Geologi Bahan Konstruksi
Geologi Bahan Konstruksi
Geologi Bahan Konstruksi
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penulisan karya ilmiah ini
terdapat beberapa tujuan utama isi makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui geologi regional daerah Majalengka
2. Mengetahui kondisi geologi daerah Majalengka dan sifat keteknikannya
3. Mengetahui kriteria geologi untuk membangun bendungan Jatigede
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang menjadi pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana geologi regional daerah Majalengka
2. Bagaimana kondisi geologi daerah Majalengka dan sifat keteknikannya
3. Apa saja kriteria geologi untuk membangun bendungan Jatigede
Metode Analisis yang digunakan dalam pembuatan makalah ini dibagi dua tahapan
yaitu:
Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahapan ini, penulis mengumpulkan sejumlah data yang dijadikan dasar
menuju tahap selanjutnya.
Tahapan Pembahasan
Penulis melakukan studi pustaka untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan. Studi pustaka yang dilakukan adalah membaca sejumlah literatur dan
sumber pustaka lainnya, bisa juga melalui media internet ataupun slide-slide kuliah.
Dalam pembahasan makalah ini penulis membagi makalah ini menjadi 4 bagian utama
yaitu:
1.5.1 Bab I Pendahuluan
Pada bab ini tertulis latar belakang penulis dalam membuat makalah ini, rumusan
masalah mengenai pokok-pokok utama yang akan dibahas dalam makalah ini, tujuan
dalam pembuatan makalah ini, metode analisis dan sistematika pembahasan.
Van Bemmelen, 1949 membagi fisiografi Jawa Barat menjadi 4 bagian besar yaitu :
Zona Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan
Jawa Barat. Zona zona fisiografi tersebut di atas akan diuraikan di bawah ini :
Memanjang barat-timur mengikuti pantai utara Jawa Barat sampai ke kota Cirebon.
Zona ini umumnya mempunyai morfologi yang datar, kebanyakan ditutupi oleh
endapan sungai dan sebagian oleh lahar gunungapi muda.
b. Zona Bogor
Zona Bogor, terletak di sebelah selatan Dataran Pantai Jakarta, memanjang barat
timur melalui kota Bogor, Purwakarta menerus ke Bumiayu, Jawa Tengah. Zona ini
umumnya mempunyai morfologi perbukitan yang dinamakan antiklinorium dan
tersesarkan (sesar naik sampai sungkup). Akibatnya, Zona Bogor mengalami
perkekaran dan banyak terdapat sesar-sesar skala kecil.
c. Zona Bandung
Batas antara Zona Bogor dengan Zona Bandung zona yang berada di selatan tidak
terlalu jelas, karena tertutup oleh endapan gunungapi muda. Zona ini melengkung
dari Pelabuhan Ratu mengikuti lembah Cimandiri menerus ke timur melalui kota
Bandung dan berakhir di Segara Anakan di muara Sungai Citanduy. Dalam sejarah
geologinya, Zona Bandung tidak dapat dipisahkan dengan Zona Bogor, kecuali oleh
banyaknya gunungapi yang masih aktif sampai sekarang.
d. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
Zona ini berupa dataran tinggi dan berbentuk plato, terletak di bagian selatan Jawa
Barat. Daerah penelitian termasuk dalam Zona Bogor.
Stratigrafi daerah Jatigede dan sekitarnya dari muda ke tua adalah sebagai berikut :
a. Endapan gunungapi
b. Formasi Citalang
Terdiri dari konglomerat dan batupasir-tufaan, merupakan endapan darat sistem
sungai teranyam
c. Formasi Kaliwangu
Terdiri dari lempung hijau, batupasir, serta sisipan batubara(lignit)
d. Formasi Subang
Terdiri dari batulempung-gampingan yang mengandung foraminifera dan sisipan tipis
batupasir-tufaan.
e. Formasi Bantarujeg
Umumnya tersusun oleh perselingan antara batupasir dan batulempung/serpih
gampingan.
f. Formasi Cantayan
Formasi ini terdiri dari breksi berselingan dengan batupasir-tufaan dan lempung/
serpih gampingan.
g. Formasi Cinambo
Formasi ini terdiri dari bagian bawah, tengah, dan atas. Secara umum terdiri dari
perselingan antara batulempung gampingan dan batupasir-tufaan dengan perbedaan
besar butirnya dari tiap tiap bagian.
h. Formasi Cisaar
Terdiri dari batulempung/ serpih gampingan serta mengandung foraminifera kecil.
2.2.1.1 Geomorfologi
2.2.1.2 Stratigrafi
Atas dasar ciri litologi, batuan yang tersingkap di daerah penelitian terbagi atas 7
satuan batuan masing masing : satuan batulempung Formasi Cinambo, satuan breksi
Formasi Cinambo, satuan breksi Formasi Cinambo, Satuan breksi Formasi Cantayan, satuan
batulemping Formasi Bantarujeg, satuan tufa, satuan breksi volkanik dan endapan aluvial.
Umur satuan-satuan batuan tersebut mulai dari Miosen Tengah hingga Resen.
