +
masuk mesenterium)

Keluar dari +++


Vena +++
mesenterium

Ket : + Ukuran kecil/ kecepatan lambat


++ Ukuran sedang/kecepatan sedang
+++ Ukuran besar/kecepatan cepat

Gambar 1 . Mesenterium pada katak. (kiri) terdapat pembuluh venula dan arteriol dan
(kanan) kapiler.
Berdasarkan hasil praktikum pada arteri mesentrium katak, darah teramati
mengalir masuk ke dalam organ usus. Usus merupakan organ yang kapiler-kapiler
pada jaringannya terjadi proses sirkulasi sehingga darah masuk ke dalam usus.
Dalam kapiler jaringan usus, terjadi peristiwa pertukaran gas dan nutrisi sehingga
darah di arteri yang berasal dari jantung mengalir dari mesentrium ke usus.
Kapiler mesentrium memiliki arah aliran darah keluar dan masuk organ usus
yang disebabkan adanya aktifitas sfingter pra kapiler pada metarteriol
(percabangan arteriol yang akan bercabang-cabang lagi menjadi kapiler) yang
tidak aktif. Dimana ketika otot beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang
berat, hanya 10 % sfingter prakapiler yang terbuka setiap saat, sehingga darah
hanya mengalir pada 10% otot. Saat konsentrasi zat kimia mulai berubah di
jaringan otot yang dialiri oleh kapiler-kapiler yang tertutup, sfingter pra kapiler
dan arteriol di daerah tersebut melemas, dan membuat darah dapat mengalir.
Penyebab dari pemulihan konsentrasi zat-zat kimia ke tingkat normal adalah
karena peningkatan aliran darah tersebut menghilangkan rangsangan untuk
vasodilatasi, sehingga sfingter prakapiler kembali tertutup dan arteriol kembali ke
tonus semula. Dengan cara ini, aliran darah melalui kapiler sering bersifat
intermitten (sebentar-sebentar) dan cenderung naik turun akibat kerja bersama
arteriol dan sfingter prakapiler. (Sherwood, 1996)
Sementara itu, pada venula mesentrium, aliran darah mengarah keluar usus
disebabkan peristiwa pertukaran gas dan nutrien telah terjadi di kapiler, maka
darah akan keluar dari organ (usus) dan mengalir menuju jantung melewati sistem
vena. Aliran darah pada arteri memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibandingan
kapiler dan venula. Hal ini dibuktikan dengan kecepatan aliran darah dalam
pembuluh-pembuluh yang dipengaruhi olek total luas penampang keseluruhan
pipa yang mengalirkan darah. Ukuran pembuluh kapiler pada arteri sangat kecil
akan tetapi mampu mengalirkan darah ke kapiler dengan jumlah yang banyak
yang menyebabkan diameter total dari pembuluh-pembuluh tersebut sebenarnya
lebih besar dalam hamparan kapiler jika dibandingkan dengan bagian lain dalam
system sirkulasi. Sehingga darah akan mengalir lebih lambat ketika memasuki
arteri dan mengalir paling lambat dalam hamparan kapiler. Ketika darah
meninggalkan hamparan kapiler dan lewat masuk ke vena, kecepatannya
meningkat kembali, sebagai hasil pengurangan total luas penampang. (Campbell,
2003).
Dalam pengamatan diameter, adanya perbedaan struktural pada dinding
arteri dan vena menyebabkan lumen arteri berukuran lebih kecil dari vena. Arteri
dan vena, dinding pembuluhnya mempunyai tiga lapisan yang serupa, yaitu
lapisan luarnya merupakan jaringan ikat elastis, lapisan tengahnya merupakan otot
polos dan serat yang lebih elastis, dan yang melapisi bagian dalamnya merupakan
endothelium. Selain itu arteri mempunyai lapisan tengah dan lapisan luar yang
lebih tebal dibandingkan dengan vena.
Arteri memiliki dinding yang lebih tebal untuk menyediakan kekuatan dan
elastisitas yang mengakomodasi aliran darah yang dipompakan secara cepat pada
tekanan tinggi melalui arteri oleh jantung. Sedangkan vena mempunyai lapisan
tengah dan lapisan luar yang lebih tebal dibandingkan dengan arteri. Vena dengan
dinding yang lebih tipis mengirimkan darah kembali ke jantung dengan kecepatan
dan tekanan rendah setelah darah itu melewati hamparan kapiler. Lumen kapiler
diameternya paling kecil diantara ketiga pembuluh. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan struktural pada dinding arteriol, kapiler dan venula. Kapiler tidak
memiliki kedua lapisan luar. Kapiler hanya memiliki dinding pembuluh tipis yang
hanya terdiri atas endothelium dan membrane basal. Struktur tersebut
mempermudah pertukaran zat antara darah dan cairan interstitial yang
menggenangi sel itu.(Campbell, 2003)
Darah yang mengalir di arteriol kaya akan O2. Aorta – arteri – arteriol
merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung dan membawa darahkaya
akan oksigen ke semua jaringan tubuh dalam peredaran sistemik sehingga
menyebabkan warna darah pada pembuluh arteriol menjadi merah muda..
Sementara itu, warna darah pada pembuluh vena merah lebih pekat karena darah
yang mengalir di vena kaya akan CO2. Venula - vena - vena cava merupakan
pembuluh darah yang menuju ke jantung dan membawa darah kaya akan
karbondioksida ke jantung dalam peredaran sistemik. Dan warna darah pada
pembuluh arteriol merah. Hal ini dikarenakan darah yang mengalir di kapiler kaya
akan O2 yang berasal dari pembuluh darah arteri.

