Kebenaran Ilmiah Sebagai Bukti Kemukjizatan Al-Qur'an
Kebenaran Ilmiah Sebagai Bukti Kemukjizatan Al-Qur'an
Kebenaran Ilmiah Sebagai Bukti Kemukjizatan Al-Qur'an
Oleh:
Iik Hermawan
1201030073
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan taufik
serta hidayahnya kepada kami. Dengan itu tulisan ini dapat selesai dalam bentuk yang sangat
sederhana dengan judul “Keilmiahan Sains Sebagai Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an” Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Aan Radiana, M.Ag sebagai dosen pengampu mata
kuliah I’jazul Qur’an yang telah membimbing kami.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi ujian tengah semester (UTS) yang ditulis berdasarkan
data-data sekunder dan buku/sumber rujukan yang berhubungan dengan judul makalah. penulis
mengakui bahwa makalah ini memiliki banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini, dan agar kami
dapat memperbaikinya.
Iik Hermawan
1201030073
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan antara agama dan sains tidak sama di segala tempat dan segala masa.
Adalah suatu fakta bahwa tak ada kitab suci agama monotheist yang menghukum Sains.
Tetapi dalam prakteknya, kita harus mengakui bahwa ahli-ahli Sains bercekcok dengan
penguasa keagamaan tertentu. Di dunia Kristen, selama beberapa abad, pembesar pembesar
menentang perkembangan Sains atas initiatif mereka sendiri dan tidak bersandar kepada
teks autentik dalam Kitab Suci. Terhadap mereka yang memajukan Sains, mereka
melancarkan tindakan-tindakan yang kita ketahui dalam sejarah, yaitu tindakan-tindakan
yang menjerumuskan para ahli Sains dalam pembuangan, jika mereka ingin selamat
daripada hukuman “mati dibakar,” atau sedikitnya memaksa mereka untuk menebus dosa
mereka dan memperbaiki sikap mereka serta memohon maaf. Dalam kaitan ini, kita ingat
uji coba Galileo hanya dituntut karena mengikuti penemuan rotasi bumi oleh Copernicus,
Galileo kemudian dihukum karena salah menafsirkan Alkitab, karena tidak ada Alkitab
yang dapat membantahnya.
Adapun Islam, sikap terhadap Sains pada tahun secara umum sangat berbeda.
Tidak ada yang lebih jelas dari hadis Nabi yang sangat terkenal itu. “Tuntutlah ilmu
walaupun sampai ke negeri Cina” atau hadits lain yang artinya: Menuntut ilmu itu wajib
bagi seorang muslim dan seorang wanita muslimah. Ini adalah pernyataan penting seperti
yang akan kita bahas dalam artikel ini, bahwa Al-Quran sendiri mengajak seseorang untuk
mempelajari ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Al-Qur'an memuat banyak pemikiran yang berbeda-beda tentang fenomena alam ,
dengan rinci kemudian menjelaskan kepastian sesuai dengan ilmu pengetahuan modern,
baik dan benar sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.
B. Rumusan Masalah
Dalam kaitan kebenaran ilmiah sebagai Mukjizat Al-Qur’an, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana dimensi sains dalam Al-Qur’an?
2. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an tentang sains sebagai bukti mukjizat Al-Qur’an?
3. Bagaimana keilmiahan sains dalam Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Makalah ini disusun guna untuk memahami bagaimana dimensi sains dalam Al-
Qur’an
2. Untuk mengetahui ayat-ayat sains sebagai bukti mukjizat Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sains dibahas dan dijelaskan dalam
Al-Qur’an.
BAB II
َ
ْان َما ل ْم َي ْع َلم
َ َْ ْ
ال ِانس
َ َ َ ْ ْ َ ََّ َ َ ْ َ ََّ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ْ َ ْ
ْان َما ل ْم َي ْع َلم ِاقرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلقَۚخلق ال ِانسان ِمن علقَۚ ِاقرأ وربك الاكرمُۙال ِذي علم ِبالقل ِمُۙعلم ال ِانس
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Tidak hanya dalam al-Qur’an saja yang membahas pentingnya ilmu pengetahuan,
bahkan banyak di dalam Hadits Rasulullah SAW. juga ada pernyataan-pernyataan yang
memuji ilmu dan orang yang terdidik. Sejumlah Hadits mengenai hal ini dinisbatkan
kepada Nabi SAW.
Ketika Al-Qur'an muncul, ilmu mempunyai tujuan yang mulia yaitu untuk
kemaslahatan dan kemaslahatan manusia.. Oleh karena itu, seluruh umat Islam wajib
menuntutnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki muslim dan setiap muslimah..”
Dari Alquran terdapat berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti tajwid, nahwu,
sejarah, tafsir, dll. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Al-Qur'an adalah ibu segala
ilmu pengetahuan. Kemudian melalui kaum muslimin ilmu berkembang dan menyebar.
Sifat ilmu pengetahuan adalah dapat diterima oleh rasio atau akal. Al-Qur'an memberikan
penghargaan yang amat tinggi terhadap akal.. Tidak sedikit ayat alQur'an yang
menganjurkan dan mendorong manusia agar mempergunakan pikiran dan akalnya. Dengan
penggunaan akal dan pikiran tersebut ilmu pengetahuan dapat diperoleh dan
dikembangkan. Allah SWT berfirman:
َ َ َْ َّ َ َ ْ َ َْ ٰ ََ َ َ ْ َْ َّ َ َ َ َ
الس ٰم ٰو ِت َوالا ْرض َو َما َبينهمآْ ِالا ِبالح ِق َواجل ُّم َسمى
َّ اّلل ا َول ْم َيتفكر ْوا ِف ْ ْٓي انف ِس ِهم ما خلق
َ ْ ٰ َ ْ َ َ َّ َ ً ْ َ َّ َ
ۤئ ر ِب ِهم لك ِفرون اق
ِ ِِ ِ لب اس الن واِ ن ك ِثيرا ِمن
Dalam hal ini perlu disebutkan bahwa motivasi para ulama sebelumnya pada
menganggap Al-Qur'an sebagai sumber segala ilmu bersumber dari keyakinan akan
kelengkapan Al-Qur'an.. Namun para ulama masa kini, selain meyakini hal tersebut, juga
lebih memperhatikan pembuktian mukjizat Al-Qur'an di bidang ilmu pengetahuan.. Inilah
sebabnya mereka mencoba membandingkan Al-Quran dengan penemuan-penemuan
ilmiah masa kini.. Al-Quran semakin banyak dipelajari oleh ilmuwan, terutama dari
komunitas non-Muslim. Jelasnya, Al-Quran memberikan banyak informasi tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadi semakin nyata melalui penelitian dan eksperimen
yang luar biasa.. Sebagai contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegunungan di Nejed
(Arab Saudi) oleh Telster (Satelit Amerika Serikat) ternyata diketahui bahwa gunung-
gunung yang tampak di mata kita seolah tetap, sesungguhnya gunung-gunung itu berarak
sebagaimana mega.
Allah Swt. berfirman dalam Qs. An-Naml ayat 88, sebagai berikut:
ْ َ ٗ َّ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َّ ٰ َ ْ َ َّ َّ َ ُّ َ َ َّ ً َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َََ
ٌۢي اتقن كل شيء ِانه خ ِبير ْٓ اّلل ال ِذ
ِ اب صنع
ِ الجبال تحسبها ج ِامدة و ِهي تمر مر السح ِ وترى
َ َ َْ َ
ِبما تفعل ْون
َ ْ َ ََ َ
حي افلا يؤ ِمن ْون
“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya,
dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan
segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?”
Sekitar 14 abad yang lalu, ayat diatas menjadi salah satu dari firman Allah Swt.
yang turun kepada Rasulullah Saw dengan muatan sains. ayat tersebut menjelaskan
tentang asal muasal langit dan bumi yang mulanya satu dan kemudian dipisahkan.
Teori Big Bang atau Big Bang yang dikemukakan pada abad ke-20 merupakan
bukti akan hal tersebut sekaligus menegaskan keaslian ayat Alquran di atas. Ayat
ini menjelaskan proses awal penciptaan alam semesta 14 abad yang lalu,,pada
tahun ketika teknologi belum mendukung penelitian astronomi dan orang yang
menerima wahyu, Rasulullah saw, bahkan saw belum bisa membaca dan menulis.
Teori ini menjelaskan bahwa alam semesta berawal dari sebuah benda sebesar bola
tenis pada waktu 0 detik atau sebelum segala sesuatunya ada. Materi sangatlah
padat, dengan kepadatan yang tak terduga dan suhu yang luar biasa. Itu meledak
dan selama beberapa detik pertama menciptakan partikel dan energi aneh.
Kemudian, dalam tiga menit pertama, hidrogen (elemen penyusun air) dan helium
tercipta. Proses terus meningkat hingga enam tingkat
hingga terciptalah alam semesta seperti pada tahun, Teori abad ke-20 sekaligus
menjelaskan apa yang telah disajikan dalam Al-Quran dalam Surah Yunus ayat 3
[17],
اْل ْم َۗ َر َما ِم ْن َشفِي ٍْع اِ َّْل ِم ْۢ ْن ِ ْض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست هَوى َعلَى ْال َعر
َ ْ ش يُ َدبِّ ُر َ ْت َو ْاْلَر ِ ق السَّمه هو َ َّللاُ الَّ ِذيْ َخل ٰ اِ َّن َربَّ ُك ُم ه
ٰ بَ ْع ِد اِ ْذنِ َۗه هذلِ ُك ُم ه
َّللاُ َر ُّب ُك ْم فَا ْعبُ ُدوْ َۗهُ اَفَ ََل تَ َذ َّكرُوْ ن
“Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah, Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia duduk di 'Arsy untuk mengatur segala urusan..''
