Tugas Akhir Revisi Sidang
Tugas Akhir Revisi Sidang
Tugas Akhir Revisi Sidang
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Tugas Akhir ini merupakan salah satu kegiatan yang harus dipenuhi oleh
masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
1. Bapak Dr. Ir. Asep Dedi Sutrisno, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang
2. Ibu Dr. Ir. Hasnely, M.SIE selaku pembimbing pendamping yang telah
i
ii
3. Bapak Ir. Willy Pranata Widjadja., M.si, Ph.D selaku penguji yang telah
ini.
4. Ibunda tercinta (Enny Suarni) dan bapak terhormat (Toha Muslim), beserta
dukungan baik secara materi maupun mental dan doa yang tiada henti.
bantuannya.
tugas akhir.
Tugas Akhir, terutama kepada para DPH (Dewan Pengurus Harian) dan para
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu - persatu yang telah
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan umumnya bagi
semua pihak yang membaca laporan ini. Mohon maaf, apabila terdapat kata-kata
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI .............................................................................................................. x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
iv
v
LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Bekas ......................................................................................................... 43
11. Hasil Analisis Bilangan Asam Pedagang Ayam Goreng Tepung .............. 90
17. Hasil Analisis Uji TBA Di Pedagang Ayam Goreng Tepung .................. 114
vi
vii
Gambar Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
ix
INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu minyak goreng
bekas saat ini yang terjadi di pedagang – pedagang jalanan kota Bandung. Penelitian
ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan minyak goreng bekas dan dapat
digunakan sebagai penelitian tahap awal mengenai pemanfaatan minyak goreng
bekas yang ada di pedagang – pedagang jalanan di kota Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sampling purposive,
analisis kuantitatif pada minyak goreng berupa analisis kadar air dengan metode
oven, bilangan asam dan asam lemak bebas dengan metode titrasi asam basa, angka
peroksida menggunakan titrasi Na2S2O3, uji TBA dan kekeruhan menggunakan
spektrofotometri, dan titik asap minyak dipanaskan hingga terbentuk asap putih.
Hasil keseluruhan analisis kuantitatif minyak goreng bekas menunjukkan
bahwa kadar air berkisar antara 0,36 % hingga 0,85 %. Bilangan asam berkisar
antara 2,12 hingga 5,01 mgKOH / gl, asam lemak bebas berkisar antara 0,97 %
hingga 2,29 %. Angka peroksida berkisar antara 4,37 hingga 28,39 mekO2/Kg. Uji
TBA berkisar antara 0,66 hingga 2,15 mg malonaldehid / Kg minyak. Kekeruhan
pada minyak goreng absorbansi berkisar antara 0,143 - 0,809. Titik asap berkisar
antara 159,1 oC - 177,2 oC.
x
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the quality of used frying oil is
currently happening in streets vendor of Bandung. This research was carried out
the hope providing information to the public about effects of the use waste frying
oil and can be used as an early stage research on the utilization of waste frying oil
in street vendors in the city.
The research method used is purposive sampling method, quantitative
analysis frying oil in the form of water content analysis with oven method, acid
number and free fatty acid with acid base titration method, peroxide number using
Na2S2O3 titration, TBA test and turbidity using spectrophotometry, and smoke point
frying oil is heated to form white smoke.
The overall results of the analysis show that the waste cooking oil water
content ranged from 0.36% to 0.85%. The acid number ranged from 2.12 to 5.01
mgKOH / gl, free fatty acids ranged from 0.97 % to 2.29 %. The peroxide values
ranged from 4.37 to 28.39 MekO2 / Kg. TBA test ranged from 0.66 to 2.15 mg
malonaldehyde / kg of oil. Turbidity in cooking oil absorbance ranges from 0.143
to 0.809. Smoke point range between 159.1 °C - 177.2 °C
xi
I PENDAHULUAN
Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,
dunia. Menurut badan pusat statistik produksi minyak sawit tahun 2010 mencapai
14,0 juta ton, tahun 2011 mencapai 15,1 juta ton, tahun 2012 mencapai 16,8 juta
ton, dan tahun 2013 mencapai 17,3 juta ton. Minyak merupakan salah satu sumber
berguna bagi tubuh dan sumber kalori yang efisien yaitu 9 kkal per gram.
Disamping digunakan sebagai bahan baku dalam industri – industri seperti industri
sabun, lilin, margarin, minyak rambut, pelumas, obat – obatan, dan kosmetik
adalah minyak goreng. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan
dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak selain memberikan nilai kalori
paling besar diantara zat gizi lainnya juga dapat memberikan rasa gurih, tekstur dan
penampakan bahan pangan menjadi lebih menarik, serta permukaan yang kering
Minyak kelapa sawit atau biasa disebut minyak goreng sawit merupakan
Kebutuhan minyak untuk kerperluan rumah tangga dan industri pangan maupun
1
2
non pangan semakin meningkat, sehingga ketersediaan minyak di pasar kadang kala
minyak goreng sering berulang kali, dan minyak goreng nabati yang digunakan
makananan dengan harga yang relatif terjangkau sehingga tidak sedikit para
dalam biaya produksi. Penggunaan minyak goreng berulang ini dapat berakibat
buruk bagi kesehatan jika di komsumsi secara jangka panjang. Muchtadi (2008)
mengemukakan minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang sudah terlalu lama
patogen, juga membahayakan tubuh karena dapat merusak sel – sel jaringan di
sekitarnya. Radikal bebas selain dapat merusak membran sel, dan kemudian
merusak komponen sel termasuk inti sel dan DNA dan berakibat matinya sel. Selain
matinnya sel, dekstruksi tersebut juga meninggalkan berbagai macam hasil sisa
yang tidak dapat dibuang oleh tubuh. Akumulasi hasil sisa tersebut dapat
Bandung merupakan ibu kota provinsi Jawa Barat dimana kota ini dihuni
sekitar 2,4 juta jiwa. Masyarakat di kota Bandung memiliki mobilitas yang tinggi
3
keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasa yang
minyak menurun. Menurut Djatmiko, dan Enni (2000) di dalam Chalid dkk (2008),
minyak yang gelap, indeks bias, bilangan asam, bilangan iod, senyawa polimer, dan
tentukan dari titik asapnya dan pemakaian minyak goreng secara berulang dengan
suhu panas yang tinggi akan mengalami perubahan sifat fisikokimia seperti warna,
Kualitas minyak ditentukan dari kadar air. Tingginya kadar air akan
menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan yaitu minyak akan menjadi cepat
mutu minyak goreng dapat di tentukan dari titik asapnya. Minyak dan lemak apabila
terjadi kontak antara oksigen akan terjadi reaksi oksidasi yang akan mengakibatkan
bau tengik. Sudarmadji dkk (1997), mengatakan bahwa lemak yang tengik
makanan (Winarno, 1997). Hal ini mengakibatkan banyak makanan yang digoreng
semakin meningkat. Tidak ada yang menjamin pedagang – pedagang jalanan yang
ada di kota Bandung saat ini menggoreng makanannya dengan cara yang benar,
sehingga perlu dilihat kulitas minyak goreng yang digunakan oleh para pedagang.
goreng bekas. Chalid dkk (2008), melakukan penelitian mengenai minyak goreng
dianalisa adalah pedagang mie goreng telur, bakso goreng, batagor, mpek – empek
dan terigu goreng. Fauziah dkk (2013), melakukan penelitian minyak goreng bekas
analisa adalah pedangan gorengan yang ada di lingkungan kampus. Ayu dan
Tampang, Pekanbaru, Riau sampel yang dianalisa adalah para pedagang makanan
Bagi masyarakat di kota besar makanan jalanan sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Salah satu sumber radikal berasal dari
(2008). Oleh karenanya pada penelitian ini akan mempelajari kualitas minyak
berdasarkan parameter asam lemak bebas, bilangan asam, angka peroksida, kadar
air, kekeruhan dan titik asap pada minyak goreng yang digunakan.
