Tugas Besar 10kamis Siang Acc

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN TUGAS BESAR

MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

PERANCANGAN DAN SIMULASI DESAIN REAKTOR BATCH


ADIABATIS PADA PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA
MENJADI STIRENA DENGAN PROGRAM SCILAB 5.5.2

Oleh :

Luli Nur Irmalasari NIM : 21030115120067


Triana Devi Sijabat NIM : 21030113130127

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Reaktor Batch Adiabatis

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR MATA KULIAH MODEL DAN
KOMPUTASI PROSES

Judul : Perancangan Simulasi Desain Reaktor Batch Adiabatis


pada Proses Dehidrogenasi Etilbenzena menjadi Stirena
dengan menggunakan Scilab 5.5.2

Kelompok : 10 / Kamis Siang

Anggota : Luli Nur Irmalasari NIM. 21030115120067


Triana Devi Sijabat NIM. 21030115130127

Telah diterima dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Semarang, November 2017


Mengesahkan,
Asisten Pengampu

Teguh Riyanto
NIM. 21030114130178

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES iii


Reaktor Batch Adiabatis

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Besar Praktikum Komputasi Proses dapat
diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari praktikum komputasi
proses ini adalah untuk menyimulasikan perancangan desain Proses
Dehidrogenasi Etilbenzena menjadi Stirena dengan menggunakan Scilab 5.5.2

Penyusunan laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan, kerjasama


dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan ini ucapan terimakasih juga diberikan
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Setia Budi Sasongko, DEA selaku dosen pengampu mata
kuliah Model dan Komputasi Proses.
2. Teguh Riyanto sebagai koordinator asisten Laboratorium Komputasi
Proses Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro dan Asisten
pengampu laporan tugas besar mata kuliah model dan komputasi proses
mater reaktor Batch.
3. Teman-teman angkatan 2015 Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
Adapun laporan ini masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan maka
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan terhadap laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES iv


Reaktor Batch Adiabatis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
INTISARI............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
1.4 Manfaat ..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Dasar Teori .....................................................................................................4
2.1.1 Jenis-jenis Reaktor ...................................................................................4
2.1.2 Jenis-jenis Kondisi Operasi Reaksi dalam Reaktor ................................9
2.2 Studi Kasus ..................................................................................................14
BAB III METODE PENYELESAIAN ..................................................................17
3.1 Pemodelan Kasus .........................................................................................17
3.1.1 Neraca Massa Reaktor Batch .................................................................17
3.1.2 Kecepatan Reaksi ..................................................................................18
3.1.3 Stoikhiometri .........................................................................................18
3.1.4 Kombinasi ..............................................................................................19
3.1.5 Neraca Panas Reaktor Batch Non-adiabatis ..........................................19
3.2 Algoritma Penyelesaian ...............................................................................20
3.3 Logika Pemograman ....................................................................................22
3.4 Bahasa Pemograman ....................................................................................23
BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA .....................................................25
4.1 Hasil Simulasi ..............................................................................................25
4.2 Analisa Hasil ................................................................................................27
4.2.1 Hubungan Konversi terhadap Waktu Tinggal.........................................27

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES v


Reaktor Batch Adiabatis

4.2.2 Hubungan Suhu terhadap Waktu Tinggal ...............................................28


4.2.3 Hubungan Konsentrasi Reaktan dan Produk terhadap Waktu Tinggal ...29
BAB V PENUTUP .................................................................................................30
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................30
5.2 Saran .............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................31
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES vi


Reaktor Batch Adiabatis

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Stoikiometri komponen-komponen pada reaksi dehidrogenasi


etilbenzena menjadi stirena .................................................................44
Tabel 3.2 Data kalor jenis per komponen pada reaksi dehidrogenasi etilbenzena
menjadi stirena ...................................................................................45

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES vii


Reaktor Batch Adiabatis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaktor batch dengan jaket penukar panas ........................................ 5


Gambar 2.2 Continuous Stirred Tank Reactor dengan jaket penukar panas ......... 6
Gambar 2.3 Plug flow reactor ................................................................................ 7
Gambar 3.1 Reaktor Batch.....................................................................................22
Gambar 4.1 Profil hubungan jumlah mol terhadap waktu reaksi.......................... 42
Gambar 4.2 Profil hubungan konversi terhadap waktu reaksi .............................. 44
Gambar 4.3 Profil hubungan Temperatur terhadap waktu reaksi ......................... 45

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES viii


Reaktor Batch Adiabatis

INTISARI

Dalam industri kimia, reaktor merupakan unsur penting dalam unit proses
kimia, salah satu jenis reaktor kimia berdasarkan prosesnya adalah reaktor batch.
Reaktor batch adalah reaktor yang bekerja dengan sistem batch dan
mekanismenya sederhana. Salah satu proses yang dapat diaplikasikan pada reaktor
batch adalah proses dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena. Dalam
perancangan reaktor melibatkan perhitungan model matematika kompleks yang
lebih mudah diselesaikan dengan menggunakan aplikasi pemrograman komputer
seperti Scilab. Program komputasi Scilab dikembangkan untuk menyelesaikan
permasalahan numerik kompleks dengan pendekatan matriks.
Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis reaksinya yaitu reaktor batch,
reaktor semi-batch dan reaktor kontinyu sedangkan berdasarkan bentuknya yaitu
reaktor alir pipa dan reaktor alir tangki berpengaduk. Reaktor batch beroperasi
secara unsteady-state dan hanya dapat memproduksi dalam skala kecil, sedangkan
reaktor CSTR dan reaktor PFR beroperasi secara steady-state sehingga dapat
digunakan untuk produksi skala panjang dengan skala yang besar. Proses
dehidrogenasi etilbenzene menjadi stirena merupakan reaksi endotermis dan
reaksi reversibel monomolekuler yang juga menghasilkan produk samping berupa
benzene, etilen, toluena dan metana.
Dalam penyelesaian kasus ini, dilakukan pemodelan kasus dari neraca
massa, kecepatan reaksi, stoikiometri, dan neraca panas reaktor batch non-
adiabatis. Pemodelan kasus yang telah disusun kemudian dibuat algoritma dan
bahasa pemrogramannya dalam bentuk scipad. Hasil simulasi yang diperoleh
pada hubungan antara konversi dan jumlah mol produk dengan waktu tinggal
menunjukkan hubungan yang berbanding lurus namun hubungan jumlah mol
reaktan berbanding terbalik dengan waktu tinggal, sedangkan hubungan antara
suhu dengan waktu tinggal menunjukkan penurunan yang relative rendah setelah
detik ke-10.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES ix


Reaktor Batch Adiabatis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam industri kimia, reaktor merupakan unsur penting dalam unit


proses kimia. Reaktor merupakan suatu bejana tempat terjadinya reaksi kimia
sehingga terjadi perubahan bahan baku menjadi produk. Berdasarkan jenis
prosesnya reaktor ada 3 jenis yaitu reaktor kontinyu, reaktor batch, dan reaktor
semi-batch sedangkan berdasarkan bentuknya ada reaktor alir pipa dan reaktor
alir tangki berpengaduk (Levenspiel, 1999). Perancangan suatu reaktor kimia
dilakukan agar profil dari reaksi yang akan diproduksi dapat diketahui. Dalam
hal ini reaksi yang digunakan adalah reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi
styrena dengan reaksi samping yaitu thermal cracking etilbenzena. Profil
tersebut berupa neraca massa, neraca energi, kinetika reaksi dan aspek lain
yang berkaitan dengan reaksi. Dengan mengetahui profil reaksi, dapat
diperkirakan kondisi operasi yang optimum pada masing-masing unit operasi
agar bahan baku dapat terkonversi maksimal. Dalam perancangan suatu reaktor
kimia, efisiensi kinerja reaktor harus diutamakan sehingga diperoleh hasil yang
maksimal dengan biaya yang minimal, baik biaya investasi maupun biaya
operasi.

