Makalah APBD
Makalah APBD
Makalah APBD
Pertama sekali kami bersyukur atas kasih Tuhan Yang Maha Esa dan rahmat bagi
kami. Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemudahan dan memberi kami
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu dan kami juga ingin
berterima kasih kepada Ibu Tapi Rumondang Sari Siregar SE., M.cc. sebagai dosen mata
kuliah Akuntansi Sektor Publik di fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi UNIMED yang selalu
mengajarkan kami dan memberikan banyak pengetahuan tentang teori-teori sektor publik
serta penerapan akuntansi di dalamnya. Dalam pemenuhan tugas ini kami ditugaskan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kami mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah disepakati bersama. Harapan yang paling besar dalam penyusunan makalah ini adalah
mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman,
dan para pembaca.
Kami akui masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena kesempurnaan
hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu akhir kata kami mohon saran dan kritik
dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Namun, dewasa ini penyelewengan dana APBD semakin marak terjadi, ironisnya
masyarakat banyak yang masih acuh tak acuh dan tak mau tau terhadap hal tersebut. Oleh
karena itu, berdasarkan uraian tersebut, maka kami menganggap perlu untuk menyusun
tulisan ini dengan judul APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Sehingga,
dari hasil pembahasan ini diharapkan masyarakat menjadi tau kegunaan serta manfaat
APBD tersebut bagi kelangsungan daerah setempat.
1
Bagaimana prinsip-prinsip APBD?
Apa kebijakan dari APBD?
Bagaimana proses dan tahap perumusan penyusunan APBD?
Bagaimana proses penetapan APBD?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah:
a. Untuk memahami pengertian dari APBD.
b. Untuk mengetahui fungsi APBD.
c. Untuk mengetahui tujuan APBD.
d. Untuk mengetahui struktur APBD.
e. Untuk mengetahui prinsip-prinsip APBD.
f. Untuk memahami kebijakan dari APBD.
g. Untuk mengetahui proses dan tahap perumusan penyusunan APBD.
h. Untuk mengetahui proses penetapan APBD.
1.4 Manfaat
Untuk memahami konsep dari APBD hingga dapat menjelaskan proses penyusunan
APBD, serta menambah wawasan dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
o Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain
o Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus
o Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya.
Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi
pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD
sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
3
Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah.
Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya,
serta meningkatkan efisiensi, dan efektifitas perekonomian daerah.
Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran
daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk
memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Tujuan APBD disusun dengan tujuan untuk dijadikan pedoman oleh pemerintah daerah
dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah
sehingga kesalahan, pemborosan dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.
Adapun tujuan APBD yang lain antara lain.
Membantu pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah mencapai tujuan fiskal
Meningkatkan pengaturan atau kordinasi setiap bagian-bagian yang berada pada
lingkungan pemerintah daerah.
Membantu menghadirkan dan menciptakan efisensi dan keadilan terhadap penyediaan
barang dan jasa publik dan umum.
Menciptakan perioritas belanja atau keutaman belanja pemerintahan daerah.
Menghadirkan dan Meningkatkan transparansi pemerintah daerah terhadap
masyarakat luas dan pemerintah daerah dapat mempertanggungjawabkan kepada
Dewan Perwakila Rakyat (DPRD).
4
2.4 Struktur APBD
1) Pendapatan Daerah
Pendapatan, semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang
menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Struktur pendapatan antara lain:
5
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah: hibah berasal dari pemerintah,
pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri,
kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat;
dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan
akibat bencana alam; dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
2) Belanja Daerah
Belanja, semua pengeluaran melalui rekening kas umum daerah, yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah-daerah. Belanja daerah dapat
dibedakan menurut :
6
3) Pembiayaan Daerah
1. Kesatuan, azas ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.
2. Universalitas, azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Tahunan, azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
4. Spesialitas, azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara
jelas peruntukannya.
5. Akrual, azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani untuk
pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan anggaran untuk penerimaan
yang seharusnya diterima, walaupun sebenarnya belum dibayar atau belum diterima
pada kas.
6. Kas, azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada saat terjadi
pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke kas daerah.
