Tugas Makalah Bab 11 - Strategi Pendanaan 08122017
Tugas Makalah Bab 11 - Strategi Pendanaan 08122017
Tugas Makalah Bab 11 - Strategi Pendanaan 08122017
“STRATEGI PENDANAAN”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan
dengan dosen Ibu Tetty Lasniroha Sarumpaet, S.E., M.Ak., CA
DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Agar suatu perusahaan dapat menjalankan kegiatannya secara lancar, maka perusahaan
membutuhkan sumber dana yang cukup. Lebih dari itu, perusahaan membutuhkan dana bukan
hanya untuk kegiatan operasionalnya yang bersifat rutin dari tahun ke tahun, namun juga untuk
peningkatan kapasitas atau perluasan usaha perusahaan tersebut. Kebutuhan pendanaan
perusahaan dapat berubah sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut
tidak hanya berasal dari faktor internal, namun dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti halnya
inflasi dan krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang menghantam seluruh
sektor perekonomian, di sejumlah negara Asia Timur tidak terkecuali perusahaan-perusahaan
di Indonesia. Oleh karena itu, dalam kondisi apapun, aktivitas perusahaan mutlak harus
ditopang oleh dana yang mencukupi. Sumber dana merupakan bentuk – bentuk dana yang dapat
dimanfaatkan perusahaan yang dapat diperoleh pihak lain.
Strategi untuk mendapatkan dana bagi suatu perusahaan dibuat dengan pertimbangan
bagaimana membentuk struktur pendanaan yang dapat meminimalkan biaya modal atau cost of
capital. Sebagaimana diketahui, sumber pendanaan mengandung biaya modal, diantaranya
adalah utang yang mengandung biaya berupa bunga dan ekuitas seperti saham yang juga
mengandung biaya, yaitu berupa dividen. Kombinasi sumber pembiayaan yang ada di
perusahaan sering disebut bauran pendanaan. Struktur yang membentuk komposisi bauran
pendanaan hutang jangka panjang dan modal sendiri disebut dengan struktur modal (capital
structure).
Salah satu fungsi utama keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah
membuat keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision)
(Sartono, 2001b). Sebagai lembaga yang menjalankan fungsi ekonomi (Mishkin, 1998:21),
pasar modal yang memegang peranan penting dalam mengatasi kebutuhan dana ini. Pasar
modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas berupa obligasi ataupun saham
(Husnan, 2001:5). Namun keputusan perusahaan dalam menentukan sumber dana yang akan
digunakan akan menghasilkan dampak atau konsekuensi yang berbeda. Pemenuhan kebutuhan
modal dengan menerbitkan saham akan menyebabkan peningkatan kontrol terhadap pihak
manajemen oleh pemilik perusahaan. Jika perusahaan menggunakan utang, maka perusahaan
akan mendapat keuntungan yang berupa penghematan pajak (tax saving), di lain pihak
penggunaan hutang juga akan menimbulkan risiko, karena adanya beban tetap
BAB II
TEORI
Internal
financial deficit
1. Arus kas yang diperoleh dari internal perusahaan mendominasi sebagai sumber
pendanaan.
2. Pendanaan yang defisit terjadi karena adanya selisih antara total pengeluaran
perusahaan dengan arus kas yang dihasilkan secara internal.
3. Secara umum, kekurangan pendanaan biasanya ditutupi dengan pinjaman atau
menerbitkan saham baru yang merupakan sumber pendaan eksternal.
4. Perkembangan Terkini Struktur Modal
Apakah struktur permodalan perusahaan-peruahaan di Amerika Serikat berubah secara
signifikan di pertengahan 90-an ? sayangnya tidak ada jawaban yang tepat untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
Penggunaan nilai buku atau nilai pasar dari utang dan ekuitas dalam menentukan rasio utang
atas ekuitas akan memberikan gambaran yang berbeda terkait dengan struktur permodalan
perusahaan. Secara umum, cedekiawan lebih suka menggunakan nilai pasar dalam
menghitung rasio utang.
Hal ini dikarenakan nilai pasar mencerminkan nilai terkini dibandingkan dengan nilai
historis meskipun terjadi perbedaan dengan para praktisi. Penggunaan nilai buku lebih
popular karena adanya volatilitas dalam pasar saham. Perusahaan di Amerika Serikat lebih
sedikit menggunakan utang dibandingkan dengan ekuitas dalam struktur permodalannya.
