Gangguan Mental Organik
Gangguan Mental Organik
Gangguan Mental Organik
I. PENDAHULUAN
Psikosa (psychosis) merupakan bentuk gangguan mental yang ditandai dengan
adanya diorganisasi kognitif, diorientasi waktu, ruang, orang, serta adanya gangguan dalam
emosionalnya. Keadaan tersebut menyebabkan penderita mengalami disintegrasi
kepribadian, yang dapat menyebabkan terputusnya hubungan dirinya dengan realita, bahkan
dapat menggangu fungsi sosialnya. Pada beberapa kasus disertai adanya halusinasi dan
delusi.
Menurut Kartini Kartono (1989), psikosa dibagi dalam dua golongan, yaitu: organic
psychosis (psikosa organik) dan functional psychosis (psikosa fungsional). Organis
psychosic disebabkan oleh adanya gangguan pada faktor fisik/organik dan faktor intern, yang
menyebabkan penderita mengalami kekalutan mental, maladjusment, dan inkompeten secara
sosial. Pada umumnya penyakit ini disebabkan oelh adanya gangguan pada otak serta fungsi
jaringan-jaringan otak (terjadi organic brain disorder). Hal ini mengakibatkan
berkurangnya/rusaknya fungsi-fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan
kemauannya.
II. ORANIC MENTAL DISORDER
Gangguan mental organik merupakan gangguan-ganguan yang dikaitkan dengan
disfungsi otak secara temporer atau permanen. Oeh karena itu, ganguan mental organik
disebut juga organic brain syndromes, yang dikelompokkan dalam 7 tipe (Choca, 1980), yaitu
:
Gambaran umum gangguan mental organik (Rathus & Nevid, 1991) yaitu :
1. Penurunan fungsi intelektual dan memori
2. Gangguan dalam bahasa (language) dan berbicara (speak)
3. Disorientasi waktu, ruang, dan orang
4. Gangguan motorik
5. Gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan
6. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
7. Perubahan kepribadian
Sulit untuk melakukan diagnosa yang tepat pada perilaku abnormal yang disebabkan oleh
faktor organik. Kerusakan otak mengakibatkan simptom-simptom yang bervariasi,
tergantung pada faktor lokasi dan luasnya area kerusakan, dan adanya kemampuan penderita
dalam mengatasinya, serta adanya dukungan sosial (social support).
Kerusakan pada struktur terntu atau bagian yang mempunyai fungsi tertentu, dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tersebut. Misal, bila yang mendapat gangguan kerusakan
adalah area bicara motoris, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan untuk berbicara
(secara motorik).
Kerusakan pada area otak yang sama, tidak selalu mengakibatkan pola simptom yang
sama; mungkin dikarenakan terjadinya perubahan minor pada tempat terjadinya kerusakan;
mungkin karena faktor psikologis yang berinteraksi dengan faktor organik. Dengan
mengetahui luas dan lokasi kerusakan pada otak dapat membantu menentukan range dan
beratnya kerusakan. Makin meluasnya kerusakan otak, makin luas pula kerusakan pada
fungsinya.
Diagnosis dini dari simptom-simptom yang terjadi, memungkinkan beberapa
gangguan kondisi organik dapat segera diobati atau dipulihkan, dengan menggunakan
treatment yang tepat. Misal, treatment yang tepat untuk tumor otak adalah dengan
pembedahan/operasi, bukan dengan psikoterapi.
Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh kerusakan atau trauma
otak, penyakit (disease), ketidakseimbangan nutrisi.
