Tugas Besar 10kamis Siang Acc
Tugas Besar 10kamis Siang Acc
Tugas Besar 10kamis Siang Acc
Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR MATA KULIAH MODEL DAN
KOMPUTASI PROSES
Teguh Riyanto
NIM. 21030114130178
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Besar Praktikum Komputasi Proses dapat
diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari praktikum komputasi
proses ini adalah untuk menyimulasikan perancangan desain Proses
Dehidrogenasi Etilbenzena menjadi Stirena dengan menggunakan Scilab 5.5.2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
INTISARI............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
1.4 Manfaat ..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Dasar Teori .....................................................................................................4
2.1.1 Jenis-jenis Reaktor ...................................................................................4
2.1.2 Jenis-jenis Kondisi Operasi Reaksi dalam Reaktor ................................9
2.2 Studi Kasus ..................................................................................................14
BAB III METODE PENYELESAIAN ..................................................................17
3.1 Pemodelan Kasus .........................................................................................17
3.1.1 Neraca Massa Reaktor Batch .................................................................17
3.1.2 Kecepatan Reaksi ..................................................................................18
3.1.3 Stoikhiometri .........................................................................................18
3.1.4 Kombinasi ..............................................................................................19
3.1.5 Neraca Panas Reaktor Batch Non-adiabatis ..........................................19
3.2 Algoritma Penyelesaian ...............................................................................20
3.3 Logika Pemograman ....................................................................................22
3.4 Bahasa Pemograman ....................................................................................23
BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA .....................................................25
4.1 Hasil Simulasi ..............................................................................................25
4.2 Analisa Hasil ................................................................................................27
4.2.1 Hubungan Konversi terhadap Waktu Tinggal.........................................27
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
Dalam industri kimia, reaktor merupakan unsur penting dalam unit proses
kimia, salah satu jenis reaktor kimia berdasarkan prosesnya adalah reaktor batch.
Reaktor batch adalah reaktor yang bekerja dengan sistem batch dan
mekanismenya sederhana. Salah satu proses yang dapat diaplikasikan pada reaktor
batch adalah proses dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena. Dalam
perancangan reaktor melibatkan perhitungan model matematika kompleks yang
lebih mudah diselesaikan dengan menggunakan aplikasi pemrograman komputer
seperti Scilab. Program komputasi Scilab dikembangkan untuk menyelesaikan
permasalahan numerik kompleks dengan pendekatan matriks.
Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis reaksinya yaitu reaktor batch,
reaktor semi-batch dan reaktor kontinyu sedangkan berdasarkan bentuknya yaitu
reaktor alir pipa dan reaktor alir tangki berpengaduk. Reaktor batch beroperasi
secara unsteady-state dan hanya dapat memproduksi dalam skala kecil, sedangkan
reaktor CSTR dan reaktor PFR beroperasi secara steady-state sehingga dapat
digunakan untuk produksi skala panjang dengan skala yang besar. Proses
dehidrogenasi etilbenzene menjadi stirena merupakan reaksi endotermis dan
reaksi reversibel monomolekuler yang juga menghasilkan produk samping berupa
benzene, etilen, toluena dan metana.
Dalam penyelesaian kasus ini, dilakukan pemodelan kasus dari neraca
massa, kecepatan reaksi, stoikiometri, dan neraca panas reaktor batch non-
adiabatis. Pemodelan kasus yang telah disusun kemudian dibuat algoritma dan
bahasa pemrogramannya dalam bentuk scipad. Hasil simulasi yang diperoleh
pada hubungan antara konversi dan jumlah mol produk dengan waktu tinggal
menunjukkan hubungan yang berbanding lurus namun hubungan jumlah mol
reaktan berbanding terbalik dengan waktu tinggal, sedangkan hubungan antara
suhu dengan waktu tinggal menunjukkan penurunan yang relative rendah setelah
detik ke-10.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Reaktor batch dengan jaket penukar panas (Fogler, 2011)
= -rAV
NAo = -rAV
Kelebihan :
Lebih murah dibanding reaktor alir
Lebih mudah pengoperasiannya
Lebih mudah dikontrol
Kekurangan :
Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada
lubang pengaduk)
Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor, waktu
reaksi)
2. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu terdiri dari 2 reaktor, yaitu reaktor alir berpengaduk
(continuous stirred tank reactor) dan reaktor pipa (tubular reactor).