II. Konsentrasi Sel Darah

Konsentrasi NaCl Preparat Darah Katak

0.4% ++

0.7% +++

0.9% ++++

1% +++++

Gambar 2 . Keadaan Preparat Darah Katak yang diberi konsentrasi NaCl yang berbeda-
beda. (Kiri ke kanan, 0.4% , 0.7%, 0.9%, 1%)
Konsentrasi NaCl Preparat Darah Manusia

0.4% +

0.7% ++

0.9% +++

1% ++++

Ket :+ Sangat Menggembung


++ Menggembung
+++ Normal
++++ Mengkerut
+++++ Krenasi

Gambar 3 . Keadaan Preparat Darah Manusia yang diberi konsentrasi NaCl yang
berbeda-beda. (Kiri ke kanan, 0.4% , 0.7%, 0.9%, 1%)

Pada percobaan konsentrasi sel darahdilakukan dengan menggunakan


darah manusiadan darah katak. Kedua sampel darah tersebut, dibuat preparat
dengan masing masing diberi konsentrasi NaCl yang berbeda-beda (0.4, 0.7, 0.9
dan 1 (%)) dengan tujuan mengamati perubahan yang terjadi pada sel darah
manusia dan katak jika diberi konsentrasi NaCl yang berbeda.
Berdasarkan teori, konsentrasiprotoplasma sel darah merah manusia
adalah0,89%, sedangkan konsentrasi sel darah merahkatak adalah sekitar 0,69%.
Keadaan seperti ituakan mempengaruhi pengaturan metabolisme air dan mineral
pada organisme tersebut. Berkaitandengan tekanan osmotik sel, terdapat peristiwa
yang disebut dengan hemolisa osmotik yang terjadikarena adanya perbedaan yang
besar antaratekanan osmotik cairan di dalam sel darah merahdengan cairan yang
berada di sekeliling sel darahmerah (Wulangi, 1993).
Larutan di luar sel yang mempunyai tekanan osmotik lebih kecil daripada
tekanan osmotik di dalam sel darah merahdisebut hipotonis, akibatnya sel menjadi
mengembang atau plasmolisis dan membran sel dapat pecah atau terjadi hemolisa
sempurna. Bila larutan di luar sel yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar
daripada tekanan osmotik didalam sel darah merah disebut hipertonis,akibatnya
sel darah merah menjadi mengkerut danmengalami krenasi (Wulangi, 1993).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwakeadaan sel darah merah berbeda-
beda padamasing-masing konsentrasi NaCl.Pada sel darah manusia, dengan
konsentrasiNaCl 0,9%, sel darah merah normal atau tidakterjadi perubahan karena
konsentrasi pada seldarah merah (0,89%) hampir sama dengankonsentrasi larutan
NaCl (0,9%). Kondisi seperti inidisebut isotonis, dimana tidak terjadi
perbedaangradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun diluar sel. Oleh karena
itu, larutan NaCl 0,9% disebutsebagai larutan fisiologis. Sedangkan
padakonsentrasi NaCl 0,7% sel darah merahmenggembung, konsentrasi NaCl
0,4% sel darahmerah lebih menggembung. Pada konsentrasi NaCl 1 %
mempunyaitekanan osmotik yang lebih tinggi dibandingkandengan tekanan
osmotik darah sehingga dikatakanhipertonik. Pada kondisi ini air dari dalam sel
akankeluar menembus membran sel dan akibatnya selakan mengkerut atau krenasi.
Keluarnya air inidisebabkan karena perbedaan gradien konsentrasizat terlarut di
dalam sel dan di luar sel.
Pada sel darah katak, dengan konsentrasiNaCl 0,7%, sel darah merah normal
atau tidakterjadi perubahan karena konsentrasi pada seldarah merah (0,69%)
hampir sama dengankonsentrasi larutan NaCl (0,7%) atau dalam keadaan isotonis.
Sedangkan padakonsentrasi NaCl 0,9% sel darah merahmengerut, dan konsentrasi
NaCl 1% sel darahmerah lebih mengerut. Pada konsentrasi NaCl 0,4 %
mempunyaitekanan osmotik yang lebih rendah dibandingkandengan tekanan
osmotik darah sehingga dikatakanhipotonik. Pada kondisi ini air dari luar sel
akanmasuk menembus membran sel dan akibatnya selakan menggembung
diakibatkan perbedaan gradient konsentrasi.