Sebagai sarjana Teknik Kimia dituntut untuk mampu merancang dan


menentukan reaktor kimia yang akan digunakan dengan berdasarkan ilmu
teknik kimia yang melibatkan perhitungan model matematika kompleks.
Penyelesaian model matematika yang kompleks membutuhkan metode
numerik yang tidak lepas dari aplikasi pemrograman komputer. Salah satu
aplikasi pemrograman komputer yang dapat digunakan adalah Scilab. Scilab
merupakan perangkat lunak yang hampir menyerupai Matlab yang
dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan numerik yang kompleks
dengan pendekatan matriks (Sasongko, 2010). Pada sistem operasi Windows,
Scilab mempunyai versi 5.1.1, 5.3.1, 5.5.1, 6.00. Oleh karena itu, process
engineering diharapkan mampu menggunakan aplikasi komputasi Scilab untuk

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 1


Reaktor Batch Adiabatis

menyelesaikan perhitungan model matematika kompleks perancangan reaktor


untuk memilih jenis reaktor yang tepat untuk sebuah proses beserta kondisi
operasinya sehingga dihasilkan suatu produk yang berkualitas tinggi dan
ekonomis.

Perancangan proses dengan pemodelan matematis cukup kompleks


untuk dilakukan secara manual. Oleh karena itu, penyelesaian model matematis
ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak dalam hal ini Scilab 5.5.2.
Dengan menggunakan perangkat lunak, proses analisis suatu sistem dapat
diselesaikan dengan cepat.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam suatu perancangan reaktor kimia diperlukan persamaan neraca


massa, neraca energi, kinetika reaksi dan lain-lain untuk mengetahui dimensi
reaktor, konversi maksimum yang diperoleh, pengaruh variabel terhadap
konversi dan kriteria lain yang dibutuhkan dalam perancangan. Persamaan
dalam perancangan tersebut dapat diselesaikan dengan pemodelan matematis.
Pemodelan matematis yang rumit dan umumnya berbentuk matriks maupun
vektor dapat dengan mudah dan cepat diselesaikan menggunakan perangkat
lunak yang dalam hal ini digunakan program Scilab 5.5.2. Scilab 5.5.2.
merupakan aplikasi komputasi, pemrograman dan visualisasi untuk
menyelesaikan permasalahan perhitungan matematis yang rumit karena
penyelesaian dinyatakan dalam notasi matematika. Dalam perancangan
reaktor batch untuk proses pembuatan Styrena memerlukan analisa dan
pengolahan data untuk mendapatkan nilai yang dibutuhkan, sehingga
diperlukan pemodelan matematik dengan menggunakan aplikasi Scilab 5.5.2.
untuk mempermudah dalam penyelesaian analisa perhitungan data.

1.3. Tujuan

1. Melakukan pemodelan terhadap reaktor batch adiabatis yang digunakan


untuk mereaksikan etil benzena menjadi stirena dengan proses
dehidrogenasi dan menyimulasikannya dalam scilab 5.5.2.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 2


Reaktor Batch Adiabatis

2. Membuat profil hubungan antara konversi dengan waktu menggunakan


scilab 5.5.2

3. Membuat profil hubungan antara jumlah mol terhadap waktu reaksi


pada perancangan reaktor batch dengan menggunakan scilab 5.5.2.

4. Membuat profil hubungan antara suhu terhadap waktu reaksi dengan


menggunakan scilab 5.5.2.

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa mampu melakukan pemodelan terhadap reaktor batch


adiabatis yang digunakan untuk mereaksikan etil benzena menjadi
stirena dengan proses dehidrogenasi dan menyimulasikannya dalam
scilab 5.5.2.
2. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan antara konversi dengan
waktu menggunakan scilab 5.5.2.
3. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan antara jumlah mol
terhadap waktu reaksi pada perancangan reaktor batch dengan
menggunakan scilab 5.5.2.
4. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan antara suhu terhadap
waktu reaksi dengan menggunakan scilab 5.5.2.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 3


Reaktor Batch Adiabatis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Jenis Jenis Reaktor
Reaktor merupakan alat pada industri yang digunakan untuk tempat
terjadinya proses kimia.Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis operasi,
fase reaksi, dan geometrinya(arah aliran). Berdasarkan jenis operasinya,
reaktor dibedakan menjadi reaktor batch dan reaktor kontinyu. Berdasarkan
fase reaksinya, reaktor dibedakan menjadi homogen dan heterogen.
Berdasarkan geometrinya, dibedakan menjadi stirred tank reactor, tubular
reactor, packed bed reactor, dan fluidized bed reactor (Nanda and Pharm,
2008)
Berdasarkan jenis operasinya reaktor dibedakan menjadi reaktor batch
dan reaktor kontinyu.
1. Reaktor Batch
Batch reactor tidak memiliki input maupun output ketika terjadinya reaksi.
F= F = 0. Gambar menunjukkan skema dari reaktor batch.(Fogler, 2004).
Dalam reaktor batch, bahan baku atau reaktan dimasukkan semua pada awal
proses dalam container, kemudian dicampur dengan merata, dan dibiarkan
bereaksi pada jangka waktu tertentu. Setelah reaksi selesai, produk
dikeluarkan. Proses yang terjadi merupakan proses unsteady state atau tidak
tetap dimana komposisi berubah bergantung waktu, akan tetapi komposisi
saat berada dalam reaktor tetap konstan(Levensiel, 1999).

Gambar 2.1 Reaktor batch dengan jaket penukar panas (Fogler, 2011)

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 4


Reaktor Batch Adiabatis

Neraca massa reaktor batch :


[Input] [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]
Dalam reaktor batch, tidak ada aliran masuk dan keluar , A adalah reaktan,
maka

[0] [0] + [-rAV] =

= -rAV

NAo = -rAV

untuk densitas konstan, t = NAo = CAo =

untuk densitas berubah, t = NAo CAo

Neraca energi reaktor batch :

UA(Ta-T) + (-HRX)(-rA)V = NtCp (Levenspiel, 1999)

Kelebihan :
Lebih murah dibanding reaktor alir
Lebih mudah pengoperasiannya
Lebih mudah dikontrol
Kekurangan :
Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada
lubang pengaduk)
Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor, waktu
reaksi)
2. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu terdiri dari 2 reaktor, yaitu reaktor alir berpengaduk
(continuous stirred tank reactor) dan reaktor pipa (tubular reactor).
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (Continous Stirred Tank Reactor)
Merupakan tipe reaktor yang paling umum digunakan dalam industri.
Reaktor ini biasanya bekerja pada kondisi steady state. Produk yang
dihasilkan biasanya tidak ada variasi pada konsentrasi, temperatur, atau
kecepatan reaksi. Kondisi temperatur dan konsentrasi sama pada setiap titik

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 5


Reaktor Batch Adiabatis

pada reaktor sehingga hasil keluaran memiliki kondisi yang sama. Mixed
reaktor, backmixed reactor atau CSTR sesuai dengan namanya, dalam reactor
ini terdapat pengadukan yang mencampur dan membuat campurannya
homogen. Oleh karena itu produk yang keluar dari reactor ini memiliki
komposisi yang sama dengan fluida yang berada dalam reaktor.

Gambar 2.2 Continuous Stirred Tank Reactor dengan jaket penukar


panas
Neraca massa CSTR :
[Input] [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]

[FAo] [FA] + [rAV] = , dimana

V=

Karena FAo = CAOvo, maka volume reaktor sebagai fungsi space time () untuk
reaksi fase cair dan densitas konstan (v=vo) ,

==

Neraca energi CSTR :

* +

(Fogler, 2004)
Kelebihan :
Suhu dan komposisi campuran dalam reaktor sama
Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi
lebih lama bereaksi di reactor.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 6


Reaktor Batch Adiabatis

Kekurangan
Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi.
Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding Reaktor Alir Pipa..
Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan RATB
lebih besar dari RAP.
Reaktor Pipa (Tubular Reactor)
Umumnya reaktor jenis ini terdiri dari pipa-pipa yang disusun paralel,
dapat digunakan untuk fase cair dan fase gas. Perbedaan jenis reaktor ini
dengan CSTR terletak pada karakteristik pengadukannya.Secara umum,
karakteristik reaktor plug-flow yaitu :
1. Aliran berada dalam pipa, arus input dan output belum tentu mempunyai
laju alir yang sama.
2. Berada dalam sistem tertutup
3. Massa dalam reaktor belum tentu tetap
4. Tidak ada pengadukan dalam arah axial (arah aliran), hanya ada dalam
arah radial, sehingga sifat dan komposisi seragam dalam arah ini
5. Densitas, sifat dan komposisi bervariasi dalam arah axial (arah aliran)
6. Dapat dioperasikan steady-state maupun unsteady-state
7. Dapat dilengkapi dengan alat penukar panas

Gambar 2.3 Plug flow reactor


(Fogler, 2006)
Kekurangan reaktor ini dibanding CSTR yaitu reaktor jenis PFR
relatif sulit dikontrol serta perawatan dan perbaikannya juga tidak semudah

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 7


Reaktor Batch Adiabatis

CSTR. Namun kelebihan dari reaktor ini adalah dapat digunakan untuk
sistem reaksi dengan laju alir cukup tinggi baik fase gas atau cair.
Neraca massa PFR :

Fjo- Fj + rj dV = (Fogler, 2004)

Neraca massa untuk PFR pada saat kondisi steady state :

Saat kondisi steady-state, =0

Fj(V)- Fj (V+V)+ rj V = 0

Dengan limit V0, maka didapat persamaan :

(Fogler, 2004)

2.1.2 Kondisi Operasi Reaktor


Kondisi operasi suatu proses merupakan hal penting dalam sebuah
perancangan reaktor. Yang menjadi parameter dari kondisi operasi suatu
proses dapat dilihat dari apakah proses tersebut terjadi perpindahan panas
atau tidak. Biasanya adanya perpindahan panas atau tidak pada suatu proses
industri biasa disebut dengan istilah adiabatis dan non-adiabatis. Dalam
perancangan suatu reaktor terdapat 2 reaktor berdasarkan perpindahan panas
pada prosesnya yaitu reaktor adiabatis dan reaktor non-adiabatis.
a. Reaktor Adiabatis
Reaktor Adiabatis adalah reaktor yang selama prosesnya tidak ada
perpindahan panas yang terjadi antara reaktor dengan sekelilingnya. Reaktor
adibatis biasanya menggunakan jaket pemanas/pendinginan tergantung
keadaan reaksi yang berlangsung sehingga perpindahan panas dalam reaktor
adalah tetap (Q =0).
Neraca energi reaktor batch sistem adiabatis :

T = T0 +

Neraca energi CSTR sistem adiabatis :

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 8


Reaktor Batch Adiabatis


T = T0 +
atau XNE =

Neraca energi Plug Flow reaktor sistem adiabatis :


[ ]
( )

b. Reaktor Non-Adiabatis
Reaktor NonAdibatis adalah reaktor yang selama prosesnya terjadi
perpindahan panas antara reaktor dengan sekelilingnya. Biasanya reaktor
nonadiabatis bersifat nonisothermal yaitu suhu masuk fluida ke reaktor tidak
sama dengan suhu masuk fluida keluar reaktor. Perpindahan pana terjadi
karena adanya perbedaan nilai kalor dalam reaktor dengan nilai kalo di
lingkungan. Kalor pada reaktor dihasilkan dari panas reaksi. Jika reaksi
bersifat eksotermis artinya reaksi menghasilkan panas sehingga suhu dalam
reaktor akan naik. Sedangkan jika reaksi bersifat endotermis artinya reaksi
membutuhkan panas sehingga suhu dalam reaktor akan turun (Levenspiel,
1999).
Neraca energi reaktor batch sistem non-adiabatis :


Neraca energi CSTR sistem non-adiabatis :

( )

Neraca energi Plug Flow reaktor sistem non-adiabatis :

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 9


Reaktor Batch Adiabatis

2.1.3. Molekularitas Reaksi


Proses terjadinya suatu reaksi kimia berdasarkan pada reaktan atau
molekul yang bereaksi yang disebut dengan molekularitas khususnya untuk
reaksi elementer (Levenspiel, 1999). Berdasarkan pada jumlah molekul yang
bereaksi dapat dibedakan menjadi:
Unimolekuler : hanya satu molekul reaktan pada suatu reaksi.
Contoh : A produk
Bimolekuler : ada dua molekul reaktan pada suatu reaksi.
Contoh : A + B produk
Trimolekuler : ada tiga molekul reaktan pada suatu reaksi.
Contoh : A + B + C produk

2.1.4. Sifat Reaksi


Sebagai parameter bahwa reaksi kimia itu menghasilkan atau menyerap
panas dari entalpi reaksi (Hrx) adalah apabila entalpi reaksi nilainya negatif,
maka reaksi akan menghasilkan panas atau disebut dengan eksotermis,
kebalikannya apabila entalpi reaksi mempunyai nilai positif, maka reaksi
akan menyerap (memerlukan) panas. Misalkan untuk reaksi:

a A + b B q Q..................................................(1)
Jika Hrx = negatif eksotermis
CaCO3(s) + H2O(l) Ca(OH)2(aq) + CO2(g) H = 97,37 kJ.....(2)

Jika Hrx = positif endotermis


CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) H = +178,3 kJ....(3)
Dimana :
Hrx = Hf Produk Hf Reaktan = Hf Q (Hf A + Hf B)...................(4)

2.1.5. Reaksi Reversible dan Irreversible


Hal yang perlu juga mendapat perhatian dalam tinjauan
termodinamika adalah arah dari reaksi. Dimana saat arah reaksinya bolak-
balik disebut reversible sedangkan apabila searah disebut irreversible.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 10


Reaktor Batch Adiabatis

Reaksi searah (irreversible) : A B.........................................(5)


Reaksi bolak-balik (reverible) :A ..........................................(6)
Sebagai indikator bahwa reaksi tersebut bolak-balik atau searah adalah
konstanta kesetimbangan kimia (K). Konstanta tersebut merupakan
perbandingan antara konstanta kecepatan reaksi kekanan (k1) dengan
konstanta kecepatan reaksi kekiri (k2). Apabila nilai K konstanta
kesetimbangan tersebut besar, menandakan reaksi tersebut bersifat searah
(irreversible), hal ini berarti nilai k1 >>> k2, sehingga reaksinya searah.
Nilai konstanta kesetimbangan K, dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut :
G = -RT ln K..................................(7)
(Smith dkk., 2001)
G dapat di cari dari perubahan energy gibs dalam suatu reaksi atau
dapat menggunakan persamaan berikut :
Misalkan untuk reaksi:
a A + b B q Q..........................................................................(8)
maka :
G rx = Gf Produk - Gf Reaktan
= Gf Q - (Gf A + Gf B)...................................(9)
(Smith dkk., 2001).
G atau energy gibs merupakan energy minimal yang diperlukan agar
reaksi dapat terjadi. Biasanya disebut dengan driving force. Dengan
mengetahui harga G suatu reaksi maka harga K suatu reaksi dapat
diketahui. Karena nilai K pada kondisi operasi tertentu diketahui, maka dapat
diperkirakan seberapa besar hasil dari reaksi tersebut.
Dalam tinjauan termodinamika tidak dibahas hal yang berhubungan
dengan waktu. Termodinamika membahas konsep kesetimbangan dan panas,
sedangkan konsep waktu dibahas dalam tinjuan kinetika reaksi. Kinetika
reaksi mempelajari kecepatan reaksi secara kuantitatif dan faktor-faktor yang
mempengaruhi (suhu, tekanan, komposisi). Kinetika reaksi juga mempelajari
tentang mekanisme reaksi. Didalam hal kinetika reaksi tidak diperlukan data-

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 11


Reaktor Batch Adiabatis

data kinetika dan hanya dibutuhkan data-data thermodinamika untuk mencari


harga konstanta kecepatan reaksi (k). Kontanta kecepatan reaksi (k) dapat
menjadi parameter dalam menentukan orde reaksi yang nantinya akan
berpengaruh pada design reaktor yang digunakan. Untuk menentukan harga
konstanta kecepatan suatu reaksi dapat menggunakan persamaan berikut :
Misalkan suatu persamaan reaksi:
k1
aA + bB cC + dD...................................................................(10)
Dimana : a, b, c, d merupakan koefisien reaksi
k1 = konstanta kecepatan reaksi
Untuk menyatakan persamaan kecepatan reaksi adalah :
rA = rC = k1CAaCbb...................................(11)
(LevenspieL, (1999).
Dimana a dan b pada persamaan kecepatan reaksi merupakan tingkat
(orde) reaksi sehingga tingkat orde reaksi dapat di cari dengan persamaan :
Tingkat orde = a + b............................................(12)
(Levenspiel, 1999).
Selain itu, untuk mengetahui besar konstanta kecepatan reaksi, dapat
diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi dengan persamaan berikut

( ) .......................................................(13)

Dimana : K = harga konstanta kesetimbangan reaksi


k = harga konstanta kecepatan reaksi
= perubahan enthalpy reaksi
R = 8,314 J/mol K
T = 298 K
T1 = suhu operasi
Atau dapat menggunakan persamaan archenius :

..........................................(14)
Dimana : k = harga konstanta kecepatan reaksi
A = frekuensi tumbukan
Ea = Energy Aktivasi
R = 8,314 J/mol K

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 12


Reaktor Batch Adiabatis

T = Suhu Operasi
(Levenspiel, (1999)
Dari persamaan diatas harga konstanta kecepatan reaksi (k) dapat
ditentukan jika mengetahui data-data thermodinamika suatu reaksi tersebut.

