Penetapan Kadar Bilirubin
Penetapan Kadar Bilirubin
Penetapan Kadar Bilirubin
I. Tujuan Percobaan
- Melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui tes kombinasi bilirubin.
- Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.
Perhitungan
Kadar Bilirubin
( ) =
( ) =
Diketahui :
- Faktor bilirubin total = 45
mg
Bilirubin Total ( ) = 0,178 45
dL
= 8,01 mg/dL
- Faktor bilirubin direk = 5
mg
Bilirubin Total ( ) = 0,032 5
dL
= 0,16 mg/dL
VIII. Pembahasan
Hati mempunyai peranan yang vital dalam proses metabolisme dan
detoksifikasi serta eliminasi senyawa toksik. Meskipun adanya kerusakan
pada hati tidak dapat terlihat secara langsung efeknya, namun mengingat
pentingnya peranan hati maka untuk mendeteksi kerusakan hati perlu
dilakukan pengujian laboratorium. Salah satu pengujian fungsi hati yang
sederhana adalah dengan pemeriksaan kadar billirubin.
Bilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan dari
pemecahan hemoglobin (Hb) di hati. Bilirubin dikeluarkan lewat empedu
dan dibuang melalui feses. Bilirubin ditemukan di darah dalam dua
bentuk, yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Bilirubin direk larut
dalam air dan dapat dikeluarkan mlalui urin. Sementara bilirubin indirek
tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan
penjumlahan bilirubin direk dan indirek. Peningkatan kadar bilirubin
indirek jarang terjadi pada penyakit hati. Sebaliknya, bilirubin direk yang
meningkat hampir selalu menunjukkan adanya penyakit pada hati atau
saluran empedu (Sari, W., 2008:29).
Salah satu penyakit yang disebabkan akibat tingginya kadar
bilirubin adalah penyakit kuning. Penyakit kuning ditandai dengan
berubahnya warna kulit dan mata menjadi kuning. Perubahan ini terjadi
akibat adanya gangguan fungsi hati yang menyebabkan kadar bilirubin
tidak terkonjugasi menjadi tinggi dalam darah karena hati tidak mampu
merubah bilirubin tidak terkonjugasi menjadi bilirubin terkonjugasi. Kadar
bilirubin yang tinggi dalam darah akan didistribusikan dan menumpuk di
dalam jaringan.
Pada praktikum kali ini, pemeriksaan kadar bilirubin total dan
direk dilakukan menggunakan metode enzimatik yaitu metode evelyn
malloy dengan menggunakan larutan methanol 50% sebagai akselerator
dan p-diazobenzensulfonat sebagai reagen pada reaksi yang akan diukur
secara kolorimetri menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 546 nm.
Pemeriksaan kadar bilirubin total dan direk dalam darah dengan
spesimen analisis berupa serum darah. Diketahui relawan yang
menyumbangkan darahnya adalah seorang perempuan. Serum darah
diperoleh dengan cara proses sentrifugasi. Pemisahan ini berdasarkan
perbedaan bobot jenis dan pengaruh gaya sentrifuga dimana bobot jenis
yang lebih besar akan berada dibawah. Proses pemisahan serum darah
dilakukan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Kecepatan
pemisahan dan waktu yang digunakan merupakan proses optimum untuk
memisahkan serum darah karena jika kecepatan dan waktu yang
digunakan kurang dari 3000 rpm selama 10 menit maka pemisahan tidak
berlangsung dengan baik. Namun, apabila kecepatan dan waktu yang
digunakan lebih dari 3000 rpm selama 10 menit, dikhawatirkan kolesterol
yang seharusnya berada dalam serum akan mengendap dan akan
mempengaruhi hasil analisis yang dilakukan.
Hasil proses sentrifugasi terdapat dua bagian yaitu supernatan dan
pelet. Diambil bagian supernatan yang merupakan serum. Supernatan
mengandung air (90-92%) dan zat2 terlarut (7-8%) dimana pada zat-zat
terlarut terdapat protein, garam mineral, sisa metabolik, hormon, gas dan
bahan organik (C,H,O,N) (Frandson, 1981). Penggunaan serum yang ada
pada bagian supernatan karena kolesterol merupakan hasil dari
metabolisme tubuh.
Pengujian dilakukan dengan menyiapkan 2 kelompok uji masing-
masing yaitu bilirubin total dan direk dengan menggunakan masing-
masing 2 tabung reaksi yaitu tabung blanko dan uji. Tabung blanko pada
pengujian bilirubin total berisi serum, akeselerator dan diazo blank.
Tabung uji pada pengujian bilirubin total berisi serum, akselerator dan
reagen diazo. Pada pengujian kadar bilirubin direk tabung blanko berisis
serum, aquadest dan diazo blank pada tabung uji berisi serum, aquadest
dan reagen diazo. Perbedaan kelompok ini yaitu digunakannya akselerator
dan aquadest. Akselerator berfungsi untuk memecah bilirubin-albumin
menjadi albumin bebas sedangkan akuadest pada bilirubin direk digunakan
sebagai pelartu karena bilirubin direk mudah larut dalam air akibat
berikatan dengan asam glukoronat. Diazo blank digunakan pada blanko
agar pada saat pengukuran absorbansi uji yang akan terbaca pada
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 546 nm hanya
kompleks azobilirubin dan tidak mengganggu hasil yang akan didapat.