III. Struktur Sel Darah pada Katak dan Manusia

Sel Darah Katak Sel Darah Manusia

Turk Leukosit terlihat lebih Leukosit memiliki


besar dibandingkan pada granula
manusia, dan memiliki
granula

BTB Eritrosit berbentuk


Eritrosit berbentuk oval
bikonkaf tanpa adanya
dengan inti di tengah sel
inti

Pada pengamatan struktur sel darah digunakan dua sumber yaitu darah
manusia dan darah katak.Tujuannya untuk membandingkan mengetahui
perbedaan struktur sel darah manusiadan katak.Digunakan 2 reagen yaitu Brom
Timol Biru (BTB) dan Turk.Larutan BTB berfungsi untuk membantu dalam
mengamati bentuk eritrosit pada katak dan manusia.Sedangkan larutan Turk
berfungsi untuk membantu dalam mengamati bentuk leukosit pada katak dan
manusia.
Darah Manusia
Pada kaca objek, diteteskan dua tetes darah praktikan, ditempatkan di sisi
kiri dan kanan yang kemudian di ulas.Setelahnya, ditetesi BTB dan sisi yang
satunya ditetesi Turk. Dengan ditambahkannya BTB yang terlihat dari preparat
adalah sel eritrosit, dan untuk Turk, yang terlihat adalah sel leukosit.
Sel Eritrosit yang terlihat pada preparat berupa sel yang berukuran kecil,
tak berinti dan memiliki bentuk bikonkaf. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Junqueira (2007), dimana eritrosit pada manusia merupakan
cakram bikonkaf yang tidak memiliki inti, dipenuhi oleh protein hemoglobin
pembawa O2, pada awal pembentukannya, eritrosit manusia memiliki inti, tapi
inti tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi
dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin.Selain itu,
bentukbikonkaf pada eritrosit manusia bertujuan untukmeningkatkan luas
permukaan untuk difusi gas(Miller, 2001).
Sel Leukosit yang terlihat dari pengamatan dibawah mikroskop memiliki
bentuk yang lebih besar jika dibandingkan dengan Eritrosit, dan beberapa sel ada
yang bergranula dan memiliki lobus. Leukosit terdiri dari dua golongan utama,
yaitu agranular dan granular.Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang
tampak homogen, dan intinyaberbentuk bulat atau berbentuk ginjal.Leukosit
granular mengandung granulaspesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair) dalamsitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan
banyak variasidalam bentuknya (Junquiera, 2007).Namun kami tidak dapat
melakukan pengelompokan jenis leukositnya, dikarenakan waktu yang terbatas.