Gambaran utama dari gangguan mental organik yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif
Meliputi gangguan daya ingat (memory), daya pikir (intelect), daya belajar (learning)
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
· persepsi (halusinasi)
· isi pikiran (waham/delusi)
· suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, dan cemas)
(PPDGJ-III, 1999)
III. DELIRIUM
Delirium berasal dari bahasa latin; de = dari, lira = garis/line: yang berarti
menyimpang dari garis atau norma, dalam persepsi, kognitif, dan perilaku. Delirium
merupakan sindrom yang meliputi keadaan mental yang kacau dan kesulitan dalam
meusatkan perhatian/konsentrasi (Rathus & Nevid, 1991); yang mungkin disebabkan oleh
gangguan fisik seperti benturan pada kepala, infeksi otak, intoksikasi atau pasca penggunaan
zat-zat psikoaktif.
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
a. Gangguan kesadaran
b. Gangguan perhatian
d. Gangguan psikomotor
· Penderita mengalami hipo atau hiper-aktivitas yang tidak terduga. Terjadi fluktuasi yang
cepat antara keadaan gelisah (restlessness) dan keadaan pingsan (stupor).
· Waktu bereaksi yang lebih panjang
· Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
· Reaksi terperanjat meningkat
· Melakukan gerakan yang tidak ada tujuannya dan tidak tenang, misal memukul obyek
yang tidak jelas.
· Penderita mengalami insomnia atau tidak bisa tidur samasekali (pada kasus yang berat);
atau mengalami terbaliknya siklus tidur bangun, mengantuk pada siang hari.
· Gejala-gejala makin memburuk pada malam hari dan dalam keadaan tidak bisa tidur
· Mengalami mimpi buruk dan sering terjaga dari tidur. Mimpi buruk tersebut dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
f. Gangguan emosional
Penderita dapat mengalami depresi, anxietas, lekas marah, euforia, apatis, atau merasa
kehilangan akal.
2. Faktor Penyebab
Delirium disebabkan oleh kombinasi gangguan menyeluruh pada proses metabolisme otak
dan ketidakseimbangan neurotransmitter otak. Delirium dapat terjadi secara tiba-tiba yang
dikarenakan adanya trauma atau luka di kepala. Dapat juga berkembang secara bertahap
selama beberapa jam/hari yang secara umum disebabkan oleh infeksi, demam atau gangguan
metabolisme.
Secara umum, delirium disebabkan oleh :
· Infeksi
· Trauma kepala
· Gangguan metabolisme yang disebabkan oleh liver atau ginjal, hipoglikemia, kekurangan
thiamine, efek pembedahan, intoksikasi dan pasca penggunaan zat psikoaktif.
· Banyak faktor penyebab yangv tidak bisa diidentifikasi
(Rathus & Nevid, 1991)
4. Treatment
Delirium dapat dipulihkan melalui treatment yang tepat dengan mendasari pada
kondisi organiknya. Treatment tersebut bisa sangat singkat, biasanya berkisar satu minggu,
dan jarang lebih dari sebulan. Jika kondisi fisik mengalami kemunduran, dapat terjadi koma
atau kematian.
Treatment terbaik di lakukan di rumah sakit, karena penderita dapat dipantau
perkembangannya dan dapat dilakukan terapi obat (tranquilizers) untuk meringankan
simptom-simptomnya terutama pada penderita delirium tremens; serta akan mendapat
dukungan (suport) dari lingkungan.
a. Traumatic event, yaitu terjadi benturan pada kepala (trauma kepala), electric shock,
dan operasi
b. Penyebab non-tramatic event, yaitu :
· Tumor kepala
· Efek sekunder dari pembedahan pada otak
· Infeksi (meningitis tuberkulosis, post-encephalitis, herpes simplex)
· Hypoxia (kekurangan oksigen pada otak secara tiba-tiba)
· Infarction (ganguan pembuluh darah otak sehingga terganggu pula proses suplai zat-zat
penting ke otak) yang lebih dikenal dengan penyakit stroke.
4. Treatment
Deteksi dan diagnosis dini terhadap penyabab masalah gangguan ingatan sangat penting bagi
kesembuhan penderitas sebesar 20-30%. Dapat atau tidsknya penderita untuk sembuh
tergantung pada faktor penyebab amnesia, tetapi biasanya tidak dapat sembuh secara tuntas.
