Penilaian Status Gizi
Penilaian Status Gizi
Penilaian Status Gizi
• ANTROPOMETRI • SURVEI
• KLINIS KONSUMSI MAKANAN
• BIOKIMIAWI • STATISTIK VITAL
• BIOFISIK • FAKTOR EKOLOGI
Konseling melibatkan dua pribadi (konselor dan klien) yang unik dan berbeda dalam
banyak hal. Konselor perlu menyadari bahwa, menghadapi individu yang sedang bermasalah
perlu berbekal pemahaman tentang perilaku manusia dewasa. Pada umumnya klien dalam
program perbaikan gizi adalah ibu atau pengasuh balita yang mempunyai gangguan
pertumbuhan, antara lain dikarenakan masalah gizi kurang, gizi buruk atau justru yang
mengalami kegemukan dan obesitas. Mereka menjadi sasaran konseling pada saat pelayanan di
meja empat posyandu, di ruang pojok gizi puskesmas atau di ruang konsultasi gizi rumah sakit.
Penilaian konsumsi pangan seperti cara penilaian keadaan gizi lainnya mempunyai kelemahan
– kelemahan , antara lain :
1. Konsumsi pangan tidak selalu tepat , karena orang dapat kurang cermat mencatat semua
apa yang dimakannya dalam jumlah yang tepat , jika digunakan cara recall makanan ,
tidak semua ingat makanan apa yang dimakan .
2. Pengumpulan data konsumsi pangan dalam waktu jangka pendek tidak selalu mewakili
pola kebiasaan konsumsi pangan .
3. Variasi kebutuhan pangan perorangan tidak selalu dicerminkan secara tetap , jika
dibandingkan dengan konsumsi zat gizi yang diajurkan .
4. Konsumsi zat gizi yang dianjurkan lebih menekankan pada kebutuhan kelompok orang
dari pada untuk perorangan .
5. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) untuk menghitung data konsumsi zat gizi ,
tidak selalu tepat untuk jenis pangan yang dimakan .
B. Tujuan :
Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei . Survei konsumsi pangan
bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang , keluarga atau kelompok orang baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif . Survei secara kuantitatif adalah untuk mengetahui
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sedangkan secara kualitatif adalah untuk mengetahui
frekuensi makan , kebiasaan makan ( food habit) , jenis pangan , dan cara memperolehnya .
Metode inventaris sering juga disebut Log Book Method , biasanya digunakan
pada survei konsumsi pangan keluarga atau rumah tangga . Metode ini prinsipnya adalah
melakukan inventaris ( pencatatan ) dan penimbangan langsung terhadap semua jenis
bahan makanan , mulai dari awal sampai akhir survei . Periode waktu yang digunakan
dapat 1 minggu atau berbulan – bulan . Inventaris dan penimbangan dilakukan oleh
enumerator atau responden ( salah satu anggota keluarga ) yang telah dilatih sebelumnya .
Tahap peleksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Pada hari pertama survei , catat dan timbang semua jenis pangan yang ada . Ini
dianggap sebagai stok awal (S) .
2. Selama survei ( mulai hari kedua sampai sehari sebelum hari terakhir survei ) ,
catat dan timbang semua jenis bahan pangan yang diperoleh dari dibeli , diberi ,
dari kebun atau makan diluar rumah (Pp).
3. Catat dan timbang semua jenis bahan pangan yang diberikan kepada selain
anggota keluarga (Pb) selama survei .
4. Pada hari terakhir survei , catat dan timbang semua jenis bahan pangan yang ada
dirumah . Ini dianggap sebagai stok akhir (Sk) .
Metode ini hampir sama dengan metode inventaris dalam hal pencatatannya ,
perbedaannya pada penimbangan . Metode ini tidak dilakukan penimbangan atau
pengukuran langsung . Datanya dikumpulkan secara wawancara dengan keluarg dan
dicatat dalam formulir yang telah disiapkan sebelumnya . Metode ini kurangteliti
dibandingkan dengan metode inventaris , karena data yang dikumpulkanmerupakan hasil
astimasi ( perkiraan ) , sedangkan pada metode inventarisdilakukan penimbangan secara
langsung .Biaya metode pendaftaran labih murah didandingkan dengan metode inventaris
.
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada masa yang lalu . Wawancara dilakukan serinci mungkin agar responden
dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsinya beberapa hari yang lalu . Penentuan jumlah hari recall sangat ditentukan
oleh keragaman jenis konsumsi bahan makanan antar waktu atau tipe responden dalam
memperoleh makanan . Biasanya dilakukan selama 2 - 3 hari atau seminggu , bila terlalau
lama dikuatirkan responden akan banyak yang lupa .
