Implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Bersama Program KKN Di Desa Taro Gianyar

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Udayana Mengabdi 12 (1): 27 - 31 ISSN : 1412-0925

IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


BERSAMA PROGRAM KKN DI DESA TARO GIANYAR
Dwipayanti, N.M.U., Sutiari N. K.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, UNUD
Email: [email protected]

ABSTRACT

One target of MDG 2015 is to reduce by half the pulation without access to water and basic sanitation. The Health
Ministry of Indonesia has an effort to increase basic sanitation access through National Strategy of Community
Based Total Sanitation (STBM) started from 2008. According to data from the local primary health care (Puskesmas)
Tegalalang II, the sanitation coverage in some area of Taro Village are low. For that reason, in cooperation with
Health Agency of Gianyar, Puskesmas Tegalalang II, the activity of KKN in Taro Village was integrated with STBM
program focusing on hygiene behavior change in terms of stop open defecation without any subsidy provided.
The preparation was started with training of STBM facilitator participated by KKN students. It was then followed
by triggering of stop open defecation as well as promoting hand washing with soap in Banjar Tebuana, Taro,
Gianyar. The trigering and promoting activities were conducted through participatory rural appraisal (PRA) method
that utilising Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST). In order to have baseline data in
sanitation, then verification of sanitation facilities already built in the village was carried out. From the trigering
process only 3 families that commited to build toilet. The community always consider that poverty as the main
reason why they could not afford for a toilet. From the verification result, only 21,21% families that have toilet, and
only 38% of those toilet that categorised as hygiene toilet. Moreover, only 55,55% of families that have facilities
for washing hand with soap.Based on the trigering and verification result, it is recommended that facilitating this
village to rapidly reduce the number of families without access to basic sanitation is very important to continue.
The role of sanitarian at Puskesmas cooperated with village government to facilitate their community in pursing
behavior change is also very crucial.

Keywords: behavior change, KKN, STBM, triggering

PENDAHULUAN dan berharap akan memperoleh bantuan sejenis dari


pemerintah. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk
Pemutakhiran laporan target MDGs Indonesia tahun menggunakan anggaran pemerintah yang terbatas dalam
2010 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia rangka menggalang investasi yang jauh lebih besar dari
masih Buang Air Besar (BAB) di sarana jamban yang sumber-sumber dana non pemerintah seperti dana
tidak sehat termasuk BAB si sembarang tempat terutama masyarakat dan sektor swasta. Strategi terseut juga
masyarakat di pedesaan. Pada tahun 2010, hanya 38,4% harus dapat mendorong daya pengeluaran konsumen
dari penduduk pedesaan yang memilki akses terhadap dan kekuatan pasar sehingga dapat menciptakan pasar
sanitasi yang sehat dan angka cakupan sanitasi tidak sanitasi lokal yang pro terhadap kelompok miskin.
bertambah secara berarti dalam tiga puluh tahun terakhir Dari pembelajaran penerapan Proggram Sanitasi Total
terutama di pedesaan. Pemerintah telah memberikan Berbasis Masyarkat (STBM) di Jawa Timur diperlihatkan
perhatian terhadap sasaran Pembangunan Millenium bahwa efektifitas pembiayaan yang ditanamkan oleh
(Milenium Development Goals-MDG) Indonesia untuk masyarakat (101.781.500.000 rupiah) adalah 10 kali lipat
bidang sanitasi sebagai suatu sasaran yang memerlukan lebih besar dari investasi yang dekeluarkan pemerintah
perhatian khusus karena belum berada pada jalur. propinsi (9.348.380.000 rupiah). Ini menunjukkan
Karena itu diperlukan upaya dan metode yang tepat, bahwa gerakan masyarakat sangat tidak terduga
murah dan cepat untuk meningkatkan status cakupan kekuatannya dan dapat berdampak lebih cepat. Dalam
sanitasi tersebut. pelaksanaannya, terdapat tiga komponen pendekatan
Sampai saat ini investasi pemerintah dan lembaga yang akan dilakukan dalam STBM yaitu 1) penciptaan
donor tidak pernah dirasa cukup untuk meningkatkan kondisi lingkungan yang kondusif (enabling environment)
akses sanitasi secara cepat. Banyak penelitian juga untuk menggalang dukungan pembuat kebijakan dan
telah membuktikan bahwa subsidi untuk pembangunan pemangku kepentingan lainnya dalam memotivasi
sarana sanitasi justru akan menghambat kemajuan perubahan prilaku kearah yang lebih hygiene dan saniter.
sanitasi karena akan mempengaruhi rumah tangga Ke dua (2) adalah meningkatkan kebutuhan (increasing
lainnya untuk tidak menginvestasikan dananya sendiri demand) yaitu meningkatkan prilaku hidup masyarakat