7
2.6 Kebijakan APBD
Kebijakan Umum APBD merupakan arah pembangunan daerah dalam satu tahun
anggaran yang disepakati dan dijadikan pedoman penyusunan prioritas dan plafond
Anggaran sementara serta rancangan APBD.
Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun
(Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana terakhir telah diuabah dengan Permendagri
nomor 21 tahun 2011 pasal 83). Pedoman penyusunan APBD memuat antara lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan
pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.
Rancangan KUA dan rancangan PPAS umumnya disusun oleh Tim Anggaran pemerintah
Daerah (TAPD) yang diketuai oleh Sekretris Daerah. Rancangan KUA dan rancangan
PPAS yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada
kepala daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni.
Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling
lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD
bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah
dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli
tahun anggaran berjalan.
KUA dan PPAS yang telah disepakati dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang
ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu
bersamaan.
Dalam hal kepala daerah berhalangan yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang
diberi wewenang untuk menandatangani nota kesepakatan KUA dan PPAS. Dalam hal
kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS
dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
8
Dilihat dari isinya Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi
penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan
pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian tersebut memuat
langkah-langkah kongkrit dalam mencapai target.
a. Bagian Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini diuraikan latar belakang dibuatnya KUA yaitu karena
keterbatasan dana sementara kebutuhan yang banyak maka perlu dibuat KUA. Adalah
sudah menjadi keyakinan umum bahwa di satu sisi sumber daya yang ada dan dimiliki
oleh daerah memang terbatas, tetapi di sisi lain kebutuhan sumber daya yang akan
digunakan untuk melaksanakan urusan pemerintahan daerah sungguh sangat banyak.
Kondisi ini merupakan latar belakang untuk disusunnya Kebijakan Umum Anggaran.
Selanjutnya diikuti dengan pemaparan tujuan dibuatnya KUA, yaitu mengakomodir
dinamika pembangunan dan seterusnya.
Pada bagian ini diuraikan perkembangan Produk domestik Regional bruto dari beberapa
tahun yang dirinci menurut sektornya misalnya (a) sektor pertanian, (b) Pertambangan dan
Penggalian, (c) Industri Pengolahan, (d) Listrik Gas dan Air Bersih, (e) Bangunan, (f)
Perdagangan, Hotel dan Restoran, (g) Angkutan dan Komunikasi, (h) Keuangan,
Persewaan dan jasa perusahaan, (i) Jasa jasa. Dari paparan kerangka ekonomi yang dirinci
per sektor tersebut, maka dapat dilihat sektor yang memberi kontribusi terhadap
Pendapatan Domestik Regional Bruto tinggi, rendah serta rata-rata. Infomasi ini sangat
berguna dalam mengevaluasi kinerja masa lalu dan sekaligus untuk membuat perencanaan
pembangunan kedepan.
Pada bagian ini juga disajikan pendapatan per kapita, perkembangan tingkat inflasi selama
tahun beberapa tahun. Informasi mengenai penaman modal juga disajikan di bagian
kerangka ekonomi makro. Berdasarkan evaluasi atas kerangka ekonomi makro tahun
sebelumnya dan kondisi daerah, selanjutnya ditentukan target ekonomi makro tahun tahun
yang akan datang. Penentuan target ini juga memperhatikan Kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh daerah.
9
Disamping itu pada bagian ini juga dikenali prospek perekonomian daerah kota daerah
misalkan diarahkan pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.
Untuk mencapai target yang telah ditetapkan tersebut, maka ditentukan arah kebijakan
ekonomi.
Pada bagian ini diuraikan mengenai data Anggaran Pembangunan dan Belanja
Negara(APBN). Data ini penting karena APBN sangat berpengaruh terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.. Misalkan jika APBN ada transfer ke daerah berupa Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) maka tentu
daerah tertentu akan mendapat alokasi dana tersebut. Tentunya data APBN tidak dapat
dijadikan rujukan tunggal, masih terdapat berbagai Peraturan Menteri Keuangan yang
terkait dengan alokasi dana dari pemerintah pusat ke daerah yang harus diperhatikan.
Selanjutnya juga diuraikan perkembangan inflasi selama beberapa tahun dan prediksi
inflasi tahun yang akan datang. Walaupun perkembangan inflasi di daerah tidak selalu
sama dengan perkembangan inflasi nasional, perkiraan inflasi nasional tentu sangat
membantu dalam memprediksi inflasi di tahun yang akan datan di daerah tersebut.