- Lipatan Cinambo
- Sesar Turun Pasir Krisik
- Sesar turun Cibodas
- Sesar turun Eretan
- Sesar turun Parakan Kondang
- Sesar geser Cimanuk
- Sesar geser Cijerik
- Struktur kekar
Hasil pengamatan yang ada menunjukkan bahwa muka air tanah di daerah Jatigede
berkisar antara 0,5-2 meter. Sumur sumur yang dimiliki penduduk tersebut semuanya
terdapat pada tanah lapukan breksi volkanik. Selain itu, terdapat dugaan adanya kondisi
artesis dari nilai permeabilitasnya, yaitu terdapatnya lapisan dengan permeabilitas tinggiyang
diapit oleh lapisan dengan permeabilitas rendah. Permeabilitas breksi volkanik bervariasi.
Pada breksi volkanik yang terkekarkan kuat dan mengalami pelapukan kuat memiliki
permeablitas yang tinggi. Permeablilitas batulempung formasi Bantarujeg pada umumnya
meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas pelapukannya. Permeabilitas batulempung
Cinambo umumnya rendah sedangkan permeabilitas batupasir umumnya besar sedang.
Dengan kondisi permeabilitas tersebut maka rembesan bisa terjadi pada daerah-daerah yang
mempunyai nilai K sedang-tinggi. Selain itu, rembesan dapat terjadi juga pada zona sesar
yang ada berupa kekar, breksiasi dan milonitisasi.
Longsoran yang terdapat di daerah penelitian dapat dilihat pada tebing tebing
sungai. Secara umum tebing sungai tersebut merupakan tebing yang stabil karena tingginya
masih di bawah tinggi lereng kritis. Selain itu, berdasarkan kedudukan kekar menunjukkan
bahwa tidak akan terjadi longsoran membaji di daerah tersebut. Erosi terjadi pada seluruh
kelokan sungai di daerah tersebut yang mengerosi formasi formasi yang ada disana. Pada
sungai Cimanuk dan anak- anak sungainya ternyata mengangkut sedimen sebanyak 25 x 106
ton tiap tahun dan sedimen yang akan tertampung pada waduk Jatigede diperkirakan
sebanyak 7.6 m2/tahun. Episenter gempa yang terdapat di sekitar daerah penelitian umumnya
gempa dangkal namun sesekali pernah terjadi gempa yang bersifat merusak.
Pada subbab ini akan diuraikan daya dukung batuan. Daya dukung batuan adalah
kemampuan mendukung beban yang paling tinggi sedang batuan itu sendiri tidak pecah atau
utuh. Daya dukung dibagi menjadi dua yaitu daya dukung ultimit (ultimate bearing capacity)
dan daya dukung ijin (allowable bearing capacity)
Daya dukung ultimit didefinisikan sebagai tekanan terkecil yang dapat menyebabkan
keruntuhan geser pada tanah batuan atau di sekeliling pondasi. Daya dukung izin di
definisikan sebagai tekanan maksimum yang boleh di bebankan pada tanah atau batuan
sehingga aman terhadap keruntuhan geser.
Daya dukung batuan di dukung oleh banyak factor seperti kuat tekan uniaxial, sudut geser
dalam (O), kohesi (C), dan bidang-bidang diskontinuitas.
Daya dukung batuan segar atau utuh dapat dikatakan sama dengan kuat tekan uniaxial.
Tetapi kondisi demikan jarang sekali ditemukan dilapangan, umumnya masa batuan sudah
berbentuk diskontinuitas. Dengan demikian kekuatan batuan akan berkurang dengan hadirnya
kekar. Menurut Canadian Geoteknikal Society (CGS 1978) Daya dukukng ijin adalah kuat
tekan uniaxial (UCS) Berbanding dengan koefisien empiric (Ksp) yang tergantung pada spasi
kekar, dengan factor keamanan (SF=3), dengan formula sebagai berikut:
Qa=Ksp x UCS
Kuat tekan uniaxial batuan juga merupakan cerminan daya dukung batuan , juga dapat
ditentukan di lapangan yaitu menggunakan palu geologi. Batuan dikelompokan dari sangat
keras ke sangat lunak.
Menurut Geological Society Enginering Group Working Party, 1977 dalam Johnson dan De
Graff 1988), Mengemukakan hubungan antara kekerasan batuan dengan kuat tekan uniaxial
(UCS), disajikan dalam table.
2.2.3. Hubungan Antara Sifat Batuan (Formasi)
Yang akan di ulas pada subbab ini adalah ketebalan masing-masing fracture system
pada tiap formasi, hubungan antara fracture system dengan RQD dan permeabilitas,
hubungan antara fracture sistem dengan daya dukung batuan dan hubungan kedalaman
dengan daya dukung ijin.
Yang dibahas pada subbab ini adalah apakah RQD dan permeabilitas dipengaruhi oleh
fracture system. Karena fracture system dapat menyebabkan RQD menjadi rendah dan
permeabilitas menjadi tinggi.
Berikut ini adalah table hubungan antara fracture system dengan RQD dan permeabilitas.
2.2.3.2 Hubungan antara fracture sistem dengan daya dukung ijin.
Daya dukung ijin batuan sangat bergantung pada kerapatan fracture sistem, semakin
rapat fracture sistem semakin rendah nilai dukung formasi, dan sebaliknya semakin jarang
fracture sistem semakin tinggi daya dukung ijin.
2.2.3.3 Hubungan antara kedalaman dengan daya dukung ijin
Pada batuan utuh, daya dukung ijin akan bertambah besar dengan meningkatnya
kedalaman. Tetapi kondisi demikian sangat jarang terjadi dilapangan, umurnya masa batuan
telah tersesarkan, sehingga daya dukung ijin batuan (formasi), selain tergantung pada
kedalaman, juga ditentukan dengan kerapatan fracture sistem.
BAB III
d. Rekreasi air
e. Perikanan darat
f. Pengntrol banjir
h. Perhubungan
Bendungan yang mempunyai fungsi lebih dari satu seperti yang disebutkan diatas disebut
dengan multi purpose dam (Kyrnine dan Judd, 1957)
Bendungan dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar menurut tipenya (Golze, 1977)
sebagai berikut:
3. Composite
3.3 Unsur-Unsur Pendukung Bendungan
1. Sandaran (Abutment)
Berfungsi sebagai sandaran bendungan pada kanan-kiri lembah sungai tempat dimana
bendungan akan dibangun
Berfungsi untuk mengalirkan air dari sungai yang akan dibangun bendungan
3. Adit
Adalah terowongan pada dasar bendungan yang berfungsi untuk penyelidikan gejala gelogi
sepert sifat mekanik batuan serta sistem drainasenya.
4. Spillway
Berfungsi untuk mengalirkan air dari upstream bendungan ke downstream tanpa merusak
bendungan atau dinding reservoir atau mengerosi pondasi bendungan
5. Outlet works
Digunakan dalam bendungan irigasi untuk mengalirkan air reservoir ke dalam saluran irigasi
Yaitu saluran dengan diameter besar, dengan maksud menyalurkan air reservoir ke generator
hydroelectric pada power house
Peta geologi teknik adalah salah satu tipe peta geologi yang menyajikan gambaran secara
umum dari semua komponen geologi lingkungan yang berpengaruh di dalam perencanaan
penggunaan lahan, dan di dalam desain, konstruksi, dan pemeliharaan bangunan teknik sipil
dan teknik pertambangan. (Commission An Engineering Geological Maps of The
International Association of Engineering Geology, 1976)
Selanjutnya dikatakan bahwa hal-hal yang disajikan di atas peta geologi teknik adalah
sebagai berikut:
1. Keadaan tanah dan batuan yang meliputi penyebaran lateral maupun vertikal, stratigrafi
dan struktur, umur, genesis, litologi, sifat-sifat fisis serta sifat mekaniknya
2. Keadaan hidrogeologi yaitu meliputi distribusi air tanah dan air permukaan, zona jenuh air
pada daerah retakan, kedalaman muka air tanah serta permeabilitas dan parameter lainnya
serta sifat-sifat kimiawi air
3. Keadaan gomorfologi yaitu meliputi bentuk topografi serta elemen-elemen bentang alam
yang penting. Di dalam analisis geomorfologi selain deskripsi bentuk topografi, yang lebih
penting adalah evaluasi genesis dan proses-proses yang akan berkembang serta hubungannya
dengan waktu dan kondisi geologi dan pengaruh keadaan geomorfologi terhadap hidrologi,
serta proses-proses geodinamika.
4. Gejala geodinamika meliputi proses-proses akibat gaya endogen dan eksogen saat ini,
termasuk erosi dan pengendapan, pergerakan lereng, problem di daerah karst, amblesan,
perubahan volume tanah, gejala seismisitas dan sesar aktif, kegunungapian dan lain-lain.
Semua informasi tersebut diperlukan untuk mitigasi bencana alam sehingga dapat
mengoptimasikan perencanaan geologi teknik dan konstruksi. Dalam hubungannya dengan
penempatan bendungan pada suatu daerah keempat faktor tersebut dapat dijabarkan seperti
criteria berikut ini:
1. Geomorfologi
3. Air
5. Bencana alam
KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut layak
untuk dibangun bendungan karena kebutuhan penduduk sekitar terhadap debit air Sungai
Cimanuk yang melimpah pada musim hujan, kondisi geomorfologinya mendukung, seperti:
lereng yang stabil, DAS-nya luas, air tidak mengganggu kestabilan bendungan. Selain itu,
tanah dan batuannya kuat untuk dijadikan pondasi bendungan.
Akses untuk mendapatkan material konstruksi nya relatif mudah karena pada daerah
tersebut banyak singkapan formasi yang terdiri atas batulempung dan batupasir serta terdapat
banyak singkapan formasi yang terdiri atas batulempung gampingan, sehingga material
konstruksi untuk Bendungan Jatigede-nya dapat diakses dengan mudah.