Namun, untuk menguraikan tahapan dari enam ini hari, ayat 27 sampai 32
Surah AnNazi'at adalah bukti penjelas yang paling jelas. Pertama, ayat 27 terdapat
lapadz "Penciptaanmu Apakah lebih sulit atau surga lebih sulit?? Tuhan yang
menciptakannya.." menunjukkan bahwa terbentuknya langit adalah tahap pertama
dalam perkembangan alam semesta, yang menurut perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini dianggap sebagai peristiwa Big Bang.
Sedangkan kalimat berikutnya, “Dia memperbaiki bangunannya lalu
menyelesaikannya”, menunjukkan bahwa perluasan dilakukan oleh Allah. Jika dikaitkan
dengan teori Big Bang, maka tahapan ini adalah tahapan dalam evolusi bintang. Kemudian
pada ayat 29 Allah berfirman “Dan Dia menjadikan malam gelap gulita dan menjadikan
siang terang” menunjukkan terbentuknya matahari dan seluruh sistem planet, karena ada
siang dan malam.. Sedangkan ayat 30, “Kemudian Dia menyebar ke 4..444 negeri."
menunjukkan proses evolusi yang terjadi di bumi, seperti pergerakan lempeng tektonik di
bumi. Proses evolusi inilah yang kemudian membentuk benua, hingga pada tahun terjadi
fase selanjutnya yaitu evolusi kehidupan di bumi.. Tuhan mulai melepaskan air pada tahun
dan menciptakan makhluk hidup pertama di bumi pada tahun dalam bentuk tumbuhan.
Tingkat ini dijelaskan dalam ayat “Dia memancarkan mata airnya dan (menumbuhkan)
pohonnya..” Sebagai langkah terakhir, gunung pada ayat “Dan gunung yang dipancang-
Nya dengan kokoh” menjadi melambangkan derajat kesempurnaan Tuhan terhadap bumi
swt, sebelum akhirnya Dia menciptakan hewan hewan dan manusia..Keenam tingkat ini
juga dijelaskan dalam beberapa ayat dan surah lainnya.
firman Allah Swt. Qs. al-Fushilat ayat 9-11:
ِ ض فِ ْي يَوْ َم ْي ِن َوتَجْ َعلُوْ نَ لَ ٓٗه اَ ْندَادًا هَۗذلِكَ َربُّ ْال هعلَ ِم ْينَ ۚ َو َج َع َل فِ ْيهَا َر َو
اس َي ِم ْن فَوْ قِهَا َ ْق ْاْلَر َ َ۞ قُلْ اَ ِىنَّ ُك ْم لَتَ ْكفُرُوْ نَ بِالَّ ِذيْ َخل
ض ا ْئتِيَا طَوْ عًا ٌ ى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء َو ِه َي ُدخ
ِ َْان فَقَا َل لَهَا َولِ َْلَر ٗٓ َو هبرَكَ فِ ْيهَا َوقَ َّد َر فِ ْيهَآٗ اَ ْق َواتَهَا فِ ْٓٗي اَرْ بَ َع ِة اَي َۗ ٍَّام َس َو ۤا ًء لِّلس َّۤاىِلِ ْينَ ثُ َّم ا ْست هَو
َاَوْ كَرْ ه ًَۗا قَالَتَآٗ اَتَ ْينَا طَ ۤا ِى ِع ْين
ْ
َ ْ ْٰ َ ْ َ ٰ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ً ْ َ ٰ َ ْ َ َّ ً ْ َ َ ٰ ْ َ ْ َ َ َ ً ٰ َ َ ْ ْ
المضغة ِعظما فكسونا ال ِعظم لحما ثم انشأنه خلقا اخر فتبارك اّلل احسن الخ ِل ِقين
َ َ ْ َ ْٰ َ َْ َّ َ ٰ ٰ َ َ َ ْ
اب َما خلق اّلل ذ ِلك ِالا ِبالح ِق يف ِصل الا ٰي ِت ِلق ْومَّيعلم ْون
َ الح َس
ِ َو
َس َو ْالقَ َم َۗ َر ُكلٌّ فِ ْي فَلَ ٍك يَّ ْسبَحُوْ ن َ َق الَّي َْل َوالنَّه
َ ار َوال َّش ْم َ ََوهُ َو الَّ ِذيْ خَ ل
“Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
melihat dari data ayat diatas, maka bisa diamil kesimpulanbahwa jarak yang
dicapai “sang urusan’ selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh
satu bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 tahun. maksud dari kata “sang urusan”
ialah berkecapaan cahaya (dalam buku Dr. Mansour).