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (Continous Stirred Tank Reactor)
Merupakan tipe reaktor yang paling umum digunakan dalam industri.
Reaktor ini biasanya bekerja pada kondisi steady state. Produk yang
dihasilkan biasanya tidak ada variasi pada konsentrasi, temperatur, atau
kecepatan reaksi. Kondisi temperatur dan konsentrasi sama pada setiap titik
pada reaktor sehingga hasil keluaran memiliki kondisi yang sama. Mixed
reaktor, backmixed reactor atau CSTR sesuai dengan namanya, dalam reactor
ini terdapat pengadukan yang mencampur dan membuat campurannya
homogen. Oleh karena itu produk yang keluar dari reactor ini memiliki
komposisi yang sama dengan fluida yang berada dalam reaktor.
V=
Karena FAo = CAOvo, maka volume reaktor sebagai fungsi space time () untuk
reaksi fase cair dan densitas konstan (v=vo) ,
==
* +
(Fogler, 2004)
Kelebihan :
Suhu dan komposisi campuran dalam reaktor sama
Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi
lebih lama bereaksi di reactor.
Kekurangan
Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi.
Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding Reaktor Alir Pipa..
Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan RATB
lebih besar dari RAP.
Reaktor Pipa (Tubular Reactor)
Umumnya reaktor jenis ini terdiri dari pipa-pipa yang disusun paralel,
dapat digunakan untuk fase cair dan fase gas. Perbedaan jenis reaktor ini
dengan CSTR terletak pada karakteristik pengadukannya.Secara umum,
karakteristik reaktor plug-flow yaitu :
1. Aliran berada dalam pipa, arus input dan output belum tentu mempunyai
laju alir yang sama.
2. Berada dalam sistem tertutup
3. Massa dalam reaktor belum tentu tetap
4. Tidak ada pengadukan dalam arah axial (arah aliran), hanya ada dalam
arah radial, sehingga sifat dan komposisi seragam dalam arah ini
5. Densitas, sifat dan komposisi bervariasi dalam arah axial (arah aliran)
6. Dapat dioperasikan steady-state maupun unsteady-state
7. Dapat dilengkapi dengan alat penukar panas
CSTR. Namun kelebihan dari reaktor ini adalah dapat digunakan untuk
sistem reaksi dengan laju alir cukup tinggi baik fase gas atau cair.
Neraca massa PFR :
Fj(V)- Fj (V+V)+ rj V = 0
(Fogler, 2004)
T = T0 +
T = T0 +
atau XNE =
b. Reaktor Non-Adiabatis
Reaktor NonAdibatis adalah reaktor yang selama prosesnya terjadi
perpindahan panas antara reaktor dengan sekelilingnya. Biasanya reaktor
nonadiabatis bersifat nonisothermal yaitu suhu masuk fluida ke reaktor tidak
sama dengan suhu masuk fluida keluar reaktor. Perpindahan pana terjadi
karena adanya perbedaan nilai kalor dalam reaktor dengan nilai kalo di
lingkungan. Kalor pada reaktor dihasilkan dari panas reaksi. Jika reaksi
bersifat eksotermis artinya reaksi menghasilkan panas sehingga suhu dalam
reaktor akan naik. Sedangkan jika reaksi bersifat endotermis artinya reaksi
membutuhkan panas sehingga suhu dalam reaktor akan turun (Levenspiel,
1999).