Terutama apabila gangguan tersebut disebabkan karena adanya kerusakan pada bagian
subkortikal otak, tidak dapat disembuhkan, meski gangguan ini jarang terjadi.
Treatment yang umum dilakukan pada penderita amnesia adalah dengan pemberian obat-
obatan yang dapat memperbaiki peredaran darah pada otak (terutama korteks), sehingga
suplai nutrisi ke otak dapat tercukupi. Disamping dengan pengobatan, terapi ingatan dapat
membantu kesembuhan.
V. DEMENSIA
Demensia berasal dari kata de = keluar dan mens = mental. Demensia merupakan
gangguan kognitif yang memiliki ciri menonjol adanya kemunduran ingatan secara progresif,
terganggunya kemampuan berbahasa (language) dan kordinasi motorik.
Menurut PPDGJ-III, demensia merupakan suatu sindrom akibat gangguan otak yang
biasanya, bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel, termasuk di dalamnya: daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. Umumnya
disertai, dan ada kalnya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi hidup.
Proses kemunduran mental atau fungsi intelektual pada demensia tidak dapat
disamakan dengan proses perubahan kemampuan intelektual pada manula, karena pada kasus
demensia lebih mengacu pada gangguan degeneratif otak.
Demensia terjadi pada usia 65 tahun atau sebelumnya disebut presenile dementia.
Simptom-simptomnya mulai berkembang cepat pada usia 40-50 tahun. Terjadi perubahan
mental dan kerusakan-kerusakan otak dari tingkat ringan sampai tingkat berat. Menunjukkan
adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer (PPDGJ-III: F00.0). Sedangkan
demensia yang terjadi di atas usdia 65 tahun disebut senile dementia, yang ditandai dengan
kemunduran fisik dan mental secara lamban dan progresif, dengan gangguan daya ingat
sebagai gambaran utamanya (PPDGJ-III: F00.1). Meskipun demikian, demensia dapat saja
terjadi pada semua tingkat umur.
1. Diagnosis dan gambaran umum penderita
a. Adanya kemunduran mental, seperti daya ingat, daya pikir atau kemampuan problem
solving, dan berpikir abstrak, yang semuanya itu dapat menggangu fungsi sosial dan
fungsi keseharian, seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll.
b. Kehilangan ingatan, mula-mula agak ringan, makin lama makin parah sampai mereka
tidak dapat mengingat informasi baru. Dan makin lama tidak dapat mengingat fakta
mengenai dirinya dan kehidupannya.
c. Afasia, yaitu kehilangan kemampuan menggunakan bahasa karena kerusakan pada
daerah bahasa di otak. Ada dua macam afasia :
Treatment
Sampai dengan saat ini belum ada pengobatan atau treatment yang efektif untuk
menyembuhkan penyakit Alzheimer. Yang ada hanyalah teratment pengobatan untuk
mengontrol gejolak emosi dan perilaku-perilaku yang tidak tepat, serta pemberian obat untuk
mencegah semakin menurunnya kadar ACh di otak.
5. Pick’s Disease
5 % dari kasus demensia disebabkan oleh penyakit Pick. Penyakit ini berkembang pesat pada
usia 60 70, dan kondisi penderita akan semakin menurun setelah 70 tahun. Penyebab
gangguan ini belum diketahui pasti, tetapi ada dugaan karena adanya transmisi genetik.
Kelurga daru penyakit Pick Disease, mempunyai resiko 17% terkena penyakit pick pada usia
sekita 75 tahun. Laki-laki memiliki probabilitas resiko lebih tinggi terkena pick daripada
perempuan.
Diagnosa dan gambaran umum penderita
· Adanya gejala demensia yang progresif
· Adanya gangguan perilaku dan emosi, sehingga secara sosial tidak terkendali, yaitu
perilaku sosial yang kasar, euforia, emosi tumpul, disinhibisi, dan apatis atau gelisah.
· Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat (PPDGJ-
II:F02.0).
6. Multi-infarct Dementia
Merupakan demensia yang disebabkan oleh multipel sroke yang terjadi pada waktu yang
berlainan (terjadi berulang-ulang) atau bentuk kerusakan otak lainnya. Stroke yang terjadi
secara berulang ini dapat menyebabkan luasnya efek pada fungsi mental. Penyakit stroke ini
terjadi karena adanya gumpalan-gumpalan darah yang iasanya disebabkan karena adanya
proses pengapuran. Dapat juga karena adanya proses penebalan dinding-dinding pembuluh
darah otak, yang biasanya disebabkan oleh kolesterol. Keadaan tersebut menyebabkan
terhambatnya suplai darah ke seluruh bagian otak, sehingga bagian yang tidak terlairi darah
akan terhenti fungsinya, dan timbul gangguan biasanya pada fungsi motorik, fungsi bicara
(speech), atau fungsi kognitifnya. Kematian bisa saja terjadi bila jika keadaan semakin parah.
Multi-infarct dementia mempunyai simptom yang sama dengan penyakit Alzheimer, yaitu
adanya gangguan daya ingat dan kemampuan bicara, gejolak emosi, ketidakmampuan
penderita untuk emnjalankan fungsi-fungsi keseharian. Gangguan pada fungsi-fungsi mental
dan kemampuannya tergantung pada area kerusakan yang mempunyai fungsi tertentu.
Ketidakmampuannya kognitif biasanya tidak merata, mungkin terdapat hilangnya daya ingat,
gangguan daya pikir, atau gejala neurologis fokal. Namun daya tilik diri (insight) dan daya
nilai (judgement) secara relatif tetap baik (PPDGJ-III: F01).
Terjadinya onset cenderung lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik
minor yang menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkin otak (PPDGJ-III: F01.1).
2. Penyakit Huntington
Penyakit ini pertama kali diidentifikasikan oleh George Huntington pada tahun 1872.
Penyakit Huntington disebabkan adanya kerusakan yang meluas pada subkorteks otak, dan
bagian-bagian pada korteks frontal, yang mengontrol gerakan motorik korpus kolasum
(Mulyani, 1999). Kerusakan progresif pada subkorteks yang mempengaruhi sel-sel saraf
yang memproduksi Ach dan GABA (Rathus &Nevid, 1991).
Penyakit Huntington dapat terjadi pada anak-anak, tapi umumnya terjadi pada orang yang
berumur 30-50 tahun. Penyakit ini terjadi melalui transmisi genetik (diduga terjadi kerusakan
pada kromosom no. 4). Seseorang yang mempunyai orang tua yang menderita penyakit
Huntington, akan memiliki probabilitas resiko sebesar 50%. Penyakit ini lebih banyak terjadi
pada perempuan daripada laki-laki.
Treatment
Sebab-sebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Sejauh ini diduga karena
adanya faktor keturunan. Dan cara penyembuhan yang efektif jga belum diketemukan. Oleh
karena itu, sikap pencegahan lebih bermanfaat, yaitu bila ada seorang anggota keluarga yang
menderita penyakit ini, lebih baik tidak menikah atau tidak menurunkan anak.
1. Encephalitis
Encephalitis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan pada jaringan-
jaringan otak yang disebabkan oleh virus yang dibawa oleh serangga seperti nyamuk, kutu,
dan serangga lainnya.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
a. Penderita mengalami kelesuan dan mengantuk yang diikuti oleh periode iritabiltas dan
eksitabilitas.
b. Dapat terjadi delirium selama fase akut
c. Terjadi perubahan perilaku emosional yang ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan
yang dangkal dan tidak beralasan (euforia), mudah berubah menjadi iritabilitas (cetusan
amarah) dan agresi yang sejenak. Pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran
yang menonjol.