Panjang gelombang 546 nm merupakan panjang gelombang maksimum
untuk senyawa azobilirubin yang dihasilkan dari reaksi identifikasi kadar
bilirubin. Kemudian setiap tabung reaksi didiamkan dalam suhu kamar
selama 10 menit yang bertujuan agar senyawa uji dan reagen dapat
bereaksi dan stabil. Hal ini karena merupakan kondisi optimum dari reagen
yang digunakan. Jika suhu yang digunakan lebih rendah dan kurang dari
10 menit dikhawatirkan reaksi belum terjadi atau tidak terjadi secara
optimal.
Berdasarkan data pengamatan pemeriksaan kadar bilirubin total
diketahui nilai absorbansi larutan uji 0.178 sehingga diperoleh kadar
bilirubin yang di dapat sebesar 8.01 mg/dL. Pada pemeriksaan kadar
bilirubin direk diketahui nilai absorbansi larutan uji 0.032 sehingga
diperoleh kadar bilirubin yang di dapat sebesar 0.16 mg/dL. Pengujian
dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis berdasarkan hukum
Lambert beer, dimana absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi zat. Prinsip kerja spektrofotometer uv-vis adalah interaksi
antara radiasi elektro magnetic dengan materi. Azobilirubin yang
dihasilkan dari reaksi memiliki gugus kromofor sehingga dapat di analisis
dengan spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombang 546nm.
Kadar bilirubin yang diperoleh pada pengujian kadar bilirubin total
dalam keadaan tidak normal yaitu 8.01 mg/dL, karena rentang kadar
normal 0.1-1.2 mg/dL. Sedangkan pada pengujian kadar bilirubin direk
dalam keadaan normal yaitu 0.16 mg/dL, karena rentang kadar normal <
0.2 mg/dL. Kadar bilirubin yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit
seperti hepatitis atau pada bayi penyakit kuning akibat belum sempurnanya
fungsi hati. Hasil pemeriksaan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya terkait dengan pasein atau pengujian. Faktor yang terkait
dengan pasien antara lain : umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan,
berat badan, kondisi klinik, status nutrisi, konsumsi makanan yang tinggi
purin dan penggunaan obat. Sedangkan yang terkait dengan pengujian :
cara pengambilan spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan,
metode analisis, kualitas spesimen, jenis alat dan teknik pengukuran serta
karena larutan uji yang digunakan merupakan suspensi yang mempunyai
viskositas lebih tinggi sehingga lebih baik dilakukan proses pencampuran
menggunakan vortex.
IX. Kesimpulan
- Metode yang digunakan untuk pengujian kadar bilirubin menggunakan
metode enzimatik.
- Hasil bilirubin total tidak normal yaitu 8.01 mg/dL, sedangkan hasil
bilirubin direk normal yaitu 0.16 mg/dL.
X. Daftar Pustaka
Cahyono, J.B.S.B. (2008). Gaya Hidup & Penyakit Modern, Kanisius.
Yogyakarta.
Cahyono, J.B.S.B. (2014). Hepatitis B, Kanisius. Yogyakarta.
Carl, E Speicher. (2004). Pemilihan Uji Laboratorium Yang Efektif. EGC.
Jakarta
Day, R.a., A.L. Underwood. (1996). Analisis Kimia Kuantitatif, edisi
kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dennery, P.A., Seidman, D.S., Stevenson, D.K. (2001). Neonatal
Hyperbilirubinemia, Dalam : The New England Journal of
Medicine.
Djing, O.G. (2008). Terapi Pijat Telinga, Penebar Swadaya. Jakarta.
Frandson, R. D., (1981). Anatomi dan Fisiologi Ternak. Penerjemah B.
Srigandono dan Sudarsono. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Gomella, T.L., Cunningham, M.D. dan Eyal, F.G. (2004).
Hiperbilirubinemia, Dalam: Neonatology; Management
Procedures, On-Call Problems, Disease and Drugs. Lange Medical
Book/McGraw-Hill Co. New York.
Halamek, L.P., Stevenson, D.K. (1997). Neonatal Jaundice and Liver
Diseasea, Dalam : Neonatal-Perinatal Medicine; Disease of The
Fetus and Infant. 6th Ed. New York Mosby-Year Book Inc.
Ingle, James D., Stanley R. Crouch. (1988). specctrochemical Anallysiss.
Prentice Hall Inc., New Jersey,
Oski, F.A. (1991). Physiologic Jaundice, Dalam : Schaffer and Averys
Disease of The Newborn. WB Saunders Company. Philadelphia.
Roth, H.J., et.al. (1994). analisis Farmasi, cetakan kedua, diterjemahkan
oleh Sardjono Kisman dan Slamet Ibrahim, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sacher, R.A, McPherson, R.A. (2004). Tinjauan Klinis atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Cetakan 1. Jakarta : EGC.
Sari, W. (2008). Care Your Self : Hepatitis, Penebar Plus. Jakarta.
Sastroamidjojo, Hardjono. (1985). spektroskopi, Edisi I, Liberty,
Yogyakarta.
Widmann FK. (1995). Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan
laboratorium. Edisi ,9. EGC. Jakarta
Wijanarko, J. (2013). Inspirasi Hidup Sehat, HHK Media. Tangerang
Selatan.
XI. Lampiran