Darah Katak
Sel Eritrosit yang terlihat dibawah mikroskop memiliki bentuk oval,
berukuran kecil, memiliki inti berukuran besar yang terletak di tengah sel.
Eritrosit katak yang berinti sel dikarenakan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan
oleh katak dapat diikat tidak hanya melalui pengikatan oleh sel darah merah
namun oksigen dapat berdifusi melalui kulit katak tersebut. Juga karena dengan
adanya inti dan organel lainnya, eritrosit dewasa mengandung DNA dan dapat
mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit bisa membelah atau memperbaiki
diri mereka sendiri (Junqueira, 2007).
Sel Leukosit yang terlihat dibawah mikroskop, ada beragam bentuk. Ada
yang memiliki sel yang bergranula, dan juga ada yang intinya berlobus-
lobus.Ukurannya lebih besar dari sel darah merah.Namun kami tidak dapat
melakukan pengelompokan jenis leukositnya, dikarenakan waktu yang terbatas.
Menurut Junqueira 2007, Eosinofil adalah leukosit yang termasuk kedalam
leukosit bergranula yang jumlah intinya 2 buah dan berfungsinya untuk
membunuh bibit penyakit.Basofil adalah leukosit bergranula Intinya terbagi dalam
lobuli yang tak teratur dan sering terhalangi granul-granul spesifik di atasnya,
fungsinya untuk meningkatkan reaksi peradangan, anti alergi, dan perpindahan
leukosit lain.
Gambar 4 . Keadaan Preparat Ulas Darah Katak (kiri) dan Manusia (kanan) yang diberi
larutan BTB guna memvisualisasi sel Eritrosit

Gambar 5 . Keadaan Preparat Ulas Darah Katak (kiri) dan Manusia (kanan) yang diberi
larutan Turk guna memvisualisasi sel Leukosit

Kristal Hemin
Dalam percobaan melihat kristal hemin dan kristal fibrin pada sel darah,
praktikan menggunakan sampel darah segar katak dan larutan yang digunakan
diantaranya KCl yang berfungsi untuk melisiskan membran sel darah, asam asetat
untuk memisahkan hemin dan globin, dan KI yang berfungsi untuk memberi
pewarnaan pada hemin sehingga dapat teramati. Mula-mula preparat terlebih
dahulu dipanaskan agar protein globin pada hemoglobin terdenaturasi, sehingga
yang tampak hanya kristal heminnya. Biasanya kristal hemin terlihat berbentuk
belah ketupat atau batang berwarna coklat (Rustyadi, 2009). Akan tetapi pada
praktikum ini tidak ditemukan adanya hemin.
Hemin adalah gugus klorida heme dengan Fe2+ yang telah menjadi Fe3+,
sehingga hemin merupakan suatu gugus nitrogenosa nonprotein yang
mengandung besi (atau biasa dikenal sebagai gugus heme) (Sherwood, 2001).
Hemin disintesis dalam sebuah unit pada tahapan kompleks yang melibatkan
beberapa enzim pada mitokondria dan sitosol.
Gambar 6. Reaksi Pembentukan Kristal Hemin

Dalam pembentukannya hemin pada tahap pertama terjadi di mitokondria,


dengan kondensasi suksinil CoA dan glisin oleh ALA sintase sehingga terbentuk
5-aminolevulic acid (ALA). Molekul ini kemudian ditrasnportasikan ke sitosol di
mana akan terjadi serangkaian reaksi yang memproduksi struktur cincin yang
disebut coproporphyrinogen III. Molekul ini kembali ke mitokondria sebagai
reaksi tambahan memproduksi protoporhyrin IX. Enzim Ferrochelatase
menginisiasi besi (Fe) ke dalam struktur cincin protoporphyrin IX untuk
memproduksi hemin.