27
Udayana Mengabdi Volume 12 Nomor 1 Tahun 2013

yang hygiene dan saniter untuk mencapai sanitasi total, Desa Taro, Kabupaten Gianyar merupakan desa dari
dan ketiga (3) adalah peningkatan penyediaan (improving beberapa desa binaan Universitas Udayana. Desa ini
supply) yaitu dengan memperbaiki dan meningkatkan termasuk desa yang tergolong perlu dikembangkan untuk
system penyediaan sarana sanitasi yang dibutuhkan oleh mengurangi angka kemiskinan. Menurut Sanitarian
masyarakat dengan mekanisme pasar dan bisnis lokal. yang bertugas di desa Taro, desa ini juga masih banyak
Menurut Laporan Riskedas 2010 (Balitbangkes, terdapat KK yang tidak memiliki jamban. Dengan
2010), terdapat 13% dari rumah tangga di Bali yang demikian jumlah KK yang masih melakukan praktek
tidak menggunakan sarana Buang Air Besar dan secara BAB sembarangan masih banyak dan perlu diintervensi.
umum di Indonesia bahwa 25,5% nya terdeapat di Masalah yang umumnya dihadapi selain kondisi ekonomi
pedesaan. Disamping itu terdapat 25% rumah tangga adalah ketersediaan air yang terbatas sehingga tidak
di Bali yang masih membuang tinjanya bukan di tangki dapat mendukung penggunaan sarana sanitasi yang
septik atau di sarana pengolahan air limbah (SPAL) cenderung memerlukan air relatif banyak. Namun
melainkan di kolam/sawah, di sungai atau danau, di keterbatasan air tersebut hendaknya tidak menjadi
lubang tanah, di pantai/kebun dan lainnya. Berdasarkan alasan untuk BABS, masih terdapat sarana-sarana yang
criteria kepemilikan sarana, jenis sarana dan jenis lebih sederhana dan yang lebih sedikit membutuhkan
tempat pembuangan tinja maka terdapat 28,2 % rumah air namun masih dapat mengurangi resiko kontaminasi
tangga di Bali yang tidak memiliki akses terhadap sarana oleh tinja di lingkungan.
pembuangan tinja yang layak. Sedangkan berdasarkan Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memicu
JMP WHO-UNICEF, di Propinsi Bali terdapat 14% rumah perubahan prilaku masyarakat untuk stop buang air
tangga yang tergolong memiliki sarana unimproved besar sembarangan dan selalu mempraktekkan cuci
(menggunakan kloset pelengsengan atau cemplung) tangan pakai sabun dengan cara yang benar di saat
dan 23,1% masing melakukan praktek open defecation yang memang diperlukan.
(BAB sembarangan). Bali sebagai daerah tujuan wisata
selayaknya dapat memperbaiki kondisi tersebut karena METODE PEMECAHAN MASALAH
sampai ke pelosok wilayah di Bali diharapkan memiliki
kualitas sanitasi dan higiene yang bertaraf internasional. Implementasi Program STBM di setiap desa di-
Sejak tahun 2012 Dinas Kesehatan Propinsi Bali sudah lakukan melalui beberapa tahapan:
menyebarluaskan Program STBM ke seluruh Bali yang 1.Tahap Persiapan sebelum Pemicuan