Asumsi asumsi dasar ini akan mempengaruhi kebijakan APBD daerah yang bersangkutan.
Kebijakan mengenai pendapatan menetapkan pilihan tindakan apa yang akan dilakukan
untuk memperoleh pendapatan. Untuk mendapatkan pendapatan daerah, daerah
melakukan perluasan jenis pendapatan selama masih berada pada koridor yang diijinkan
oleh peraturan yang berlaku. Sesuai dengan UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah daerah diberi kewenangan untuk memungut Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Jenis Pajak provinsi terdiri atas: (a) Pajak Kendaraan Bermotor; (b) Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor; (c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (d)
Pajak Air Permukaan; dan (e) Pajak Rokok. Sementara itu pajak daerah yang dipungut
oleh Kabupaten/Kota meliputi : (a) Pajak Hotel; (b) Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan;
(d) Pajak Reklame; (e) Pajak Penerangan Jalan; (f) Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan; (g) Pajak Parkir; (h) Pajak Air Tanah; (i) Pajak Sarang Burung Walet; (j) Pajak
10
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan (k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Disamping memiliki kewenangan untuk memungut pajak, daerah juga dapat memungut
rertibusi. Retribusi yang dipungut meliputi retribusi jasa umum, Retribusi jasa usaha dan
Retribusi Perijinan tertentu. Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan
sebagai Retribusi Jasa Umum. Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan
sebagai Retribusi Jasa Usaha. Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu
digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.
Di bagian ini juga ditentukan target pendapatan yang harus diterima oleh daerah yang
dirinci menurut sumbernya yaitu dari PAD, Dana Perimbangan serta Lain lain pendapatan
daerah yang sah disertai dengan upaya upaya daerah untuk mencapai target tersebut.
Misalkan untuk tercapainya target PAD akan diupayakan efisiensi melalui
penyederhanaan dan optimalisasi prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi,
memanfaatkan teknologi informasi serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan retribusi.
Untuk pendapatan yang sangat dipengaruhi oleh Pemerintah di atasnya, upaya yang
dilakukan misalnya meningkatkan hubungan intensitas/kerjasama dengan Pemerintah di
atasnya.
Kebijakan mengenai belanja daerah juga harus ditetapkan misalkan belanja daerah akan
disesuaikan dengan kekuatan keuangan daerah. Dijelaskan pada bagian ini arah kebijakan
belanja misalkan diutamakan untuk memenuhi belanja tidak langsung yang meliputi
belanja pegawai, hibah, bantuan sosial dan belanja tidak terduga sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Pemda juga dapat melakukan efisiensi dalam pemanfaat listrik,
telepon, air serta belanja pemeliharaan gedung kantor/kendaraan dinas dan sebagainya.
Belanja juga dapat diarahkan pada kegiatan yang mendukung prioritas pembangunan.
Pemda juga dapat mengoptimalkan belanja untuk dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. Belanja tidak langsung dalam bentuk hibah dapat ditentukan akan
dikeluarkan kepada fihak-fihak yang berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan.
Sementara itu belanja bantuan sosial diarahkan antara lain untuk bedah rumah keluarga
miskin dan sebagainya.
11
e. Kebijakan Pembangunan Daerah
f. Kebijakan Pembiayaan
Rencana jumlah pendapatan dan rencana belanja daerah dapat diprediksi estimasi surplus
atau defisit. Jika estimasi jumlah pendapatan lebih tinggi daripada estimasi belanja akan
menghasilkan estimasi surplus. Sebaliknya jika estimasi pendapatan lebih kecil daripada
estimasi belanja akan menghasilkan estimasi defisit. Pada bagian ini diatur bagaimana
memanfaatkan surplus dan bagaimana mengatasi defisit. Dalam hal ada surplus, maka
harus ditentukan kebijakan apa yang dilakukan untuk memanfaatkan surplus tersebut.