2.1.6 Jenis Reaksi


Pada perancangan suatu reaktor, jenis reaksi proses yang terjadi dalam
reaktor perlu di ketahui (Levenspiel, 1999). Pada reaksi reversible maupun
reaksi irreversibel terdapat 2 mekanisme reaksi yaitu :
Reaksi Seri : Reaksi yang antar reaktan dan produk saling berhubungan
seperti rantai.
Contoh : Untuk reaksi irreversibel
ABC
Untuk reaksi reversibel
ABC
Reaksi pararel : Reaksi dimana reaktan utama dapat membentuk reaksi utama
dan reaksi samping.
Contoh :
Untuk reaksi irreversibel
Reaksi Utama =AB
Reaksi Samping =AC
Untuk reaksi reversibel
Reaksi Utama =AB
Reaksi Samping =AC

2.2. Studi Kasus


2.2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
1. Etilbenzena (C8H10)
-Wujud : Cair
-Berat Molekul :106,67 gr/mol
-Warna : Tidak berwarna
-Bau : Khas aromatik

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 13


Reaktor Batch Adiabatis

-Titik Didih : 136,185oC


-Densitas(25oC) : 0,86 gr/cc

-Komposisi :
Etilbenzena = minimal 99,85 % berat
Benzena = maksimal 0,1 % berat
Toluena = maksimal 0,05 % berat
2. Hidrogen (H2)
-Wujud : Gas
-Berat Atom :1 gr/mol
-Warna : Tidak berwarna
-Bau : Tidak berbau
-Titik Didih : -252,879oC
-Densitas (0oC) : 0,08988 gr/l
3. Styrene (C8H8)
-Berat Molekul : 104,15 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Manis
-Titik Didih : 145oC
-Densitas : 0,909 gr/cm3
-Komposisi :
Etilbenzena = Maksimal 0,3 % berat
Stirena = Minimal 99,7% berat
4. Benzene (C6H6)
-Berat Molekul : 78,1121 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Manis
-Titik Didih : 80,1oC
-Densitas : 0,8786 gr/cm3

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 14


Reaktor Batch Adiabatis

5. Toluene (C7H8)
-Berat Molekul : 92,14 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Manis
-Titik Didih : 110,6oC
-Densitas : 0,8669 gr/cm3
6. Ethylene (C2H4)
-Berat Molekul : 28,05 gr/mol
-Wujud : Cair
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Tidak Berbau
-Titik Didih : 162,42 K
-Titik Lebur : 140 K
-Densitas : 0,577 gr/cm3
7. Methane (CH4)
-Berat Molekul : 16,04 gr/mol
-Wujud : Gas
-Warna : Tak Berwarna
-Bau : Tidak Berbau
-Titik Didih : -161,5 oC
-Titik Lebur : -181,5 oC
-Densitas : 0,6556 mg/cm3

2.2.2 Deskripsi Proses


Proses pembuatan stirena dari etilbenzena berdasarkan pada reaksi
dehidrogenasi pada molekul etilbenzena dengan melepaskan dua atom
hidrogen dari cabang etil. Reaksi berlangsung dalam fasa gas, bersifat
reversibel endotermis. Panas yang dibutuhkan digunakan untuk memutus
ikatan C-H. Untuk memenuhi kebutuhan panas agar temperatur reaksi dapat
tercapai digunakan molten salt yang akan masuk ke reaktor batch.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 15


Reaktor Batch Adiabatis

Reaksi utama yang terjadi :


C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g) H = 117440 kj/kmol
Disamping itu juga terjadi reaksi samping menurut Wenner Dybdal
(1948), menghasilkan benzena, toluena, metana dan etena.
Reaksi samping :

C6H5C2H5 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)


C6H5C2H5 (g) + H2(g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)

Mekanisme reaksi yang terjadi adalah


-Adsorbsi reaktan ke permukaan katalis

-Reaksi pada permukaan katalis

-Desorbsi hasil reaksi

2.2.3 Kondisi Operasi


Reaksi berlangsung di dalam reaktor batch yang dioperasikan pada
suhu sekitar 537 665 oC dan tekanan 0,27 - 1,3 atm. Pembentukan

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 16


Reaktor Batch Adiabatis

toluena sebesar 2 % dan benzena 1% (% mol) dari produk stirena yang


dihasilkan. Selektivitas stirena adalah 93-97 % (Kirk Othmer, 1980).
Dalam hal ini suhu dan tekanan yang digunakan adalah 650oC dan
1,2atm. Pemilihan suhu dan tekanan tersebut dengan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Reaksi dehidrogenasi ini merupakan reaksi katalitik maka kondisi
operasi harus berada pada suhu dan tekanan dimana katalis dalam
keadaan aktif dan memberikan selektivitas yang tinggi. Rentang
batas aktivitas katalis Fe2O3 pada suhu 550-670 oC dimana pada
kondisi suhu tersebut sedikit diatas tekanan atmosferik memberikan
konversi keseluruhan etilbenzena 90 % dengan selektivitas stirena
sebesar 97 %. Oleh karena itu pemilihan suhu mempertimbangkan
agar kecepatan reaksi tinggi dan katalis dalam keadaan aktif.
2. Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis dimana akan
terjadi penurunan suhu pada saat reaksi berlangsung sehingga suhu
o
perlu dipertahankan 650 C untuk menghasilkan konversi dan
selektivitas yang tinggi dengan cara menambahkan molten salt
sebagai pemanas reaktor.
Fungsi katalis
Katalis yang digunakan adalah Fe2O3. Katalis ini berperan untuk
memperoleh konversi dan yield stirena yang lebih tinggi dan memperkecil
kemungkinan terjadinya reaksi samping.

2.2.4 Tinjauan Kinetika


Menurut Wenner, Dybdal (1948), reaksi dehidrogenasi etilbenzena
dapat ditinjau secara kinetika dari harga konstanta kecepatan reaksi (k)
untuk reaksi dehidrogenasi etilbenzena menurut persamaan :

C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g)

C6H5C2H5 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)

C6H5C2H5 (g) + H2(g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 17


Reaktor Batch Adiabatis

Dan persamaan kecepatan reaksinya adalah :

r1= k1 (PE - PSPH2/K)

r2= k2 PE

r3= k3 PE PH2

Dengan harga k masing-masing reaksi :


Log k1 = (-31.370/5,575ToK) + 0,883
Log k2 = (-50.800/5,575ToK) + 9,130
log k3 = (-21.800/5,575ToK) + 2,780
(Wenner,1948)
Menurut Jae Lee (2005) nilai Ea da A pada reaksi utama dan samping
pembentukan styrene dari ethylbenzene adalah
A1 = 2,215x1016 kmol/m3hr.bar = 6,152x1012 mol/L.s.bar
A2= 2,4217 x 1020 =6,727x1016 mol/L.s.bar
A3= 3,8224 x 1017 = 1,062x1014 mol/L.s.bar
Ea1 = 272230 J/mol
Ea2 = 352790 J/mol
Ea3 =313060 J/mol
Sehingga nilai k pada masing-masing reaksi pada suhu reaksi 650 C
didapat melalui
k = A.
k1 = 6,152x1012. =2,412x10-3 mol/L.s.bar
k2 = 6,727x1016 =7,27x10-4 mol/L.s.bar
k3 = 1,062x1014 = 2,036x10-4 mol/L.s.bar
Konstanta kesetimbangan reaksi :

ln K =

Dimana :
-rA = kecepatan reaksi dehidrogenasi ; lbmol/(hr)(lbcat)
k = konstanta kecepatan reaksi ; lbmol/(hr)(bar)(lbcat)
K = konstanta kesetimbangan

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 18


Reaktor Batch Adiabatis

T = temperatur reaksi (K)


PEB= Tekanan Parsial Etilbenzena; bar
Ps = Tekanan Parsial Stirena; bar
PH2= Tekanan Parsial hidrogen; bar

