Sap DM
Sap DM
Sap DM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat & Kritis
Disusun Oleh:
Uswatun Hasanah
24.17.1142
KELOMPOK VA
YOGYAKARTA
2018
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
Telah di sahkan “Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus Di Instalasi Care Unit
(ICU) RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo” Guna Memenuhi Tugas Stase
Keperawatan Gawat darurat & Kritis Program Pendidikan Profesi Ners STIkes
Surya Global Yogyakarta tahun 2018.
Mahasiswa
Uswatun Hasanah
Mengetahui
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular
(PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global,
regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang
selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh
dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Menurut WHO (2013) sebanyak 80% penderita DM di dunia berasal dari
negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Indonesia menempati
peringkat ke-7 di dunia sebesar 10,0 juta jiwa, dimana peringkat pertama
diduduki oleh China dengan jumlah penderita DM 109,6 juta jiwa (IDF, 2015).
Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi penderita DM
pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2007
(1,1%). Angka kejadian DM di Jawa Tengah sebesar 1,6 % dan menempati
urutan kelima dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik
yang membahayakan apabila tidak diobati. Akibat dari hiperglikemia dapat
terjadi komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan
keadaan hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama berkontribusi terhadap
komplikasi neuropatik. Diabetes mellitus juga berhubungan dengan penigkatan
kejadian penyakit makrovaskular seperti MCI dan stroke (Smeltzer & Bare,
2013). Menurut WHO, penderita diabetes beresiko mengalami kerusakan
mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini akan
memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien.
Upaya pemerintah dalam menangani penyakit DM lebih
memprioritaskan upaya preventif dan promotif, dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, serta dilaksanakan secara integrasi dan menyeluruh antara
pemerintah, masyarakat dan swasta. (Depkes, 2010). Pengelolaan penyakit DM
dikenal dengan empat pilar utama yaitu penyuluhan atau edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik dan intervensi farmakologis.
Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada semua jenis tipe DM
termasuk DM tipe II. Untuk mencapai fokus pengelolaan DM yang optimal
maka perlu adanya keteraturan terhadap keempat pilar utama tersebut
(PERKENI, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan dapat menambah
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit diabetes melitus (DM).
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien dan keluarga mampu :
a. Mengerti dan memahami pengertian diabetes melitus
b. Mengetahui klasifikasi diabetes melitus
c. Mengerti dan memahami penyebab diabetes melitus
d. Memahami tanda dan gejala diabetes melitus
e. Mengetahui tentang komplikasi diabetes melitus
f. Mengetahui penatalaksanaan diabetes melitus
C. Pelaksanaan Kegiatan
a. Metode
Diskusi
Tanya jawab
c. Materi
Terlampir
e. Kegiatan penyuluhan
Pendahuluan
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Menanggapi dan
memberi respon yang
c. Menjelaskan tujuan baik
1 2 menit
pembelajaran c. Menyimak penjelasan
yang diberikan
d. Kontrak waktu d. Mengungkapkan
pengetahuan yang
dimiliki
Penutup
a. Bertanya sebagai bahan a. Menjawab dengan
evaluasi benar
3. b. Menyimpulkan materi 5 menit
yang telah disampaikan b. Mendengarkan dan
c. Mengucapkan salam menyimak
c. Menjawab salam
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Semua peserta hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
d. SAP sudah disiapkan 2 hari sebelum dimulai acara
e. Materi dan media yang akan digunakan sudah disiapkan 2 hari sebelum
dimulai acara
f. Kontrak waktu dengan sasaran sudah dilakukan
2. Evaluasi proses
a. Acara dimulai tepat waktu dan sasaran sesuai target.
b. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan
c. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi hasil
a. Jumlah peserta yang datang 100% hadir dari target yang diharapkan
b. Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% dari peserta mampu:
- Menyebutkan pengertian diabetes mellitus
- Menyebutkan penyebab diabetes melitus
- Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
- Menyebutkan penatalaksanaan diabetes melitus
E. Sumber Bahan
Terlampir
LAMPIRAN MATERI
DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat
(Brunner & Suddart, 2002).
D. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas.
Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di
dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans
dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat
E. Tanda dan gejala
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang
berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan
berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba–tiba pada usia
anak–anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak
memproduksi insulin dengan baik. Gejala–gejalanya antara lain adalah
sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun,
kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang,
meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni, cenderung terjadi pada
mereka yang berusia dibawah 20 tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan–lahan
sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya
seperti gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan
tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan
haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah
sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia
diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan
anak–anak dan remaja.
Gejala–gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai
keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine
sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut
adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan
kabur, luka yang lama sembuh, kaki terasa keras, infeksi jamur pada saluran
reproduksi wanita, impotensi pada pria.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar
gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan
makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah
makan serta pada waktu tidur.
a) Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b) Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c) Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2. Tes Toleransi Glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb
minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
5. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah
untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi
vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM
yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan
kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
- Sulfonaria
Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
- Biguanid
Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan program diet dan obat
(Smeltzer and Bare,1996 Price and Wilson, 1992 )
H. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001).
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
b) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah
tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 :
1262)
c) Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
(Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati
Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar
glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah
dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui
disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan
karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : !6)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain dalam sintesa atau
fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai
dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku
yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan
kalus, demikian juga pada daerah–daerah yang tekena trauma
(Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17).
DAFTAR PUSTAKA
Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.