Dasar-Dasar Tasawuf
Dasar-Dasar Tasawuf
Dasar-Dasar Tasawuf
Disusun Oleh :
Agus Alliyyin dan Dadang
Program/ Fakultas : Strata 1/ Syariah
Semester : III
PENDAHULUAN
Tasawuf adalah kehidupan rohani dan lebih tegas lagi bahwa bertasawuf itu adalah fitar
manusia. Melihat pengertian tasawuf dimulai dari pembersihan diri yang bertujuan untuk
mencapai hakikat yang tingggi oleh karena Allah SWT itu adalah Nur dan Maha Suci,
maka hamba yang ingin berhubungan dengan Allah harus berusaha melepaskan rohnya
dari kungkungan jasadnya. Untuk dapat melepaskan roh itu ditempuh jalan riadlah
(latihan) yang memakan waktu cukup lama. Riadlah ini juga bertujuan untuk mengasah
roh itu supaya tetap suci. Naluri manusia tetap ingin mencapai yang baik dan sempurna
dalam mengarungi kehidupannya. Untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan itu tidak
dilalui dengan mempergunakan ilmu pengetahuan saja. Karena ilmu adalah produk
manusia dan hanya merupakan alat yang pendek. Manusia akan merasa kehilangan dan
kekosongan kalau hanya mengandalkan ilmu materi saja. Jalan menuju hidayah dan
kebahagiaan itu tidak lain hanya dengan iman yang kokoh, perasaan hidup yang aman
tenteram yang berdiri di atas rasa cinta (Thaha Abdul Baki, dalam Pengantar Ilmu
Allah SWT sebagai hubungan yang selamanya benar. Apabila orang hanya merasa bahwa
akalnyalah satu-satunya yang menjadi imam dan pemberi petunjuk, dia jauh dari
pembicaraan kegiatan kehidupan rohani, merasa bangga karena sudah merasa memiliki
kemewahan dunia, maka orang tersebut kata Huxley setingkat dengan binatang. Justru
karena itu dibutuhkan suatu kehidupan rohani yang mendekatkan seseorang kepada Allah
sedangkan kehidupan yang berlandaskan rohani dan fitrah yang telah diciptakan Allah
Untuk membuktikan bahwa Allah menciptakan kehidupan yang fitrah dan alami,
Allah telah mengirimkan tanda-tndaNya yang dibawa oleh para Rasul, Nabi dan para
Rohaniwan. Para rohaniwan ini selalu berusaha mensucikan dirinya dari kotoran-kotoran
kejiwaan dan menghiasi dirinya dengan perangai yang mulia. Oleh karena asal manusia
adalah bersih tidak mempunyai noda dan dosa, maka kegiatan sebagian manusia untuk
melakukan usaha pensucian diri adalah juga merupakan naluri manusia. Usaha pensucian
kehidupannya, maka perlu penguraian dasar-dasar dan sejarah perkembangan tasawuf itu
sendiri.
sejak lama. Sebagian mengatakan bahwa tasawuf itu berasal dari Persia, India atau
Masehi. Sebagian lain menhatakan bahwa tasawuf semata-mata bersumber dari Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dasar-dasar Qur’ani
adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan segala perkembangan umat Islam.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya tasawuf ini adalah bersumber dari Islam itu
Menurut Dr. Ahmad Fuad al Ahwani pada mulanya antara filsafat, ilmu kalam dan
tasawuf adalah satu bukan berdiri sendiri seperti sekarang. Pada abad ke VI Hijriyah
filsafat mula-mula berpisah dengan ilmu kalam, disusul kemudian dengan berpisahnya
filsafat dengan tasawuf. Pemisahan ini sangat mendasar karena antara filsafat dan tasawuf
terdapat perbedaan methode dan objek. Apabila filsafat melihat dengan mata rasio dan
bejalan di atas jalur argumentasi dan logika, maka tasawuf berjalan di atas jalur
Obyek filsafat adalah mengetahui tentang hakikat sesuatu dari segala macam baik
fisika, matematika atau metafisika dan termasuk Allah SWT. Objek ini lebih diarahkan
kepada penelitian terhadap alam semata sedangkan masalah manusia dibahas dari segi
Objek tasawuf adalah mengenal Allah baik dengan ibadah syari’ah atau lewat ilham
dan perasaan. Oleh karena itu para sufi pada permulaannya yaitu sejak akhir abad ke II
dan selama abad ke III disebut Ubbad, Zuhhad dan Fuqara karena mereka lebih
memperbanyak ibadah, zuhud dan wara’ dari batas yang diperintahkan syara’.
Sebelum datangnya Muhammad SAW membawa Risalah, masyarakat Arab telah
terlebih dahulu memiliki rasa kerohanian yang dalam. Mereka mempercayai adanya
Tuhan-Tuhan yang tidak bias memberi keuntungan atau mendatangkan kerugian tetapi
mereka merasa adanya perasaan tarikan keagamaan yang mendalam. Mereka melayani
yang tidak senang atas kelakukan ini pergi menjauhi hidup keduniaan dan menjauhi
Muhammad SAW telah melakukan tindakan mengasingkan diri di Gua Hira’ sebelum
beliau diangkat menjadi Rasul Karen ingin membersihkan diri dari praktek masyarakat
yang telah melanggar kaidah kemanusiaan. Sebelum menerima wahyu dia telah
penciptanya yaitu hakikat yang tetap abadi yang menegakkan kehidupan ini,
sesungguhnya Muhammad SAW telah asyik dengan Tuhannya. Hingga menjelang turun
wahyu pertama Ruh Muhammad SAW telah betul-betul kosong kemudian baru mantap
bukan berarti para sufi yang mengada-ada tetapi sumbernya dari praktek Rasul dan
bid’ah tetapi adalah sunnah yang berjalan mulai dari zaman sebelum Islam hingga zaman
tasawuf, yaitu :
a. Al Qur’an al Karim
menganjurkan manusia untuk menjauhi dunia dan beramal untuk akhirat. Ini bertujuan
untuk membersihkan diri agar jauh dari dosa dan kesalahan sebagai persiapan untuk
menerima balasan surga dari Allah SWT. Orang-orang sufi selalu mengatakan, bahwa
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha
luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. “
Dan masih banyak lagi yang lain, yang mendukung pemikiran ini
b. Hadits
Hadist juga merupakan simber pancaran dari amalan tasawuf umpamanya pandangan
ahli tasawuf mengenai cinta kepada Tuhan didasarkan ucapan Rasul yang menyampikan
perkataan Tuhannya :
‘aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar
mereka mengenalk’
Berdasarkan hal tersebut para ahli tasawuf berpendapat bahwa alam ini
sebenarnya adalah cermin ’Pencipta’ jadi setiap apa yang ada akan kembali kepada
sebagai suatu keadaan yang dialami oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri,
yaitu semenjak Muhammada SAW diutus menjadi Rasul untruk segenap ummat manusia
dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad SAW
sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di
Gua Hiro disamping untuk mengasingkan diri adri masyarakat kota Mekkah yang sedang
mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga Muhammad SAW berusha mencari
jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa dari noda-noda yang menghinggapi
Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari
ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problem hidup yang
beraneka ragam ini, berusha untuk memperoleh pertunjuk dan hidayah dari Pencipta alam
semesta ini,mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik.
Dalam situasi yang demikianlah Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT
yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat
Gua Hira ini sebagai berikut : ‘Tahun bergantu tahun dan kini telah tiba pada bulan
Ramadhan. Ia pergi ke Hira, ia kembali bermenung, sedikit demi sedikit iabretambah
b.