Daerah dapat memanfaatkan surplus misalkan untuk melakukan investasi atau membayar
hutang daerah jika memang mempunyai hutang. Dalam hal akan terjadi defisit maka harus
ditentukan kebijakan yang harus diambil. Misalkan daerah dapat melakukan rasionalisasi
belanja dan sebagainya. Pemda juga mencairkan investasi jika memang memiliki
investasi, atau daerah juga dapat menarik pinjaman.
2.7 Proses dan Tahap Perumusan Penyusunan APBD
12
berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan
pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya tujuan bernegara.
Setidaknya terdapat 6 sub proses dalam penyusunan APBD, yaitu penyusunan KUA,
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), penyiapan SE kepala
daerah tentang pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD,
penyusunan RKA SKPD, penyiapan rancangan peraturan daerah (raperda) APBD,
pembahasan Rperda APBD dan penyusunan Raper KDH penjabaran APBD, evaluasi serta
penetapan Raperda APBD dan Raper KDH penjabaran APBD.
Proses penyusunan kebijakan umum APBD (KUA) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses perencanaan. Seperti diketahui, setiap SKPD mengembangkan
Renstra dengan mengambil program yang tercantum dalam RPJMD yang sesuai dengan
bidangnya.
a. Target tercapainya kinerja yang terukur dari program yang akan dilaksankan.
b. Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, serta sumber dan pengguunaan
pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
2. Peyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara
PPAS merupakan dokumen yang berisi seluruh program kerja yang akan dijalankan
tiap urusan pada tahun anggaran, dimana program kerja tersebut diberi perioritas sesuai
dengan visi, misi, dan strategi Pemda.
13
Surat edaran kepala daerah tantang pedoman penyusunan RKA SKPD merupakan
dokumen yang sangat penting bagi SKPD sebelum menyusun RKA.
a. Dokumen KUA yang memberikan rincian program dan kegiatan per SKPD.
b. Standar satuan harga, yang menjadi referensi dalam penentuan rincian anggaran
di RKA.
c. Kode rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.
Dokumen sumber yang utama dalam penyiapan Raperda APBD adalah RKA SKPD.
Oleh karenanya harus dipastikan bahwa setiap RKA SKPD telah disusun sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku. Proses selanjutnya adalah penggabungan seluruh
RKA yang telah dievaluasi TAPD menjadi dokumen kompilasi RKA. Proses ini dilakukan
oleh PPKD. Berdasarkan dokumen kompilasi tersebut, PPKD kemudian membuat
lampiran-lampiran Raperda APBD yang terdiri atas:
a. Ringkasan APBD
b. Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organisasi)
c. Rincian APBD (menurut urusan pemerintah, organisasi, pendapatan, belanja dan
pembiayaan).
d. Rekap belanja (menurut urusan pemerintah, organisasi, program dan kegiatan,
dan keselarasan urusan dengan fungsi)
14
6. Evaluasi rancangan peraturan daerah APBD
Kepala daerah menyampaikan Raperda tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada
gubernur untuk dievaluasi.
Proses evauasi ini dilakukan maksimal selama 15 hari kerja sejak penyerahan
dilakukan. Jika kedua rancangan peraturan tersebut dinyatakan tidak olos evaluasi, maka
pemda bersamaDPRD harus melakukan penyempurnaan.
NB:
15
Pendekatan Dalam Penyusunan Anggaran
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
APBD adalah dana yang dimiliki oleh daerah dalam penggunaannya dalam
pembangunan dan penyalurannya. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember. Dalam perkembangannya APBD selalu mengalami pasang surut
sejalan dengan perkembangan ekonomi daerah dan nasional. APBD merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah akan
mengakibatkan surplus atau desifit APBD. Selanjutnya pembiayaan netto merupakan
selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Jika terjadi
defisit, maka jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran. Sedangkan
SILPA tahun berjalan merupakan selisih antara surplus/defisit APBD dengan pembiayaan
netto.
3.2 Saran
Diharapkan Dengan selesainya makalah ini dapat dijadikan tolak ukur perubahan yang
terjadi di kalangan pembaca agar lebih sadar terhadap kehidupan politik di lingkungannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/18075302/Makalah_tentang_APBD?auto=download
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-
perbendaharaan/9937-kebijakan-umum-anggaran-pendapatan-belanja-daerah
https://www.wikipedia.com
18