5
karena domisili peneliti di kota Bandung, selain itu juga kota Bandung merupakan
pusat kuliner dan aneka jajanan sehingga banyak para pedagang yang menggunakan
1. Apakah kandungan asam lemak bebas dan bilangan asam pada minyak goreng
2. Apakah kandungan angka peroksida, aldehid, dan, kadar air pada minyak
3. Apakah titik asap pada minyak goreng bekas masih memenuhi standar atau
tidak ?
4. Apakah warna pada minyak goreng bekas terjadi kekeruhan atau tidak?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu minyak goreng
bekas saat ini yang terjadi di pedagang – pedagang jalanan kota Bandung.
Minyak yang dipanaskan pada suhu tinggi, ikatan rangkapnya akan menjadi
jenuh. Penggunaan yang lama dan berkali – kali dapat menyebabkan ikatan rangkap
teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Selain itu asam
lemak tidak jenuh akan rusak sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Resiko
terhadap meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi, dan vitamin
yang larut di dalamnya seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak. Sehingga fungsi
nutrisi dan minyak goreng menjadi jah menurun, bahkan berpengaruh negatif
Karena dapat berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih,
menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan. Tetapi pemanasan minyak
secara berulang-ulang pada suhu tinggi dan waktu yang cukup lama, akan
radikal bebas yang merugikan kesehatan. Terdapat beberapa sumber radikal bebas
antara lain adalah sumber internal yang meliputi superoksida dari hasil reduksi O2
pada saat sel mengalami fagositosis, hiskemia atau reaksi fenton. Radikal bebas
juga dapat dihasilkan dari sumber eksternal seperti yang berasal dari makanan yang
polutan udara. (Halliwell dan Gutteridge, 1989 dalam Suwandi, T., 2012).
dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Pada lemak dan minyak dikenal
7
ada dua tipe kerusakan yang utama, yaitu ketengikan dan hidrolisis. Ketengikan
terjadi bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap terbentuk sebagai akibat
kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponen komponen
ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tidak dinginkan dalam lemak dan minyak
inframerah dan kemometrika pada penentuan bilangan asam dan bilangan iodium
minyak goreng curah menunjukkan bahwa semakin lama waktu penggorengan pada
kenaikan bilangan asam yang disebabkan oleh kenaikan suhu dan waktu
penggorengan.
mempelajari pengaruh suhu dan jenis bahan pangan terhadap stabilitas minyak
digunakan dalam proses penggorengan sejumlah besar akan dipanaskan pada suhu
mencapai 162-196 oC dengan kondisi bahan pangan yang terendam dan digunakan
secara kontinu akan menghasilkan asam lemak bebas pada minyak goreng tersebut.
Menurut Fauziah dkk (2013), pada analisis kadar asam lemak bebas dalam
Menurut Chalid dkk (2008), analisa radikal bebas pada minyak goreng
pedagang gorengan kaki lima menunjukkan bahwa semakin lama dan tinggi suhu
penggorengan maka pecahan asam lemak bebas semakin menumpuk akibat proses
hidrolisis.
angka peroksida dan asam asam lemak bebas pada minyak kedelai menunjukkan
bahwa penggunaan minyak kedelai berulang terjadi kenaikan asam lemak bebas
semakin lama penggorengan semakin tinggi kandungan asam lemak bebas yang
aplikasi adsorben terhadap kualitas minyak dan tingkat penyerapan minyak pada
yang berulang.
kedelai yang dipanaskan pada suhu 170 oC selama 30 menit memiliki nilai TBA
angka peroksida pada minyak goreng bekas hasil pemurnian dengan karbon aktif
dari biji kelor menunjukkan bahwa kenaikan kandungan TBA pada minyak goreng
bekas diakibatkan proses pemanasan minyak pada suhu tinggi dan proses oksidasi
kentang dengan oven microwave terhadap karakteristik fisik dan kimia minyak
kelapa sawit menyatakan bahwa kenaikan nilai TBA berbanding lurus dengan
dan angka peroksida pada minyak goreng bekas hasil pemurnian dengan karbon
aktif dari biji kelor menunjukkan bahwa adanya kenaikan kadar air yang terjadi
asam lemak bebas dalam gorengan dan minyak bekas hasil penggorengan
kadar air tersebut dapat mempercepat proses hidrolisis. Hidrolisis minyak ini
menghasilkan asam-asam lemak bebas yang mempengaruhi cita rasa dan bau dari
bahan itu. Oleh karena itu, minyak goreng bekas mempunyai rerata kadar air yang
dan minyak goreng curah pada penggorengan kerupuk jalin menyatakan bahwa
semakin lama penggorengan semakin besar penurunan titik asap baik pada minyak
adsorbents on purification of used sunflower seed oil utilized for frying dalam
Yuliana dkk (2005), menyatakan bahwa warna minyak merupakan salah satu indeks
Menurut Miyagi dkk (2001) dalam Yuliana dkk (2005), pada feasibility
recycling used frying oil using membrane process panjang absorbansi yang
digunakan untuk penentuan indeks warna pada minyak digunakan absorban dengan
(2005), pada penggunaan absorben untuk mengurangi kadar free fatty acid,
peroxida value, dan warna minyak goreng bekas menyatakan bahwa penentuan
jalanan di kota Bandung sudah tidak layak untuk digunakan dan kandungan asam
lemak bebas, angka peroksida, aldehid (derajat ketengikan), kadar air, titik asap,
yang bertempat di Jl. Setiabudi No. 193. Bandung dan dilaksanakan mulai bulan
April 2016.
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Minyak Dan Lemak, (2) Minyak
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram
minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein
Minyak adalah lemak yang berasal dari tumbuhan yang berupa zat cair dan
mengandung asam lemak tak jenuh (Poedjiadi, 1994). Secara umum, lemak
diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan
padat, sedangkan minyak dalam suhu ruang berbentuk cair. Trigliserida merupakan
kelompok lipid yang yang terdapat paling banyak dalam jaringan hewan dan tanaman.
molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
berbeda-beda) yang membentuk satu molekul gliserol dan tiga molekul air. Reaksi
12
13
Minyak dan lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan sumber energi
yang lebih efektif dibandingkan dengan karboirat dan protein. Satu gram minyak atau
asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat
Minyak dan lemak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang
Minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan
dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi
sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentega putih),
dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaki tekstur dan cita rasa
bahan pangan, seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada pembuatan
kue-kue, dan lain-lain. Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan
pangan seperti daging, telur, susu, alpokat, kacang tanah dan berbagai jenis sayuran
yang mengadung minyak dan lemak yang biasanya termakan bersama makanan
tersebut. Minyak dan lemak tersebut dikenal sebagai minyak tersembunyi (invisible
fat), sedangkan minyak dan lemak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati
dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat)
(Winarno, 1997).
14
dalam lemak atau bahan yang pangan berlemak. Kerusakan lemak dapat disebabkan
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan pangan adalah
usaha untuk mencegah pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan pembungkus, cat,
bahan bakar, atau pencemaran bau yang berasal dari bahan pangan lain yang disimpan
dalam wadah yang sama terutama yang terjadi pada bahan pangan yang berkadar lemak
tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena lemak dapat mengabsorpsi zat
Kerusakan bahan pangan yang berlemak akibat proses absorpsi bau oleh
lemak dapat dihindarkan dengan memisahkan lemak dari bahan – bahan lain yang
dapat mencemari bau. Cara seperti ini sulit untuk diterapkan terutama pada
pengangkutan bahan pangan dengan kapal laut yang biasannya mengangkut lebih
dari 1 macam produk. Cara lain adalah dengan membungkus produk menggunakan
Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan, biasanya
mengandung enzim yang dapat menghidrolisa lemak. Semua enzim yang termasuk
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol namun enzim tersebut inaktif oleh
Indikasi dari aktivitas enzim lipase dalam organ yang mati dapat diketahui
dalam mengukur kenaikan bilangan asam. Sebagai contoh lemak daging ayam yang
15
Minyak nabati hasil ekstraksi dari biji – bijian atau buah yang disimpan
dalam jangka panjang dan terhindar dari proses oksidasi, ternyata mengandung
bilangan asam yang tinggi. Hal ini terutama disebabkan akibat kombinasi kerja
enzim lipase dalam jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh kontaminasi mikroba
(Kataren, 2012).