merupakan strategi nasional berdasarkan KepMenKes Pada tahap awal diperlukan beberapa macam
No 852.MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional persiapan diantaranya persiapan capacity building untuk
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Upaya ini dilakukan fasilitator pemicuan yang dalam hal ini akan melibatkan
untuk meningkatkan akses sarana sanitasi yang layak mahasiswa peserta KKN Unud untuk dilatih. Persiapan
bagi seluruh masyarakat Bali khususnya di pedesaan. lain adalah berkomunikasi dengan stakeholder terkait di
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat telah desa mengenai tujuan dan prinsip pelaksanaan program
berkomitmen untuk bekerjasama dengan Sub Bidang STBM. Dinas Kesehatan, Puskesmas setempat, Kepala
Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Propinsi Bali Desa dan lain- lain merupakan pihak-pihak yang akan
untuk mendukung penyebarluasan program tersebut diinformasikan untuk memperoleh dukungannya.
di wilayah desa binaan Universitas Udayana. Sebagai Koordinasi juga perlu dilakukan dengan Kepala Desa
langkah awal, desa binaan yaitu Desa Taro akan dan Kelian Banjar untuk mempersiapkan masyarakatnya
dijadikan sasaran awal dengan cara mengkapasitasi dan agar dapat mengikuti pertemuan dalam rangka kegiatan
mengerahkan dosen PS IKM dan mahasiswa peserta Pemicuan. Persiapan lainnya adalah mengetahui kondisi
KKN utuk mengimplementasikan program tersebut. dasar lingkungan di desa terkait seperti jumlah cakupan
Dalam penerapannya mahasiswa peserta KKN dan dosen jamban, ketersediaan air, kondisi sanitasi lingkungan dan
PS IKM akan bekerja di bawah koordinasi Sanitarian tempat-tempat yang biasa digunakan oleh masyarakat
Puskesmas untuk melakukan pemicuan di banjar yang untuk BAB.
potensial/siap dipicu. Hal ini diharapkan akan menjamin 2.Tahap Pemicuan.
keberlanjutan program ketika waktu pelaksanaan Pada tahap pemicuan, seluruh komponen masyarakat
program KKN berakhir, dimana sanitarian akan terus (pria, wanita, tua muda) dalam satuan terkecil (Banjar)
dapat melakukan monitoring perubahan yang terjadi akan dikumpulkan dan diajak menganalisa lingkungannya
di masyarakat sebagai dampak kegiatan pemicuan. dengan menggunakan alat-alat Participatory Rural
Sanitarian akan terus berkewajiban memperbarui Appriasial (PRA) dalam STBM seperti pemetaan,
perkembangan di wilayah kerjanya sepeninggal transect walk, penghitungan jumlah tinja, simulasi
kegiatan KKN dan bahkan diharapkan Sanitarian dapat air terkontaminasi, alur kontaminasi dan lain-lain.
menyebarluaskan program tersebut ke banjar lain di Ketika masyarakat telah melihat dan menganalisa
daerahnya. kondisi lingkungannya, masyarakat akan dipicu dengan