(PPDGJ-III:07.0)
2. Meningitis
Meningitis merupakan infeksi atau peradangan akut yang terjadi pada sistem syaraf pusat,
yaitu peradangan pada meninges atau membran (selaput luar otak) yang melapisi urat syaraf
tulang belakang dan otak.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroba seperti virus, bakteri, dan protozoa. Frekuensi
terbanyak disebabkan oleh bakteri meningococcus. Jika pada terapi awal dilakukan dengan
obat antibiotik, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan. Tapi jika tidak dilakukan
terapi apapun, dapat terjadi koma dan akhirnya kematian.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Penderita mengalami panas tinggi, kejang-kejang, sakit kepala yang hebat, rasa sakit dan
kekakuan otot-otot, muntah-muntah, rasa kantuk, gangguan konsentrasi, iritabilitas, dan
gangguan daya ingat.
· Retardasi mental dapat terjadi
· Karena penyakit meningitis sangat menular, maka sebaiknya penderita dikarantinakan
untuk mencegah terjadinya penularan.
3. Neurosyphillis
Sipilis (syphillis) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri treponema
pallidum. Sipilis ini dapat ditularkan melalui kontak genital, oral, atau anal dengan penderita
sipilis. Dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayi yang dikandungnya melalui plasenta.
Jika tidak dilakukan treatment pada penyakit sipilis, maka penyakit ini akan mengalami
perkembangan. Penyakit ini bermula dari organ tempat masuknya bibit penyakit (chancre),
sampai akhirnya berkembang dan bakteri sipilis mulai menyerangbagian tubuh yang lain,
termasuk sel-sel saraf tulang belakang yang mengontrol respon motorik. Kadang dapat
menyerang jaringan saraf otak.
Makin meluasnya infeksi dimana otak diserang secara langsung sehingga terjadi general
paresis yaitu suatu bentuk kemunduran mental.
Dignosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terjadi simptom fisik seperti tremor, berbicara tidak jelas (slurred speech), gangguan
koordinasi motorik, dan akhirnya dapat terjadi paralisis (kelumpuhan).
· Simptom psikologis berupa terjadinya perubahan perasan, emosinya datar atau tidak ada
respon emosi pada hal yang menyenangkan ataupun menyedihkan, dan iritabilitas (cetusan
amarah): delusi: terjadi perubahan kebiasaan seperti menjadi tergantung kepada orang lain
dalam menjalankan fungsi keseharian (memelihara dan merawat diri sendiri); terjadi
kemunduran intelektual secara progresif, termasuk gangguan daya ingat yang berat, gangguan
daya nilai dan pemahaman. Kadangkala terjadi euforia, dan beberpa kasus terjadi depresi dan
lethargic (keadaan kesadaran yang menurun dan seperti tertidur lelap). Akhirnya penderita
menjadi apatis.
· Dalam kondisi parah, kematian dapat saja terjadi
(Rathus & Nevuid, 1991)
Treatment
Deteksi lanjut dan terapi dengan pemberian obat antibiotik dapat menurunkan keadaan
general paresis tersebut. Pemberian treatment tergantung pada tahapan atau keparahan
infeksinya. Antibiotik dapat mencegah atau membendung perkembangan infeksi dan
mencegah kerusakan lebih lanjut. Pemberian obat tersebutf tidak dapat memulihkan fungsi-
fungsi yang rusak.
2. Contusion
Contusion ini merupakan trauma otak yang lebih serius, yang dikarenakan benturan atau
pukulan pada tengkorak kepala cukup keras sehingga menyebabkan jaringan lunak otak
mengalami memar.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terjadi koma akibat adanya trauma tersebut, yang dapat berlangsung selama beberapa jam
atau bulan
· Operasi pada kepala dilakukan apabila terjadi pendarahan pada otak
· Setelah sadar, penderita mungkin akan mengalami problem pada fungsi kgnitif dan bicara.