Urutan waktu makan dalam sehari terdiri dari makan pagi , makan siang , makan malam
dan makanan selingan atau jajanan . Pengelompokan bahan makanan dapat berupa bahan
makanan pokok , sumber protein nabati ( kacang – kacangan ) , sumber protein hewani (
daging , ikan , telur dan susu ) , sayuran , buah – buahan dan lainnya . Penaksiran jumlah
makanan yang dikonsumsi diawali dengan menyatakan dalam bentuk ukuran rumah
tangga (URT) , seperti : potong , ikat , piring , gelas , mangkok , sendok makan dan alat
atau ukuran lain yang biasa dilakukan dalam rumah tangga . Dari ukuran rumah tangga
(URT) , jumlah makanan dikonversikan menjadi satuan berat ( gram ) yang
menggunakan daftar URT yang umum berlaku atau dibuat sendiri pada saat survei . Agar
hasil survei cukup teliti sebaiknya pewawancara telah berpengalaman atau dilatih
sebelumnya mengenal URT dan mengkonversikannya kesatuan berat . Selain itu
mengenal cara – cara pengolahan pangan dan pola pangan penduduk didaerah yang
diteliti .
Metode racall sering digunakan untuk survei konsumsi individu dibanding keluarga .
Tetapi metode ini dapat digunakan untuk survei konsumsi keluarga bila semua anggota .
Keluarga diwawancara atau salah seorang anggota keluarga yang mengetahui tentang
konsumsi anggota keluarga lainnya .Metode mengingat – ingat mempunyai kelemahan
dalam tingkat ketelitiannya , karena keterangannya diperoleh dari hasil ingatan .
Kelemahan dapat diatasi dengan memperpanjang waktu survei .
d. Metode Penimbangan ( Weighing Method )
Prinsip metode ini adalah mengukur langsung berat setiap jenis bahan makanan
yang dikonsumsi dengan cara penimbangan . Apabila berat bahan makanan seebelum
dimakan adalah Sk dan berat bahan makanan yang tersisa setelah dimakan adalah T ,
maka berat bahan makanan yang dikonsumsi (K) adalah :
Ki = Ski – Ti
i = 1,2,3 …..menunjukkan jenis bahan makanan
Apabila tidak ada Daftar Kandungan Gizi Makanan yang telah masuk atau diolah Daftar
Konversi Masak – Mentah (F) maka pada saat survei perlu ditimbang berat bahan
makanan mentah sebelum dimakan (Sm) untuk mengetahui faktor mentah – masak . Jika
bahan makanan masih mentah , perlu diketahui apakah sudah berat bersih atau berat kotor
Tahapan dari daur kehidupan dimulai atau diawali dari masa kehamilan, bayi, anak-anak usia
sekolah dan remaja, dewasa, dan lansia.
Untuk daur kehidupan mungkin bisa digambarkan seperti siklus di atas, dimulai atau diawali dari
masa kehamilan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.
Siklus itu dimulai dari bumil KEK (ibu hamil yang kekurangan energi kronis) atau WUS KEK
(Wanita Usia Subur kekurangan energi kronis), seorang ibu hamil yang kekurangn energi kronis
atau kekurangan energi protein akan berpotensi menghasilkan BBLR (berat badan lahir rendah).
Gizi pada ibu hamil memengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis pada ibu mempunyai
dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan gizi, karena selama kehamilan, ibu harus
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin yang sangat pesat, dan agar keluaran kehamilannya
berhasil baik dan sempurna.
Yang perlu diingat, status gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelum ibu itu hamil, yaitu
selama masa kanak-kanak hingga dewasa. Gizi selama kehamilan penting, namun banyak
tambahan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi apabila ibu mempunyai cadangan nutrisi yang cukup
sebelum hamil. Kebutuhan energi dan nutrisi selama kehamilan lebih tinggi daripada orang
dewasa.
Setelah ibu hamil, tahap kedua adalah bayi. Seperti yag sudah dijelaskan sebelumnya,
bayi yang dilahirkan dari ibu hamil yang mengalami KEK dan KEP berpotensi mengalami
BBLR (berat badan lahir rendah), berat badan bayi yang normal antara 2,5-3,5 kg.
Tahun pertama setelah bayi lahir merupakan salah satu perubahan besar yang dialami bayi. Bayi
yang kecil, pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan fase lain dalam daur kehidupan,
imaturitas dari organ-organ tubuh dan kemampuannya dalam mencerna dan menyerap nutrient
dari ASI atau susu formula, serta perilaku makan yang berkembang tahap demi tahap,
mengharuskan masukan gizi sangat diperhatikan. Implikasi praktis dari keadaan di atas adalah
pemberian makanan yang sering, pemberian makanan tinggi dalam energi dan nutrient serta diet
yang bersifat cair dengan jumlah air yang tinggi.