28
Implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Bersama Program KKN di Desa Taro Gianyar [Dwipayanti, N.M.U., dkk.]

pertanyaan-pertanyaan yang akan memancing rasa jijik, & perubahan perilaku, menu komunikasi, pemetaan
malu dan rasa bersalah dengan kondisi sekitarnya. sosial sebagai alat monitoring, pembekalan verifikasi,
Masyarakat yang telah terpicu kemudian diajak untuk mekanisme monitoring dan pelaporan, konsep jejaring).
membangun komitmen perubahan yang disaksikan oleh Berdasarkan koordinasi dengan kepala desa, kemudian
semua orang dan disepakati bersama. Pada tahap ini dipilih Banjar Tebuana sebagai banjar yang akan
diharapkan akan lahir natural leader dari masyarakat dipicu. Pada tanggal 30 Juli 2012 dilakukan pemicuan
yang memiliki motivasi dan kapasitas unutk memimpin di kelompok bapak-bapak pada banjar tersebut yang
perubahan di masyarakatnya. dihadiri sekitar 30 orang. Pada kegiatan ini dilakukan
3.Tahap Penyusunan Rencana Tindak Lanjut dan pemicuan menggunakan alat pemetaan, transect walk
Pendampingan dan demo air terkontaminasi dengan hasil 3 KK
Pada tahap ini, masyarakat yang telah membangun menyatakan komitmennya untuk membangun jamban
komitmen untuk melakukan perubahan prilaku setelah hari raya berikutnya. Pada kegiatan tersebut
memerlukan pendampingan untuk dapat menyusun sebagaian besar alasan tidak menggunakan jamban
Rencana Tindak Lanjut (RTL) di desanya. RTL tersebut karena kondisi ekonomi, sudah biasa di sembarang
disusun untuk mengawal perubahan tersebut dan tempat. Ketika ditanyakan bagaimana perasaannya
mencapai target kondisi open defecation free (ODF) melihat kondisi penyebaran kotoran tersebut, masyarakat
di desanya yang mereka sepakati dan siapa yang akan merasa tidak nyaman terutama dengan kenyataan
bertugas memonitornya. Keterlibatan dan peran aktif populasi lalat yang relatif banyak di daerah tersebut,
dari tokoh masyarakat dan natural leader yang lahir sehingga kemungkinan penyebaran kotoran melalui
ketika proses pemicuan dan penyusunan RTL ini akan lalat sangat besar. Pemicuan kedua dilakukan pada
sangat berpengaruh pada keberhasilan program ini. tanggal 14 Agustus 2012 di kelompok ibu-ibu PKK
Oleh karena itu pendampingan terhadap para tokoh dan yang dihadiri sekitar 120 orang. Ibu ibu memetakan
motivator di masyarakast ini penting dilakukan untuk lokasi rumah masing-masing dan kondisi rumah-rumah
mempertahankan semangat perubahan di masyarakat. yang belum memiliki jamban juga melakukan aktivitas
4.Tahap Monitoring dan Verifikasi Sarana Sanitasi menemukan alur kontaminasi. Kesadaran bahwa masih
Pada tahap ini, pemantauan perkembangan perubahan banyak yang buang air besar sembarangan dan saling
prilaku dan perkembangan sarana jamban dan sarana menyebar kuman mulai tumbuh. Ketika dilakukan
