SMK3 Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja
SMK3 Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja
SMK3 Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit akibat kerja.
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi penyakit akibat kerja.
3. Untuk mengetahui faktor- faktor penyebab penyakit akibat kerja.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2,
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika
bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton,
bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda) dll. Selain dari itu, debu
silika juga banyak terdapat di tempat penampang besi, timah putih dan tambang batu
bara. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkam debu
silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara
bersama-sama dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia, oksida besi dan
karbon dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial tercemar oleh debu silika
perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
yamg ketat sebab penyakit silikosis belum ada obatnya yang tepat.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai
macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes
banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik
pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala
sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan
pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian
3
asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan
keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan
asbestosis ini.
c. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam
paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan
kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja
lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur,
pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-
tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada,
terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis
setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat
pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam
saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah
lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang
batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara,
seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal
laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan
bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis
dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga
ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga
terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit
silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit
antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit
silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
4
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya.
Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema
yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka
antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti
oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit
dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis
lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan
pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya
baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,
oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan
nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit
demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-
pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja
pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja
pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk
silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda
atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda
ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu
logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di
lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin
saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang
menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam
tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.
5
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
1. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya
asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena
virus. Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Edema paru akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
2. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,
kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan
penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan
dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena
faktor lain.
3. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara
detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat
rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
4. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan
tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
5. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering
kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker
pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
6. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
7. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis
karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
6
8. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol
atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat
atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal
dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I
solven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen,
timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon
disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
9. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis:
parfum, derivate petroleum, rokok.
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan
yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja. Pada umumnya
faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
a. Golongan fisik
Di lihat dari golongan fisik penyakit akibat kerja dapat di sebabkan oleh, antara lain:
1. Suara
Kebisingan yang tinggi pada daerah diatas ambang batas (85 dB untuk 8 jam
kerja) ditempat kerja akan menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran.
2. Suhu
Temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat stoke/exhaust,
sedangkan temperature yang sangat rendah akan menimbulkan frostbite (luka
dan kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri pada tangan dan kaki).
3. Radiasi Elektromagnetik
Menyebabkan ganguan pada jaringan kulit (lapisan teratas, tengah dan
bawaah).
4. Tekanan Udara
Tekanan udara yang bertambah atau berkurang dari 1 atm akan menimbulkan
penyakit dekompresi.
7
5. Penerangan (illumination)
Penerangan yang tidak mencukupi standar akan menggangu penglihatan dan
mata, cepat lelah ketika membaca dan menulis dan cepat rabun.
6. Getaran (vibration)
Pengaruh dari suatu getaran terhadap tubuh akan mempengaruhi system
syaraf sentral. Gejala yang timbul, tangan dan kaki kehilangan rasa dan juga
gangguan terhadap pendengaran karena kebisingan (>85dB).
7. Ventilasi
Pengaruh dari ventilasi yang jelek (buruk) akan menimbulkan penyakit
berasal dari bahan-bahan kimia, debu dari bahan isolasi, asap dari pengelasan,
dan lain-lain. Pekerja akan menderita penyakit infeksi saluran pernapasan,
keracunan, bahan kimia berbahaya, alergi kulit, mata dan lain-lain. Tetmperatur
ruangan yang bertambah panas akan mengakibatkan cepat letih/lelah.
b. Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat
dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
c. Golongan biologis
Penyebabnya: virus, bakteri, jamur, serangga, parasit, cacing dan binatang.
Lingkungan kerja yang tidak bersih dan makanan yang dikonsumsi tidak sehat akan
menyebabkan penyakit tersebut.
d. Golongan fisiologis
Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja atau cara kerja desain tempat
kerja, beban kerja dan malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache atau cedera
punggung)
e. Golongan psikososial
Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress, monotoni kerja, tuntutan
pekerjaan, hubungan kerja yang kurang baik, upah tidak sesuai, tempat kerja yang
terpencil dan jaminan masa depan yang meragukan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang
artifisual atau man made disease. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat
Kerja, yaitu:
a. Golongan Fisik
b. Golongan Kimiawi
c. Golongan Biologi
d. Golongan Fisiologi
e. Golongan Psikososial
3.2. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola
secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.