2.2.5 Tinjauan Termodinamika


Menurut Smith Van Ness (1975), tinjauan segi termodinamika adalah
untuk mengetahui apakah reaksi tersebut melepaskan panas (eksotermis)
atau memerlukan panas (endotermis), dan juga apakah reaksi berjalan
searah atau bolak-balik.
Reaksi dehidrogenasi etilbenzena :
C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g)
Ho298 = 117440 kj/kmol
Etilbenzena Stirena Hydrogen
Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Hal ini dapat dilihat
dari hargareaksinya yang positif.
Data-data Hof pada T= 298oK :
Hof H2 =0
Hof etilbenzena = 29.920 kJ/kmol
Hof stirena = 147.360 kJ/kmol
H reaksi = Hof produk - Hof reaktan
= (Hof stirena+ Hof H2)-( Hof etilbenzena)
= (147.360 + 0 29.920) kJ/kmol
= 117.440 kJ/kmol
Konstanta kesetimbangan reaksi tersebut dapat dihitung menggunakan
persamaan :
ln K = 20,7358 12.617,7/ToK (Lee, 2005)

Dengan :
K : konstanta kesetimbangan, atm
T : temperatur reaksi, K

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 19


Reaktor Batch Adiabatis

Reaksi berlangsung adiabatis. Reaktan masuk reaktor pada suhu


o
650 C. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan. Hal ini
ditunjukkan dari nilai konstanta kesetimbangan berikut :
Pada T = 25 oC = 298,15 K
Gf C8H8 = 215000 J/mol K
Gf C8H10 = 130700 J/mol K
Gf H2 = 0 J/mol K
G298 (1) = (Gf C8H8 + Gf H2 )- Gf C8H10
= 215000-130700= 84300 J/molK

G = RT ln K
K (1) = exp( G/RT)= exp(84300/8,314 . 298)= 1,671x10-15

Pada T = 650 oC = 923,15 K

( )

( )

Karena nilai K pada keadaan standar lebih kecil daripada nilai K pada
suhu operasi yang diinginkan maka reaksi dapat dianggap berjalan kearah
kanan atau ke arah pembentukan stirena.

2.2.6 Kasus yang Akan Dirancang


Pada kasus ini, akan dibuat pemodelan dan simulasi pembentukan gas
stirena dari etilbenzena dengan menggunakan scilab 5.5.2. Reaksi ini
merupakan reaksi monomolekuler, irreversibel, bersifat endotermis serta
merupakan reaksi paralel. Berdasarkan reaksi tersebut akan dibuat pemodelan
dan simulasi pembentukan gas stirena dari etilbenzena dengan menggunakan
reaktor batch yang bersifat adiabatis. Dari pemodelan dan simulasi ini akan
dapat ditentukan profil hubungan antara konversi terhadap waktu, profil

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 20


Reaktor Batch Adiabatis

hubungan antara jumlah mol terhadap waktu dan profil hubungan antara suhu
dengan waktu.
Kasus yang akan diselesaikan :
Reaksi Dehydrogenasi etylbenzena menjadi styrena :
Reaksi utama :
C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g) H = 117440 kj/kmol
Reaksi samping :
C6H5C2H5 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)
C6H5C2H5 (g) + H2(g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)

Diketahui di dalam reaktor batch dengan volume 100 dm3 pada kondisi
adiabatis dengan tekanan 1 atm dan konsentrasi 10 mol/L. Etilbenzene
terkonversi hingga 90% dengan selektivitas etilbenzene pada reaksi
pembentukan stirena sebesar 93%, reaksi pembentukan benzena sebesar 2%,
dan sisanya pada reaksi pembentukan toluene. Suhu umpan masuk pada
reaktor batch dengan tekanan 1,2 atm adalah 650oC. Sebelum masuk kedalam
reaktor umpan dipanaskan dahulu pada vaporizer dengan suhu pemanas
masuk 700oC dan suhu pemanas keluar 660oC.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 21


Reaktor Batch Adiabatis

BAB III
METODE PENYELESAIAN

3.1 Permodelan

3.1.1 Neraca Massa Reaktor Batch

Pada neraca massa reaktor batch, terdapat akumulasi di dalam


reaktor sehingga reaktor batch bergantung terhadap waktu. Neraca massa
pada reaktor batch dapat disusun sebagai berikut :

Warming jacket

Gambar 3.1 Reaktor Batch

[ ] [ ] [ ] * +

Pada reaktor batch tidak ada aliran masuk dan keluar reaktor selama
reaksi, dengan A adalah reaktan pembatas, maka persamaan dapat disederhanakan
menjadi:

[ ] * +

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 22


Reaktor Batch Adiabatis

3.1.2 Kecepatan Reaksi

Reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena merupakan reaksi


monomolekuler reversibel dengan reaksi sebagai berikut :

Reaksi Utama :

C6H5C2H5 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g)


A B + C

Reaksi Samping :

C6H5C2H5 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)

A D + E

C6H5C2H5 (g) + H2(g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)

A +C F +G

Reaksi pembentukan diatas merupakan reaksi orde satu terhadap


etilbenzena (Lee, 2005) sehingga persamaan kecepatan reaksinya masing-masing
adalah sebagai berikut:

( )

Karena senyawa komponen berfase gas maka kondisinya dianggap gas ideal
sehingga

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 23


Reaktor Batch Adiabatis

Maka

( )

( )

3.1.3 Stoikiometri

Dengan menganggap reaktan pembatas (A) adalah etilbenzena (C6H5C2H5)


maka stoikiometri reaksi tersebut dapat disusun sebagai berikut :

Dengan nilai

Tabel 3.1 Stoikiometri komponen pada reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi


stirena
Kompo
A B C D E F G
nen
Mula-
mula

- - - -

- - - -

- - -

Sisa mol masing-masing komponen:

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 24


Reaktor Batch Adiabatis

Karena fase berupa gas maka volumenya berubah dengan rumus perbandingan gas
ideal sebagai berikut.

Dimana nilai

( )

Dari persamaan perbandingan Volume gas ideal disubstitusikan nilai n dan no nya

( )
;

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 25


Reaktor Batch Adiabatis

( )

Dimana ketika

Maka

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

3.1.4 Kombinasi

Untuk menyelesaikan persoalan yang ada maka persamaan neraca massa,


kecepatan reaksi dan stoikiometri dikombinasikan menjadi persamaan tunggal
sebagai berikut.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 26


Reaktor Batch Adiabatis

Untuk komponen A:

{ ( ) }

{ (

{ (

( ) }

{ ( )

Untuk komponen B:

{ ( )}

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 27


Reaktor Batch Adiabatis

Untuk komponen C:

{ ( ) }

{ (

( ) }

Untuk Komponen D:

{ }

( )

Untuk Komponen E:

( )

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 28


Reaktor Batch Adiabatis

Untuk Komponen F:

{ }

( )
{ }

{ }

Untuk Komponen G:

{ }

{ }

3.2. Neraca Panas


Sistem adiabatis merupakan sistem dimana tidak ada penambahan atau
penghilangan panas masuk dan panas keluar. Pada pengoperasian sistem
adiabatis, biasanya menggunakan jaket pemanas/pendinginan tergantung
keadaan reaksi yang berlangsung sehingga perpindahan panas dalam reaktor
adalah tetap (Q =0).
KECEP. ENERGI YG KECEP. ENERGI YG KELUAR
KECEP. ALIRAN KECEP. KERJA
PANAS KE SISTEM YG DIBERIKAN KE SISTEM DITAMBAHKA N KE SISTEM SISTEM KRN ALIRAN MASSA
KRN ALIRAN MASSA
KELUAR SISTEM
KECEP. AKUMULASI
ENERGI DALAM SISTEM

Persamaan Umum Neraca Panas

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 29


Reaktor Batch Adiabatis

| | ( )

(Fogler, 2004)

Kondisi unsteady state, maka

[ ]

| | *
( )
+

Dimana,

Maka persamaan menjadi



Neraca panas non isotermal


Maka, Jika Reaktor Batch adiabatis
Nilai dianggap nol karena batch maka tidak ada laju alir masuk, Q=0, dan
W=0
Sehingga didapat Neraca Energi Reaktor Batch Adiabatis single reaction


Sedangkan untuk multiple rection

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 30


Reaktor Batch Adiabatis

Mencari

dimana
vi adalah koefisien senyawa i
Hi adalah enthalphi senyawa i,
Cpi adalah Kapasitas panas senyawa i, joule/molK
A, B, C, D, E adalah koefisien regresi dari senyawa kimia
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa
adalah selisih koefisien regresi produk dengan reaktan suatu senyawa

Diketahui data-data kalor jenis per komponen dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.2 Data Kalor jenis per komponen pada reaksi dehidrogenasi
etilbenzena menjadi stirena
Rumu HF
CP
s 298K
Nama A B C D E (Joule/Mol.
Molek (Kjoule/
K)
ul mol.K)
- -
Ethylbe 3.562E- 1.2409E-
C8H10 20.52 0.59578 0.000308 130.66079 29.9
nzene 08 11
7 5
71.20 0.05476 0.000647 -6.987E- 2.1232E-
Styrene C8H8 128.24462 148.3
1 7 93 07 10
Benzen - - 8.524E- -5.052E-
C6H6 0.4746 84.62781 82.9
e 31.36 0.000311 08 12

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 31


Reaktor Batch Adiabatis

8 4
- -
Toluen 6.122E- 1.2576E-
C7H8 24.09 0.52187 0.000298 106.56271 50.2
e 08 12
7 3
ethylen 32.08 - 0.000247 -2.377E- 6.8274E-
C2H4 43.91169 52.5
e 3 0.01483 74 07 11
- -
hydrog 25.39 2.0178E 3.1880E
H2 3.8549E- 8.7585E- 28.76333 0.00
en 9 -02 -08
05 12
methan 34.94 - 0.000191 -1.53E- 3.9321E-
CH4 36.33214 -74.5
e 2 0.03996 84 07 11

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 32


Reaktor Batch Adiabatis

3.3 Logika Pemograman Reaksi Dehidrogenaso Etilbenzena menjadi Stirena


menggunakan Reaktor Batch Adiabatis
Memulai program Scilab
5.5.2

Memasukkan data-data pendukung (k1, k2, k3, K,


Na0, T0, V0, HRx)

Menghitung nilai k
ex

Hasil : Hubungan X vs t, hubungan


n vs t dan hubungan T vs t

Selesai

Penjelasan penyelesaian persamaan menggunakan sub program ode


dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Langkah awal membuat program
Dalam membuat suatu program dengan Scilab 5.5.2 adalah dengan
menuliskan fungsi clear,clc, clf.
clear
clc

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 33


Reaktor Batch Adiabatis

clf
Fungsi clear adalah untuk menghapus semua variabel di console yang
telah dibuat. Fungsi clc adalah untuk menghapus variabel pada console
tanpa menghapus memori. Fungsi clf adalah untuk menghapus tampilan
jendela grafik.
2. Cara memanggil file excel
Untuk menyelesaikan persamaan maka perlu memanggil data yang ada
yang ada pada file excel, maka fungsi-fungsi yang digunakan yaitu:
excel=readxls('E:\Ascilab\mydtabase.xls')
sheet=excel(1)
snyw=sheet(:,2)
n=1
i=0
while n<>0 then
i=i+1
W=x_choose(snyw,'pilih komponen','selesai')
n=W
K(i)=W//menyimpan data yang sudah di input
teks=['koef1';'koef2';'koef3']
if n<>0 then
koef(:,i)=evstr(x_mdialog('input koefisien',teks,['0';'0';'0']))
else break
end
end

Fungsi dari readxls yaitu untuk membuka dan membaca data pada file
excel, agar dapat tersimpan maka dibuat indeks dengan nama
excel=readxls(E:\Ascilab\mydtabase.xls). Lalu untuk memanggil data
pada sheet 1 menggunakan perintah sheet=excel(1) artinya sheet berada
pada fungsi excel, (1) artinya pada sheet ke-1. nama=sheeet(:,2) artinya
indeks nama terdapat pada data yang dipanggil indeks sheet kolom ke-2.
Untuk memunculkan perintah x_chooose terdapat 2 syarat yaitu n<>0 dan
elsebreak yaitu untuk memulai dan mengakhiri. w=x_choose(nama,pilih
komponen,selesai) perintah ini artinya digunakan untuk memilih data
yang akan ditampilkan, finish untuk mengakhiri pilihan pada kotak
dialog. Fungsi evstr yaitu untuk mengubah string (pembacaan huruf)
menjadi angka agar dapat terbaca. x_mdialog(Input
koefisien,[koef1,koef2,koef3],[0,0,0]) printah x_mdialog ini

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 34


Reaktor Batch Adiabatis

berfungsi untuk memunculkan kotak dialog input koef1, koef2, dan koef3
dengan nilai awal sebesar 0.
3. Membuat function
Untuk menyelesaikan sebuah persamaan maka dalam scilab perlu
dibuat sebuah function. Berikut adalah function yang akan diselesaikan
pada scilab:
function dn=fungsi2(t, n)
dn(1)=ra*V/(-Na0)// Xa
dn(2)=rb*V/(Na0)//Xa1
dn(3)=rd*V/(Na0)//Xa2
dn(4)=rf*V/(Na0)//Xa3
dn(5)=ra*V//Na
dn(6)=rb*V//Nb
dn(7)=rc*V//Nc
dn(8)=rd*V//Nd
dn(9)=re*V//Ne
dn(10)=rf*V//Nf
dn(11)=rg*V//Ng
dn(12)=V*((-Hrx1*(-ra1))+(-Hrx2*(-ra2))+(-
rx3*(ra3)))/((n(5)*Cp(1))+(n(6)*Cp(2))+(n(7)*Cp(3))+(n(8)*Cp(4))+(n(9)
*Cp(5))+(n(10)*Cp(6))+(n(11)*Cp(7)))
endfunction
Artinya dalam function tersebut akan diselesaikan adalah fungsi n
terhadap t, persamaan yang akan diselesaikan yaitu dn(1) sampai
dn(12).
4. Menyelesaikan persaman differensial
Function ode digunakan untuk menyelesaikan sebuah persamaan
differensial biasa, pada pemodelan yang kami selesaikan fungsi ode nya
adalah sebagai berikut.
n=ode(n0,t0,t,fungsi2)
n0 merupakan kondisi awal variabel yang diselesaikan, t0 merupakan
waktu mula-mula, t adalah waktu yang dipilih pada persamaan yang
akan diselesaikan, dan fungsi2 adalah nama adri function yang telah
dibuat untuk menyelesaikan persamaan differensial.
5. Membuat grafik
Untuk pembuatan grafik dari persamaan yang telah diselesaikan, dapat
digunakan fungsi plot2d. Plot2d berfungsi untuk membuat grafik
secara 2 dimensi. Pada persamaan yang kami selesaikan pembuatan
grafiknya adalah sebagai berikut:
plot2d(t,n(:,[1 2 3 4]),[1 2 3 4])

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 35


Reaktor Batch Adiabatis

xtitle('Profil Konversi terhadap waktu','Waktu(detik)','Konversi')


legend(['XAtot','XA1','XA2','XA3'])

dalam fuungsi tersebut maka akan dibuat grafik t terhadap n, t


merupakan waktu yang dipilih pada persamaan dan n adalah persamaan
differensial yang diselesaikan. (:,[1 2 3 4]) menunjukkan yang akan dibuat
grafik adalah persamaan 1,2,3 dan 4. ]), [1 2 3 4] menunjukkan warna
garis yang ditampilkan pada garafik. Xtitle untuk memeberi nama pada
grafik, nama sumbu x, nama sumbu y. Legend digunakan untuk memberi
keterangaab garis pada grafik.

3.4 Bahasa Pemograman


0001 clear
0002 clc
0003 clf
0004
0005 //komponen-komponennya
0006 Ca0=0.1// satuannya mol/jam
0007 V0=100// satuannya L
0008 P1=1;// satuannya atm
0009 P2=1.2;//satuan atm
0010 Treaktor=550//satuan derajat Celcius
0011 //T0=650+298//satuan derajat Celcius
0012 Tinhe=700;//satuan derajat Celcius
0013 Touthe=660
0014 Treff=298
0015 R=8.314;// satuan L.bar/mol.K
0016 T0=900
0017
0018 Na0=Ca0*V0
0019 Nb0=0;
0020 Nc0=0;
0021 Nd0=0;
0022 Ne0=0;
0023 Nf0=0;
0024 Ng0=0;
0025 N0=Na0+Nb0+Nc0+Nd0+Ne0+Nf0+Ng0
0026
0027 excel=readxls('E:\Ascilab\mydtabase.xls')
0028 sheet=excel(1)
0029 snyw=sheet(:,2)
0030 n=1
0031 i=0
0032 while n<>0 then
0033 i=i+1
0034 W=x_choose(snyw,'pilih komponen','selesai')
0035 n=W
0036 K(i)=W//menyimpan data yang sudah di input
0037 teks=['koef1';'koef2';'koef3']
0038 if n<>0 then
0039 koef(:,i)=evstr(x_mdialog('input koefisien',teks,['0';'0';'0']))
0040 else break
0041 end

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 36


Reaktor Batch Adiabatis

0042 end
0043 K=K(1:i-1)
0044 koefrx1=koef(1,:)
0045 koefrx2=koef(2,:)
0046 koefrx3=koef(3,:)
0047 komp=sheet(K,2)//memanggil nama komponen
0048 H=1000*sheet(K,15)//memanggil H 298
0049 A=sheet(K,5)//memanggil nilai A pada Cp
0050 B=sheet(K,6)// memanggil nilai B pada Cp
0051 C=sheet(K,7)// memanggil nilai C pada Cp
0052 D=sheet(K,8)// memanggil nilai D pada Cp
0053 E=sheet(K,9)// nilai E pada Cp
0054
0055 //data Cp tiap reaksi
0056 deltaA1=(A(2,1)+A(3,1))-(A(1,1))
0057 deltaA2=(A(4,1)+A(5,1))-(A(1,1))
0058 deltaA3=(A(6,1)+A(7,1))-(A(1,1)+A(3,1))
0059 deltaB1=(B(2,1)+B(3,1))-(B(1,1))
0060 deltaB2=(B(4,1)+B(5,1))-(B(1,1))
0061 deltaB3=(B(6,1)+B(7,1))-(B(1,1)+B(3,1))
0062 deltaC1=(C(2,1)+C(3,1))-(C(1,1))
0063 deltaC2=(C(4,1)+C(5,1))-(C(1,1))
0064 deltaC3=(C(6,1)+C(7,1))-(C(1,1)+C(3,1))
0065 deltaD1=(D(2,1)+D(3,1))-(D(1,1))
0066 deltaD2=(D(4,1)+D(5,1))-(D(1,1))
0067 deltaD3=(D(6,1)+D(7,1))-(D(1,1)+D(3,1))
0068 deltaE1=(E(2,1)+E(3,1))-(E(1,1))
0069 deltaE2=(E(4,1)+E(5,1))-(E(1,1))
0070 deltaE3=(E(6,1)+E(7,1))-(E(1,1)+E(3,1))
0071
0072 disp('--------------------------------------------------------')
0073 disp('H298 A B C D E')
0074 disp('--------------------------------------------------------')
0075 disp([H A B C D E])
0076 disp('--------------------------------------------------------')
0077
0078 // fungsi mencari hubungan jlh mol dan waktu
0079 //Hubungan Jumlah mol dengan waktu reaksi
0080 function dn=fungsi2(t, n)
0081 Tumpan=n(12)
0082 Na=n(5)
0083 Nb=n(6)
0084 Nc=n(7)
0085 Nd=n(8)
0086 Ne=n(9)
0087 Nf=n(10)
0088 Ng=n(11)
0089 Na=Na0*(1-n(1))
0090 Nb=Nb0+(Na0*n(2))
0091 Nc=Nc0+(Na0*n(2))-(Na0*n(4))
0092 Nd=Nd0+(Na0*n(3))
0093 Ne=Ne0+(Na0*n(3))
0094 Nf=Nf0+(Na0*n(4))
0095 Ng=Ng0+(Na0*n(4))
0096 Nt=Na+Nb+Nc+Nd+Ne+Nf+Ng
0097

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 37


Reaktor Batch Adiabatis

0098
Cp1=integrate('(deltaA1)+(deltaB1*T)+(deltaC1*(T^2))+(deltaD1*(T^3))+(deltaE1*(T^4))','
T',Treff,Tumpan)
0099
Cp2=integrate('(deltaA2)+(deltaB2*T)+(deltaC2*(T^2))+(deltaD2*(T^3))+(deltaE2*(T^4))','
T',Treff,Tumpan)
0100
Cp3=integrate('(deltaA3)+(deltaB3*T)+(deltaC3*(T^2))+(deltaD3*(T^3))+(deltaE3*(T^4))','
T',Treff,Tumpan)
0101
0102 //data Entalpi reaksi
0103 //---->Cari entalpi reff dulu
0104 Hreff1=(H(2,1)+H(3,1))-(H(1,1))
0105 Hreff2=(H(4,1)+H(5,1))-(H(1,1))
0106 Hreff3=(H(6,1)+H(7,1))-(H(1,1)+H(3,1))
0107 //----> menentukan H reaksi
0108 Hrx1=Hreff1+Cp1
0109 Hrx2=Hreff2+Cp2
0110 Hrx3=Hreff3+Cp3
0111 // Nilai Cp tiap senyawa
0112 Cp=A+(B.*n(12))+(C.*(n(12)^2))+(D.*(n(12)^3))+(E.*(n(12)^4))
0113 K1=1.671D-15
0114 KQ=K1*exp((-Hreff1/R)*((1/n(12))-(1/Treff)))
0115 KP=KQ*R*n(12)
0116 E1=272230
0117 E2=352790
0118 E3=313060
0119 A1=2.215*10^10
0120 A2=2.4217*10^14
0121 A3=3.8224*10^11
0122 k1=A1*exp(-E1/(R*n(12)))
0123 k2=A2*exp(-E2/(R*n(12)))
0124 k3=A3*exp(-E3/(R*n(12)))
0125
0126 V=V0*(1+((Na0/N0)*n(2))+((Na0/N0)*n(3)))*(n(12)/T0)
0127 Ca=Na/V
0128 Cb=Nb/V
0129 Cc=Nc/V
0130 Cd=Nd/V
0131 Ce=Ne/V
0132 Cf=Nf/V
0133 Cg=Ng/V
0134 ra=-k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))-(k2*Ca*R*n(12))-
(k3*Ca*(R*n(12)))
0135 ra1=-k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))
0136 ra2=-k2*Ca*R*n(12)
0137 ra3=-(k3*Ca*(R*n(12)))
0138 rb=k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))
0139 rc=k1*(Ca*R*n(12)-(Cb*Cc*(R*n(12))^2/KP))-(k3*Ca*(R*n(12)))
0140 rd=(k2*Ca*R*n(12))
0141 re=(k2*Ca*R*n(12))
0142 rf=(k3*Ca*(R*n(12)))
0143 rg=(k3*Ca*(R*n(12)))
0144
0145 dn(1)=ra*V/(-Na0)// Xa
0146 dn(2)=rb*V/(Na0)//Xa1
0147 dn(3)=rd*V/(Na0)//Xa2
0148 dn(4)=rf*V/(Na0)//Xa3

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 38


Reaktor Batch Adiabatis

0149 dn(5)=ra*V//Na
0150 dn(6)=rb*V//Nb
0151 dn(7)=rc*V//Nc
0152 dn(8)=rd*V//Nd
0153 dn(9)=re*V//Ne
0154 dn(10)=rf*V//Nf
0155 dn(11)=rg*V//Ng
0156 dn(12)=V*((-Hrx1*(-ra1))+(-Hrx2*(-ra2))+(-Hrx3*(-
ra3)))/((n(5)*Cp(1))+(n(6)*Cp(2))+(n(7)*Cp(3))+(n(8)*Cp(4))+(n(9)*Cp(5))+(n(10)*Cp(6))
+(n(11)*Cp(7)))
0157 endfunction
0158 X0=0
0159 Xa1=0
0160 Xa2=0
0161 Xa3=0
0162 Na0=Ca0*V0
0163 Nb0=0
0164 Nc0=0
0165 Nd0=0
0166 Ne0=0
0167 Nf0=0
0168 Ng0=0
0169
0170 n0=[X0;Xa1;Xa2;Xa3;Na0;Nb0;Nc0;Nd0;Ne0;Nf0;Ng0;T0]
0171 t0=0
0172 t=t0:10:50000
0173 n=ode(n0,t0,t,fungsi2)
0174 t=t'
0175 n=n'
0176
0177 disp('Hubungan Jumlah Mol tiap senyawa terhadap Waktu reaksi')
0178 disp('----------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------')
0179 disp('t(waktu) Xa Xa1 Xa2 Xa3 Na(mol A) Nb(mol b) Nc(mol c)
Nd(mol d) Ne(mol e) Nf(mol f) Ng(mol g) T(K)')
0180 disp('----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------')
0181 disp([t,n])
0182 disp('----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------')
0183
0184 subplot(2,3,1)
0185 plot2d(t,n(:,1),1)
0186 plot2d(t,n(:,2),2)
0187 plot2d(t,n(:,3),3)
0188 plot2d(t,n(:,4),4)
0189 xtitle('Profil Konversi terhadap waktu','Waktu(detik)','Konversi')
0190 legend(['XAtot','XA1','XA2','XA3'])
0191
0192 subplot(2,3,2)
0193 plot2d(t,n(:,5),1)
0194 plot2d(t,n(:,6),2)
0195 plot2d(t,n(:,7),3)
0196 plot2d(t,n(:,8),4)
0197 plot2d(t,n(:,9),5)
0198 plot2d(t,n(:,10),6)
0199 plot2d(t,n(:,11),7)