sanitasi yang telah dibangun akan dilakukan oleh demo cuci tangan pakai sabun, tumbuh pemahaman
masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator STBM. bahwa dengan air mengalir dan sabun maka kotoran
Mekanisme pemantauan akan direncanakan dan tidak akan tertinggal pada tangan. Semua yang hadir
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan berkomitmen untuk menjamin ketersediaan sarana cuci
indikator-indikator yang mereka sepakati dengan tetap tangan dengan air mengalir dan sabun di rumah masing-
mengacu pada standar kondisi sanitasi yang baik. Dalam masing walaupun dengan bentuk yang sederhana seperti
tahap monitoring, juga dilakukan proses verifikasi dicontohkan dalam pelatihan.
mengenai keadaan sarana sanitasi yang sehat dan Pada hari Jumat, 19 Oktober 2012 di Banjar Tebuana,
terjadinya perubahan prilaku di tingkat rumah tangga, Desa Taro Gianyar dilakukan proses verifikasi terhadap
dimana semuanya juga akan dilakukan oleh masyarakat sarana sanitasi yang dimiliki warga. Kegiatan telah
sendiri dengan dampingan dari fasilitator STBM. dikordinasikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Gianyar dan sanitarian Puskesmas Tegalalang II. Pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 adalah hasil verifikasi sarana jamban dan sarana
cuci tangan di banjar tersebut.
Pada tahap persiapan, pelatihan diikuti oleh 25 orang Dari tabel terlihat bahwa masyarakat di Banjar
peserta dari peserta KKN serta beberapa orang mahasiswa Tebuana hanya 21 KK dari 99 KK (21,21%) yang memiliki
PS IKM Unud. Narasumber yang memberikan pelatihan jamban, dan dari proses verifikasi ternyata hanya 8
adalah dari Water and Sanitation Program (WSP) World jamban dari 21 (38%) yang memenuhi atau layak disebut
Bank, Dinas Kesehatan Propinsi Bali, Perkumpulan Mitra sebagai jamban sehat. Sedangkan untuk praktek cuci
Samya (Mataram), Future for Children Foundation dan tangan pakai sabun di keluarga hanya 55 KK dari 99
Dosen PS IKM Unud. Dalam pelatihan tersebut peserta KK (55,55%) yang memiliki sarana cuci tangan, dan
diberikan materi-materi yang mencakup kebijakan hanya 33 KK dari 55 KK (60%)yang memiliki sarana
nasional mengenai STBM, pendekatan Community Led cuci tangan yang memang benar-benar mempraktekkan
Total Sanitation (CLTS), tingkatan fasilitasi, jendela cuci tangan pakai sabun secara rutin. Adapun kriteria
fasilitasi, metode CLTS (elemen pemicu, tahapan jamban sehat adalah: lubang kloset memiliki tutup agar
pemicuan, alat utama PRA, alur kontaminasi, simulasi serangga tidak bisa menyentuh tinja (Jika leher angsa
pemicuan, do and dont dalam pemicuan) dan metode maka tutup tidak diperlukan lagi), jarak pembuangan
pendampingan dan monitoring CLTS (tangga sanitasi tinja ke sumur gali > 10 m, tempat jongkok (kloset)