Neraca energi reaktor batch sistem non-adiabatis :
Neraca energi CSTR sistem non-adiabatis :
( )
a A + b B q Q..................................................(1)
Jika Hrx = negatif eksotermis
CaCO3(s) + H2O(l) Ca(OH)2(aq) + CO2(g) H = 97,37 kJ.....(2)
( ) .......................................................(13)
..........................................(14)
Dimana : k = harga konstanta kecepatan reaksi
A = frekuensi tumbukan
Ea = Energy Aktivasi
R = 8,314 J/mol K
T = Suhu Operasi
(Levenspiel, (1999)
Dari persamaan diatas harga konstanta kecepatan reaksi (k) dapat
ditentukan jika mengetahui data-data thermodinamika suatu reaksi tersebut.
-Komposisi :
Etilbenzena = minimal 99,85 % berat
Benzena = maksimal 0,1 % berat
Toluena = maksimal 0,05 % berat
2. Hidrogen (H2)
-Wujud : Gas
-Berat Atom :1 gr/mol
-Warna : Tidak berwarna
-Bau : Tidak berbau
-Titik Didih : -252,879oC
-Densitas (0oC) : 0,08988 gr/l
3. Styrene (C8H8)
-Berat Molekul : 104,15 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Manis
-Titik Didih : 145oC
-Densitas : 0,909 gr/cm3
-Komposisi :
Etilbenzena = Maksimal 0,3 % berat
Stirena = Minimal 99,7% berat
4. Benzene (C6H6)
-Berat Molekul : 78,1121 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Manis
-Titik Didih : 80,1oC
-Densitas : 0,8786 gr/cm3
5. Toluene (C7H8)
-Berat Molekul : 92,14 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Manis
-Titik Didih : 110,6oC
-Densitas : 0,8669 gr/cm3
6. Ethylene (C2H4)
-Berat Molekul : 28,05 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Tidak Berbau
-Titik Didih : 162,42 K
-Titik Lebur : 140 K
-Densitas : 0,577 gr/cm3
7. Methane (CH4)
-Berat Molekul : 16,04 gr/mol
-Wujud : Gas
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Tidak Berbau
-Titik Didih : -161,5 oC
-Titik Lebur : -181,5 oC
-Densitas : 0,6556 mg/cm3
r2= k2 PE
r3= k3 PE PH2
ln K =
Dimana :
-rA = kecepatan reaksi dehidrogenasi ; lbmol/(hr)(lbcat)
k = konstanta kecepatan reaksi ; lbmol/(hr)(bar)(lbcat)
K = konstanta kesetimbangan
Dengan :
K : konstanta kesetimbangan, atm
T : temperatur reaksi, K
G = RT ln K
K (1) = exp( G/RT)= exp(84300/8,314 . 298)= 1,671x10-15
( )
( )
Karena nilai K pada keadaan standar lebih kecil daripada nilai K pada
suhu operasi yang diinginkan maka reaksi dapat dianggap berjalan kearah
kanan atau ke arah pembentukan stirena.
hubungan antara jumlah mol terhadap waktu dan profil hubungan antara suhu
dengan waktu.
Kasus yang akan diselesaikan :
Reaksi Dehydrogenasi etylbenzena menjadi styrena :
Reaksi utama :
C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g) H = 117440 kj/kmol
Reaksi samping :
C6H5C2H5 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)
C6H5C2H5 (g) + H2(g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)
Diketahui di dalam reaktor batch dengan volume 100 dm3 pada kondisi
adiabatis dengan tekanan 1 atm dan konsentrasi 10 mol/L. Etilbenzene
terkonversi hingga 90% dengan selektivitas etilbenzene pada reaksi
pembentukan stirena sebesar 93%, reaksi pembentukan benzena sebesar 2%,
dan sisanya pada reaksi pembentukan toluene. Suhu umpan masuk pada
reaktor batch dengan tekanan 1,2 atm adalah 650oC. Sebelum masuk kedalam
reaktor umpan dipanaskan dahulu pada vaporizer dengan suhu pemanas
masuk 700oC dan suhu pemanas keluar 660oC.