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral pada konsentrasi sampai 15 persen, belum
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih bebas lebih besar dari 1 persen
jika dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau
bebas. Asam lemak bebas walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa
tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat
menguap, dengna jumlah atom C lebih besar dari 14 (C > 14) (Kataren, 2012).
Asam lemak bebas yang dapat menguap dengan jumlah atom karbon C4,
C6, C8, dan C10 menghasilkan bau tengik dan rasa yang tidak enak dalam bahan
pangan berlemak. Asam lemak ini pada umumnya terdapat dalam lemak susu dan
minyak nabati misalnya minyak inti sawit. Asam lemak bebas juga dapat
mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan besi
(Kataren, 2012).
16
air, senyawa nitrogen, dan garam mineral. Kerusakan lemak oleh mikroorganisme
biasanya terjadi pada lemak yang masih berada dalam jaringan dan dalam bahan
molekul gliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol, selanjutnya asam lemak
bebas ini dioksidasi. Aksi mikroba terhadap gliserol dapat menghasilkan lebih
organik, dan senyawa alifatik lainnya. Mikroba juga dapat memecah rantai asam
lemak bebas menjadi senyawa – senyawa dengan berat molekul lebih rendah dan
selanjutnya dioksidasi menghasilkan gas CO2 dan air. Organisme dalam kondisi
anaerobik pada media mengandung asam lemak akan mengubah asam lemak
oleh aksi oksigen udara terhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya
terjadi jika terdapat air, senyawa nitrogen, dan garam mineral, oksidasi oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan
(Kataren, 2012).
17
spontan adalah asam lemak tidak jenuh dan sejumlah kecil persenyawaan yang
menimbulkan aroma, flavor, warna, dan sejumlah vitamin. Faktor – faktor yang
mempercepat oksidasi dapat menjadi 4 kelas yaitu misal oleh panas dan cahaya,
(Kataren, 2012).
Kerusakan akibat oksidasi bahan pangan berlemak, terdiri dari dua tahap
yaitu tahap pertama disebabkan oleh reaksi lemak dengan oksigen, tahap kedua
merupakan kelanjutan tahap pertama, prosesnya berupa oksidasi dan non oksidasi.
Proses oksidasi ini pada umumnya dapat terjadi pada setiap jenis lemak, misal
lemak babi, mentega putih, minyak goreng, minyak salad, dan bahan pangan yang
dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul. Sebagai contoh
asam linoleat akan teroksidasi lebih mudah dibandingkan asam oleat pada kondisi
yang sama. Proses oksidasi tidak ditentukan oleh besar kecilnya jumlah lemak
dalam bahan pangan sehingga bahan yang mengandung lemak dalam jumlah
oksigen dengan minyak atau lemak, terjadinya reaksi oksidasi ini akan
H H H H H H H H
Energi
R1 – C – C = C – C - R2 R1 – C – C = C – C - R2 + H2
Panas + Sinar
H H * H
Asam Lemak
Radikal Bebas
Tidak Jenuh
H H H H
R1 – C – C = C – C - R2
H H H H O-O* H
Peroksida Aktif
R1 – C – C = C – C - R2 +
H H
H H H H H H H H
R1 – C – C = C – C - R 2 + R1 – C – C = C – C - R2
O - OH H * H
Hidro Peroksida Radikal Bebas
hasil reksi antara lemak tidak jenuh dengan oksigen, sedangkan produk sekunder
terdiri dari persenyawaan alkohol, aldehida, dan asam serta persenyawaan tidak
H H H H H H H H
R1 – C – C = C – C - R2 R1 – C – C = C – C - R2 + OH -
O - OH H O* H
Hidro Peroksida Radikal Alkoksi
O H H H
H H H H
R1 – C – H + R 1 – C – C = – C - R2
R1 – C – C = C – C - R2
* H
O* H
Radikal Alkoksi Aldehid Radikal Bebas
H H H H H H H H OH H H H
R1 – C – C = C – C - R2 + R1 – C – C = C – C - R2 R1 – C – R2 + R1 – C – C = – C - R2
O* H H H * H
Asam Lemak Persenyawaan Radikal Bebas
Radikal Alkoksi
Tidak Jenuh Alkohol
H H H
H H H H H H H O
R1 – C – C = – C - R2
R1 – C – C = C – C - R2 + R1 – C – C = – C - R2 R1 – C – R2
H H
O* H * H Persenyawaan Asam Lemak
Radikal Bebas Keton Tidak Jenuh
Radikal Alkoksi
Timbulnya bau tengik pada minyak dan terjadinya degradasi rasa maupun
aroma disebabkan oleh otooksida radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
Dari reaksi ini akan menghasilkan asam lemak bebas, alkohol, aldehid, dan keton
yang volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak (Winarno, 1997).
Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah buah yang memiliki banyak
manfaat, selain bisa langsung dimakan, juga dapat diolah menjadi produk yang
lebih bermutu dan memiliki nilai jual yang tinggi, yaitu menjadi minyak goreng.
20
Ketaren (2012), mengemukakan bahwa kelapa sawit adalah salah satu tanaman
golongan palm yang menghasilkan minyak. Salah satu industri terbesar di Indonesia
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
dan penambah nilai kalori pangan. Minyak goreng merupakan salah satu kebuthan
pokok manusia sebagai alat pengolah bahan – bahan makanan. Minyak goreng
(Wardani, 2014).
mustard.
21
walnut, biji poppy, biji karet, perilla, tung, linseed, dan candle nut.
a. Biji – bijian palawija : minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed,
c. Biji – bijian dari tanaman tahunan : kelapa, clat, inti sawit, cohume.
yaitu :
Asam lemak jenuh antara lain terdapat pada air susu ibu (asam
laurat). Dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak mudah bereaksi
acids / PUFA).
Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan atom karbon rangkap yang
lahir prematur.
Menurut Kataren (2012), sifat – sifat minyak goreng dibagi ke sifat fisik dan
kimia yaitu :
1. Sifat Fisik
a. Warna
minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain α dan β
23
kemerahan).
Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi warna alamiah,
c. Kelarutan
Minyak yang tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil)
dan minyak sedikit larut dalam alkohol etil eter, karbon disulfida,
tersebut.
g. Sliping Point
Shot melting point yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama
i. Bobot Jenis
o
Biasanya ditentukan pada temperatur 250 C dan juga perlu
2. Sifat Kimia
a. Hidrolisa
Dalam hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
minyak tersebut.
25
b. Oksidasi
c. Hidrogenasi
d. Esterifikasi
Pada proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ada dua fase yang
berbeda, yaitu fase padat dan cair. Jenis yang padat disebut stearin dengan nama
asam lemak yaitu stearat. Sementara bagian dari minyak yang berbentuk cair
disebut olein dan nama asam yaitu asam oleat atau omega 9 (Kukuh, 2010).
minyak fase padat dari cair tadi. Jadi kadar starinnya tidak terbawa dilakukanlah
double fractiantion atau penyaringan dua kali. Jika hanya dilakukan satu kali
Minyak dengan dua kali penyaringan minyak goreng “tidur” tidak akan
terjadi meski disimpan dalam lemari es sekalipun. Minyak goreng yang membeku
atau tidur tidaklah berbahaya dan sama sekali tidak berpengaruh pada kesehatan.