29
Udayana Mengabdi Volume 12 Nomor 1 Tahun 2013

Tabel 1. Hasil verifikasi sarana jamban dan CTPS di Banjar Tebuana, Taro,
Gianyar material-material yang ada di lingkungan sekitar.
Dari hasil verifikasi terlihat bahwa sebagian besar
No Jml Jml Jml Jml
Surve- Jumlah Penguna Jmlban
Jam- Jenis jamban Sarana CTPS warga Banjar Tebuana (80%) masih melakukan praktek
KK Jamban
yor Jamban sehat CTPS sehat BABS dan masih sedikit yang melakukan cuci tangan
leher pakai sabun, hal ini berarti masyarakat Banjar Tebuana
1 3 9 1 0 3 0
angsa
leher masih memiliki resiko tinggi terhaadap penyakit diare
2 15 15 2 2 8 5
angsa dan lainnya yang berbasis lingkungan. Intervensi yang
3 4 0 0 - 0 0 0 difokuskan pada air bersih, sanitasi dan higiene terbukti
leher memberikan dampak pada menurunnya kejadian diare
4 27 14 4 0 3 0
angsa dari banyak studi yang dilakukan (Fewtrell et al., 2005).
leher
5 4 8 2 angsa 0 2 1 Oleh karena itu, penerapan STBM di wilayah ini sangat
leher penting. Dengan demikian sangat dihimbau bahwa
6 6 7 1 0 6 2
angsa Puskesmas dan kegiatan KKN selanjutnya di daerah ini
leher tetap melanjutkan upaya peningkatan akses air bersih
7 5 26 5 2 5 5
angsa
8 9 0 0 - 0 4 3
dan sanitasi dasar serta perbaikan prilaku higiene di
masyarakat desa Taro.
leher
9 11 8 2 1 10 4 Pada umumnya masyarakat sudah punya keinginan
angsa
10 4 15 3 leher 2 4 4 untuk memiliki jamban. Walaupun sering kali hal
angsa
tersebut ditampik dengan mengatakan sudah biasa
leher
11 11 7 1 1 10 9 melakukan BABS. Kendala yang dihadapi masyarakat
angsa
untuk merealisasikan keinginan tersebut adalah karena
Total 99 109 21 8 55 33
persepsi bahwa jamban adalah benda yang mahal, tidak
ada yg memiliki keterampilan untuk membangun,
terbuat dari bahan yang kuat, tinja bayi atau lansia (jika membangun jamban sangat sulit/kompleks karena
ada) dibuang kedalam kloset/jamban, setiap orang di keterbatasan informasi, permasalahan muka air tanah
dalam rumah menggunakan jamban tersebut, terdapat dan kondisi tanah (Jenkins & Scott, 2007). Oleh
akses untuk anal cleansing tergantung kebiasaan karena itu, pengembangan sanitasi marketing untuk
pengguna, tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar memperkenalkan berbagai teknologi jamban sederhana
rumah. Sedangkan yang menjadi syarat praktek cuci yang sehat, peningkatan keterampilan tukang sanitasi
tangan pakai sabun yang sehat adalah: ada perlengkapan dalam membangun alternatif-alternatif jamban (Jenkins
cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir di dalam & Scott, 2007), serta gerakan kolektif untuk mendorong
rumah, tersedia sabun untuk mencuci tangan, setidaknya komitmen masyarakat perlu dilakukan untuk mengatasi
setiap anggota keluarga (pengasuh anak, bapak, anak kendala tersebut. STBM telah dibuktikan di luar daerah
kecil) tahu saat saat penting kapan mencuci tangan Bali mampu membangkitkan gerakan masyarakat yang
yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum besar dalam menanamkan investasinya di bidang sanitasi.
memberi makan bayi, setelah membersihkan kotoran Namun gerakan ini dapat berhasil jika didukung dengan
bayi dan sebelum menyiapkan makanan. lingkungan yang kondusif dari pimpinan masyarakat
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tidak dan pengambil kebijakan di daerah.
terbangunnya komitmen sebagaian besar warga un- Demikian pula dengan prilaku higiene cuci tangan
tuk berubah prilaku diantaranya karena kurangnya pakai sabun yang masih dianggap tidak penting.
pemahaman kelian banjar mengenai tujuan dan metode Masyarakat umumnya sudah memiliki pengetahuan
pendekatan yang digunakan dalam program ini yaitu yang cukup baik bahwa cuci tangan itu perlu, namun
totalitas dan non subsidi. Pimpinan masyarakat cend- yang diperlukan adalah memicu agar masyarakat
erung membela warganya dengan menggunakan alasan menggunakan kemampuan analisisnya dalam melihat
kemiskinan untuk membenarkan praktek buang air besar sejauh mana cuci tangan itu perlu, mengapa harus pakai
(BAB) sembarangan tempat. sabun dan kapan saja saat kritis untuk mencuci tangan.
Dari pengalaman program STBM di daerah Jawa Metode ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran
Timur, tingkatan ekonomi tidak menjadi faktor peng- dan mengajak gerakan kolektif untuk bersama-sama
hambat kepemilikan sarana jamban . Karena untuk merubah prilaku kearah yang lebih baik dengan sistem
membangun jamban yang sehat sebenarnya tidak se- monitoring yang dilakukan sendiri oleh masyarakat.
lalu memerlukan biaya yang besar. Sebagai contoh, di Ketika masyarakat telah berhasil melakukan peruba-
Jawa Timur dapat ditemukan pedagang sarana paket han dan mendeklarasikan lingkungannya bebas dari
jamban mulai dari 500 ribu rupiah. Bahkan jika jenis BABS, maka yang menjadi tantangan lebih lanjut adalah
jamban yang dibangun adalah jamban cemplung, biaya mempertahankan kondisi tersebut sehingga menjamin
daat ditekan lebih rendah lagi dengan menggunakan tidak ada satu anggota masyarakatpun yang kembali

30
Implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Bersama Program KKN di Desa Taro Gianyar [Dwipayanti, N.M.U., dkk.]