BAB III
METODE PENYELESAIAN
3.1 Permodelan
Warming jacket
[ ] [ ] [ ] * +
Pada reaktor batch tidak ada aliran masuk dan keluar reaktor selama
reaksi, dengan A adalah reaktan pembatas, maka persamaan dapat disederhanakan
menjadi:
[ ] * +
Reaksi Utama :
Reaksi Samping :
A D + E
A +C F +G
( )
Karena senyawa komponen berfase gas maka kondisinya dianggap gas ideal
sehingga
Maka
( )
( )
3.1.3 Stoikiometri
Dengan nilai
- - - -
- - - -
- - -
Karena fase berupa gas maka volumenya berubah dengan rumus perbandingan gas
ideal sebagai berikut.
Dimana nilai
( )
Dari persamaan perbandingan Volume gas ideal disubstitusikan nilai n dan no nya
( )
;
( )
Dimana ketika
Maka
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
3.1.4 Kombinasi
Untuk komponen A:
{ ( ) }
{ (
{ (
( ) }
{ ( )
Untuk komponen B:
{ ( )}
Untuk komponen C:
{ ( ) }
{ (
( ) }
Untuk Komponen D:
{ }
( )
Untuk Komponen E:
( )
Untuk Komponen F:
{ }
( )
{ }
{ }
Untuk Komponen G:
{ }
{ }
| | ( )
(Fogler, 2004)
[ ]
| | *
( )
+
Dimana,
Neraca panas non isotermal
Maka, Jika Reaktor Batch adiabatis
Nilai dianggap nol karena batch maka tidak ada laju alir masuk, Q=0, dan
W=0
Sehingga didapat Neraca Energi Reaktor Batch Adiabatis single reaction
Sedangkan untuk multiple rection
Mencari
dimana
vi adalah koefisien senyawa i
Hi adalah enthalphi senyawa i,
Cpi adalah Kapasitas panas senyawa i, joule/molK
A, B, C, D, E adalah koefisien regresi dari senyawa kimia
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
Diketahui data-data kalor jenis per komponen dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.2 Data Kalor jenis per komponen pada reaksi dehidrogenasi
etilbenzena menjadi stirena
Rumu HF
CP
s 298K
Nama A B C D E (Joule/Mol.
Molek (Kjoule/
K)
ul mol.K)
- -
Ethylbe 3.562E- 1.2409E-
C8H10 20.52 0.59578 0.000308 130.66079 29.9
nzene 08 11
7 5
71.20 0.05476 0.000647 -6.987E- 2.1232E-
Styrene C8H8 128.24462 148.3
1 7 93 07 10
Benzen - - 8.524E- -5.052E-
C6H6 0.4746 84.62781 82.9
e 31.36 0.000311 08 12
8 4
- -
Toluen 6.122E- 1.2576E-
C7H8 24.09 0.52187 0.000298 106.56271 50.2
e 08 12
7 3
ethylen 32.08 - 0.000247 -2.377E- 6.8274E-
C2H4 43.91169 52.5
e 3 0.01483 74 07 11
- -
hydrog 25.39 2.0178E 3.1880E
H2 3.8549E- 8.7585E- 28.76333 0.00
en 9 -02 -08
05 12
methan 34.94 - 0.000191 -1.53E- 3.9321E-
CH4 36.33214 -74.5
e 2 0.03996 84 07 11
Menghitung nilai k
ex
Selesai
clf
Fungsi clear adalah untuk menghapus semua variabel di console yang
telah dibuat. Fungsi clc adalah untuk menghapus variabel pada console
tanpa menghapus memori. Fungsi clf adalah untuk menghapus tampilan
jendela grafik.
2. Cara memanggil file excel
Untuk menyelesaikan persamaan maka perlu memanggil data yang ada
yang ada pada file excel, maka fungsi-fungsi yang digunakan yaitu:
excel=readxls('E:\Ascilab\mydtabase.xls')
sheet=excel(1)
snyw=sheet(:,2)
n=1
i=0
while n<>0 then
i=i+1
W=x_choose(snyw,'pilih komponen','selesai')
n=W
K(i)=W//menyimpan data yang sudah di input
teks=['koef1';'koef2';'koef3']
if n<>0 then
koef(:,i)=evstr(x_mdialog('input koefisien',teks,['0';'0';'0']))
else break
end
end
Fungsi dari readxls yaitu untuk membuka dan membaca data pada file
excel, agar dapat tersimpan maka dibuat indeks dengan nama
excel=readxls(E:\Ascilab\mydtabase.xls). Lalu untuk memanggil data
pada sheet 1 menggunakan perintah sheet=excel(1) artinya sheet berada
pada fungsi excel, (1) artinya pada sheet ke-1. nama=sheeet(:,2) artinya
indeks nama terdapat pada data yang dipanggil indeks sheet kolom ke-2.
Untuk memunculkan perintah x_chooose terdapat 2 syarat yaitu n<>0 dan
elsebreak yaitu untuk memulai dan mengakhiri. w=x_choose(nama,pilih
komponen,selesai) perintah ini artinya digunakan untuk memilih data
yang akan ditampilkan, finish untuk mengakhiri pilihan pada kotak
dialog. Fungsi evstr yaitu untuk mengubah string (pembacaan huruf)
menjadi angka agar dapat terbaca. x_mdialog(Input
koefisien,[koef1,koef2,koef3],[0,0,0]) printah x_mdialog ini
berfungsi untuk memunculkan kotak dialog input koef1, koef2, dan koef3
dengan nilai awal sebesar 0.
3. Membuat function
Untuk menyelesaikan sebuah persamaan maka dalam scilab perlu
dibuat sebuah function. Berikut adalah function yang akan diselesaikan
pada scilab:
function dn=fungsi2(t, n)
dn(1)=ra*V/(-Na0)// Xa
dn(2)=rb*V/(Na0)//Xa1
dn(3)=rd*V/(Na0)//Xa2
dn(4)=rf*V/(Na0)//Xa3
dn(5)=ra*V//Na
dn(6)=rb*V//Nb
dn(7)=rc*V//Nc
dn(8)=rd*V//Nd
dn(9)=re*V//Ne
dn(10)=rf*V//Nf
dn(11)=rg*V//Ng
dn(12)=V*((-Hrx1*(-ra1))+(-Hrx2*(-ra2))+(-
rx3*(ra3)))/((n(5)*Cp(1))+(n(6)*Cp(2))+(n(7)*Cp(3))+(n(8)*Cp(4))+(n(9)
*Cp(5))+(n(10)*Cp(6))+(n(11)*Cp(7)))
endfunction
Artinya dalam function tersebut akan diselesaikan adalah fungsi n
terhadap t, persamaan yang akan diselesaikan yaitu dn(1) sampai
dn(12).
4. Menyelesaikan persaman differensial
Function ode digunakan untuk menyelesaikan sebuah persamaan
differensial biasa, pada pemodelan yang kami selesaikan fungsi ode nya
adalah sebagai berikut.
n=ode(n0,t0,t,fungsi2)
n0 merupakan kondisi awal variabel yang diselesaikan, t0 merupakan
waktu mula-mula, t adalah waktu yang dipilih pada persamaan yang
akan diselesaikan, dan fungsi2 adalah nama adri function yang telah
dibuat untuk menyelesaikan persamaan differensial.