Bayi membutuhkan diet yang cukup berbeda dengan anak-anak dan dewasa. Kecilnya tubuh dan
pertumbuhan yang cepat merupakan faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi dan
nutrient bagi bayi. Imaturitas dari fisiologi dan perkembangan menyebabkan bayi membutuhkan
bentuk makanan yang berbeda.
Bayi BBLR rentan mengalami IMR (Indeks Masa Relatif) perkembangan terhambat,
mengalmi penyakit kronis akan berdampak pada siklus selanjutnya. Bayi BBLR ditambah
kurangnya asupan makan, pelayanan kesehatan yang kurang, pola asuh yang tidak memadai dan
sering terkena infeksi akan mengalami balita KEP (Kekurangan Energi dan Protein), balita KEP
tersebut mengalami masa pertumbuhan yang tidak optimal dan tumbuh kembangnya terhambat.
Balita KEP dengan konsumsi yang tidak mencukupi dan pola asuh yang kurang, akan
mengakibatkan remaja dan anak usia sekolah mengalami gangguan pertumbuhan dan tumbuh
kembangnya. Keadaan tubuh remaja dan anak usia sekolah mengalami produktivitas fisik yang
menurun dan berkurang.
Selama remaja, perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan lebih cepat dari
tahap yang lain dalam kehidupan, kecuali satu tahun pertama kehidupan (bayi), karena pada
masa ini terjadi kejar tumbuh. Pada tahap ini kebutuhan nutrisipun akan bertambah dari tahapan
sebelumnya.
Dari anak usia sekolah dan remaja yang terganggu pertumbuhannya akan menyebabkan
orang dewasa KEP. Perubahan yang terjadi pada masa dewasa selain perubahan fisik juga
perubahan fisiologis, misalnya pertumbuhan yang cepat, perkembangan seksual, perubahan
bentuk badan, dan perubahan hormonal. Selain perubahan di atas, perubahan penting lain yang
terjadi adalah perubahan psikologis yang cukup besar dan perubahan sosial. Kelompok dewasa
muda perlu meningkatkan kebutuhan gizinya baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan.
Namun, karena hal-hal yang berhubungan dengan penampilannya, pada umumnya kelompok ini
membatasi dietnya.
Perubahan yang terjadi pada kelompok ini meletakkan kelompok ini, terutama perempuan, ke
dalam kelompok risiko tinggi untuk berperilaku mengubah penampilan hingga memberi rasa
nyaman, melalui pola makannya. Dan kondisi demikian memberikan konsekuensi dari ringan
hingga berat.
Berasal dari kata bahasa Perancis: “Surveiller” yan berarti mengamati sesuatu dengan
perhatian penuh disertai dengan kemampuan dan kecurigaan. Menurut WHO surveilans Gizi
adalah Mengamati gizi secara seksama agar upaya kebijaksanaan yang dilaksanakan akan terarah
pada perbaikan gizi masyarakat Berbeda dengan Survei yang berarti mengumpulkan informasi
tentang suatu hal pada suatu saat tertentu. Sistem surveilance mungkin memerlukan survei untuk
beberapa masalah khusus, Tanpa suatu sistem Surveillance Gizi yang memadai suatu penurunan
gizi kesehatan yang progresif/mendadak tanpa diketahui terlebih dahulu. Ketiadaan isyarat dini
menyebabkan ketidaksiagaan berkelanjutan, respon tidaK mencukupi dan pemborosan sumber
yang sia-sia.
Menentukan status gizi penduduk dengan merujuk secara khusus pada kelompok
penduduk yang diketahui sedang dalam keadaan menderita (at risk) .
Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk menganalisis sebab-sebab atau
faktor-faktor terkait
Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan prioritas yang sesuai
dengan tersedianya sumberdaya dalam memperbaiki status gizi dalam keadaan normal
maupun darurat
Memberi peramalan tentang perkembangan masalah gizi yang akan datang
Melakukan monitoring program pagan dan gizi serta tentang efektivitasnya.
Kerumitan masalah yang dihadapi : masalah gizi lebih rumit, karena terkait kemiskinan
Kemudahan mengidentifikasi gejala dan cara pencegahannya : gejala dan cara
penanganan penyakit lebih mudah dan jelas hasilnya.
Kesulitan penanganan masalah : masalah gizi lebih rumit, perlu kerja sama lintas sektor.
D. SYARAT-SYARAT KEGIATAN SURVEILLANCE GIZI (WHO, 1976) :
1. Jenis Data :
Primer
Sekunder
2. Bentuk Data :
Data surveillance & dianalisis untuk dijadikan indikator adanya perubahan konsumsi dan
gizi penduduk
Sumber Data :
Data yang dicatat belum lama berselang atau tersedia secara potensial dalam rangka
sistem pengumpulan data yang sekarang dilakukan.