5. Strategi Perusahaan Memilih Struktur Modal
Sebuah penelitian oleh Elok Sri Utami (Universitas Jember) tentang strategi pendanaan antara utang
dan saham mengungkapkan bahwa Strategi struktur modal menjadi penting karena dalam memilih
apakah perusahaan menggunakan utang atau ekuitas (saham) membawa konsekwensi terhadap
risiko dan return. Berangkat dari karakteristik sumber pendanaan utang dan ekuitas (saham), jika
dilihat dari sudut pandang perusahaan, maka keuntungan menggunakan utang atau saham dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Keuntungan dan Kelemahan menggunakan utang
Keuntungan Biaya
menyediakan manfaat pajak karena pengeluaran utang dapat meningkatkan risiko karena
bunga dapat merededuksi pajak kemungkinan perusahaan tidak mampu memenuhi
pembayaran tetapnya bahkan dapat juga berujung
pada risiko kebangkrutan
utang bisa mendorong manajer untuk lebih disiplin utang akan meningkatkan potensi konflik antara
dalam pilihan-pilihan investasi mereka pemberi utang (kreditor) dan agen (dalam hal ini
diwakili oleh manajer)
utang tidak memberikan pihak pemegang surat utang menyebabkan perusahaan kehilangan
utang (debtholder) hak suara, sehingga tidak beberapa fleksibilitas berkaitan dengan
terjadi pergeseran pengendalian perusahaan. pembiayaan di masa mendatang, karena adanya
rambu-rambu perjanjian (debt covenant) yang
ditetapkan pada awal pinjaman dilakukan
Baumann penasaran dalam hal lease yang diusulkan oleh Faulhaber dan Honshu dan
perencanaan untuk mengestimasi efektivitas biaya lease proposal mereka masing-masing
Loan (“Buy-and-Borrow”)
5-year term loan
Payment in arrears
Both Methods
Guaranteed residual value: 11.2729%
(required by Primus Equipment Finance Division)
Loan (“Buy-and-Borrow”)
5-year term loan
Payment in arrears
Both Methods
Guaranteed residual value: 11.2729%
(required by Primus Equipment Finance Division)
Sedangkan proposal pengadaan sistem automasi dari kompetitor adalah sebagai berikut:
Dari data tersebut, Primus perlu menimbang nilai investasi yang paling menguntungkan
dari sisi Avantjet agar sasaran utamanya tersebut tertarik untuk memilih Primus menjadi
vendornya. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan yang membandingkan NPV dan IRR
antara masing-masing opsi dan berbagai situasi tarif pajak dan biaya hutang, sehingga akan
terlihat pada situasi mana dan opsi mana yang paling menarik untuk diajukan kepada Avantjet.
Berikut telah dilampirkan hasil perhitungan exhibit 6 yang berisi tentang NPV dan IRR dari
opsi buy and borrow, opsi 1-4, dan perhitungan investasi milik kompetitor yaitu Faulhaber dan
Honshu. Biasanya, semakin tinggi NPV dan IRR akan lebih baik. Namun dalam kasus ini
berbeda, semakin kecil IRR dan NPV dari nilai investasi, Avantje akan menilai lebih menarik
karena tingkat biaya yang harus dibayar oleh Avantjet akan lebih rendah dibanding investasi
ber-IRR tinggi.
Dengan demikian, dapat dilihat dalam tabel exhibit 6 bahwa pada kondisi tarif pajak
34% dan biaya hutang 9.5%, dari nilai investasi pada opsi 2 merupakan pilihan terbaik karena
memiliki nilai investasi yang sama dengan opsi buy and borrow dan kompetitor. Karena
Avantjet cenderung memiliki rasio hutang yang tinggi, maka jika Primus mengajukan proposal
dengan opsi 2 pada kondisi A, maka Avantjet memiliki kecenderungan akan memilih lease dan
meninggalkan hutang. Dengan begitu, primus akan tetap menjadi vendor Avantjet dengan nilai
NPV dan IRR yang cukup tinggi dibanding jika ia mengajukan proposal dengan opsi 1.
Pada kondisi tarif pajak 34% dan biaya hutang 13%, nilai investasi yang paling
menguntungkan Avantjet adalah opsi 3 karena lebih menarik dengan NPV $457.515 dan IRR
6.72% dibandingkan opsi milik kompetitor Faulhaber dengan NPV $479.073 dan IRR 7.13%.
Pada Kondisi tarif pajak 0% dan biaya hutang 9.5%, nilai investasi terbaik terdapat pada opsi 1
dengan nilai NPV $ 651.863 dan IRR 8.61% dibanding buy and borrow dengan NPV $ 663.800
dan IRR 9.5%. dan pada kondisi tarif pajak 0% dan biaya hutang 13%, nilai investasi terbaik
pada opsi 3 dengan NPV $ 645.255 dan IRR 10.91% dibanding kompetitornya Faulhaber
dengan NPV $697.207 dan IRR 11.42%.
Scenario A B C D
Effective tax rate 34.0% 34.0% 0.0% 0.0%
Pretax cost of debt 9.5% 13.0% 9.5% 13.0%
After-tax cost of debt 6.27% 8.58% 9.50% 13.00%
NPV of loan (borrow and buy) $469,273 $484,546 $663,800 $671,253
IRR of loan (borrow and buy) 6.27% 8.58% 9.50% 13.00%
Leasing Option #1 $155,040 $155,040 $155,040 $155,040
NPV of leasing option #1 $454,717 $436,915 $651,863 $616,202
IRR of lease 5.32% 5.32% 8.61% 8.61%
Lease advantage over borrowing $14,556 $47,631 $11,937 $55,051
Leasing Option #2 $160,003 $160,003 $160,003 $160,003
NPV of leasing option #2 $469,273 $450,901 $672,730 $635,927
IRR of lease 6.27% 6.27% 10.17% 10.17%
Lease advantage over borrowing $0 $33,645 ($8,930) $35,326
Leasing Option #3 $162,350 $162,350 $162,350 $162,350
NPV of leasing option #3 $476,156 $457,515 $682,598 $645,255
IRR of lease 6.72% 6.72% 10.91% 10.91%
Lease advantage over borrowing ($6,883) $27,031 ($18,798) $25,998
Leasing Option #4 $164,760 $164,760 $164,760 $164,760
NPV of leasing option #4 $483,225 $464,306 $692,730 $654,834
IRR of lease 7.19% 7.19% 11.68% 11.68%
Lease advantage over borrowing ($13,952) $20,240 ($28,930) $16,419
Faulhaber Gmbh
NPV of loan $484,376 $501,993 $686,679 $697,207
NPV of lease $498,593 $479,073 $714,762 $675,660
IRR of lease 7.13% 7.13% 11.42% 11.42%
Lease advantage over borrowing ($14,217) $22,920 ($28,083) $21,547
Honshu Heavy Industries
NPV of loan $438,036 $458,436 $624,641 $640,997
NPV of lease $478,063 $459,346 $685,330 $647,839
IRR of lease 8.64% 8.64% 13.48% 13.48%
Lease advantage over borrowing ($40,027) ($910) ($60,689) ($6,842)
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka rekomendasi kepada Primus untuk
menggunakan opsi berikut pada masing-masing kondisi.
Proposal Keuntungan nilai investasi lease
Kondisi Primus IRR NPV dibanding buy and borrow
A Opsi 2 6.27% $469,273 $0
B Opsi 3 6.72% $457.515 $27.031
C Opsi 1 8.61% $651,863 $11.937
D Opsi 3 10.91% $645.255 $25.997
BAB V
CONTOH PENDANAAN PERUSAHAAN DI INDONESIA
PT Jasa Marga didirikan berdasarkan Akta no 1 tanggal 1978 dengan nama PT Jasa Marga
yang kemudian diubah berdasarkan Akta no 187 tanggal 19 Mei 1981 dan nama perseroan
diubah menjadi PT Jasa Marga (Persero). Pada tahun 1978 PT Jasa Marga mulai beroperasi
secara komersial dengan diresmikannya jalan tol jagorawi.
Sejalan dengan meningkatnya arus lalu lintas jalan raya terutama di pulau Jawa, hingga
tahun 2007 PT Jasa Marga telah membangun dan mengoperasikan 13 ruas jalan tol yang
dikelola oleh sembilan cabang perseroan dan satu anak perusahaan yaitu PT Jalan Tol
Lingkarluar Jakarta (JLJ). Keseluruhan ruas rol berjarak 465,55 Km dan merupakan bagian
dari seluruh jalan/jembatan tol yang ada di Indonesia yang mencapai panjang keseluruhan
599,0 Km. PT Jasa Marga memiliki penyertaan saham pada beberapa perusahaan sehubungan
dengan kerjasama operasi penyelenggaraan jalan tol yang didasarkan pada Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum tentang Penyelenggaraan jalan tol dalam bentuk usaha patungan.
Perseroan merupakan salah satu perusahaan BUMN yang masuk kedalam program
privatisasi yang akan dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam tahun 2007. Pada
saat itu, perseroan telah memperoleh persetujuan dari DPR. Dalam IPO perseroan melepas
sebanyak –banyaknya 30% saham baru yang akan ditawarkan kepada investor.
Pada tahun 2007, PT Jasa Marga (Persero) menerbitkan obligasi yang diberi nama Obligasi
Jasa Marga XIII Seri R Tahun 2007 dengan tingkat bunga tetap. Dana hasil penerbitan obligasi
setelah dikurangi biaya-biaya emisi seluruhnya akan dipergunakan untuk refinancing
pinjaman bank dan hutang bantuan pemerintah. Informasi obligasi dapat diuraikan sebagai
berikut :
Jenis Obligasi
Obligasi ini diterbitkan tanpa warkat kecuali sertifikat jumbo obligasi yang diterbitkan untuk
didaftarkan atas nama KSEI sebagai bukti hutang untuk kepentingan pemegang obligasi.
Obligasi ini didaftarkan atas nama KSEI untk kepentingan pemegang rekening KSEI yang
selanjutnya untuk kepentingan pemegang obligasi dan didaftarkan pada tanggal
diserahkannya sertifikat Jumbo Obligasi oleh Perseroan kepada KSEI. Bukti kepemilikan
obligasi bagi pemegang obligasi adalah konfirmasi tertulis yang diterbitkan oleh KSEI,
Perusahaan efek atau Bandk Kustodian.
Jumlah nominal obligasi dan satuan pemindahbukuan
Obligasi ini diterbitkan dengan nilai nominal sebesar Rp1.500.000.000.000,00 (Satu triliun
lima ratus milyar rupiah), dengan satuan jumlah obligasi yang dapat dipindahbukukan sebesar
Rp1,00 (satu rupiah) dan diperdagangkan dari satu rekening efek ke rekeninf efek lainnya
senilai Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan kelipatannya.
Harga penawaran
100% (seratus persen) dari nilai nominal obligasi.
Bunga Obligasi
Tingkat bunga obligasi 10,25% per tahun dan bunga obligasi dihitung berdasarkan jumlah
hari yang lewat terhitung sejak tanggal distribusi obligasi secara elektronik dimana satu hilan
dihitung tiga puluh hari dan satu tahun dihitung 360 hari. Bunga obligasi akan dibayarkan
setia triwulan dan akan dibayarkan kepada pemegang obligasi melalui rekening KSEI pada
tanggal pembayaran bunga bersangkutan. Dengan demikian jumlah pembayaran bungan
obligasi adalah sebanyak 40 kali.
Jangka waktu dan jatuh tempo
Jangka waktu obligasi yaitu sepuluh tahun sejak tanggal emisi. Obligasi akan jatuh tempo dan
harus dilunasi dengan harga sama dengan jumlah pokok yang tertulis yang tercantum pada
sertifikat jumbo obligasi pada tanggal pelunasan pokok obligasi yatu tanggal 21 Juni 2017.
Jaminan
Obligasi ini tidak dijamin dengan agunan berupa benda, pendapatan atau aktiva lain perseroan
dalam bentuk apapun. Seluruh harta kekayaan perseroan baik barang bergerak maupun tidak
bergerak baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari atas jaminan atas hutang
perseroan kepada semua krediturnya, yang tidak dijamin secara khusus atau tanpa hak
preferen termasuk obligasi ini.
Diketahui :
M = Rp5.000.000,00
‘n = 10 tahun
‘i = 10,25% atau Rp512.500 (10,25% x Rp5.000.000,00)
Kd = 8%
‘t = 40 (10 tahun = 120 bulan : 3 bulan)
Ditanya :
Nilai obligasi?
Jawab :
Vd = i/4 (PVIFA, kd/4,t) + m (PVIF, kd/4, n)
= Rp512.500,00 : 4 (PVIFA 8% : 4,40) + 5.000.000,00 (PVIF, 8% : 4, 40)
= Rp128.125,00 (PFIFA 2%,40) + Rp5.000.000,00 (PVIF 2%,40)
= Rp128.125,00 (27,3555) + Rp5.000.000,00 (0,453)
= Rp3.504.923,00 + Rp2.265.000,00
= Rp5.769.923,00