Gambar. Tahap Pembentukan Hemin

Fibrinogen
Pengamatan ini menggunakan darah manusia yang diteteskan di atas kaca
objek dan ditunggu selama beberapa waktu sampai darah membeku. Hal ini
bertujuan agar fibrin dapat diamati di bawah mikroskop karena fibrin merupakan
protein non-globular yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Untuk
mempermudah pengamatan, diteteskan zat warna yaitu metil violet.
Akan tetapi, dalam pengamatan tidak dapat ditemukan dengan jelas letak
fibrin. Fibrin terbentuk ketika pembuluh darah sobek, prosesnya kompleks dan
melibatkan banyak reaksi kimia yang disebut clotting factors. Peristiwa utama
yang terjadi pada pembentukan bekuan darah adalah perubahan protein plasma
yang larut fibrinogen (factor I) menjadi protein plasma yang tidak larut, fibrin.
Protrombin (faktor II) adalah alfa globulin yang terus menerus diproduksi oleh
hati dan merupakan komponen normal dari plasma. Dengan adanya ion kalsium,
aktivator protrombin mengubah protrombin menjadi thrombin (faktor IIa).
Thrombin, mengkatalisis reaksi yang memotong-motong fibrinogen (faktor I).
Fragmen fibrinogen bergabung dan membentuk benang-benang fibrin yang
panjang. Fibrinogen adalah protein plasma yang larut, tetapi fibrin tidak.
Thrombin juga mengaktivasi faktor XIII yang memperkuat dan menstabilkan
benang fibrin (Shier, 2010).
Pada proses pembekuan darah, fibrinogen diubah menjadi fibrin.
Fibrinogen adalah suatu protein plasma yang larut dalam plasma, diproduksi oleh
hati secara normal dan selalu ada dalam plasma. Fibrin merupakan suatu molekul
berbentuk benang dan tidak larut dalam plasma. Perubahan fibrinogen menjadi
fibrin dikatalisis oleh enzim trombin yang muncul pada pembuluh yang luka.
Molekul fibrin melekat pada permukaan pembuluh yang rusak, membentuk suatu
saringan seperti jaringan untuk menahan elemen-elemen seluler darah. Masa
hasilnya berupa gumpalan berwarna merah, sebab banyak eritrosit yang
terperangkap. Jaringan fibrin yang asli agak lemah, sebab benang fibrin menyatu
sangat longgar. Oleh sebab itu zat kimia yang mempautkan secra cepat antara
benag yang berdekatan akan menguatkan dan menstabilkan jaringan bekuan.

Gambar 6. Kristal hemin (kiri) dan fibrin (kanan) pada preparat ulas darah manusia

Gambar 7. Fibrin pada sel darah menurut literatur

Kesimpulan
Eritrosit katak berbentuk oval serta memiliki inti, sementara pada manusia
eritrositnya bentuknya bikonkaf dan tidak memiliki inti. Semakin rendah
konsentrasi zat terlarut (NaCl), maka sel darah merah akan mengalami plasmolisis
namun, semakin tinggi konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah merah akan
mengalami krenasi. Pada konsentrasi NaCl 0,9% sel darah merah manusia tidak
mengalami perubahan karena tekanan osmosis larutan NaCl sama dengan tekanan
osmotik sel darah merah (0,89%) artinya tidak terjadi perbedaan gradien
konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel sementara pada katak berada
pada konsentrasi 0,7%. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen warna
merah) pada sel darah merah dan fibrin adalah protein plasma yang berperan
dalam proses pembekuan darah. Peristiwa utama dalam proses pembentukan
bekuan darah adalah perubahan fibrin menjadi benang-benang fibrin yang
berperan dalam menutup luka.

Daftar Pustaka
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G (Rahayu, Trans.). (2003). Biologi
edisi kelima jilid 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Junqueira, Luiz Carlos and José Carneiro. (2007). Histologi Dasar. Jakarta: EGC
Miller, Stephen A. 2001. Zoology, Fifth Edition. McGraw-Hill Companies: New
York.
Rustyadi, Dudut. 2009.Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. FKUI:
Jakarta.
Sherwood, Lauralle. 2001. Fisiologi Manusia, dari Sel Ke Sistem. Terj. Brahm U.
Pendit. EGC: Jakarta.
Shier, David. 2010.Hole’s Human Anatomy and Physiology,Ninth Edition.
McGraw-Hill Companies: New York.
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai