Teknik Pelaksanaan Pembangunan Jalan
Teknik Pelaksanaan Pembangunan Jalan
Teknik Pelaksanaan Pembangunan Jalan
1. Penjelasan Umum
2. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai
dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari pekerjaan galian, yaitu :
Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk
membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit).
Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi
yang diinginkan.
Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone test) di lapangan.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :
c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan
dalam gambar untuk struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan.
Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya
adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan benda-benda yang mengganggu proses
pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.
1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi
syarat.
2. Timbunan Pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila
nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.
Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses penghamparan material untuk
memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader.
Peralatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat sebagai berikut :
Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam
dunp truck.
Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke lokasi pekerjaan.
Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.
Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah penghamparan.
Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan (table agregat base B)
Kelas Kelas
Nomor Mm
A B
2 in 50 100 100
88 -
11/2 in 37.5 100
95
65 - 70 -
1 in 25
81 85
42 - 30 -
3/8 in 9.5
60 65
27 - 25 -
#4 4.75
45 55
Nop- 15 -
# 10 2
25 40
# 40 0.425 6 – 16 8 – 20
# 200 0.075 0 - 8 2–8
Sifat Kelas
Sifat Material Sifat Kelas A
B
Nilai Abrasi Agregat Kasar (
0 - 40% 0 - 40%
AASTHO T 96 - 87 )
Plasticity Index ( AASTHO T 90 -
0-6 4 – 10
87 )
Batas Cair ( AASTHO T 89 - 90 ) 0 – 25 -
CBR ( AASTHO T180 ) 90 min 35 min
Hasil Kali PI dengan % lolos 25
-
ayakan no. 200 maksimum
Pengawasan Pekerjaan
Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini dilakukan untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor sebagai pelaksana proyek, apakah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam spesifikasi.
Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi adalah sebagai berikut :
Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran
maksimum bahan.
Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih dari 20 cm dalam keadaan loose, hal ini dapat
mempengaruhi proses pemadatan sehingga pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan optimal.
Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat menggenang akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi
maksimum untuk kerataan permukaan adalah 1 cm.
Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari tebal rencana.
Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan yaitu kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air
optimum, diperbaiki dengan cara menggali dan mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat kadar air tersebut.
Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan
kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah
ditentukan.
Bertitik tolak dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-menerus/rutin dan
berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan yang menggunakan sistem perkerasan lentur (flexible pavement).
Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya saja, namun mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan
fasilitas beserta sarana-sarana pendukungnya.
Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah menurun kekuatannya sebagai
akibat dari melemahnya kepada
tan lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan saluran tepi di kiri-kanan badan jalan
menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air hujan akan melemahkan struktur
perkerasan secara menyeluruh. Sedangkan retak rambut pada lapisan permukaan suatu perkerasan bila tidak segera ditutup akan
semakin membesar dan dimasuki air hujan yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan
menjadi kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah lagi bila beban lalulintasnya padat dan
berat.
Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan
secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin
ketika kerusakan yang terjadi belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap
kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya
yang relatif rendah dan cara memperbaikinyapun relatif mudah/ringan.