Minyak goreng yang mengalami dua kali penyaringan akan lebih mahal harganya
Laurat CH3(CH2)10COOH - 44
Palmitat CH3(CH2)14COOH 40 – 46 64
Oleat CH3(CH2)7 = CH 39 – 45 14
(CH2)7 COOH
CH3(CH2)4 = CH =
Semua minyak tersusun atas unti – unit asam lemak. Jumlah asam lemak
alami yang telah diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang berbeda. Tidak
adal satupun minyak atau lemak tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu
aman untuk dikomsumsi. Secara umum komponen utama minyak yang sangat
menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya karena asam lemak menentukan
sifat kimia dan stabilitas minyak. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
menimbullkan rasa gatal pada tenggorokan. Akroein terbentuk dari hidrasi gliserol
(Kataren, 2012).
bebasnya. Menurut Winarno (1997), makin tinggi kadar gliserol makin rendah titik
asapnya antara minyak tersebut makin cepat berasap makin tinggi titik asapnya
Selain SNI ada juga penggolongan kelas mutu minyak kelapa berdasarkan
rekomendasi Asia Pacific Coconut Community tahun 2006 adalah sebagai berikut :
29
Refined Oil
Grade II
(Minyak yang sudah dimurnikan)
pangan ada 2 macam yaitu : sistem gangsa (pan frying) dan menggoreng biasa (deep
Frying).
asap lebih rendah, karena suhu pemanasan umumnya lebih rendah dari
suhu pemanasan pada sistem deep frying. Ciri khusus proses gangsa
minyak.
30
mencapai 200 – 205 oC. Sistem menggoreng dalam minyak deep frying
menjadi asam lemak trasn yang dapat menigkatkan kolesterol jahat dan
Minyak goreng bekas atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah
adalah minyak limbah yang berasal dari jenis – jenis minyak goreng seperti
misalnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin, dan sebagainnya. Minyak
goerng bekas adalah minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga pada
umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluan kuliner akan tetapi bila
(Wardani, 2014).
Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkomsumsi
terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein
(Kataren, 2012).
31
CH2 – OH CH = O
Panas
+ H2O
CH – OH C =O
CH2 – OH CH2
Maka minyak goreng yang berulang kali digunakan atau disebut minyak goreng
turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi bau tengik.
Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu
tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan FFA (free
fatty acids) atau asam lemak jenuh. Selain itu minyak goreng ini juga disukai oleh
melalui penelitian yang dilakukan oleh Rukmini (2007), tentang regenerasi minyak
goreng bekas dengan arang sekam menekan kerusakan organ tubuh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tikus wistar yang diberi pakan mengandung
minyak goreng bekas yang sudah tidak layak pakai terjadi kerusakan pada sel hepar
akan terjadi proses degradasi, oksidasi, dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses
tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun
(Rukmini, 2007).
memyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan deep frying karena
selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan secar terus menerus pada suhu
tinggi dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi
pada minyak. Hal ini juga diperjelas melalui penelitian yang dilakukan oleh
Maslahat (2004), tentang pengaruh suhu dan lama proses menggoreng deep frying
terhadap pembentukan asam lemak trans. Asam lemak trans (elaidat) terbentuk
setelah proses menggoreng deep frying setelah ulangan ke 2 dan kadarnya semakin
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan dan Alat penelitian, (2) metode
bekas yang berasal dari pedagang – pedagang jalanan di kota Bandung, TBA (asam
Na2S2O3 (Natrium Thiosulfat), 0,5 mL amilum 1%, HCI 4 N, etanol 95%, Indikator
asam lemak bebas, bilangan asam, aldehid, titik asap, kadar air, dan kekeruhan pada
minyak goreng bekas yaitu : gelas ukur, timbangan analitik, termometer, gelas
dikenal juga sebagai pertimbangan. Purposive sampling atau dikenal juga sebagai
teknik sampling ini didasarkan pada kondisi populasi sangat menyebar dan peneliti
33
34
diambil jikalau teknik penarikan sampel acak (random sampling) tidak bisa
dilakukan dan penarikan sampel secara klaster (claster sampling) juga sulit
dimana sampel diambil dan dipilih secara sengaja oleh peneliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah kecamatan yang ada se kota Bandung yang berjumlah 30
Metode yang akan digunakan dalam analisis minyak goreng yang ada di
pedagang pedagang jalanan kota Bandung adalah penentuan bilangan asam, asam
lemak bebas, bilangan peroksida, titik asap, derajat ketengikan, kadar air, dan
1. Survey Lokasi
Survey ini meliputi pengumpulan data kecamatan dan kelurahan yang ada
di kota Bandung. Tahapan ini meliputi wawancara berupa kuisioner kepada para
sampel yaitu dengan menggunakan rumus Slovin (2000) dalam Sugiyono (2009).
N
n=
N(d2 ) + 1
30
n=
30(0,152 ) + 1
n = 17,91 ⋍ 18 sampel
3. Pengambilan Sampel
diambil dari perhitungan. Pengambilan sampel ini dilakukan secara acak (random)
dipilih secara acak kelurahan dari masing - masing kecamatan yang terpilih untuk
menentukan lokasi pengambilan sampel. Sampel yang diambil adalah berasal dari
pedagang ayam goreng tepung dan pedagang gorengan disetiap kelurahan yang
terpilih.
36
5 Arcamanik Sukamiskin e1
6 Rancasari Manjahlega f1
9 Regol Ancol i1
10 Cicendo Pamoyanan j1
12 Cibiru Cipadung l1
14 Cidadap Cieumbuleit n1
16 Lengkong Malabar p1
17 Batununggal Cibangkong q1
5 Arcamanik Sukamiskin e2
6 Rancasari Manjahlega f2
9 Regol Ancol i2
10 Cicendo Pamoyanan j2
12 Cibiru Cipadung l2
14 Cidadap Cieumbuleit n2
16 Lengkong Malabar p2
17 Batununggal Cibangkong q2
yang akan digunakan seperti KOH 0,1 N, reagen TBA, 0,1 N Na2S2O3 dan Indikator
TBA dibuat dengan cara timbang 0.2883 g TBA dalam 100 ml asam asetat glasial
38
90%. Na2S2O3 0,1 N dibuat dengan melakukan standarisasi terlebih dahulu dengan
kedalam botol kaca tertutup berukuran 150 mL. Dilakukan analisis bilangan asam,
asam lemak bebas, angka peroksida, titik asap, uji ketengikan (aldehid), kadar air,
5. Pengujian Kuantitatif
secara kimia yaitu bilangan asam, asam lemak bebas, bilangan peroksida, derajat
ketengikan (aldehid), dan kadar air sedangkan secara fisik yaitu penentuan titik
asap, dan penentuan kekeruhan pada minyak goreng bekas. Penentuan bilangan
asam dan asam lemak bebas menggunakan metode titrasi menggunakan larutan
titrasi Na2S2O3 0,1 N (AOAC, 1995). Penentuan derajat ketengikan (aldehid) pada
panjang gelombang 528 nm (Sudarmadji, dkk 1997). Penentuan kadar air dengan
Survey Lokasi
Pengambilan Sampel
Analisis Kuantitatif
Asam Titik
Kadar Lemak Bilangan Uji TBA Bila ngan Asap
Kekeruhan
Air Bebas Asam (Aldehid) Peroksida (Smoke
(FFA) Point)
Perhitungan
Data Analisis
Hasil Analisis
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Survey Dan Kuisioner, (2)
Analisis Kuantitatif.
pedagang di setiap kecamatan yang terpilih secara acak (random). Jenis pedagang
Berikut hasil wawancara para pedagang yang menggunakan minyak goreng curah:
40
41
tepung yang menggunakan minyak goreng curah yaitu pada sampel dengan kode
a1, b1, j1, m1, o1, dan r1 sedangkan untuk pedagang ayam goreng tepung yang
telah menggunakan minyak goreng kemasan dengan kode sampel c1, d1, e1, f1, g1,
h1, i1, k1, l1, n1, p1, dan q1. Untuk pedagang gorengan yang menggunakan minyak
goreng curah adalah sampel dengan kode a2, d2, h2, i2, j2, m2 dan o2 sedangkan
untuk pedagang gorengan yang telah menggunakan minyak goreng kemasan adalah
dengan kode sampel b2, c2, e2, f2, g2, k2, l2, n2, p2, dan q2.
