Sistem Jaminan Kesehatan Jepang
Sistem Jaminan Kesehatan Jepang
Sistem Jaminan Kesehatan Jepang
A. Profile Negara
Negara jepang adalah sebuah negara dengan luas 377,864 km² (145,894 miles²) dan
berpenduduk 126.9 juta jiwa ini merupakan kekuatan ekonomi di Asia yang memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Jepang memiliki pendapatan perkapita yang cukup tinggi sebesar
US $37,870, dan perekonomiannya berbasis pada sektor industri yang sangat padat
teknologi.
Secara geografis, Jepang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari suatu
rantai kepulauan, yang utama adalah Kyushu, Shikoku, Honshu (tempat Tokyo dan Osaka
terletak) dan Hokkaido. Tanah berbukit-bukit dan gunung berapi, dan hanya 17% dari
luas total diolah. Gunung tertinggi adalah Gunung Fuji (gunung berapi yang tidak aktif) pada
3.776 m.
Pasca-perang ekonomi Jepang mengalami pertumbuhan yang pesat, meningkat sepuluh
kali lipat dari sebelumnya pada periode 1955-1990. Sejumlah faktor, termasuk suku
bunga rendah, deregulasi perbankan, dan apresiasi yen yang dilakukan secara tiba-tiba
mengakibatkan gelembung (bubble) pada pasar saham dan real estat pada akhir tahun1980an. Pada
akhir tahun 1989 gelembung pecah, dan setelah itu harga saham turun sebanyak 75% dan nilai tanah
komersial di Tokyo turun sebesar 85%. Ini adalah masa terjadinya krisis yang menyebabkan negara
ini memiliki defisit anggaran yang terus meningkat hingga saat ini.
Perdagangan Jepang mulai terbukan pada tahun 1990-an, sebagai tekanan harga dan
persaingan pasar global telah mendorong perusahaan Jepang untuk melirik pasar luar negeri dalam
mengembangkan produk, teknologi, design, dan jasa. Tetapi bagi para investor, Jepang masih
merupakan pasar dengan biaya tinggi, serta memakan banyak waktu untuk para investor
melaksanakan kegiatan produksi. Jepang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ageing
populations tercepat didunia, yang disebabkan tingginya tingkat harapan hidup dan
rendahnya tingkat kelahiran. Akibatnya saat ini populasi di Jepang mulai berkurang, penduduk
usia kerja diperkirakan akan di kontrak lebih lama 20 persen selama 25 tahun ke depan jika tren ini
terus berlanjut. Hal ini menyebabkan tantangan yang sudah sangat familiar terjadi di
Negara-negara maju di Eropa, yaitu permasalahan penyediaan sistem pensiun dan jaminan kesehatan
dimasa yang akan datang.
B. Sejarah Perkembangan Jaminan Kesehatan
Jepang memiliki sejarah panjang dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan
bagi masyarakatnya. Akar pelaksanaan jaminan kesehatan telah ada di Jepang sejak
abad ke 19, tepatnya pada tahun 1835 dimana pada saat itu terdapat semacam skema
asuransi dari penduduk secara sukarela untuk mengumpulkan kontribusi burupa bahan
pangan (beras) untu mendapatan jaminan asuransi bagi seluruh masyarakat, benefit
yang diterima masih berupa kebutuhan dasar pada saat itu. Dari sini kemudian skema
asuransi kesehatan di Jepang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Secara umum perkembangan sistem jaminan kesehatan di Jepang dibagi
menjadi 2 periode, yaitu Periode Sebelum PD dan Periode Setelah PD.
Periode sebelum PD, adalah pertama kalinya Jepang memberlakukan jaminan
kesehatan secara formal, yang waktu itu merupakan jaminan bagi pekerja di sektor
swasta, yang ditandai dengan pemberlakuan Health Insurance Law pada tahun 1922.
Pada sistem jaminan kesehatan ini hanya sedikit perusahaan yang memberikan
jaminan kesehatan secara penuh kepada pekerjanya. Sistem jaminan kesehatan yang
diperkenalkan ini hanya memberikan perlindungan secara parsial kepada para
pekerjanya dan benefit yang diterima tidak komprehensif. Ketentuan bagi jaminan
kesehatan hanya berlaku untuk perusahaan dengan jumlah pegawai >10 orang dan
dengan pendapatan minimal dibawah 1.200 yen tidak mendapatkan jaminan, serta
hanya diberikan pada pekerja (tidak untuk tanggungannnya).
Pembelakuan sistem jaminan kesehatan pada periode ini mendapat hambatan
yang sangat besar dengan terjadinya Great Depression pada tahun 1929 yang
berdampak melas keseluruh dunia. Namun akhirnya sejalan dengan dengan perbaikan
dalam pertumbuhan perekonomian paska terjadinya krisis tadi, sistem jaminan,
kesehatan kembali mengalami kestabilan dalam pengelolaannya. Ketika Jepang
menghadapi PD II, sistem jaminan kesehatan telah secara bertahap mengalami
perbaikan dan diperluas sebagai bagian upaya pemerintahuntuk memperkuat
angakatan kerja. Tahun 1938 dibentuk Kementrian Kesehatan, dan Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional yang berbasis regional dibentuk pada tahun yang sama.
Periode Pasca PD, secara berangsur-angsur sistem jaminan kesehatan mulai
diperkenalkan dan ditingkatkan secara bertahap. Pada tahun 1958 dilakukan revisi
terhadap sistem jaminan kesehatan nasional, dengan memberikan 50% benefit bagi
peserta jaminan kesehatan, dan kemudian pada 1961 sistem jaminan kesehatan di
Jepang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dengan diberlakukannya
universal coverage bagi seluruh masyarakat, yang diikuti dengan dibentuknya
lembaga jaminan sosial (Social Insurance Agencies) pada tahun 1962. Pada era 1970-
an terjadi peningkatan benefit yang diterima oleh peserta, dimana bagi peserta
jaminan kesehatan bagi pekerja 100% jaminan bagi peserta dan 50% bagi
tenggungannya. Pada tahun 1973 kembali dilakukan revisi terhadap sistem jaminan
kesehatan dengan ditingkatkannya benefit bagi tanggungan peserta menjadi 70%
untuk peserta jaminan kesehatan pekerja, diperkenalkannya batas atas biaya yang
ditanggung oleh pasien, dan diberikannya subsidi 10% bagi sistem jaminan kesehatan
yang dikelola oleh pemerintah.
Pada Reformasi Jaminan Kesehatan 1980-an, pada periode ini ditandai dengan
diperkenalkannya jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut dengan diterbitkannya
Law of Health and Medical Services for The Elderly pada tahun 1982 dan efektif
diberlakukan pada tahun 1983. Kemudian pada tahun 1984 kembali dilakukan
pembaruan dalam sistem jaminan kesehatan dengan manetapkan 10% cost sharing
dari pasien, serta pengenalan bagi pengobatan dengan menggunakan teknologi
modern dan yang juga sebuah perubahan yang cukup penting adalah diberlakukannya
jaminan kesehatan bagi para pensiunan.
Jumlah tenaga medis di Jepang, pada awal tahun 1990 terdapat hampir
191.400 dokter, 66.800 dokter gigi, dan 333.000 perawat dan lebih dari 200.000
tenaga medis alternatif besertifikasi.
Di Jepang dokter dapat dengan bebas mengajukan klaim atas berbagai layanan
kesehatan yang mereka ingin berikan. Dan juga tidak ada batasan bagi pasien dalam
menentukan apakah mereka ingin menggunakan jasa dokter umum ataupun oleh
spesialis.
Sistem asuransi ini dibagi menjadi kedalam beberapa bentuk, antara lain :
Sistem pembiayaan pada jenis asuransi ini berasal dari dua belah pihak, yaitu
pekerja dan pemberi kerja, yang secara umum kontribusi pada seluruh jenis
asuransiEmployer-Based Insurance adalah sebesar 8,5% dari pendapatan peserta yang
dibagirata antara pekerja dan pemberi kerja. Seorang pekerja yang bekerja pada
perusahaanyang memiliki ≥5 orang harus terdaftar pada asuransi ini, atau jika bekerja
pada perusahaan Hojin tanpa memperdulikan mengenai usia dan kewarganegaraam.
Secarakhusus perusahaan atau pabrik yang dimaksud disini harus memiliki penetapan
secarahukum (formal), baik yang bergerak dalam bidang produksi maupun jasa. Hal
ini juga berlaku bagi para pekerja part time yang memiliki baik hari atau jam kerja
sebanyak ¾ kali dari hari atau jem kerja para pekerja penuh.
Benefit yang didapatkan dari asuransi ini terbilang cukup lengkap mulai dari
pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap, layanan tambahan dalam
pelayanan kesehatan, ambulans, pelayanan bagi penyakit yang
mengharuskantreatment khusus, kelahiran sampai dengan pelayanan pemakaman,
diberikan kepada peserta maupun tertanggung. Bahkan sampai dengan layanan
kesehatan yang tidak termasuk dalam bentuk pelayanan dalam asuransi dapat
diberikan kepada pesertamaupun tertanggung dengan pengaturan yang lebih lanjut
dan adanya pengenaan cost sharing atas layanan yang diterima oleh peserta maupun
tertanggung. Benefit yangditerima oleh peserta adalah sebesar 80% dari total biaya
dan untuk tertanggungdibagi menjadi 2 yaitu 80% untuk layanan rawat inap dan 70%
untuk layanan rawat jalan. Pengecualian diberikan kepada pekerja untuk layanan
kesehatan yang mencapai cost sharing yang melebihi 64.000 yen (34.500 yen bagi
yang berpendapatan rendah) perbulan, maka keseluruhan biaya ditanggung asuransi.
Asuransi ini meng-cover sebanyak 34,7% dari total populasi, dan terdiri dari3.249
National Health Insurance untuk tiap kota dan 166 National Health InsuranceUnion.
Asuransi jenis ini mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 50% dari total
pengeluaran pemerintah untuk belanja kesehatan. Peserta dan tanggungan dalam
jenisasuransi ini mendapatkan 70% benefit dan harus membayarkan 30% sebagai
costsharing, dan ada kemungkinn tambahan untuk biaya obat-obatan, karena tidak
seluruh jenis obat di tanggung oleh asuransi ini. Peserta berbagi biaya pengobatan
sampaidengan jumlah tertentu , yang jika melebihi batas tersebut, maka seluruh biaya
akanditanggung oleh asuransi. Kontribusi yang diberikan oleh peserta bergantung
padakemampuan ekonomis masing-masing peserta. Besaran premi yang harus
dibayarkankira-kira dihitung dari gaji peserta, property (asset) dan jumlah keluarga
tanggungan.Rata-rata kontribusi yang dibayarkan oleh peserta adalah sebesar 4% dari
gaji peserta, pada perhitungan tahun 1997 setiap rumah tangga rata-rata memberikan
kontribusisebesar 158,6 ribu yen pertahun, dan ada bantuan 530 ribu yen per rumah
tangga pertahun dari pemerintah. Pembayaran premi dilakukan dengan cara transfer
melalui bank ataupun melalui kantor-kantor jaminan kesehatan di tiap kota.
Asuransi ini juga memberikan benefit yang cukup besar, yaitu 70% dari total
biaya, artinya peserta memberikan cost sharing sebesar 30%. Layanan yang diberikan
juga cukup lengkap seperti halnya asuransi Employer Based Insurance, mulai
darisakit secara umum mapun khusus, perawatan gigi, persalinan sampai dengan
kematiandan pemakaman peserta atau tertanggung. Namun benefit yang diberikan
tidak mencakup orthodontiks, bedah kosmetik, vaksinasi, aborsi, cedera akibat mabuk
dan berkelahi. Kecelakaan lalu lintas sampai batas maksimal tertentu menjadi beban
peserta, namun jika melewati batas tersebut, biaya akan ditanggung seluruhnya
olehasuransi.
Biaya medis harus dibayar saat Anda mendapat perawatan medis. Kebanyakan
fasilitas medis hanya menerima pembayaran secara tunai. Jika Anda terdaftar dalam
asuransi publik, Anda hanya perlu membayar 30% dari biaya perawatan. Semua
fasilitas mengenakan biaya konsultasi pertama, jumlahnya sekitar 2800 yen tanpa
asuransi. Pada kunjungan kedua untuk gejala yang sama, Anda akan dikenakan sekitar
700 yen. Selain itu, Anda juga harus membayar tes, perawatan, dan obat-obatan yang
diterima. Jika Anda mendapat resep obat, Anda harus membayarnya secara terpisah di
apotek. Konsultasi larut malam dan kasus darurat mungkin mengharuskan
pembayaran uang jaminan atau biaya tambahan, meskipun aturannya berbeda sesuai
kebijakan masing-masing fasilitas.
Biayanya berbeda tergantung asuransi kesehatan yang anda pilih, salah satu
contoh jenis asuransi jika anda bekerja di perusahaan di Jepang dengan menggunakan
visa bekerja :
Contoh :
Dengan kondisi diatas, biaya premi asuransi kesehatan yang harus dibayar per
bulannya adalah 14.865 Yen.