Data Tambahan (Baru) :
- Didapat dari dinas-dinas yang ada (pertanian, kesehatan, pendidikan dan sebagainya)
- Mempekerjakan karyawan yang khusus untuk tujuan ini.
1. Pemberian Vit A pada Balita
2. Pemantauan Gaki
3. Penjaringan dan Pemantauan Gizi Kurang
A. Pengertian
Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini
dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Tinggi Badan (TB) merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan juga merupakan ukuran
kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac
stick) faktor umur dapat dikesampingkan.Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering
disebut dengan panjang badan. Saat baru lahir, panjang badan normal bayi adalah sekitar 45 cm-
55 cm, Pada usia 0-3 bulan, panjang badan (PB) bayi normalnya mencapai 55 cm-60 cm, dengan
kenaikan tiap bulannya yang tidak terlalu signifikan.
Pada usia 3-6 bulan, PB bayi normalnya mencapai 60,5 cm-65 cm. Kenaikan pada 3 bulan kedua
ini cukup signifikan. Pada usia 6-9 bulan, PB si kecil normalnya sekitar 65 cm-71 cm, dengan
kenaikan yang sangat signifikan pada 3 bulan ketiga ini. Hal ini disebabkan karena otot-otot
penopang tubuh si kecil yang sudah mulai terstimulasi dengan semakin banyaknya gerakan yang
dihasilkan serta jenis makanan yang sudah mulai beragam sehingga membantu proses
pertumbuhan tulangnya.Pada usia 9-12 bulan, PB si kecil normalnya sekitar 71 cm-75 cm.
Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk
berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan mengukur tinggi
anak berdiri tegak.
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi adalah infatometer dengan
ketelitian 0,1 cm atau 1 mm. Bagian dari infatometer adalah sebagai berikut :
1. Bagian kepala atau head board tidak dapat digerakkan atau fix
2. Bagian kaki atau foot board yang bisa digerakkan
3. Alas yang rata
4. Bagian skala dengan ketelitian 0.1 cm atau 1 mm
1. Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada permukaan yang rata dengan
ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.
2. Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya selembar selimut tipis
atau kertas tisu yang lebar.
3. Sebelum megukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi, hiasan
rambut, dan kaos kaki bayi
4. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan
skala pengukur
5. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head board
6. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berada pada
garis yang tegak lurus dengan bidang infantometer.
7. Usahana dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi
8. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer
9. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar lutut bayi
lurus
10. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut
11. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau foot
board sehingga menempel dengan tumit bayi.
12. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas
13. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat dilakuakan
pada satu atau dua kaki bayi.
1. Usahakan agar ibu berada pada posisi yang terlihat oleh bayi agar bayi lebih tenang bila
tidak ada asisten pengukur ibu dapat diajari untuk menjadi asisten pengukur.
2. Jangan menekan lutut terlalu keras terutama pada bayi kecil
3. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengukur tinggi badan bayi adalah posisikan kepala,
luruskan badan dan tungkai, posisikan kaki, ukur panjang badan sampai 0,1 cm terdekat.
4. Jika bayi diukur telanjang, alasi papan pengukur dengan menggunakan kain kering untuk
menghindari cedera.
5. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap
hangat sambil menunggu pengukuran
Kelemahan Alat :
1. Alat pengukur panjang badan bayi aluminium ini mempunyai kelemahan pada panel
penggeser maupun panel untuk menempel di kepala, sebab tidak statis (mudah digerak-
gerakan ke kiri dan ke kanan). Oleh sebab itu pengukur harus berhati-hati dalam
mengukur, pembacaan dilakukan ketika posisi kedua papan tersebut tegak lurus. Caranya
adalah minta bantuan petugas pengunpul data lain atau ibu anak/bayi untuk memegang
papan bagian kepala, dan pengukur memegang papan bagian kepala.
2. Batas pengukuran maksimal adalah 100 cm. Apabila ditemukan panjang bayi lebih. Dari
100 cm, dapat digunakan meteran kain dengan menempelkan meteran pada papan. Bila
panjang badan bayi kurang dari batas minimal alat ukur, dapat digunakan penggaris atau
alat tambahan sampai ke batas minimal, kemudian diukur selisihnya untuk mendapatkan
hasil panjang badan bayi yang sebenarnya.
IDENTIFIKASI SECARA KLINIS ANAK YANG
MENDERITA GIZI BURUK
A. PENGERTIAN.
Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang
gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara
garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO,
Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000).
Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk
apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik)
Edema
- Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema
- Derajat edema:
+ Pada tangan & kaki
++ Tungkai & lengan
+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)
Derajat edema utk menentukan jumlah cairan yang diberikan
2. MARASMUS
3. MARASMIK - KWASHIORKOR
Tanda Dan Gejala :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok