2
2
2
ACARA II
ISOLASI KASEIN
Kelompok 7
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2017
ACARA II
ISOLASI KASEIN
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Isolasi Kasein adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode isolasi kasein.
2. Mengetahui hasil rendemen kasein dari berbagai jenis susu.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai rendemen kasein.
B. Tinjauan Pustaka
Kasein merupakan salah satu protein yang paling banyak jumlahnya
dalam susu. Kasein terdapat dalam susu sebagai suatu suspensi koloidal
partikel-partikel kompleks yang disebut misel. Karena hal tersebut maka kasein
diartikan sebagai komplek senyawa protein dengan garam Ca, P dan sejumlah
kecil Mg dan sitrat sebagai agregat makromolekul yang disebut kalsium fosfo
kaseinat atau misel kasein (Hasinah, 2010).
Kasein adalah komponen utama protein susu, dimana menyumbang
sekitar 80% dari total persediaan protein. Sampai saat ini, peran utama
fisiologis kasein dalam sistem susu secara luas sebagai sumber asam amino
yang diperlukan oleh pertumbuhan. Namun, sistem fitur fisiologis dominan
kasein misel baru-baru ini telah terbukti menjadi pencegahan patologis
pengapuran kelenjar susu. Sementara tidak ada karakteristik fisiologis tertentu
yang telah diusulkan untuk sistem kasein (atau komponen fraksinya), berbagai
peptida tersembunyi (atau tidak aktif) di urutan asam amino telah menjadi
subjek penelitian semakin sering. Banyak fungsi mengenai peptida tersebut,
yang dikenal memiliki aktivitas biologis (Silva et al. 2005).
Lampert (1975) dalam Hasinah dan Tiesnamurti (2010) menjelaskan
bahwa kasein terdiri dari tiga komponen yaitu -kasein, - kasein dan -kasein.
-kasein dan -kasein terbentuk di dalam kelenjar susu atau ambing sedangkan
-kasein mula-mula ditemukan di dalam aliran darah kemudian masuk ambing
lalu bergabung dengan kompleks -kasein dan dikenal sebagai -kasein. -
kasein adalah protein susu yang menyusun sekitar 12% - 15% dari total kasein
pada susu sapi dan bertindak sebagai stabilisasi, yaitu mempertahankan seluruh
kompleks kasein dalam suspensi koloidal yang memberikan warna putih susu.
-kasein dapat terhidrolisis oleh enzim chymosin antara Phe 105 dan Met 106
menghasilkan dua polipeptida yaitu bagian hidrofobik N-terminal para--
kaseinpolipeptida -kasein (residues 1 to 105) dan bagian hidrofilik
terfosforilasi serta C-terminal polipeptida terglikosilasi -kasein (106-169)
yang dikenal sebagai kasein makro peptida (CMP) (Kusumaningtyas, 2013).
Protein susu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan utama, yaitu
kasein dan serum. Kasein merupakan bagian dari protein susu yang dikenal
sebagai senyawa posfoprotein yang dapat diendapkan dengan pengasaman
pada pH 4,6 pada suhu 20C. Pemisahan antara kasein dan whey (protein
serum) dapat dilakukan dengan proses sedimentasi menggunakan pH asam (pH
4,6). Pada pH tersebut kasein akan mengendap dan whey akan akan tetap pada
bentuk larutan atau supernatant, selanjutnya dengan sentrifugasi dan
penyaringan, kasein dapat seluruhnya dipisahkan dari whey. Pemisahan antara
kasein dan whey digunakan sebagai bahan asar pembuatan keju. Bahkan kasein
juga diproduksi kering untuk industri farmasi, kesehatan, dan juga
pengembangan produk pangan (Legowo, 2002).
Susu didefiniskan sebagai hasil sekresi dari kelenjar susu mamalia
sebagai sumber nutrisi pada keturunannya yang masih muda. Protein pada susu
yang berupa kasein, memiliki 4 5 jenis protein lain (S1-, S2-, -, and -
casein) yang berbeda pada ikatan phosporilasi dan ada atau tidaknya ikatan
sekunder. Susu skim merupakan susu yang didapat dari creaming atau
pemisahan antara fraksi lemak dan nonlemak pada susu. Sehingga presentase
protein pada susu meningkat dan menjadikan kandungan globulanya besar.
Sedangkan whole milk atau susu full cream merupakan susu yang dievaporasi
sehingga persen padatan dan lemaknya meningkat. Biasanya diproses dengan
cara evaporasi dan dapat disebut dengan susu konsentrat. Kandungan kasein
pada whole milk dan skim milk berdasarkan % w/w adalah 19,5 dan 27 yang
menunjukkan bahwa susu skim memiliki % kasein yang lebih besar dari pada
susu whole milk (Walstra et al., 2006).