Biasanya fungsi tersebut akan pulih kembali kira-kira setelah satu minggu
· Pengulangan kejadian concussion dan contusion dapat menyebabkan kerusakan otak,
gangguan kognitif permanen, dan ketidakstabilan emosu.
· Simptom kognitif dan fisik meliputi : bicara tidak jelas (slured specch); cara berjalan yang
gemetar dan tidak tegap; mengalami problem emosi; kemunduran daya ingat; kepeningan dan
tremor.
(Rathus & Nevid, 1991)
3. Laceration
Trauma otak yang paling parah adalah laceration yang terjadi karena adanya luka yang
disebabkan oleh benda asing yang menembus tengkorak kepala dan merusak jaringan otak.
Tingkat dari kerusakan pada otak ditentukan oleh lokasi dan luasnya luka pada otak.
Laceration yang berat dapat menimbulkan kematian mendadak. Penderita yang dapat
bertahan hidup, akan menglami kerusakan otak permanen, yaitu gangguan mayor pada fungsi
mental dan fisik. Kadang, penderita hanya mengalami gangguan minor atau tidak ada efek
permanen (Rathus & Nevid, 1991)
1. Stroke
Pada stroke dengan tipe cerebral thrombosis, gumpalan bekuan darah yang berada pada
pembuluh darah otak dapat menimbulkan penyempitan bahkan dapat terjadi penutupan
(occlusion) sirkulasi darah di otak.
Tipe lainnya adalah artherosclerosis, yaitu terjadinya penyempitan pembuluh darah otak
karena penebalan pembuluh darah yang disebabkan oleh timbunan lemak pada dinding-
dinding pembuluh darah otak.
Stroke dengan tipe cerebral embolism terjadi akibat adanya bekuan darah atau sumbat
lainnya yang dibawa mengalir oleh darah sampai ke pembuluh darah yang kecil )kapiler) dan
mengendap sehingga menyumbat aliran darah pada otak. Sumbat tersebut antara lain
gelembung udara (air bubble) atau butiran lemak (fatty globule).
X. TUMOR OTAK
Tumor jinak (benign) dan tumor ganas (malignant) pada otak dapat mempengaruhi
sindrom mental organik yang serius. Tumor ganas atau kanker otak yang bermula pada otak
disebut faktor penyebab primer. Sedangkan kanker otak yang terjadi akibat penyebaran
kanker dari bagian tubuh lainnya disebut faktor penyebab sekunder.
Treatment pada tumor otak dapat dilakukan dengan pengangkatan tumor melalui
operasi. Sedangkan pada kanker dapat dilakukan treatment radiasi atau kemoterapi.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Buktu adanya tumor yang dapat dideteksi dengan CAT scan
· Gangguan daya ingat dan sakit kepala yang berulang-ulang, merupakan tanda awal
· Berkembangnya tumor dapat memperburuk simptom-simtomnya, yaitu terjadi sakit kepala
yang hebat; terjadi disorientasi dan gangguan daya ingat; muntah-muntah; gangguan
pandangan; gangguan koordinasi motorik; dan berapa kasus terjadi halusinasi.
· Simptom-simptom tumor otak tergantung pada ukuran tumor dan lokasinya
2. Beriberi
Beriberi merupakan gangguan yang disebabkan adanya defisiensi thiamine
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Adanya gangguan saraf : kesulitan dalam konsentrasi dan daya ingat
· Terjadi iritabilitas, letargi/kelesuan yang ekstrim, ketidaan nafsu makan, insomnia, adanya
perasaan letih dan tidak bergairah.
XIII. EPILEPSI
Penyakit epilepsi atau ayan merupakan penyakit pada kesadaran, karena terdapat gangguan
pada otak. Sebab-sebab epilepsi yang jelas belum diketahui. Dari segi biologis dijelaskan
bahwa adanya predisposisi dan faktor keturunan, sehingga terjadi gangguan pada otak,
terutama pada kulit otak (cortex).