36,11 % 63,88 %
minyak goreng kemasan dikarenakan harga minyak goreng kemasan tidak jauh
berbeda dengan minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan lebih baik
Dan Perdagangan (2013), meyatakan bahwa minyak goreng kemasan lebih layak,
lebih higienis, lebih jernih dan lebih sehat dibanding dengan minyak goreng curah.
Dilihat dari segi produksi, distribusinya, tingkat sanitasi dan kebersihan minyak
goreng curah kurang baik dan tidak sebersih minyak goreng kemasan.
minyak goreng bekas dengan minyak baru pada saat proses penggorengannya ini
jalanan di kota Bandung yang mencampurkan minyak goreng bekas (jelantah) pada
proses penggorengannya :
14 Cidadap Cieumbuleit n2 +
15 Gedebage Cisaranten Kidul o2 +
16 Lengkong Malabar p2 -
17 Batununggal Cibangkong q2 +
18 Sumur Bandung Babakan Ciamis r2 +
Keterangan : + (ditambahkan), - (tidak ditambahkan)
jalanan ayam goreng tepung dengan kode sampel a1, b1, c1, d1, f1, h1, i1, l1, m1,
n1, o1, p1, q1, dan r1 positif ditambahkan minyak goreng bekas pada praktik
penggorengannya sedangkan untuk kode sampel e1, g1, j1, dan k1 negatif tidak
pedagang gorengan dengan kode sampel a2, b2, f2, g2, h2, i2, n2, o2, q2, dan r2
untuk sampel c2, d2, e2, j2, l2, m2, dan p2 negatif ditambahkan minyak goreng
jelantah akan menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat sangat tidak stabil dan
akan menghasilkan senyawa aldehida – aldehida dan keton yang bersifat volatill
yang berpotensial bersifat toksik bagi tubuh. Berikut adalah data para pedagang
Kadar air sangat menentukan kualitas dari minyak. Kadar air berperan
dalam proses oksidasi maupun hidrolisis minyak yang akhirnya dapat menyebabkan
konstituen yang keberadaannya dalam minyak sangat tidak diinginkan karena akan
bau tengik pada minyak. Data hasil analisis kadar air dapat dilihat sebagai berikut :
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
goreng yang berasal dari pedagang jalanan baik pedagang ayam goreng tepung
SNI 01 – 3741 – 2013 kadar air yang diperbolehkan dalam minyak sebesar 0,15 %
sedangkan kadar air yang terdapat pada pedagang ayam goreng tepung berkisar
antara 0,38 % hingga 0,85 %, pada pedagang gorengan berkisar antara 0,36 %
hingga 0,82 %.
Terjadinya penambahan kadar air pada minyak goreng ini diakibatkan oleh
berpindahnya massa air dari bahan kedalam minyak. Menurut Sartika (2009),
46
menggantikan air yang menguap pada saat menggoreng. Semakin tebal lapisan
tengah maka semakin banyak minyak yang akan terserap, dan semakin banyak air
yang teruapkan akan menimbulkan kadar air pada minyak semakin bertambah.
Proses penggorengan pada bahan pangan dapat dipelajari dari struktur fisik
bahan pangan tersebut. Makanan yang digoreng secara umum memiliki struktur
yang sama, yaitu lapisan permukaan (outer zone surface), lapisan tengah (outer
zone/crust), dan lapisan dalam (inner zone/core) (Keijbebets dkk, 2001 dalam
Paramitha 2012).
Lapisan Luar
(Outer Zone)
Kerak
(Outer Zone Surface)
Semua bahan pangan goreng mempunyai struktur dasar yang sama, terdiri
dari inner zone (core), outer zone (crust), dan outer zone surface. Inner zone (core)
adalah bagian dari bahan pangan berkadar air tinggi. Sedangkan outer zone (crust)
adalah bagian luar pangan goreng yang mengalami dehidrasi pada waktu proses
digoreng terjadi penguapan air yang akan tergantung pada perbandingan ketebalan
47
crust dan core. Proses penggorengan berlangsung oleh penetrasi panas dari minyak
masuk kedalam bahan pangan. Outer zone surface adalah bagian paling luar dari
bahan pangan goreng yang berwarna clat kekuning – kuningan. Dengan demikian
terbentuk tekstur renyah yang disukai. Warna clat pada outer zone surface
umumnya merupakan hasil reaksi penclatan atau Maillard yang dipengaruhi oleh
sebagai jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak sedangkan asam lemak bebas
menurut SNI 01 – 3555 – 1998 dinyatakan sebagai persen asam lemak yang
bahwa bilangan asam dan asam lemak bebas penentu kualitas minyak atau lemak.
Semakin tinggi angka asam dan asam lemak bebas maka semakin rendah kualitas
minyak atau lemak. Data hasil analisis bilangan asam dan asam lemak bebas dapat
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
2.00
mg KOH / g lemak
1.50
1.00
0.50
0.00
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
Hasil analisa bilangan asam dan asam lemak bebas keseluruhan sampel baik
pedagang ayam goreng dan gorengan sudah tidak memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Menurut SNI 01 – 3741 – 2013 batas maksimal bilangan asam yang
49
menunjukkan bilangan asam pada pedagang ayam goreng tepung berkisar antara
2,12 hingga 4,75 mgKOH / gl dan untuk pedagang gorengan berkisar antara 2,40
hingga 5,01 mgKOH / gl. Untuk analisa asam lemak bebas yang dihitung sebagai
persen asam lemak palmitat berdasarkan SNI 01 – 3741 – 1995 batas maksimal asam
lemak bebas yang diperbolehkan adalah 0,30 % sedangkan berdasarkan hasil analisa
kandungan asam lemak bebas pada pedagang ayam goreng berkisar antara 0,97 hingga
2,17 % dan pada pedangang gorengan berkisar antara 1,10 hingga 2,29 %.
Hasil data analisis menunjukkan bilangan asam dan asam lemak bebas
bilangan asam dan asam lemak bebas diakibatkan oleh rekasi hidrolisis pada
minyak. Menurut Sudarmadji dkk (1997), reaksi hidrolisis ini diakibatkan oleh
asam lemak bebas dan bilangan asam dapat diakibatkan penggunaan minyak goreng
Reaksi hidrolisis akan dihasilkan gliserida dan asam lemak bebas dengan
rantai pendek (C4 - C12). Akibat yang ditimbulkan dari reaksi ini adalah terjadinya
perubahan bau dan rasa dari minyak atau lemak, yaitu timbulnya rasa tengik
(Djatmiko, dan Enni 2000 di dalam Chalid dkk, 2008). Lemak tersebut jika
dihidrolisis menghasilkan tiga molekul asam lemak rantai panjang dan satu molekul
(Ketaren, 2012) :
50
O
CH2 – O – C - R1 CH2 – OH
O
H+
CH – O – C - R2 CH – OH + 3 R – COOH
-
O OH
CH2 – O – C - R3 CH2 – OH
minyak yang panas dan kontak langsung dengan udara. Rantai karbon dalam ikatan
rangkap terputus sehingga asam lemak bebas bertambah. Hidrolisis minyak dan
lemak menghasilkan asam-asam lemak bebas yang dapat mempengaruhi cita rasa dan
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat
Peroksida adalah produk awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil, reaksi ini
dapat berlangsung bila terjadi dengan kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak
(Ketaren, 2012). Data hasil analisis angka peroksida dapat dilihat pada grafik
berikut :
51
25.00
20.00
mEK O2 / kG
15.00
10.00
5.00
0.00
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
pedagang ayam goreng goreng tepung berkisar antara 4,37 hingga 27,30 mekO2/Kg
sedangkan untuk pedagang gorengan angka peroksida berkisar antara 5,46 hingga
28,39 mekO2/Kg. Menurut SNI 01 – 3741 – 2013 angka perosida pada minyak
sampel pedagang ayam goreng tepung hanya 5 sampel yang berada masih di bawah
ambang batas yaitu pada sampel e1, f1, i1, k1, dan n1 sedangkan untuk sampel
pedagang gorengan hanya 2 sampel yang berada dibawah batas ambang yaitu pada
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak atau lemak, terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik.
menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas (Ketaren, 2012).