Whey adalah serum susu yang dihasilkan dari industri pembuatan keju
setelah proses pemisahan kasein dan lemak selama pengendapan susu. Whey
dikenal sebagai limbah industri pangan, khususnya dari pembuatan produk
susu keju. Whey tersebut merupakan polutan terbesar dari air limbah produksi
keju. Setiap kilogram keju yang diproduksi akan menghasilkan 8-9 liter whey
cair. Berdasarkan mekanisme koagulasi kasein, membedakan whey menjadi
dua, yaitu whey manis (rennet whey) dan whey asam (quark whey). Whey manis
diperoleh dari koagulasi protein secara enzimatik dan umumnya bebas dari
kalsium, sedangkan whey asam diperoleh dari koagulasi kasein dengan asam
(proses pengasaman) dan umumnya mengandung kalsium laktat. Whey manis
sebagai limbah cair dari produksi keju natural dan keju olah seperti cheddar,
mozzarella, gouda dan swiss yang menggunakan susu penuh sebagai bahan
bakunya. Susu skim yang digunakan untuk produksi keju cottage dan quark
akan menghasilkan whey yang disebut whey asam. Whey manis mempunyai pH
sekitar 5-7, sedangkan whey asam sekitar 4-5, serta mengandunglaktosa (4-7%)
dan protein (0,6-1,0%). Limbah whey memiliki potensi untuk dijadikan
sebagai bahan alternatif pembuatan bioetanol (Anwar et al, 2012).
Bubuk full cream yang terbuat dari susu yang konsentrasi lemak
standarnya sekitar 25-28%. Penambahan susu bubuk full cream dalam proses
pembuatan krim sup secara langsung akan mempengaruhi warna, aroma, rasa,
tekstur dan penampilan yang dihasilkan krim sup. Susu bubuk full cream dapat
memberikan aroma dan rasa lezat pada krim sup. Susu bubuk full cream juga
dapat membentuk tekstur yang lembut di mulut dan meningkatkan kekentalan
(Sunyoto et al, 2012).
Penambahan asam asetat bertujuan untuk mencapai titik isoelektris
kasein. Hal ini akan membuat kasein keluar bersama dengan keluarnya
presipitat lain yakni whey. Cairan ini akan berubah hampir tidak menyerupai
susu ketika tidak ada kasein. Pemanasan susu menyebabkan misella
terdisosiasi lebih dulu ketika pH rendah, asam amino terlepas. Hal ini penting
untuk tidak terlalu memanasi susu terlalu panas karena jika melampaui
temperatur optimal gumpalan akan terdisosiasi lebih cepat kedalam partikel
lain dan tidak lagi berbentuk gumpalan. Jika terlalu banyak asam asetat yang
ditambahkan maka presipitat protein akan menggumpal. Sedangkan
penambahan campuran etil eter : etanol (1:1) bertujuan untuk menghilangkan
lemak dan bahan-bahan lain yang tidak diinginkan tercampur dalam kasein
sehingga hasil rendemen kasein tidak bercampur dengan bahan lain dalam
susu. (Spurlock, 2012).
Penambahan kalsium klorida (CaCl2) dimaksudkan untuk
mempermudah proses pengendapan dari kasein. Dimana ion Ca2+ memberikan
pengaruh besar terhadap proses koagulasi kasein. Dengan adanya penambahan
kalsium klorida ini maka pemisahan kasein dari susu lebih cepat terjadi karena
proses pengendapan yang lebih mudah (Rahayu dkk, 2013).
Kasein yang diberi penambahan TG-ase (transglutaminase) pada
pengolahannya dapat memperbaiki tekstur, meningkatkan kualitas sensoris,
meningkatkan volume produk pangan berbasis bakery, dan mampu
mempertahankan warna pada produk pangan sehingga terlihat menarik oleh
konsumen (Mayashopha, 2015).
C. Metodologi
1. Alat
a. Corong pemisah
b. Desikator
c. Gelas beker
d. Hotplate
e. pH universal
f. Oven
g. Pengaduk/spatula
h. Pipet volume 5 mL
i. Pipet tetes
j. Propipet
k. Spatula
l. Termometer
m. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Air hangat
b. Asam asetat 10%
c. CaCl2
d. Etanol : etil eter (1:1)
e. Kertas saring
f. Susu full cream A
g. Susu full cream B
h. Susu segar
i. Susu skim A
j. Susu skim B
3. Cara Kerja
5 gr susu skim bubuk demgan
penambahan air hangat 20 ml, 20 ml
susu full cream, 20ml susu segar
5 mL campuran etil
Penambahan pada endapan kasein lalu
eter : etanol (1 : 1)
penyaringan kembali dengan kertas saring
hingga mendapat filtrat
E. Kesimpulan
Dari praktikum Acara II Isolasi Kasein dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Isolasi kasein dilakukan dengan mengendapkan kasein pada pH isoelektrik
dengan perlakuan pemanasan, penambahan asam, dan/atau penambahan ion
kalsium berupa kalsium klorida.