melakukan praktek BABS (Kar, 2012). Dalam fase mem- UCAPAN TERIMAKASIH
pertahankan keberlanjutan ini diharapkan masyarakat
bergerak mengikuti tangga sanitasi untuk memperbaiki Terima kasih kami sampaikan kepada Ka PS IKM
kualitas sarana sanitasinya dan memelihara pengetahuan Unud yang telah memberikan ijin penggunaan ruangan
mengenai sanitasi dan prilaku higiene di masyarakatnya untuk pelatihan mahasiswa, kepada Dinas Kesehatan
(Kar, 2012). Hal ini lah memberikan gambaran bahwa dan Sanitarian Puskesmas Tegalalang II yang sudah
penerapan program STBM tidak dapat dilakukan hanya membantu untuk koordinasi dengan pemerintah
sesaat, tetapi merupakan program yang berkelanjutan Desa Taro, Koordinator KKN yang telah mengijinkan
yang memberikan kapasitas kepada masyarakat dan program STBM untuk diujicobakan dalam kegiatan
pemerintah desanya untuk melanjutkan dan menge- KKN, semua peserta KKN yang terlibat serta kepada
lola programnya sendiri. Untuk dapat melakukan hal seluruh masyarakat Banjar Tebuana Taro yang telah
tersebut, tentu saja dampingan dari pihak ketiga diper- berpartisipasi dengan baik kegiatan ini.
lukan untuk beberapa waktu seperti dari puskesmas,
LSM ataupun dari universitas dan pihak lainnya yang DAFTAR PUSTAKA
ingin berkontribusi.
Balitbangkes (2010), Riset Kesehatan Dasar 2010, Kementrian
SIMPULAN DAN SARAN Kesehatan RI, Jakarta
Fewtrell, L., Kaufmann, R. B., Kay, D., Enanoria, W., Haller, L.,
& Colford, J. M., Jr. (2005). Water, sanitation, and hygiene
Simpulan interventions to reduce diarrhoea in less developed coun-
Dalam kegiatan pengabdian ini, pemicuan telah di- tries: a systematic review and meta-analysis. The Lancet
lakukan di Banjar Tebuana dan telah mengajak masya Infectious Diseases, 5(1), 42-52.
rkat untuk menganalisis lingkungan untuk menimbulkan Jenkins, M. W., & Scott, B. (2007). Behavioral indicators of
perasaan tidak nyaman terhadap lingkungan yang kotor. household decision-making and demand for sanitation and
Hanya saja hanya 3 KK yang terpicu saat itu, dan memer- potential gains from social marketing in Ghana. Social Sci-
ence & Medicine, 64(12), 2427-2442. doi: 10.1016/j.
lukan monitoring rutin agar keinginannya membangun socscimed.2007.03.010
jamban memang benar terealisasi. Ditambah lagi dengan Kar, K. (2012). Why not Basics for All? Scopes and Challenges
hasil verifikasi yang menunjukkan cakupan sarana yang of Community-led Total Sanitation. IDS Bulletin, 43(2),
sangat rendah (21%), pendampingan STBM ini sangat 93-96.
perlu dilanjutkan sehingga nantinya peningkatan kondisi Menkes (2008), Kepmenkes no 852/Menkes/SK/IX/2008 ten-
sanitasi dapat berdampak pada penurunan angka mor- tang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta
biditas akibat sanitasi lingkungan.
Minister of Development Planning (2010), Report On The
Achievement Of The Millennium Development Goals In-
Saran donesia 2010, Ministry of Development Planning, Jakarta.
Melihat dari pengalaman di kegiatan ini, maka ter-
dapat beberapa rekomendasi yang dapat dimasukkan
ke dalam rencana tindak lanjut, diantaranya: pertama,
perlu direncanakan pertemuan tahap lanjut di Banjar
Tebuana yang memaparkan kondisi cakupan sarana
sanitasi hasil verifikasi kepada masyrakat dan untuk
mengajak masyarakat berkomitmen untuk mencapai
ODF serta menyusun rencana upaya perbaikan kondisi
tersebut. Kedua, perlu kesepakatan dan komitmen pusk-
esmas dan pemerintah desa untuk mengawal komitmen
masyarakat dan memberikan dukungan dalam bentuk
pendampingan dan apresiasi atas capaian masyarkat
agar target ODF tercapai.

31

Anda mungkin juga menyukai