Hilangnya kesadaran disebabkan karena instabilitas dari neuron-neuron korteks.
Sepertiga dari jumlah penderita epilepsi mempunyai riwayat keluargaberpenyakit epilepsi.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak berumum 6-24 bulan. Jika serangan epilepsi
sudah dialami sebelum umum 7 tahun, maka akan mengakibatkan kelemahan mental, dan
fungsi-fungsi kejiwaan lainnya juga mengalami hambatan.
Sebelum terjadinya serangan epilepsi, terdapat gejala aura, yaitu penderita merasa
pusing, merasa tidak enak pada perut dan punggungnya dalam beberapa detik. Penderita
menjadi bingung dan merasakan getaran-getaran dingin, sehingga dia tidak dapat
mempersiapkan diri terhadap serangan kekdjangan. Lalu penderita mengalami aura-stupor,
yaitu rasa seperti terbius dan tidak berdaya, serta merasakan kelumpuhan atau kekakuan pada
sebagian anggota badannya.
Ada 3 tipe epilepsi menurut serangan kekejangannya, yaitu :
1. Grand mal (tonic-clonic epilepsy)
Serangan ini merupakan yang paling berat. Sewaktu terjadi serangan kesadaran hilang dan
penderita mengalami kejang-kejang. Nafasnya terhenti, mulutnya bergetar, dan rahngnya
terkatup kuat. Lengan dan kaki terlentang kaku dan kejang-kejang, serta tangannya
mengepal. Kemudian penderita terjatuh. Mungkin juga penderita merasa sakit, lalu
menangis dan mengerang-erang, kemudian jatuh pingsan, tidak ingat sesuatupun juga.
Mukanya menjadi kelam, lalu jadi pucat. Saat serangan terjadi, penderita dapat kehilangan
kontrol diri, sehingga dapat kencing atau buang air besar yang tak terkendali, atau menggigit
lidahnya.
Dengan masuknya oksigen dalam paruparu, kejang dan kekakuannya menurun. Tangan
dan kaki tetap bergerak-gerak tapi mulutnya berbuih. Kejadian ini berlangsung selama kira-
kira 1 menit. Setelah sadar, penderita mengalami kebingungan dan keletihan, dan dapat
tertidur. Saat terjaga, penderita mungkin tidak ingat kejadian saat terjadi serangan, meski
lidahnya sakit atau mengompol.
Penderita yang mengalami kekejangan tesebut memiliki resiko mendapatkan
kecelakaan,seperti melikai diri sendiri, menggigit lidahnya hingga putus, atau tenggelam,
terluka, atau terbakar.
2. Petit mal epilepsy (small illness)
Biasanya penderita tidak kehilangan kesadarannya. Ia berhenti sebentar, memandang kosong
ke depan atau ke lantai, lalu berjalan kembali. Seringkali terdapat gerakan-gerakan pad
kening dan alis, atu gerak ritmis pada kelopak mata, dekat telinga, bibir dan hidung. Barang
yang sedang dipegannya, dapat terjatuh.
Petit mal ini banyak dialami oleh perempuan, terutama mereka yang sedang mengalami
periode sekitar pubertas.
3. Jacksonism (Jacksonian epilepsy)
Srangan seperti pada grand mal. Hanya sersngan tersebut bermula pada sebagian badan
dengan kekejangan otot atau ganguan indera, seperti merasa bingung, tidak dapat mendengar,
tidak dapat merasakan apa-apa, merasa dingin atau panas, dan lain-lain.
Gangguan otot dan indra tersebut kemudian meluas ke seluruh badan. Pada awal
serangan, penderita seringkali masih sadar. Kesaran hilang, saat serangan tersebut meluas,
penderita pingsan dengan disertai kejang-kejang. Jika kekejangan tersebut jarang terjadinya,
maka fungsi inteleknya tidak terganggu. Tapi jika kekejangan sering menyerang, dapat
melemahkan fungsi intelek dan fungsi kejiwaannya.