2. Sampel susu skim A+CaCl2 kelompok 7 sebesar 50,876%; susu skim A
kelompok 2 sebesar 32,358%; susu skim B+CaCl2 kelompok 8 sebesar
29,0426%; sus skim B kelompok 3 sebesar 27,074%; susu full cream
A+CaCl2 kelompok 9 sebesar 5,830%; susu full cream A+CaCl2 kelompok
10 sebesar 5,59%; susu full cream kelompok 4 sebesar 4,360%; susu segar
kelompok 1 sebesar 3,94%; susu full cream B kelompok 5 sebesar 3,621%;
dan susu segar+CaCl2 kelompok 6 sebesar 3,48%. Hingga secara umum,
urutan sampel dengan rendemen kasein tertinggi adalah susu skim A, susu
skim B, susu full cream A, susu full cream B dan terakhir susu segar
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil isolasi kasein antara lain jenis
susu yang digunakan, komposisi pada susu, keasaman susu, pemanasan,
penambahan asam, penggunaan pelarut, serta penambahan ion kalsium
(dalam praktikum digunakan kalsium klorida).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. S., Al-Baari, dan Legowo. 2012. Volume Gas, pH dan Kadar Alkohol
pada Proses Produksi Bioetanol dari Whey Asam yang Difermentasi Oleh
Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 1. No.
4. Semarang.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, and M. Wootton. 2010. Ilmu Pangan.
UI-Press. Jakarta.
Dyahwarni, Nugraheni. 2006. Pengaruh Waktu dan pH Ekstraksi Terhadap
Rendemen dan Sifat Konsentrat Protein Dari Dedak Gandum (Wheat
Pollard). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Hasinah, Hasanatun dan Tiesnamurti. 2010. Identifikasi Gen k-Kasein untuk
Seleksi pada Sapi Perah. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah
menuju Perdagangan Bebas-2020. Bogor.
Kusumaningtyas, Eni. 2013. Peran Peptida Susu sebagai Antimikroba untuk
Meningkatkan Kesehatan. WARTAZOA 23 (2).
Legowo, Anang Mohammad. 2002. Sifat Kimiawi, Fisik dan Mikrobiologis susu.
Diktat Perkuliahan: Teknologi Hasil Peternakan, Universitas Diponegoro.
Semarang.
Mayashopha, Anantya Yhodha., Fitria Herfianita, dan Aji Sutrisno. 2015. Aplikasi
Enzim Transglutaminase pada Produk Pangan: Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 3 (3): 1145-1151.
Muchtadi, Tien R., Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2011. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung.
Rahayu, Premy Puspitawati., Purwadi, dan Imam Thohari. 2013. Modifikasi Kasein
denggan CaCl2 dan pH yang Berbeda Ditinjau dari Kelarutan Protein,
Kelarutan Kalsium, Bobot Molekul dan Mikrostruktur. Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya. Malang.
Silva, Sofia V and Malcata, F.Xavier. 2005. Caseins as Source of Bioactive
Peptides. Journal of Biotechnology. Portugal.
Spurlock, D. 2012. Isolation and Identification of Casein From Milk Course
Notes. http://homepages.ius.edu/dspurloc/c122/casein.htm. Diakses pada
tanggal 25 April 2017 pukul 17.10 WIB.
Sunyoto, Marleen et al. 2012. The Influence of Full Cream Milk Powder
Concentration on the Characteristics of Rasi Instant Cream Soup. Journal
of Agricultural Science and Technology. Padjadjaran University. Indonesia.
Triyono, Agus. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam pada
Proses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.). Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses, ISSN:
1411-4216.
Walstra, Pieter, Jan T. M. Wouters, and Tom J. Geurts. 2006. Dairy Science and
Technology Second Edition. CRC Press: Taylor & Francis Group, New
York.
Yudihapsari, Elmy. 2009. Kajian Kadar Protein, pH, Viskositas dan Rendemen
Kecap Whey Dari Berbagai Tingkat Penggunaan Tepung Kedelai. Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Kelompok 7
Sampel: susu Skim A + CaCl2
Berat kertas saring kosong : 0,5636 gram
Berat kertas saring setelah dioven : 3,1074 gram
Massa sampel
M = 5 gram
Rendemen kasein
Rendemen = 100%
( )
= 100%
(3,10740,5636)
= 100%
5
= 50,876%
LAMPIRAN DOKUMENTASI