5. Membuat grafik
Untuk pembuatan grafik dari persamaan yang telah diselesaikan, dapat
digunakan fungsi plot2d. Plot2d berfungsi untuk membuat grafik
secara 2 dimensi. Pada persamaan yang kami selesaikan pembuatan
grafiknya adalah sebagai berikut:
plot2d(t,n(:,[1 2 3 4]),[1 2 3 4])
0042 end
0043 K=K(1:i-1)
0044 koefrx1=koef(1,:)
0045 koefrx2=koef(2,:)
0046 koefrx3=koef(3,:)
0047 komp=sheet(K,2)//memanggil nama komponen
0048 H=1000*sheet(K,15)//memanggil H 298
0049 A=sheet(K,5)//memanggil nilai A pada Cp
0050 B=sheet(K,6)// memanggil nilai B pada Cp
0051 C=sheet(K,7)// memanggil nilai C pada Cp
0052 D=sheet(K,8)// memanggil nilai D pada Cp
0053 E=sheet(K,9)// nilai E pada Cp
0054
0055 //data Cp tiap reaksi
0056 deltaA1=(A(2,1)+A(3,1))-(A(1,1))
0057 deltaA2=(A(4,1)+A(5,1))-(A(1,1))
0058 deltaA3=(A(6,1)+A(7,1))-(A(1,1)+A(3,1))
0059 deltaB1=(B(2,1)+B(3,1))-(B(1,1))
0060 deltaB2=(B(4,1)+B(5,1))-(B(1,1))
0061 deltaB3=(B(6,1)+B(7,1))-(B(1,1)+B(3,1))
0062 deltaC1=(C(2,1)+C(3,1))-(C(1,1))
0063 deltaC2=(C(4,1)+C(5,1))-(C(1,1))
0064 deltaC3=(C(6,1)+C(7,1))-(C(1,1)+C(3,1))
0065 deltaD1=(D(2,1)+D(3,1))-(D(1,1))
0066 deltaD2=(D(4,1)+D(5,1))-(D(1,1))
0067 deltaD3=(D(6,1)+D(7,1))-(D(1,1)+D(3,1))
0068 deltaE1=(E(2,1)+E(3,1))-(E(1,1))
0069 deltaE2=(E(4,1)+E(5,1))-(E(1,1))
0070 deltaE3=(E(6,1)+E(7,1))-(E(1,1)+E(3,1))
0071
0072 disp('--------------------------------------------------------')
0073 disp('H298 A B C D E')
0074 disp('--------------------------------------------------------')
0075 disp([H A B C D E])
0076 disp('--------------------------------------------------------')
0077
0078 // fungsi mencari hubungan jlh mol dan waktu
0079 //Hubungan Jumlah mol dengan waktu reaksi
0080 function dn=fungsi2(t, n)
0081 Tumpan=n(12)
0082 Na=n(5)
0083 Nb=n(6)
0084 Nc=n(7)
0085 Nd=n(8)
0086 Ne=n(9)
0087 Nf=n(10)
0088 Ng=n(11)
0089 Na=Na0*(1-n(1))
0090 Nb=Nb0+(Na0*n(2))
0091 Nc=Nc0+(Na0*n(2))-(Na0*n(4))
0092 Nd=Nd0+(Na0*n(3))
0093 Ne=Ne0+(Na0*n(3))
0094 Nf=Nf0+(Na0*n(4))
0095 Ng=Ng0+(Na0*n(4))
0096 Nt=Na+Nb+Nc+Nd+Ne+Nf+Ng
0097
0098
Cp1=integrate('(deltaA1)+(deltaB1*T)+(deltaC1*(T^2))+(deltaD1*(T^3))+(deltaE1*(T^4))','
T',Treff,Tumpan)
0099
Cp2=integrate('(deltaA2)+(deltaB2*T)+(deltaC2*(T^2))+(deltaD2*(T^3))+(deltaE2*(T^4))','
T',Treff,Tumpan)
0100
Cp3=integrate('(deltaA3)+(deltaB3*T)+(deltaC3*(T^2))+(deltaD3*(T^3))+(deltaE3*(T^4))','
T',Treff,Tumpan)
0101
0102 //data Entalpi reaksi
0103 //---->Cari entalpi reff dulu
0104 Hreff1=(H(2,1)+H(3,1))-(H(1,1))
0105 Hreff2=(H(4,1)+H(5,1))-(H(1,1))
0106 Hreff3=(H(6,1)+H(7,1))-(H(1,1)+H(3,1))
0107 //----> menentukan H reaksi
0108 Hrx1=Hreff1+Cp1
0109 Hrx2=Hreff2+Cp2
0110 Hrx3=Hreff3+Cp3
0111 // Nilai Cp tiap senyawa
0112 Cp=A+(B.*n(12))+(C.*(n(12)^2))+(D.*(n(12)^3))+(E.*(n(12)^4))
0113 K1=1.671D-15
0114 KQ=K1*exp((-Hreff1/R)*((1/n(12))-(1/Treff)))
0115 KP=KQ*R*n(12)
0116 E1=272230
0117 E2=352790
0118 E3=313060
0119 A1=2.215*10^10
0120 A2=2.4217*10^14
0121 A3=3.8224*10^11
0122 k1=A1*exp(-E1/(R*n(12)))
0123 k2=A2*exp(-E2/(R*n(12)))
0124 k3=A3*exp(-E3/(R*n(12)))
0125
0126 V=V0*(1+((Na0/N0)*n(2))+((Na0/N0)*n(3)))*(n(12)/T0)
0127 Ca=Na/V
0128 Cb=Nb/V
0129 Cc=Nc/V
0130 Cd=Nd/V
0131 Ce=Ne/V
0132 Cf=Nf/V
0133 Cg=Ng/V
0134 ra=-k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))-(k2*Ca*R*n(12))-
(k3*Ca*(R*n(12)))
0135 ra1=-k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))
0136 ra2=-k2*Ca*R*n(12)
0137 ra3=-(k3*Ca*(R*n(12)))
0138 rb=k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))
0139 rc=k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))-(k3*Ca*(R*n(12)))
0140 rd=(k2*Ca*R*n(12))
0141 re=(k2*Ca*R*n(12))
0142 rf=(k3*Ca*(R*n(12)))
0143 rg=(k3*Ca*(R*n(12)))
0144
0145 dn(1)=ra*V/(-Na0)// Xa
0146 dn(2)=rb*V/(Na0)//Xa1
0147 dn(3)=rd*V/(Na0)//Xa2
0148 dn(4)=rf*V/(Na0)//Xa3
0149 dn(5)=ra*V//Na
0150 dn(6)=rb*V//Nb
0151 dn(7)=rc*V//Nc
0152 dn(8)=rd*V//Nd
0153 dn(9)=re*V//Ne
0154 dn(10)=rf*V//Nf
0155 dn(11)=rg*V//Ng
0156 dn(12)=V*((-Hrx1*(-ra1))+(-Hrx2*(-ra2))+(-Hrx3*(-
ra3)))/((n(5)*Cp(1))+(n(6)*Cp(2))+(n(7)*Cp(3))+(n(8)*Cp(4))+(n(9)*Cp(5))+(n(10)*Cp(6))
+(n(11)*Cp(7)))
0157 endfunction
0158 X0=0
0159 Xa1=0
0160 Xa2=0
0161 Xa3=0
0162 Na0=Ca0*V0
0163 Nb0=0
0164 Nc0=0
0165 Nd0=0
0166 Ne0=0
0167 Nf0=0
0168 Ng0=0
0169
0170 n0=[X0;Xa1;Xa2;Xa3;Na0;Nb0;Nc0;Nd0;Ne0;Nf0;Ng0;T0]
0171 t0=0
0172 t=t0:10:50000
0173 n=ode(n0,t0,t,fungsi2)
0174 t=t'
0175 n=n'
0176
0177 disp('Hubungan Jumlah Mol tiap senyawa terhadap Waktu reaksi')
0178 disp('----------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------')
0179 disp('t(waktu) Xa Xa1 Xa2 Xa3 Na(mol A) Nb(mol b) Nc(mol c)
Nd(mol d) Ne(mol e) Nf(mol f) Ng(mol g) T(K)')
0180 disp('----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------')
0181 disp([t,n])
0182 disp('----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------')
0183
0184 subplot(2,3,1)
0185 plot2d(t,n(:,1),1)
0186 plot2d(t,n(:,2),2)
0187 plot2d(t,n(:,3),3)
0188 plot2d(t,n(:,4),4)
0189 xtitle('Profil Konversi terhadap waktu','Waktu(detik)','Konversi')
0190 legend(['XAtot','XA1','XA2','XA3'])
0191
0192 subplot(2,3,2)
0193 plot2d(t,n(:,5),1)
0194 plot2d(t,n(:,6),2)
0195 plot2d(t,n(:,7),3)
0196 plot2d(t,n(:,8),4)
0197 plot2d(t,n(:,9),5)
0198 plot2d(t,n(:,10),6)
0199 plot2d(t,n(:,11),7)
BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISA
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa mol reaktan Etilbenzena (Na)
mengalami penurunan seiring dengan naiknya waktu reaksi. Sedangkan jumlah
mol produk utama stirena (Nb) dan jumlah mol produk samping seperti
benzena (Nd), etilen (Ne), tolune (Nf) dan metana (Ng) mengalami kenaikan
jumlah mol seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Hal ini disebabkan
karena semakin lama waktu reaksi maka reaktan yang bereaksi membentuk
produk akan semakin banyak sehingga jumlah mol reaktan yang sisa akan
semakin sedikit. Sedangkan jumlah mol produk yang terbentuk akan semakin
banyak.
Jumlah mol produk Stiren (Nb) dan mol produk Hidrogen (Nc) pada awal
reaksi sampai detik ke-1000 cenderung sama tetapi pada detik ke-1000, mol
hidrogen akan bereaksi kembali dengan etibenzena yang sisa pada reaksi kedua
sehingga jumlah mol Hidrogen akan semakin menurun seiring dengan semakin
banyak mol hidrogen yang bereaksi. Sedangkan jika ditinjau dari jumlah
produk dari reaksi utama dan reaksi samping, jumlah mol pada produk utama
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mol pada produk samping. Hal ini
{ ( ) }
(Levenspiel, 1999)
sehingga dengan semakin lama waktu, maka semakin banyak zat pereaktan yang
bereaksi membentuk produk, sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar.
Sedangkan konversi pada reaksi satu lebih besar dari pada konversi pada reaksi
dua dan tiga akibat adanya pengaruh selektivitas. Semakin besar selektivitas maka
konversi yang terjadi juga semakin besar.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil simulasi scilab diketahui bahwa perancangan reaktor
batch pada reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena dapat
dilakukan secara adiabatis.
2. Hubungan antara jumlah mol terhadap waktu reaksi didapatkan bahwa
semakin lama waktu reaksi maka reaktan yang bereaksi membentuk
produk akan semakin banyak sehingga jumlah mol reaktan yang sisa
akan semakin sedikit. Sedangkan jumlah mol produk yang terbentuk
akan semakin banyak.
3. Hubungan antara konversi terhadap waktu reaksi, bahwa semakin lama
waktu, maka semakin banyak zat pereaktan yang bereaksi membentuk
produk, sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar. Sedangkan
konversi pada reaksi satu lebih besar dari pada konversi pada reaksi dua
dan tiga akibat adanya pengaruh selektivitas. Semakin besar selektivitas
maka konversi yang terjadi juga semakin besar.
4. Hubungan antara temperature reaksi terhadap waktu reaksi, bahwa pada
reaksi endotermis akan terjadi penurunan temperature seiring dengan
lamanya waktu reaksi.
5.2. Saran
1. Pengambilan data-data penunjang perhitungan perancangan reaktor
melalui literatur yang jelas.
2. Melakukan penyusunan algoritma secara teliti dan benar.
3. Teliti dalam melakukan input data pada program Scilab.
DAFTAR PUSTAKA
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
27 Oktober -Judul: Simulasi Perancangan
1 2017 Desain pada proses dehidrogenasi
etilbenzena menjadi stirena dengan
menggunakan program scilab 5.5.2
-ACC Judul Tugas Besar
4. 22 November -ACC
2017