kecepatan cahaya dapat diukur/dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana tentang kelajuan, dengan persamaan sebagai berikut:
c \times t = 12.000 \times L c = kecepatan “sang urusan” atau kecepatan
cahaya t = kala rotasi Bumi = 24 x 3600 detik = 86164,0906 detik L = jarak yang
ditempuh Bulan dalam satu pusingan = V \times T Untuk menghitung L , kita perlu
menghitung kelajuan Bulan. Jika kelajuan Bulan kita notasikan dengan V , maka
kita perolehi persamaan:
V = (2 \times \pi \times R) / T R = jari-jari lintasan Bulan terhadap Bumi = 324264
km T = kala Revolusi Bulan = 655,71986 jam, sehingga diperolehi V = 3682,07
km / jam (sama dengan hasil yang diperoleh NASA).
Meskipun demikian, Einstein mengusulkan agar faktor graviti Matahari
dieliminir terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat. Menurut
Einstein, graviti matahari membuat Bumi berputar sebesar :
a = T_m / T_e \times 360 \pi T_m = waktu edar Bulan = 27,321661 hari
T_e = waktu edar Bumi = 365,25636 hari, didapat a= 26,92848 Besarnya putaran
ini harus dieliminasi sehingga didapati kecepatan tepat Bulan adalah:
V_e= V \cos a. Jadi, L = v_e \times T , di mana T waktu peredaran Bulan =
27,321661 hari = 655,71986 jam Sehingga L = 3682,07 \times \cos 26,92848 \times
655,71986 = 2152612,336257 km.
Dari persamaan (1) kita mendapatkan bahwa c \times t = 12.000 \times L
Jadi, diperolehi c = 12.000 \times 2152612,336257 km / 86164,0906 detik c =
299.792,4998 km /detik
Hasil hitungan yang diperolehi oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata
sangat mirip dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan peralatan
sangat canggih. Berikut hasilnya [21] : Hasil hitung Dr. Mansour Hassab Elnaby c
= 299.792,4998 km/detik.
Hasil hitung US National Bureau of Standard c = 299.792,4601 km/
detikHasil hitung British National Physical Labs c = 299.792,4598 km/detik Hasil
hitung General Conf on Measures c = 299.792,458 km/detik.
BAB III
PENUTUP
Fenomena yang ada merupakan tanda-tanda ke-Agungan dan kekuasaan Allah Swt.
dengan demiian peahaman tentang alam akan semakin mendekatkan seseorang dengan Tuhan
dengan menggunakan pandangan Al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
andangan al-Qur’an tentang ilmu. selain sebagai pedoman umat islam, Al-Qur’an merupakan
mukjizat yang kekal dan selalu diperkuat dengan kemajuan ilmnu pengetahuan yang sesuai dengan
apa yang ada di Al-Qur’an, maka dengan demikian salah satu pemcbeda Islam dengan yang
lainnya ialah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). manusia dituntut oleh al-Qur’an dan
hadits untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, sehingga kemudian menematkan orang-
orang yang berilmu dalam derajat yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu.
selain itu, hasil dari makalah ini juga bisa dikatakan bahwa sains juga merupakan
kontribusi manusia dalam sepanjang sejarah. sehingga dapat diketahui salah satu hal yang paling
luar biasa dalam al-Qur’an yang di dalamnya berisi fakta-fakta ilmiah dan bagaimana ia
menjelaskan dan menguraikan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abuddin Nata, 1994. Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
[2] Ahsin, Muhammad, 2004. Melacak Jejak Tuhan dalam Sains, Tafsir Islami atas
Sains, terj. Bandung : Mizan.
[3] Anshari, Saifuddin, Endang, 2009. Ilmu, Filsafat, Dan Agama, Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
[4] Bagir, Zainal Abidin, 2005. et al, Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan
Aksi, Bandung: Mizan.
[5] Bakar, Osman, 1994. Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat
Sains Islam, Bandung: Pustaka Hidayah.
[6] Bakhtiar, Amsal, 1997. Filsafat Agama, Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
[7] Departemen Agama RI. 2006. Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; PT. Cahya
Intan Cemerlang
[9] Mehdi Golshani, 2003. Filsafat Sains menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus
Effendi, Bandung: Mizan.
[10] Mudakir AS, 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Litera antar
Nusa, cet. 10.