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 39


Reaktor Batch Adiabatis

0200 xtitle('Profil Jumlah mol terhadap waktu','Waktu(detik)','Jlh Mol(mol)')


0201 legend(['Na','Nb','Nc','Nd','Ne','Nf','Ng'])
0202
0203 subplot(2,3,3)
0204 plot2d(t,n(:,12),10)
0205 xtitle('Profil Temperatur terhadap waktu','Waktu(detik)','Temperatur(K)')
0206 legend(['Suhu'])

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 40


Reaktor Batch Adiabatis

BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISA

4.1 Hasil Simulasi

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 41


Reaktor Batch Adiabatis

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 42


Reaktor Batch Adiabatis

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Hubungan Jumlah mol terhadap waktu reaksi

Gambar 4.1 Hubungan Jumlah mol terhadap waktu reaksi

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa mol reaktan Etilbenzena (Na)
mengalami penurunan seiring dengan naiknya waktu reaksi. Sedangkan jumlah
mol produk utama stirena (Nb) dan jumlah mol produk samping seperti
benzena (Nd), etilen (Ne), tolune (Nf) dan metana (Ng) mengalami kenaikan
jumlah mol seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Hal ini disebabkan
karena semakin lama waktu reaksi maka reaktan yang bereaksi membentuk
produk akan semakin banyak sehingga jumlah mol reaktan yang sisa akan
semakin sedikit. Sedangkan jumlah mol produk yang terbentuk akan semakin
banyak.
Jumlah mol produk Stiren (Nb) dan mol produk Hidrogen (Nc) pada awal
reaksi sampai detik ke-1000 cenderung sama tetapi pada detik ke-1000, mol
hidrogen akan bereaksi kembali dengan etibenzena yang sisa pada reaksi kedua
sehingga jumlah mol Hidrogen akan semakin menurun seiring dengan semakin
banyak mol hidrogen yang bereaksi. Sedangkan jika ditinjau dari jumlah
produk dari reaksi utama dan reaksi samping, jumlah mol pada produk utama
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mol pada produk samping. Hal ini

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 43


Reaktor Batch Adiabatis

diakibatkan karena adanya pengaruh selektivitas pada reaksi pembentukan


produk tersebut. Selektivitas pada produk utama (stirena) yaitu 93% lebih besar
dibandingkan dengan selektivitas pada produk samping (benzena dan etilen)
yaitu 5% dan produk samping lainnya (toluena dan metana) yaitu 2%.

4.2 Hubungan Konversi terhadap Waktu Reaksi

Gambar 4.2 Hubungan Konversi terhadap waktu reaksi


Dari hasil simulasi perhitungan perancangan reaktor batch adiabatis untuk
reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena diperoleh hubungan konversi
terhadap waktu tinggal yang menunjukkan semakin lama waktu tinggal dalam
reaktor maka konversi yang dihasilkan semakin besar. Hal ini dikarenakan
konversi dalam reaktor batch merupakan fungsi waktu, sesuai dengan persamaan
konversi total :

{ ( ) }

(Levenspiel, 1999)
sehingga dengan semakin lama waktu, maka semakin banyak zat pereaktan yang
bereaksi membentuk produk, sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar.
Sedangkan konversi pada reaksi satu lebih besar dari pada konversi pada reaksi

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 44


Reaktor Batch Adiabatis

dua dan tiga akibat adanya pengaruh selektivitas. Semakin besar selektivitas maka
konversi yang terjadi juga semakin besar.

4.3 Hubungan Temperature terhadap Waktu Reaksi

Gambar 4.3 Hubungan Temperature terhadap waktu reaksi


Pada pemodelan system diatas merupakan sistem batch adiabatis yang
artinya tidak ada panas yang masuk atau keluar dari sistem ke lingkungan
ataupun sebaliknya. Pada kondisi adiabatis, temperature akan naik jika reaksi
bersifat eksotermis, sedangkan pada reaksi endotermis akan terjadi penurunan
temperature. Pada reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena system
berjalan secara endotermis, sehingga terjadi penurunan suhu.
Berdasarkan grafik hasil simulasi diatas diperoleh hubungan antara suhu
terhadap waktu reaksi untuk multiple rection mengikuti persamaan berikut ini :


(Fogler, 2006)
dimana pada waktu ke-0 detik, suhu umpan masuk sebesar 948 K,
kemudian mengalami penurunan menjadi 769,32 K pada waktu ke- 25000
detik dan cenderung mengalami penurunan yang relatif kecil hingga waktu ke-
50000 detik yaitu sebesar 766,588 K.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 45


Reaktor Batch Adiabatis

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil simulasi scilab diketahui bahwa perancangan reaktor
batch pada reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena dapat
dilakukan secara adiabatis.
2. Hubungan antara jumlah mol terhadap waktu reaksi didapatkan bahwa
semakin lama waktu reaksi maka reaktan yang bereaksi membentuk
produk akan semakin banyak sehingga jumlah mol reaktan yang sisa
akan semakin sedikit. Sedangkan jumlah mol produk yang terbentuk
akan semakin banyak.
3. Hubungan antara konversi terhadap waktu reaksi, bahwa semakin lama
waktu, maka semakin banyak zat pereaktan yang bereaksi membentuk
produk, sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar. Sedangkan
konversi pada reaksi satu lebih besar dari pada konversi pada reaksi dua
dan tiga akibat adanya pengaruh selektivitas. Semakin besar selektivitas
maka konversi yang terjadi juga semakin besar.
4. Hubungan antara temperature reaksi terhadap waktu reaksi, bahwa pada
reaksi endotermis akan terjadi penurunan temperature seiring dengan
lamanya waktu reaksi.

5.2. Saran
1. Pengambilan data-data penunjang perhitungan perancangan reaktor
melalui literatur yang jelas.
2. Melakukan penyusunan algoritma secara teliti dan benar.
3. Teliti dalam melakukan input data pada program Scilab.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 46


Reaktor Batch Adiabatis

DAFTAR PUSTAKA

Fogler,H.S. 2006. Element of Chemical Reaction Engineering, 3rd ed., Prentice-


Hall, Engle Cliffs., New Jersey.
Kusmiyati. 2014. Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal
Penyelesaian dengan SCILAB. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Lee, Jae W.2008. Ethylbenzena Dehydrogenation into Styrene : Kinetics
Modelling and Reactor Simulation. McFerrin Department of Chemical
Engineering, Texas A&M University.
Levenspiel, Octave. 1999. Chemical Reaction Engineering, 3rd ed., John Wiley
and Sons, Inc., New York
Smith, J.M., Vannes, H.C., and MM. Abbot. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th ed., McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Yaws Carl L.2003.Yaws Handbook Of Properties Of The Chemical Elements.
McGraw-Hill Book.

MODEL DAN KOMPUTASI PROSES 47


LAMPIRAN

Sumber : Lee, Jae W.2008. Ethylbenzena Dehydrogenation into Styrene : Kinetics


Modelling and Reactor Simulation. McFerrin Department of Chemical
Engineering, Texas A&M University. Page.80
Sumber: Fogler,H.S. 2006. Element of Chemical Reaction Engineering, 3rd ed.,
Prentice-Hall, Engle Cliffs., New Jersey. Page 34
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
27 Oktober -Judul: Simulasi Perancangan
1 2017 Desain pada proses dehidrogenasi
etilbenzena menjadi stirena dengan
menggunakan program scilab 5.5.2
-ACC Judul Tugas Besar

2 2 November -ACC Bab 1 dan Bab 2


2017

3 16 November -ACC Bab 3 subbab 3.1


2017 Pemodelan-3.5 Neraca Panas

4. 22 November -ACC
2017

Anda mungkin juga menyukai