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang
gabungan lipida dan protein yang disintesis didalam hati. Lemak oleh enzim lipase
akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak rantai pendek hingga
menegah (C < 12) dan gliserol akan masuk langsung ke dalam darah sedangkan
asam lemak rantai panjang (C > 12), mono gliserida, digliserida, akan dibuah
Gliserol akan diubah menjadi dihidroksi aseton – fosfat yang akan masuk
kedalam jalur embden – meyerhof dari metabolisme karbohidrat dan asam – asam
lemak rantai pendek dan menengah akan dimetabolisasi dan dioksidasi melalui jalur
beta oksidasi yang akan menjadi Acetyl – CoA. Acetyl – CoA merupakan bahan
53
bakar yang masuk kedalam siklus krebs untuk dioksidasi menjadi ATP, CO2, dan
dalam darah LDL ini akan menumpuk pada dinding pembuluh darah selama
bertahun – tahun yang akan membentuk plak. Plak ini yang akan berpotensi dan
pembentukan timbunan lemak pada dinding arteri yang dapat menimbulkan plak
hati akan memproduksi HDL (high density lipoprotein) yang masuk kedalam aliran
darah. HDL akan mengangkut kolesterol di dalam darah kembali ke hati guna
berulang-ulang dapat juga mengubah asam lemak menjadi asam lemak trans. Asam
lemak trans dapat trans menyebabkan terjadinya kenaikan LDL dan menurunkan
kadar HDL. LDL merupakan penduga kuat menigkatnya resiko jantung koroner.
54
dekomposisi peroksida (Pomeranz and Clifton, 1994 dalam Mualifah, 2009). Data
hasil analisis uji TBA di pedagang jalanan kota Bandung dapat dilihat pada grafik
berikut :
55
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
semakin besar kadar malonaldehid dalam minyak, maka semakin tinggi nilai TBA.
Jika nilai TBA tinggi, maka kualitas minyak semakin turun atau semakin tinggi
Menurut Rice Evan dkk (1991) dalam Chalid dkk (2008), uji TBA ini secara
tidak langsung dapat menentukan kadar radikal bebas pada oksidasi lipid. Menurut
molekul, atom, atau beberapa grup atom yang mempunyai satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas yang terdapat dalam
56
tubuh dapat berasal dari dalam (endogen) atau dari luar tubuh. Radikal bebas secara
endogen terbentuk sebagai respon normal dari rantai peristiwa biokimia dalam
tubuh sedangkan secara eksogen radikal bebas diperoleh dari berbagai sumber
antara lain polutan, makanan dan minuman, radiasi, ozon, dan pestisida.
bebas yang lain, tetapi radikal bebas tersebut mempunyai waktu paruh yang pendek
Suwandi, T., 2012). Menurut penelitian Adhika dkk (2007), tentang gambaran
anatomi pada hati mencit setelah pemberian minyak kelapa sawit bekas
sel dan inti sel pada gambar anatomi mikroskopik hati mencit.
Kerusakan pada sel ini ditimbulkan akibat radikal bebas yang akan
kanker dan kematian. Oksidasi pada lipid akan menyebabkan terbentuknya MDA
Parameter kualitas minyak salah satunya dapat ditentukan secara fisik. Sifat
fisik minyak meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair, titik didih, titik pelunakan,
slipping point, shot meltingpoint; bobot jenis, viskositas, indeks bias, kekeruhan,
titik asap, titik nyala dan titik api. Standar mutu adalah merupakan hal yang penting
57
untuk menentukan minyak yang bermutu baik. (Sutiah, dkk., 2008). Data hasil
ANALISIS KEKERUHAN
1
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
SAMPEL MINYAK GORENG
minyak goreng ayam goreng tepung didapatkan absorbansi berkisar antara 0,487
hingga 0,988 dan pada sampel minyak pedagang gorengan didapatkan absorbansi
berkisar antara 0,143 hingga 0,809. Menurut Miyagi dkk (2001) dalam Yuliana dkk
senyawa nitrogen (protein) yang terekstrak dari bahan pangan yang digoreng
(daging, ikan, telur, dan lain – lain) membentuk senyawa melanoidin yang
menyebabkan minyak menjadi keruh dan warna gelap pada minyak (Miyagi dkk,
komponen – komponen dalam bahan pangan seperti gula, dan asam amino
memberikan kontribusi terbentu warna gelap pada minyak sehingga minyak terlihat
Kekeruhan pada minyak juga dapat berasal dari pemanasan minyak yang
berlebih dan pengotor pada minyak goreng yang berasal dari debu – debu dalam
makanan yang digoreng atau bahan yang digoreng hancur atau gosong dapat
Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil pada cahaya
matahari, tidak merusak flavor hasil gorengan, sediki gum, menghasilkan tekstur
dan rasa yang bagus, asapnya sedikit setelah digunakan berulang-ulang (Wijana,
2005). Mutu minyak goreng ditentukan pula oleh titik asapnya, yaitu suhu
pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
yang berlebihan, gliserol akan mengalami kerusakan dan kehancuran serta minyak
tersebut segera mengeluarkan asap kebiru - biruan yang sangat mengganggu lapisan
selaput mata (Winarno, 1997). Adanya titik asap menandakan bahwa minyak
goreng curah tersebut mengalami kerusakan fisik. Data hasil analisis titik asap di
175
170
SUHU OC
165
160
155
150
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
bahwa pada sampel pedagang ayam goreng titik asap berada pada suhu berkisar
antara 161,3 oC hingga 177,2 oC dan pada sampel pedagang gorengan titik asap
berada pada suhu berkisar 159,1 oC hingga 175,3 oC. Menurut SNI 01 – 3741 – 1995
titik asap minimal yang diperbolehkan adalah pada suhu 170 oC. Dari sampel
pedagang ayam goreng hanya sampel e1, f1, i1, k1, l1, n1, dan p1 yang hanya
memenuhi kriteria sedangkan dari sampel pedagang gorengan hanya sampel b2, g2,
Penurunan titik asap pada minyak ini disebabkan oleh reaksi hidrolisis pada
gliserol akan terhidrasi sehingga membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein
tersebut. Makin tinggi titik asap, makin tinggi mutu minyak goreng itu. Karena itu
dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu
menyatakan bahwa minyak yang telah teroksidasi karena terkena udara, panas dan
cahaya akan mempunyai titik asap yang lebih rendah. Dengan menggunakan
Bab ini akan menguraikan mengenai (1) Kesimpulan dan (2) Saran
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa kadar air, bilangan asam, dan asam lemak bebas dari
2. Hasil analisa angka peroksida dari keseluruhan sampel uji yang ada
memenuhi syarat yaitu e1, f1, i1, k1, dan n1 sedangkan untuk pedagang
malonaldehid / Kg minyak.
4. Hasil analisa uji kekeruhan pada minyak goreng bekas untuk pedagang
ayam goreng tepung dengan absorbansi berkisar antara 0,487 hingga 0,968
hingga 0,809.
61
62
5. Hasil analisa titik asap pada keseluruhan sampel yang ada menunjukkan
pedagang ayam goreng tepung yang memenuhi syarat yaitu sampel e1, f1, i1,
k1, i1, n1, dan p1 sedangkan untuk pedagang gorengan yang memenuhi syarat
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti uji biologis pada tikus wistar
2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut adanya kandugan asam lemak trans
3. Perlu dilakukan sosialisasi kepada para pedagang jalanan akan bahaya yang
Anwar, R.W., 2012, Pengaruh Suhu Dan Jenis Bahan Pangan Terhadap
Stabilitas Minyak Kelapa Selama Proses Penggorengan, Universitas
Hassanudin : Makassar.
Almatsier, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustakan Utama : Jakarta.
Arman, S., Retno W., Mutolb dan Sumari, 2007, Pengolahan Limbah Minyak
Goreng Limbah Industri Kecil Menggunakan Zeolit Aktif Dengan
Filtrasi Vacum, Jurnal lembaga pengabdian kepada massyarakat
universitas negeri malang : malang.
Aprilio, I., 2010, Artikel Bahaya Minyak Jelantah, Diakses tanggal 7 Juli 2015,
Http://iloaprilio.student.umm.ac.id
Ayu, D., dan Hamzah, F., 2010, Evaluasi Sifat Fisiko Kimia Minyak Goreng Yang
Digunakan Oleh Pedagang Makanan Jajanan di Kecamatan Kota
Pekanbaru, Universitas Riau: Riau.
Budiyanto., Zuki, M., Hutasoit, M., 2008, Ketahanan Minyak Goreng Kemasan
Dan Minyak Goreng Curah Pada Penggorengan Kerupuk Jalin, Fakultas
Pertanian: Universitas Bengkulu.
63
64
Chalid., M. A., dan Jubaedah, I., 2008, Analisa Radikal Bebas Pada Minyak
Goreng Pedagang Gorengan Kaki Lima, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
Cahanar, P. dan Suhanda, I., 2006, Makan Sehat Hidup Sehat, Kompas Media
Utama: Jakarta.
Cherubini, A., Ruggiero, C., Polidori, M.C., Mecocci, P., 2005, Potensial marker
of oxidative stress in str. Free Radic Biol Med.
Dewandari, K.T., 2001, Studi Tingkat Kerusakan Minyak Goreng Bekas dari
Perbedaan Jenis Bahan Pangan yang Digoreng, Universitas Brawijaya :
Malang.
Djatmiko., dan Enni, 2000, Proses Penggorengan dan Pengaruh terhadap Sifat
Fisiko Kimia Minyak dan Lemak, Institut Pertanian Bogor.
Dewi, M. T. I., dan Hidajati, N., 2012, Peningkatan Mutu Minyak Goreng Curah
Menggunakan Adsorben Bentonit Teraktivasi, UNESA Journal of
Chemistry Vol 1.
Eckey, S.W., 1955, Vegetable Fat and Oil. Di dalam Handbook of Food
Agriculture, Reinhold Publishing Corporation : New York.
Fauziah., Sirajudin, S., dan Najamuddin, U., 2013, Analisis Kadar Asam Lemak
Bebas Dalam Gorengan Dan Minyak Bekas Hasil Penggorengan
Makanan Jajanan Di Workshop Unhas, Universitas Hassanudin :
Makasar.
Gunawan, M.A. dan Rahayu, A., 2003, Analisis Pangan: Penentuan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan Variasi
Menggoreng, JSKA Vol VI.
65
Halliwell B, and Gutteridge JMC., 1989, Free Radical in Biology and Medicine,
Oxford University Press. Edition 3.
Kataren, S., 2012, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas
Indonesia – Press : Jakarta.
Keijbebets, B.V. H., Aviko, and Steenderen, 2001, The Manucfature Of Pre Fried
Potato Product, Di dalam :Rossell, J.B. (ed.). Frying : Improving quality.
CRC Press. New York.
Kukuh, 2010, Minyak Goreng Yang Baik, Diakses Tanggal 7 Juli 2015.
Http://www.kompasiana.com
Marsigit, W., 2011, Analisis Penurunan Kualitas Minyak Goreng Curah Selama
Penggorengan Kerupuk Jalin, Universitas Bengkulu.
Maslahat, M., Wahab, M., dan Yusniasti, 2004, Uji Kualitas Fisiko Kimia Minyak
Sawit Setelah Pemanasan Beberapa Kali, J Nusa Kimia Vol 4.
Miyagi, A., Nakajima, M., Nabetani, H., and Subramanian, R. 2001. Feasibility
Recycling Used Frying Oil Using Membrane Process. Journal Lipid
Science and Technology.
Muchtadi, D., 1992, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan, Institut Pertanian Bogor :
Bogor.
Pomeranz, Y dan Clifton, M., 1994, Food Analysis Theory and Practice, AVI Publ,
Comp, Inc. Westport. Connectiart.
Raharjo, S., 2004, Kerusakan Oksidatif pada Makanan, Universitas Gajah Mada :
Yogyakarta.
Rice - Evans, C., Anthony, T.D., 1991, Techniques In Free Radical Research,
Elsevier.
Rukmini, A., 2007, Regenerasi Minyak Goreng Bekas Dengan Arang Sekam
Menekan Kerusakan Organ Tubuh, Universitas Widya Mataram :
Yogyakarta.
Sartika, R, D, S., 2009, Pengaruh Suhu Dan Lama Proses Menggoreng (Deep
Frying) Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans, Universitas
Indonesia : Depok.
Silaban, R., Panggabean F., Sari, E., dan Nurjannah, 2013, Analisis Hubungan
Antar Parameter Mutu Minyak Industri Oleokimia, Universitas Negeri
Medan : Medan.
Slovin, H. U., 200, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen Cetakan Ketiga,
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Soediaoetama, A. D., 2000, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Dian Rakyat
: Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 1998, Cara Uji Lemak Dan Minyak, 01- 3555 – 1998
67
Sudarmadji, S., Haryono., dan Bambang dan Suhardi, 1997, Prosedur Analisis
untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.
Sutiah, K., Firdaus, S., Budi., W.S., 2008, Studi Kualitas Minyak Goreng dengan
parameter Viskositas dan Indeks Bias, Jurusan Fisika FMIPA: Universitas
Dipenogoro.
Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Widayat, S. dan Haryani, 2006, Optimasi Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bekas
Dengan Adsorbent Zeolit Alam, Jurnal Penelitian Teknik Kimia :
Universitas Dipenogoro.
Wijana, S., Hidayat, A., dan Hidayat, N., 2005, Mengolah Minyak Goreng Bekas,
Trubus Agrisana : Surabaya.
Yuliana., Veronica, J, S., Indraswati, N., Dan Guntara, B., 2005, Penggunaan
Absorben Untuk Mengurangi Kadar Free Fatty Acids, Peroxide Value,
dan Warna Minyak Goreng Bekas, Jurnal Program Studi Teknik Kimia
Universitas Widya Mandala : Surabaya.
Yustinah, 2009, Pengaruh Massa Adsorben Chitin pada Penurunan Kadar Asam
Lemak Bebas (FFA), Bilangan Peroksida dan Warna Gelap Minyak
Goreng Bekas, Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia.
LAMPIRAN
3 tetes dan dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N hingga warna merah muda
tetap (tidak berubah selama 15 detik) lakukan duplo. Kenudian hitung bilangan
V x T x 56,1
Bilangan Asam =
m
V xTxM
% FFA =
10 x m
Keterangan :
T = Normalitas KOH
68
69
selanjutnya dititrasi dengan KOH 0,1 N yang akan di standarisasi hingga warnanya
labu destilasi sambil dicuci dengan 47.5 ml aquades. Sebanyak 2.5 ml HCL 4 M
ditambahkan sampai pH 1.5 Lalu masukan batu didih dan pencegah buih dan
TBA. Tabung reaksi ditutup dan dipanaskan 35 menit dalam air mendidih. Blanko
dengan sampel sel berdiameter 1 cm. Pelarut TBA dibuat dengan cara mencampur
0.2883 g TBA dalam 100 ml asam asetat glasial 90%. Pelarutan ini dipercepat
semua bahan terlarut semua. Tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh. Diamkan selama
hilang. Tambahkan 0,5 mL amilum 1% dan lanjutkan titrasi sampai warna biru
(AOAC, 1995)
72
pindahkan kedalam labu ukur 1 liter dan tambahkan 0,3 g Na2CO3 dan encerkan
dengan aquadest sampai tanda batas. Larutan ini kemudian di simpan dan di
ekuilaven 35,67) dan pindahkan kedalam labu erlemeyer 300 mL. Larutkan
penambahan HCI.
Titrasi larutan yodat ini dengan larutan Na2S2O3 (dalam buret) yang akan
distandarisasi sampai warna berubah dari merah bata menjadi kuning pucat.
biru hilang.
𝑔 𝐾𝐼𝑂3
𝑁 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 =
0,03567 𝑥 𝑚𝐿 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
Sampel yang digunakan adalah minyak goreng bekas yang berasal dari
kemudian dimasukan ke dalam gelas beker dan sampel dipanaskan diatas hot plate
(AOAC, 1989).
Sampel yang digunakan adalah sampel minyak bekas yang berasal dari
dengan suhu 105 oC dengan waktu 30 menit, didiamkan diluar selama 5 menit baru
berulang kali hingga berat konstan. Kemudian sampel minyak goreng bekas
ditimbang sebanyak 1 - 2 gram kemudian ditaruh pada kaca arloji yang beratnya
sudah konstan, dan dimasukan ke dalam oven dengan suhu 105 oC selama 2 jam,
m1 = Berat Sampel
6. Penentuan Kekeruhan
sebagai warna kontrolnya adalah warna minyak goreng yang belum digunakan
(Yustinah, 2009).
75
Lokasi :
* Jika minyak goreng kemasan merk apa yang bapa / ibu gunakan :
a. Ya
b. Tidak
3. Dalam sehari berapa literkah yang digunakan bapak / ibu gunakan dalam
menggoreng dagangannya ?
a. 1 Liter
4. Dalam sehari berapa kali bapak / ibu mengganti minyak goreng tersebut :
a. 1 kali
a. Ya
b. Tidak
6. Berapa kali penggorengan, bapak / ibu yang dilakukan dalam satu hari
berjualan :
a. 1 – 5 kali penggorengan
b. 6 – 10 kali penggorengan
c. 10 – 15 kali penggorengan
7. Mernurut bapak / ibu apakah penggunaan minyak goreng yang tidak diganti
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
% Jawaban
No Pertanyaan
A B C D
gunakan :
36,11 63,88
a. Minyak goreng curah
b. Tidak
dagangannya ? 0 100
a. 1 Liter
a. 1 kali
0 0 0 100
b. Lebih dari 1 kali
a. Ya
b. Tidak
a. 1 – 5 kali penggorengan
33,33 16,67 47,22 2,78
b. 6 – 10 kali penggorengan
c. 10 – 15 kali penggorengan
b. Tidak
c. Tidak Tahu
80
Sampel : A1 Perhitungan :
Sampel : B1 Perhitungan :
Sampel : C1 Perhitungan :
Sampel : D1 Perhitungan :
Sampel : E1 Perhitungan :
Sampel : F 1 Perhitungan :
Sampel : G1 Perhitungan :
Sampel : H1 Perhitungan :
Sampel : I1 Perhitungan :
Sampel : J1 Perhitungan :
Sampel : K1 Perhitungan :
Sampel : L1 Perhitungan :
Sampel : M1 Perhitungan :
Sampel : N1 Perhitungan :
Sampel : O1 Perhitungan :
Sampel : P1 Perhitungan :
Sampel : Q1 Perhitungan :
Sampel : R1 Perhitungan :
Sampel : A2 Perhitungan :
Sampel : B2 Perhitungan :
Sampel : C2 Perhitungan :
Sampel : D2 Perhitungan :
Sampel : E2 Perhitungan :
Sampel : F2 Perhitungan :
Sampel : G2 Perhitungan :
Sampel : H2 Perhitungan :
Sampel : I2 Perhitungan :
Sampel : J2 Perhitungan :
Sampel : K2 Perhitungan :
Sampel : L2 Perhitungan :
Sampel : M2 Perhitungan :
Sampel : N2 Perhitungan :
Sampel : O2 Perhitungan :
Sampel : P2 Perhitungan :
Sampel : Q2 Perhitungan :
Sampel : R2 Perhitungan :
Keterangan :
m1 : Berat Sampel
a. Bilangan Asam
Tabel 11. Hasil Analisis Bilangan Asam Pedagang Ayam Goreng Tepung
Kode Sampel Vt Berat Sampel (gr) Angka Asam (mgKOH/g Minyak)
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,83
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,65
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,42
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,12
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,04
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,42
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,85
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,32
92
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,35
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,35
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,25
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,75
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,46
93
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,62
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,16
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,49
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,96
94
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,43
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,14
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,98
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,32
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,42
95
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,32
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,78
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,81
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 5,01
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,58
96
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,58
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,29
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,17
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,54
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 4,20
97
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,40
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 3,36
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,93
98
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,75 %
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,67
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,56
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 0,97
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,39
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,56
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,76
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,06
100
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,98
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,28
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,48
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 2,17
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,12
101
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,65
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,44
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,14
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,35
102
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 2,02
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,89
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,36
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,97
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,56
103
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,97
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,27
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,38
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 2,29
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,18
104
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 2,09
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,96
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,90
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,61
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,92
105
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,10
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,53
(𝑉 𝑥 𝑁) 𝐾𝑂𝐻 𝑥 256
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
= 1,34
106
3. Angka Peroksida
= 21,84
= 20,75
= 14,20
= 4,37
= 8,74
= 20,75
= 24,02
= 6,55
108
= 26,21
= 9,83
= 19,66
= 27,30
= 7,64
109
= 19,66
= 12,01
= 17,47
= 19,66
110
= 19,66
= 15,29
= 13,10
= 14,20
= 25,12
= 10,92
= 10,92
= 28,39
112
= 9,83
= 26,21
= 24,02
= 17,47
= 18,56
113
= 19,66
= 5,46
= 13,10
= 26,21
114
Tabel 17. Hasil Analisis Uji TBA Di Pedagang Ayam Goreng Tepung
Absorban Berat Sampel
Kode Sampel mg manoldehid/Kg Minyak
528 nm (gr)
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,48
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,44
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,15
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3 𝑥 0,248 𝑥 7,8
=
3
D1 0,248 3
= 1,93
115
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,66
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,98
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,26
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,66
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3 𝑥 0,091 𝑥 7,8
=
3
I1 0,091 3
= 0,71
116
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,06
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,81
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,94
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,00
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3 𝑥 0,098 𝑥 7,8
=
3
N1 0,098 3
= 0,76
117
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,01
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,89
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,65
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,20
118
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,04
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,28
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,98
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3 𝑥 0,231 𝑥 7,8
=
3
D2 0,231 3 = 1,80
119
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,97
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,2,09
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,88
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,03
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3 𝑥 0,267 𝑥 7,8
=
3
I2 0,267 3
= 2,08
120
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,72
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,15
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,67
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,49
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3 𝑥 0,145 𝑥 7,8
=
3
N2 0,145 3
= 1,13
121
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,37
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 0,76
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 1,06
3 𝑥 𝐴528 𝑥 7,8
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
R2 0,158 3 3 𝑥 0, 𝑥 7,8
=
3
= 1,23
122
5. Analisis Kekeruhan
A1 0,756 A2 0,609
B1 0,88 B2 0,143
C1 0,521 C2 0,521
D1 0,661 D2 0,464
E1 0,968 E2 0,581
F1 0,843 F2 0,576
G1 0,635 G2 0,73
H1 0,794 H2 0,602
I1 0,487 I2 0,809
J1 0,886 J2 0,183
K1 0,893 K2 0,398
L1 0,946 L2 0,193
M1 0,589 M2 0,432
N1 0,596 N2 0,311
O1 0,988 O2 0,551
P1 0,739 P2 0,766
Q1 0,864 Q2 0,607
R1 0,721 R2 0,573
123
A1 161,7 A2 163,2
B1 163,9 B2 170,1
C1 169,4 C2 169,2
D1 160,8 D2 160,8
E1 177,2 E2 168,7
F1 175,6 F2 162,9
G1 164,3 G2 173,8
H1 164,1 H2 167,2
I1 174,5 I2 159,1
J1 162,1 J2 172,5
K1 170,5 K2 161,8
L1 171,9 L2 163,4
M1 161,3 M2 166,3
N1 172,8 N2 165,2
O1 168,6 O2 164,2
P1 170,3 P2 175,3
Q1 169,2 Q1 164,7
R1 166,5 R1 169,3