Secar psikologis, kekejangan merupakan mekanisme untuk meredusir ketegangan. Pada
orang yang mempunyai predisposisi herediter, ketegangan dan konflik psikis dapat
menyebabkan timbulnya epilepsi Jacksonisme pada dirinya.
Treatment
Treatment fisik :
· Dengan diet tertentu dan pemberian obat-obatan
· Dapat juga diberikan elektroshock, yaitu kejutan-kejutan listrik
Treatment psikologis
· Sebaiknya dilakukan psikoterapi untuk menghilangkan ketakutan dan kecemasan, rasa
malu dan terhina, hasrat untuk menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawal), rasa
penolakan dan konflik bathin lainnya.
· Penderita dijaga perasaannya dari konflik-konflik batin supaya tidak terjadi kambuhnya
serangan epilaepsi.
· Memperlakukan atau menerima penderita seperti layaknya orang normal (meskipun harus
dijaga agar penyakitnya tidak kambuh) karena penderita epilepsi biasanya masih dapat
menjalankan keseharian, seperti belajar, bekerja, atau menikah (meski ini tidak disarankan).
KESIMPULAN
Dengan memahami gangguan mental organik, kita dapat mengetahui bahwa faktor
fisik damn mental/psikis tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit atau gangguan pada fisik
manusia ternyata dapat menimbulkan efek psikologis, mulai dari yang ringan sampai yang
berat.
Gangguan mental organik merupakan gangguan pada mental yang disebabkan oleh
adanya gangguan atau penyakit pada fisik. Umumnya disebabkan oleh adanya gangguan
pada otak serta fungsi jaringan-jaringan otak. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tau
rusaknya fungsi-fungsi kognitif, yaitu antara lain daya ingat, daya pikir (intelektual), daya
belajar 9learning), daya nilai (juggment), daya konsentrasi dan perhatian; juga dapat
mempengaruhibemosi dan motivasinya. Beratnya gangguan dan kekalutan mental tersebut
tergantung pada parahnya kerusakan organis otak.
Gangguan mental organik ini merupakan efek sekunder dari ganguan yang
sebenarnya. Dengan kata lain, efek gangguan pada mental menyertai atau merupakan akibat
adanya gangguan utama pada fisiknya (primer). Gangguan pada mental ada yang dapat
sembuh dan ada yang tidak. Terutama pada kerusakan otak yang permanen, cenderung
meninggalkan efek mental yang permanen pula.
Treatment yang baikadalah yang sesuai dengan kebutuhan penyembuhan atau untuk
emngurangi simptom-simptom yang terjadi. Disamping terapi fisik yang biasanya dengan
obat-obatan, terapi psikologis sangat penting untuk mendukung kesembuhan atau mengurangi
efek mental pada penderita. Biasanya, penderita akan mengalami depresi mental setelah
menyadari adanya kekurangan atau gangguan yang terjadi pada dirinya, yang justru akan
memperburuk keadaannya. Disamping psikoterapi, penerimaan lingkungan sosial terhadap
keadaan penderita, dapat mendukung keberhasilan psikoterapi tersebut.
Daftar Pustaka
Choca, James, 1980, Manual for Clinical Psychology Practicums, New York: Brunner/Mazel.Inc.
Duke, Marshall P., dan Nowicki, Stephen, Jr., 1986, Abnormal Psychology, New York: CBS College
Publishing
Kartono, 1989, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung: Mandar Maju
Maslim, Rusdi, 1999, Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan ringkas dari PPDGJ-III, Jakarta
Mulyani, Sri Martaniah, 1999, Psikologi Abnormal, Yogyakarta
Ramali, A., dan Pamoentjak, 1987. Kamus Kedokteran, Jakarta: Djambatan
Rathus, A. Spencer, dan Nevid, S. Jeffrey, 1991, Abnormal Psychologi, New Jersey.Euglewood Cliffs.