Jurnal Publikasi Mixing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Jenis Impeller terhadap Pola Aliran,

Pendispersian Padatan serta Pencampuran Cairan yang


Tidak Saling Melarut dengan dan tanpa Sekat Pada
Peralatan Pencampuran Fluida
Taslim, Adzhani Fajrina B, Desi Berliana Sitompul, Irvan Pranatha Sijabat, Mhd Dedi
Anggreawan, dan Kelvin
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU, Medan, 20155, Indonesia

Abstrak
Di dalam industri, proses pencampuran sangatlah penting, karena banyak proses kimia yang
membutuhkan proses ini, seperti di dalam pembuatan minyak, proses pencampuran material di
dalam polimer dan sebagainya. Tujuan dari percobaan ini adalah mengamati berbagai pola
aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan impeller yang berbeda-beda dan dilengkapi
dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap
kecepatan dispersi padatan di dalam cairan dan mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat
terhadap keefektifan pencampuran cairan yang tidak saling melarut. Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah air (H2O), biji saga (Adenanthera pavonia), minyak
kelapa, pelet plastik, dan pewarna. Peralatan yang dipakai antara lain beaker gelas, peralatan
mixer, propeller, paddle, turbin, anchor dan sekat. Hasil percobaan diperoleh untuk percobaan
pola aliran adalah untuk tangki tanpa sekat diperoleh arah aliran aksial untuk impeller jenis
propeller, sedangkan untuk impeller jenis paddle, turbin, dan anchor diperoleh aliran radial
serta terbentuknya vorteks pada keempat tangki. Untuk tangki bersekat, propeller, anchor,
paddle dan turbin menghasilkan pola aliran radial. Untuk dispersi padatan kedalam cairan dan
pencampuran cairan yang tidak saling melarut diperoleh waktu pencampuran yang semakin
cepat seiring bertambahnya kecepatan pengadukan dan tinggi agitator, sedangkan untuk
penambahan fraksi padatan, waktu yang digunakan akan semakin lama seiring dengan
pertambahan massa.

Kata Kunci: impeller, pencampuran, pola aliran, sekat, vorteks

1. Pendahuluan
Agitasi merupakan gaya yang diberikan pada cairan dengan cara mengaduk dan mengalirkan dalam
gerakan bersirkulasi. Agitator memiliki berbagai keperluan seperti mendispersikan partikel padat, mencampur
cairan yang mudah larut, mendispersikan gas melalui cairan dalam bentuk gelembung kecil, dan meningkatkan
panas, transfer antara cairan dan koil atau jaket. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi agitasi,
beberapa berhubungan dengan karakteristik cairan seperti viskositas dan densitas serta beberapa berhubungan
dengan geometri seperti diameter wadah (D), panjang impeler (Y), kecepatan putar (N) , ketinggian impeller
dari bawah wadah (H), Karakteristik lain pencampuran meliputi cairan kebutuhan untuk melakukan proses
untuk membuat cairan mengalami semua jenis gerakan di dalam wadah. Tidak ada ketetapan yang berlaku
sampai sekarang untuk semua cairan dan semua tangki [1].
Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeller, karakteristik fluida,
dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki, sekat, dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam
tangki mempunyai tiga komponen, dan pola aliran keseluruhan dalam tangki tersebut bergantung pada variasi
tiga komponen tersebut dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang pertama adalah komponen
radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeller. Komponen kedua adalah komponen
longitudinal yang bekerja pada arah paralel pada poros. Komponen ketiga ialah komponen tangensial atau
rotasional yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros. Dalam keadaan biassa,
dimana poros itu vertikal, komponen radial dan tangensial berada dalam satu bidang horisontal, dan komponen
longitudinalnya vertikal. Komponen radial dan komponen longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran
yang diperlukan untuk melakukan pencampuran [2].
2. Peralatan, Bahan, dan Prosedur Percobaan
2.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah beaker glass, impeller, motor mixer, pellet
plastik, pengunci impeller, sekat (baffle), statif dan klem.
2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, biji saga, minyak kelapa dan zat
warna.

2.3 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan pola aliran
1. Beaker glass diisi dengan air (H2O) sebanyak 2000 ml,
2. Propeller dipasang pada ujung poros,
3. Sejumlah kecil pelet ditambahkan ke dalam beaker glass,
4. Kecepatan impeller dinaikkan satu persatu hingga kecepatan 6,
5. Zat warna ditambahkan untuk melihat pola aliran yang terbentuk dan tinggi vorteks,
6. Percobaan diulangi untuk jenis paddle, turbin dan anchor serta dengan pemakaian sekat.

Prosedur percobaan dispersi padatan


1. Beaker glass diisi dengan air (H2O) sebanyak 2000 ml,
2. Ke dalam beaker glass dimasukkan 30 gr biji saga,
3. Propeller dipasang pada ujung poros dengan ketinggian pengaduk 1/4 tangki,
4. Kecepatan impeller dinaikkan satu persatu hingga kecepatan 6,
5. Pergerakan beras diamati, apakah terbentuk kawasan mati, vorteks dan dispersi beras kedalam air dan
catat waktu dispersinya,
6. Percobaan dilakukandengan memvariasikan berat sampel 25 gram dan 35 gram, kecepatan 5 dan 7,
posisi pengaduk 2/4 dan 3/4 dan jenis impeller paddle, turbin dan anchor serta dengan pemakaian
sekat.

Prosedur dari percobaan pencampuran dua cairan yang tidak saling melarut
1. Beaker glass diisi dengan air (H2O) hingga 1700 ml,
2. Ke dalam beaker glass dimasukkan minyak kelapa sebanyak 300 ml,
3. Propeller dipasang pada ujung poros,
4. Kecepatan impeller dinaikkan satu persatu hingga kecepatan 6,
5. Pergerakan oli bekas diamati, apakah minyak kelapa bercampur ke dalam cairan, dan ada tidaknya
terbentuk vorteks,
6. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan kecepatan 5 dan 7, jenis impeller paddle, turbin dan
anchor serta dengan pemakaian sekat.

3. Hasil & Pembahasan


3.1 Pengaruh Jenis Impeller dan sekat terhadap Pola Aliran
Tabel 1. Pola Aliran untuk Variasi Jenis Impeller
Gambar Pola Aliran
Jenis Impeller
Tanpa Sekat Dengan Sekat

Propeller

Turbin
Paddle

radial
radial

Anchor

Kecepatan Pengaduk : 6

Pada percobaan yang dihasilkan pada Tabel 1 terdapat pola aliran untuk jenis impeller propeller, turbin,
paddle, dan anchor.
Untuk propeller didapat pola aliran aksial pada percobaan tanpa sekat dan dengan sekat menghasilkan pola
aliran radial. Secara teori, Berdasarkan teori, menurut Lerbs memperluas teorinya menerapkan propeller yang
sedang dioperasikan pada aliran yang tidak seragam dengan variasi kecepatan sumbu rata-rata menimbulkan
pola aliran aksial [3]. Berdasarkan teori di atas, hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada propeller
dalam tangki tanpa sekat sesuai teori karena berpola aksial, sedangkan pada tangki dengan sekat belum
memenuhi teori.
Untuk turbin didapat pola aliran radial pada percobaan tanpa sekat dan dengan sekat. Secara teori,impeller
berjenis turbin menghasilkan pola aliran radial[1]. Berdasarkan teori di atas, hasil percobaan untuk pola aliran
yang terbentuk pada turbin dalam tangki dengan dan tanpa sekat sudah sesuai teori karena berpola radial
Untuk paddle didapat pola aliran radial pada percobaan tanpa sekat dan dengan sekat. Berdasarakan teori,
impeller paddle menghasilkan dua putaran yang bersirkulasi [4]. Berdasarkan teori di atas, hasil percobaan untuk
pola aliran yang terbentuk pada paddle dalam tangki dengan dan tanpa sekat sudah sesuai teori karena berpola
radial.
Untuk anchor didapat pola aliran radial pada percobaan tanpa sekat dan menggunakan sekat. Berdasarkan
teori, anchor dapat digunakan pada fluida berviskositas tinggi dan menghasilkan aliran radial [1]. Berdasarkan
teori di atas, hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada anchor dalam tangki tanpa dan dengan sekat
telah sesuai teori yaitu radial.
Berdasarkan teori baffle efektif dalam menghilangkan aktivitas vortex dan dapat memperbaiki aliran[5].
Berdasarkan teori tersebut maka seluruh hasil percobaan pada tangki dengan sekat sudah seuai dengan teori
karena tidak menghasilkan vortex.

3.2 Pengaruh Variasi Kecepatan terhadap Waktu Pencampuran


10 20
Waktu Pencampuran

Waktu Pencampuran

8 15
Anchor Anchor
(detik)

6
(detik)

10
4 Paddle Paddle
2 Propeller 5 Propeller
0 Turbin 0 Turbin
150 175 200 225 250 150 175 200 225 250
Kecepatan Impeller (rpm) Kecepatan Impeller (rpm)

(a) (b)
Gambar 1. Variasi Kecepatan terhadap Waktu Pencampuran untuk Dispersi Padatan (a) Tanpa Sekat dan (b)
Dengan Sekat
Hubungan kecepatan impeller dengan waktu pencampuran dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai
berikut :
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= [6]
𝜋 𝜂𝑉
P = 2π NT [7]
Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :
1 𝜋 2𝜋 𝑁𝑇
2 = 𝜂𝑉
𝑡𝑚
dimana :
tm = waktu pencampuran (s)
N = kecepatan rotasi (rpm)
η = ukuran viskositas fluida non-newtonian
V = volume fluida (cm3)
P = konsumsi daya (W)
T = torsi pencampuran (Nm)
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh hubungan bahwa waktu pencampuran berbanding terbalik
dengan kecepatan pengadukan. Dimana semakin tinggi kecepatan pengadukan maka semakin kecil waktu
pencampuran.
Dari grafik pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa waktu pencampuran semakin kecil seiring bertambahnya
kecepatan pengadukan. Sehingga hal ini telah sesuai dengan teori yang ada.

3.3 Pengaruh Fraksi Padatan terhadap Waktu Pencampuran


10 20
Waktu Pencampuran
Waktu Pencampuran

8 Anchor 15
(detik)

6 Anchor
Paddle 10
(detik)

4 Paddle
Propeller
2 5 Propeller
Turbin
0 0 Turbin
25 30 35 25 30 35
Fraksi Padatan (gram) Fraksi Padatan (gram)

(a) (b)
Gambar 2. Variasi Fraksi Padatan terhadap Waktu Pencampuran untuk Dispersi Padatan (a) Tanpa Sekat dan
(b) Dengan Sekat

Berdasarkan teori, waktu pencampuran meningkat seiring banyaknya partikel yang tersuspensi ke dalam
cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu pencampuran dari padatan ke cairan semakin kecil
[8]
. Hubungan antara fraksi padatan dengan waktu pencampuran dapat dilihat melalui persamaan berikut :

𝜕𝐶𝑇,𝑠 𝜕𝐶𝑇,𝑠 𝜕 𝜕𝐶𝑇,𝑠


+ 𝑢𝑖 = 𝐷𝑇,𝑠 ( ) [9]
𝜕𝑡 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑖 𝑑𝑥𝑖

dimana :
t = waktu pencampuran (s)
CT,s = fraksi padatan atau konsentrasi padatan
DT,s = difusivitas
µi = kecepatan (rpm)
xi = koordinat i
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa fraksi massa padatan berbanding lurus dengan waktu
pencampuran. Dimana semakin banyak fraksi padatan maka waktu yang diperlukan juga semakin besar. Dari
grafik pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semua percobaan telah sesuai teori yang ada.
3.4 Pengaruh Posisi Pengaduk terhadap Waktu Pencampuran
5 10
Waktu Pencampuran (detik)

Waktu Pencampuran (detik)


4 8

3 6 Anchor
Anchor
4 Paddle
2
Paddle
Propeller
1 Propeller 2
Turbin
0 Turbin 0
11/4 22/4 33/4 1
1/4 2
2/4 3
3/4
Posisi Impeller
Posisi Impeller
(a) (b)
Gambar 3. Variasi Posisi Pengaduk terhadap Waktu Pencampuran untuk Dispersi Padatan (a) Tanpa Sekat dan
(b) Dengan Sekat

Hubungan antara posisi pengaduk dan waktu pengadukan dinyatakan dalam persamaan berikut :
Np = C/Re [10]
𝑃
Np =
𝜌 𝑁3 𝐷𝑖 5

1 2 𝑃
𝑡𝑚
= [6]
𝜋 𝜂𝑉

sehingga, jika disubstitusikan menjadi persamaan :


2 𝜋 𝑅𝑒
𝑡𝑚
𝑐=
𝜌 𝑁3 𝐷𝑖 5 𝜂 𝑉

Dimana :
c = ketinggian antara impeller dengan dasar tangki (m)
tm = waktu pencampuran (s)
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu pencampuran berbanding lurus dengan
ketinggian pengaduk. Jadi semakin tinggi pengaduk maka semakin lama waktu pencampuran.
Dari grafik pada Gambar 3dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya tinggi pengaduk, waktu yang
diperlukan semakin besar pula. Sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan teori untuk beberapa percobaan
kecuali pada jenis impeller anchor dan paddle pada tangki yang bersekat. Hal ini dapat disebabkan karena
kecepatan pengaduk yang tidak konstan.

3.5 Cairan yang Tidak Saling Melarut


12 16
Waktu Pencampuran
Waktu Pencampuran (detik)

10 14
12
(detik)

8 10
Anchor Anchor
6 8
Paddle Paddle
4 6
Propeller 4 Propeller
2 2
Turbin Turbin
0 0
150 175 200 225 250 150 175 200 225 250
Kecepatan Impeller (rpm)
Kecepatan Impeller (rpm)

(a) (b)
Gambar 4. Variasi Kecepatan terhadap Waktu Pencampuran untuk Cairan yang Tidak Saling Melarut (a)
Tanpa Sekat dan (b) Dengan Sekat
Hubungan kecepatan impeller dengan waktu pencampuran dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai
berikut :
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= [6]
𝜋 𝜂𝑉
P = 2π NT [7]
Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :
1 𝜋 2𝜋 𝑁𝑇
2 = 𝜂𝑉
𝑡𝑚
dimana :
tm = waktu pencampuran (s)
N = kecepatan rotasi (rpm)
η = ukuran viskositas fluida non-newtonian
V = volume fluida (cm3)
P = konsumsi daya (W)
T = torsi pencampuran (Nm)
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh hubungan bahwa waktu pencampuran berbanding terbalik
dengan kecepatan pengadukan. Dimana semakin tinggi kecepatan pengadukan maka semakin kecil waktu
pencampuran.
Dari grafik pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa waktu pencampuran semakin kecil seiring bertambahnya
kecepatan pengadukan. Sehingga hal ini telah sesuai dengan teori yang ada.

4. Kesimpulan
Untuk pola aliran radial terjadi pada impeller jenis propeller dengan sekat, paddle dengan atau tanpa
sekat, turbin dengan atau tanpa sekat, dan anchor dengan atau tanpa sekat. Sedangkan pola aliran aksial terjadi
pada impeller jenis propeller tanpa sekat. Semakin cepat pencampuran, waktu yang diperlukan semakin kecil
untuk pencampuran. Hal ini berlaku untuk semua percobaan yang dilakukan. Semakin banyak fraksi padatan
maka waktu yang diperlukan juga semakin besar. Hal ini berlaku untuk semua percobaan yang dilakukan
kecuali. Semakin tinggi agitator maka semakin lama waktu pencampuran. Hal ini berlaku hampir untuk semua
percobaan yang dilakukan kecuali, pada impeller jenis anchor dan propeller pada tangki bersekat.

Daftar Pustaka
[1] Shastri, Mr. A.P., dan Prof. N. B. Borkar. 2015. A Review on Nomenclature of Agitator. International
Journal of Research in Advent Technology (E-ISSN: 2321-9637).
[2] McCabe, W. L., Smith, J. C., Harriott, P. 1999. Operasi Teknik Kimia (Terjemahan). Jilid 1. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
[3] Moreu, Jaime, Brenden P. Eppsb, Jesús Vallec, Miguel Taboadaa, and Pedro Buenoa. 2017. Variational
optimization of hydrokinetic turbines and propellers operating in a non-uniform flow field. Ocean
Engineering 135: 207-220.
[4] Yao, Yutian. 2016. Dewatering Behavior of Fine Oil Sands Tailings : An Experimental Studies. Master of
Science in Geotechnical Engineering. China : Hohai University.
[5] Mohamed, Mohamed Mohamed Abdellatif. 2017. Flow improvement at pump intake by the use of baffle
posts. Beni-Suef University Journal of Basic and Applied Sciences 6 :127–137.
[6] Kazemzadeh, Argang, Farhad Ein-Mozaffari, Ali Lohi, and Leila Pakzad. 2016. A new perspective in the
evaluation of the mixingof biopolymer solutions with different coaxialmixers comprising of two
dispersing impellers anda wall scraping anchor. Chemical Engineering Research and Design 114: 202-
219.
[7] Arreortúa, Ixchel Gijón and Alberto Tecante. 2015. Mixing time and power consumption during blending of
cohesive food powders with a horizontal helical double-ribbon impeller. Journal of Food Engineering
149:144-152.
[8] Zlokarnik, Marko. 2001. Stirring: Theory and Practice. Morlenbach: Wiley-VCH.
[9] Bale, Shivkumar, Kristopher Clavin, Mayur Sathe, Abdallah S. Berrouk, F. Carl Knopf, and Krishnaswamy
Nandakumar. 2017. Mixing in Oscillating Columns: Experimental and Numerical Studies. Chemical
Engineering Science.
[10] Perez, J.A. Sanchez, E.M. Rodrıguez Porcel, J.L. Casas Lopez, J.M. Fernandez Sevilla, and Y. Chisti.
2006. Shear rate in stirred tank and bubble column bioreactors. Chemical Engineering Journal 124: 1–5.

Anda mungkin juga menyukai