Mitrologi Indtr TL
Mitrologi Indtr TL
Mitrologi Indtr TL
Metrologi Industri
BAB I
PEDAHULUAN
Keuntungan
1. Waktu perakitan dapat diturunkan
2. Komponen-komponen mesin dapat dibuat terpisah
3. Suku cadang dapat dibuat secara masal
4. Pengolahan produksi lebih mudah dengan kualitas terjaga
1.2. Pengukuran
Pengukuran dalam arti yang luas adalah membandingkan sesuatu besaran
dengan beasaran standar.
Berdasarkan sifat dari alat ukur dikenal 5 macam alat ukur, yaitu :
1. Alat ukur langsung
2. Alat ukur pembanding
Alat ukur yang paling sederhana dan dikenal semua orang adalah Mistar yang
mempunyai garis-garis sekala ukur, alat itu digunakan untuk mengukur yang tidak
memperhatikan kecermatan.
Akan tetapi bila bentuk dari obyek ukur cukup rumit dan memerlukan
kecermatan tinggi, maka perlu jenis alat ukur yang lain.
Yang membedakan suatu alat ukur dengan alat ukur yang lain adalah konstruksi
dan cara fungsinya dari alat ukur tersebut.
Sensor adalah bagian alat ukur yang langsung menyentuh benda ukur, berfungsi
untuk meraba/mendeteksi benda ukur (terbuat dari benda padat, sinar,
frequensi, dan sebagainya).
Pengubah adalah bagian alat ukur yang berfundsi untuk mengubah / mengolah
data yang diperoleh oleh sensor (pengubah mekanis, pengubah mechanic-optic,
pengubah electric, pengubah optic-electric, pengubah pneumatic, dsb.) sehingga
menjadi suatu data atau tampilan yang mudah difahami oleh operator
pengukuran.
Penunjuk adalah bagian alat ukur yang berfungsi untuk menujukkan hasil
pengukuran yang diperoleh dari informasi data sensor yang sudah diolah oeh
pengubah (dengan tampilan garis indeks, jarum penunjuk, digital-mecanic,
digital-electric).
Penunjuk bersekala
Skala adalah susunan garis yang beraturandengan jarak antara dua garis yang
berdekatan dibuat tetap dan mempunyai arti tertentu (lihat Gambar 1).
Alat ukur adalah merupakan alat yang dibuat oleh manusia dengan demikian
ketidak sempurnaan adalah merupakan ciri utama.
Meskipun alat ukur direncanakan dan dibuat dengan seksama dan sebaik mungkin,
namun ketidak sempurnaan tidak bisa dihilangkan sama sekali dan hannya dalam
batas tertentu yang dianggap cukup baik untuk digunakan dalam suatu proses
pengukuran.
Untuk menyatakan sifat-sifat alat ukur digunakan beberapa istilah teknik yang
harus kita ketahui supaya tidak timbul salah fahan dan salah penafsiran, istilah-
istilah tersebut adalah :
1. Rantai kalibrasi/mampu usut; adalah mencocokan harga-harga yang tercantum
pada skala ukur dengan harga standar. Kalibrasi diwajibkan alat ukur baru yang
akan dipasarkan atau dipakai dan alat ukur yang relative lama dipakai.
Kesetabilan nol (zero stability) ; yaitu bila suatu penujuk alat ukur telah
disetting nol setelah dirubah posisinya (dipakai pengkukuran) harus bisa
kembali pada posisi semula (posisi nol).
Pengukuran adalah suatu proses yang mencakup 3 unsur pokok yaitu : Alat
ukur, Benda ukur, dan Orang (personil pengukuran). Karena tidak kesempurnaan-
nya dari masing-masing unsur ini maka dapat dikatakan tidak ada satupun
pengukuran ketelitian yang absolut. Kesalahan akan selalu ada, yaitu merupakan
perbedaan antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar.
Ketelitian (accuracy)
Adalah persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga yang sebenarnya
(demensi obyek ukur). Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang
dianggap benar disebut Kesalahan sistematis (systematic error). Semakin kecil
kesalahanya, maka proses pengukuran dikatakan teliti.
Faktaor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran menjadi tidak teliti dan
tidak tepat dapat berasal dari beberapa sumber yaitu :
1. Alat ukur, alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi, muka ukur (sensor)
harus bersih (tidak terhalang).
2. Benda ukur, harus memperhatikan perubahan bentuk, kelenturan benda ukur ,
kontak tekanan sensor terhadap benda ukur (sewaktu pengukuran), permukaan
benda ukur harus bersih dari kotoran.
3. Posisi pengukuran, Posisi garis pengukuran harus berimpit atau sejajar
dengan garis demensi obyek ukur, kalau tidak maka akan terjadi kesalahan
cosinus bakan terjadi kesalan gabungan cosinus dan sinus.
4. Lingkungan, harus memperhatikan cahaya penerangan, temperature standar
20oC, kebersihan permukaan beda ukur, kebersihan lingkungan, kenyamanan
dan keamanan lingkungan penguran.
5. Orang (sipengukur) ; orang yang melakukan pengukuran harus :
- Menguasai pengetahuan dan pengalaman melakukan pengukuran.
- Mempunyai dasar pengetahuan tentang alat ukur, cara kerjanya, cara
pengukuran, cara mengkalibrasi dan perawatan alat ukur.
- Mampu menganalisa hasil pengukuran.
- Sadar terhadap tanggung jawab hasil pengukuran.
Ukuran yang penting bila ditinjau dari segi fungsi komponen, perakitan dan
pembuatan.
Tujuan dari ISO adalah untuk menyatukan pengertian teknik antar bangsa
dengan jalan membuat standar. Dalam badan ini tehimpun ahli teknik yang
mempunyai kepentingan bersama dan pekerjaan mereka adalah membahas
Dengan demikian :
1. Memudahkan perdagangan nasional
2. Memudahkan komunikasi teknik
3. Bagi negara yang sedang berkembang memberikan petunjuk praktis pada
persoalan khusus dalam bidang teknologi.
1.7. Toleransi
Adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas (two permissible limits)
dimana ukuran dari komponen harus terletak.
Untuk setiap komponen perlu didefinisikan ukuran dasar (basic size), sehingga
kedua harga batas (maksimum dan minimum) yang membatasi daerah toleransi
(toleransi zone) dapat dinyatakan dengan suatu penyimpangan (deviation) terhadap
ukuran dasar.
Untuk itu perlu adanya toleransi (batasan maksimum dan minimum) pada
karakteristik geometrik, dimana komponen masih dapat berfungsi sesuai dengan
yang diinginkan (desainnya).
1.8. Suaian
Dua buah atau lebih komponen yang berpasangan / dirakit (assembled), maka
hubungan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh perbedaan ukuran antara kedua
komponen tersebut yang sesuai dengan fungsinya.
1 3
2 3 1 2
Perbedaan ukuran ini disebut suaian, dan dapat dibedakan menjadi 3 jenis suaian,
yaitu :
1. Suaian longgar (clearence fit)
2. Suaian pas (transition fit)
3. Suaian paksa (interference fit)
Gambar yang diarsir adalah merupakan daerah toleransi dari demensi / ukuran
suatu komponen / produk ( Poros dan Lubang ).
Soal-soal latihan (jawaban ditulis dengan tangan !, tidak boleh memakai Komputer)
BAB II
ALAT UKUR dan PEMAKAIANNYA
Nama-nama bagian dari Mistar sorong dapat dilihat pada Gambar 2.1, dan cara
penggunaanya dapat dilihat pada Gambar 2.2, sedang beberapa jenis-jenis Mistar
sorong yang lain dan keguaanya dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Untuk beberapa jenis Mistar sorong yang lain dapat dilihat pada Gambar 2.4 (
halaman 16 dan 17 )
Gambar 2.5 Posisi garis skala pada mistar sorong dengan u = 1 skala utama
Gambar 2.6 Posisi garis skala pada mistar sorong dengan u = 2 skala utama
Gambar 2.7 Posisi garis-garis skala utama dengan skala nonius dan harganya pada
Mistar sorong
Contoh : pada Gambar 2.7 A, menunjukkan bahwa : PA = 3,45 mm, A = 3,00 mm,
nb = 9, dan k = 0,05 mm. Pada Gambar 2.7 B, menunjukkan bahwa : PB = 3,50 mm,
A = 3,00 mm, nb = 12, dan k = 0,02 mm. Gambar 2.7 C, menunjukkan bahwa :
PA = 3,52 mm, A = 3,00 mm, nb = 26, dan k = 0,02 mm.
2.1.3 Mikrometer
Mikrometer mempunyai kecermatan yang lebih baik / tinggi dibanding Mistar
ingsut. Pada umumnya mempunyai kecermatan ; 0,01 mm, 0,002 mm, 0,001 mm,
dan bahkan sampai 0,0005 mm (dibantu dengan sekala nonius). Konstruksi
Mikrometer untuk jangkauan 0 25 mm, dengan kecermatan / ketelitian dan nama-
nama bagiannya dapat dilihat pada Gambar 9.
Mikrometer adalah merupakan alat ukur yang presisi dengan pengukuran yang
akurat pada komponen-komponen mesin yang mempunyai demensi ukuran sangat
presisi, maka bentuk konstruksi mikrometer disesuaikan dengan bentuk benda ukur,
sehingga didapat kan hasil pengukuran yang sangat baik.
dengan garis indeks garis memanjang pada silinder tetap (setiap jarak skala harganya
0,01 mm), dan posisi garis-garis skala pada silinder putar dengan garis garis skala
nonius pada silinder tetap (seperti halnya pada mistar sorong).
Cara pembacaan ada tiga macam pembacaan, yaitu :
1. Pembacaan kasar (0.0, 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, 2.5 mm, dst.) dibaca pada skala
tetap dengan garis indeks ujung silinder putar.
2. Pembacaan halus (0.01 sampai 0.45 mm atau yang lain) dibaca pada skala
putar dengan garis indeks garis membujur pada silinder tetap.
3. Pembacaan dengan skala nonius (dengan kecermatan 0,001 mm atau yang lain)
dibaca pada garis-garis skala putar (sebagai skala utama) dengan garis-garis
skala nonius.
A B
Berdasarkan Gambar 2.13 dan Gamabar 2.14, Pembacaan mistar sorong dapat
dirumuskan sebagai berikut :
P = Pk + Ph + Pn Pn = nb . k
Yang mana : P = Pembacaan hasil pengukuran
Pk = Pembacaan kasar
Ph = Pembacaan halus
Pn = Pembacaan dengan skala nonius
Contoh : pada Gambar 2.13 A, menujukkan bahwa : PA = 6,98 mm, Pk = 6,50 mm,
Ph = 0,48 mm, dan Pn = 0. Gambar 2.13 B, menujukkan bahwa : PB = 6,48 mm,
Pk = 6,00 mm, Ph = 0,48 mm, dan Pn = 0. Sedang pada Gambar 2.14, menujukkan
bahwa : P = 6,487 mm, Pk = 6,00 mm, Ph = 0,480 mm, dan Pn = 0.007 mm (nb = 7
dan k = 0,001 mm)
Blok Ukur biasanya terbuat dari baja karbon tinggi, baja paduan, atau karbida
logam yang mengalami heattreatment (lihat Gambar 2.15).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki suatu alat ukur standar, yaitu :
1. Tahan aus, mempunyai kekerasan tinggi ( 65 RC )
2. Tahan korosi
3. Koefisien muai yang sama dengan komponen mesin
4. Kesetabilan demensi yang baik.
Blok ukur biasanya dapat dipakai sebagai standar untuk proses
kalibrasi alat ulur mistar sorang dan micrometer, ataupun pengukuran tak
langsung. Blok ukur ini terdiri dari beberapa buah dalam satu set blok ukur
(lihat Gambar 2.16).
Tabel 5. 1-set blok ukur = 112 buah dengan tebal dasar 1mm
No. Nilai ( Range ) Kenaikan Jumlah
1 1,001 1,009 0,001 9
2 1,010 1,490 0,01 49
3 0,50 24,50 0,50 49
4 25 100 25 4
5 1,0005 - 1
Jumlah 112
Tabel 6. 1-set blok ukur = 112 buah dengan tebal dasar 2mm
No. Nilai ( Range ) Kenaikan Jumlah
1 2,001 2,009 0,001 9
2 2,010 2,490 0,01 49
3 0,50 24,50 0,50 49
4 25 100 25 4
5 2,0005 - 1
Jumlah 112
Blok ukur terdiri dari berapa tingkatan / grade berdasarkan kulitas dan tingkat
toleransinya :
Dengan pembagian menurut grade ini, maka blok ukur digunakan sebagai
standar sesuai dengan grade kecermatannya (lihat Tabel 8).
Komporator
Alat ukkur ini mempunyai kepekaan dan kecermatan yang tinggi, oleh karena
itu komporator biasanya hanya digunakan sebagai pembanding ukuran pada
alat ukur standar yang akan dikalibrasi dengan alat ukur standar yang lain.
Gambar 2.25 Posisi garis-garis skala utama dengan skala nonius dan harganya pada
Mistar sorong
Cara pembacaan skala pada busur hamper sama dengan mistar sorong, kalau
dalam Mistar sorong dalam satuan mm atau inchi sedangkan pada Busur derajat dalam
satuan derajat (a ) menit (a) atau detik (a).
Profil proyektor dapat digunakan untuk benda yang berukuran relatif kecil all. :
1. Mengukur sudut / kountur
2. Mengukur jarak
3. Melihat permukaan ( surface )
2.3.4 Clinometer
Adalah alat ukur kemiringan bidang dengan menggunakan prinsip gabungan
alat ukur dari Busur bilah dan pendatar (spirit level).
Cara pemakaiannya, Clinometer diletakkan pada permukaan benda ukur, lalu piringan
skala diputar sampai posisi tabung gelembung udara dianggap datar (pembacaan
kasar), kemudian penepatan posisi kedataran gelembung udara dengan memutar
pemutar halus. (lihat Gambar 2.27)
Kepekaan dari pendatar (Waterpas) sangat tergantung dari tiga factor, yaitu :
1. Jari-jari kelengkungan tabung ( R )
2. Panjang dari bidang balok referensi bidang balok referensi, dan
3. Jarak garis-garis skala ( d )
Soal-soal Latihan (jawaban ditulis dengan tangan !, tidak boleh memakai Komputer)
1. Sebutkan jenis alat-alat ukur panjang !
2. Dari tool (alat ukur) yang telah didiskusikan dalam unit ini, pembacaan yang paling
akurat didapatkan dengan ___________________________.
3. Setelah membuat center mark dengan punch, ambil ______________ untuk
membuat lingkaran.
4. Caliper dan divider biasanya digunakan dengan sebuah tool yang disebut
__________________ untuk melakukan pengukuran.
5. Identifikasi tool berikut pada bagian yang telah disediakan.
(a) (b)
(c) (d)
20. Tunjukkan dengan gambar posisi garis-garis skala utama dengan skala nonius
pada mistar sorong dan jenis pebagiannya untuk pengukuran
a. 24,3 mm
b. 11,25 mm
c. 13,28 mm
d. 20,22 mm
e. 24,358 mm
21. Jelaskan langkah-langkah cara pengukuran benda ukur dengan mistar sorong yang
benar !
26. Apa pendapat anda tentang cara pengukuran dibawah ini? Jelaskan.
BAB III
Radius suatu benda ukur ataupun diameter suatu silinder yang berukuran
relative besar, sehingga tidak memungkinkan diukur dengan micrometer atau mistar
sorong (dengan cara pengukuran langsung), maka diperlukan cara pengukuran tak
langsung dengan bantuan Rol atau Bola baja.
Gambar 3.1 Pengukuran radius luar dengan dua rol berjarak tetap
L2 4hd h
R
8d h
Pembuktian rumus dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2 serta penurunnannya :
Gambar 3.2 Penurunan rumus Pengukuran radius luar dengan dua rol berjarak tetap
Lihat AOC
AC CO
AC = L
OC = R + h r
2R(d h) = L2 - h(d h)
L2 4hd h
R
8d h terbukti
R = L2 / 8(d h) h/2
Gambar 3.3 Pengukuran radius luar dengan dua rol diatas meja rata
R
L d 2 2h d 2 d 2
8d h
R
L d 2 bila h = 0 (tinggi Blok ukur)
8d
Gambar 3.4 Pengukuran radius dalam dengan mengukur beda tinggi ke 3 rol
d 2 dh
R
2h
d2 d
R
4d 2 d
2 2
Gambar 3.6 Pengukuran radius dalam dengan dua rol berjarak tetap
h 2 L2 / 4 dh
R
2h d
Diameter lubang benda ukur dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Lebar alur benda ukur dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Tidak semua sudut dari benda ukur dapat diukur dengan mudah yaitu dengan
alat ukur langsung (pengukuran secara langsung) bila dengan cara ini tidak bias, maka
dapat dilakukan pengukuran sudut dengan cara lain (dengan menggunakan bantuan
Rol atau Bola baja).
Gambar 3.9 Pengukuran Lubang konis dengan dua bola (untuk ukuran retif besar)
dr2 dr1 d 2 d1
Sin 2
2h1 h2 d 2 d1
Sedang untuk Lubang konis yang berukuran relatif kecil tidak mengguna kan
rol (hanya menggunakan dua Bola baja), sehingga menggunakan rumus :
d 2 d1
Sin 2
2h1 h2 d 2 d1
Gambar 3.10 Pengukuran Alur dengan sudut miring satu arah dengan dua bola (untuk
berukuran retif kecil)
Gambar 3.11 Pengukuran Alur dengan sudut miring satu arah dengan dua bola (untuk
berukuran retif besar)
h
Cos 2
d
Gambar 3.12 Pengukuran sudut antara dua bidang dengan 3 Rol baja
d h
Sin 2
2d
Gambar 3.13 Pengukuran Sudut antara dua bidang 60o sampai 90o
h
Sin
d
Soal-soal latihan (jawaban ditulis dengan tangan !, tidak boleh memakai Komputer)
1. Bagaimana cara pengukuran radius dari suatu benda ukur yang berukuran relative
besar (Mistar sorong dan micrometer tidak mampu) ?
2. Berapa besar Radius dalam (R) ? bila diameter Rol baja (d) = 10 mm dan jarak tepi
terjauh dari ketga Rol baja () = 28,215 mm, (lihat Gambar 3.5)
3. Pengukuran Radius luar dengan dua rol diatas meja rata, dengan diameter rol baja 12
mm, hasil pengukuran jarak tepi luar dari dua rol 125,36 mm. Kesalahan sistematis
pengukuran diameter rol = - 1 mikron, kesalahan sistematis pengukuran penentuan
jarak kedua rol = 2 mikron.
a. Berapa Radius benda ukur ?
b. Berapa kesalahan sistematis pengukuran Radius ?
4. Berapa besar sudut beda ukur seperti gambar dibawah ini :
d1 = 10 mm R1 = 10 mm
d2 = 25 mm R2 = 15 mm
H1 = 96,6 mm H2 = 7,5 mm
5. Pengukuran Radius dalam dengan 3 rol diatas, dengan diameter rol baja 12 mm, beda
tinggi 3 rol hasil pengukuran 2,36 mm. Kesalahan sistematis pengukuran diameter rol
= 1 mikron, kesalahan sistematis pengukuran penentuan tinggi = 0,5 mikron.
a. Berapa Radius benda ukur ?
b. Berapa kesalahan sistematis pengukuran Radius ?
BAB IV
ALAT UKUR SINUS
Gambar 4.2 Mengukur sudut dengan Gambar 4.3 Mengukur sudut dengan
jarak dua rol berubah-ubah (diukur) jarak dua rol tetap
h = h2 h1 h = h4 h3
= + d = arc sin (h/)
= arc sin (h/ )
Contoh :
Suatu benda menyudut dilakukan pengukukuraan dengan dua buah rol
berdiameter 10 mm, dihasilkan h1 = 31,20 mm, h2 = 66,34 mm, dan = 55,23 mm
h = h2 h1 = 66,34 31,20 = 35,14 mm
= + d = 55,23 + 10 = 65,23 mm
= arc sin (h/ ) = arc sin (35,14/ 65,23) = arc sin 0,5387
= 32,595o = 32o3542
Suatu benda menyudut dilakukan pengukukuraan dengan dua buah rol
berdiameter 12 mm berjarak 100 mm dihasilkan h4 = 76,20 mm, h3 = 41,18 mm.
h = h4 h3 = 76,20 41,18 = 35,02 mm
= arc sin (h/) = arc sin (35,02/ 100) = arc sin 0,3502
= 20,4995o = 20o 2958
Ada berapa cara untuk mengetahui sudut pada benda kerja berdasarkan Sinusnya :
- Batang Sinus (Sine Bar)
- Meja Sinus
- Senter Sinus
- Meja Sinus gabungan
- Busur Sinus
Pada prinsipnya batang sinus adalah sebuah pelat paralel yang bagian
bawahnya dipasangkan dua buah rol dengan diameter sama, dengan jajak sumbu pusat
L = 100 mm, 200 mm, atau 300 mm. Proses pengukuran dilakukan diatas Meja rata
(garis diarsir) (lihat Gambar 4.4).
Contoh :
Suatu benda ukur diukur sudutnya dengan Batang sinus dengan jarak kedua rol
100 mm dan diameter rol 16 mm, Rol angkat diangkat h = 34,884 mm, jika dial
indikator digeser sejauh = 50 mm menunjukkan ada selisih tinggi -0,012 mm.
Berapa besar sudut benda ukur tersebut ?
Gamabar 4.5 Pemerisaan kesejajaran permukan Meja rata dengan Benda ukur
Penyelesaian :
h y
Sin
L
L
yd = (-0,012) . 100/50 = -0,024 mm
'
34,884 0,024
Sin = 34,908/100 = 0,34908 = 20 25 51
100
4.2. Meja sinus
Meja sinus merupakan pengembangan prinsip dari batang sinus. Salah satu
rolnya berfungsi sebagai engsel antara plat atas dengan plat dasar, sedang rol satunya
sebagai rol angkat (yang diangkat / diselipkan Gage block). Meja sinus biasanya
digunakan untuk mengerjakan benda kerja menyudut (pisau, matres) pada mesin
Gerinda datar (Surface grinding) dengan sistim pengikatan magnit atau pengekleman
dengan ulir. (lihat Gambar 4.6)
Seperti halnya Batang sinus, hanya benda ukurnya berbentuk silindris konis.
(lihat Gamabr 4.7)
Adalah dua Meja sinus yang digabungkan, dimana plat atas dari Meja sinus
bawah sebagai pelat dasar dari meja sinus atas, dengan kedua sumbu engsel
berpotongan tegak lurus, sehingga dapat untuk mengerjakan atau mengukur benda
yang menyudut dua arah. (lihat Gambar 59)
Adalah kombinasi Busur bilah dengan Batang sinus (jarak dua rol L sudah
ditentukan). Pemakaiannya seperti busur bilah setelah dipastikan bilah muka ukur
berimpit dengan permukaan benda ukur dengan rapat, lalu bilah dikunci, setelah
menghukur jarak rol angkat dengan pelat dasar ( h ), dan harga sudutnya dihitung
dengan rumus sinus.
Soal-soal latihan (jawaban ditulis dengan tangan !, tidak boleh memakai Komputer)
1. Apa kegunaan Meja sinus ?
2. Apa kegunaan Meja sinus gabungan ?
3. Apa kegunaan Senter sinus ?
4. Busur digunakan untuk . Dan bagaimana cara pengukurannya?
5. Tentukan pengaturan pada Meja sinus (jarak sumbu kedua rol 100 mm) dan
susunan gage blok M 58, serta gambarkan secara sketsa posisi beda kerja,
untuk benda kerja seperti gambar dibawah ini.
15o
PISAU PERATA
6. Suatu Busur sinus mempunyai jarak rol 25 mm, digunakan untuk mengukur sudt 12
30, tentukan susunan Blok ukur pada rol angkatnya !
BAB V
ULIR ( Threads)
Menurut Standarisasinya :
a. Metris
b. Whithwort
c. Univied
Misal, W 1 - 10 Misal, G 1 - 12
5.2. Syarat dua ulir (luar / baut dengan dalam / mur) dapat dipasangkan :
1. Jenis ulir sama
2. Pith / lead nya sama
3. Diameter ulir bersesuaian
Membuat ulir dengan mesin bubut digiunaakan pahat (tool) khusus ulir (Pahat
ulir) sesuai dengan jenisnya :
- Pahat ulir metris dan Uni, ujungnya bersudut 60o
- Pahat ulir whithwort, ujungnya bersudut 55o
- Pahat ulir trapezium, ujungnya berbentuk trapesium, dsb.
Dengan mesin bubut kita dapat bermacam-macam jenis ulir, baik yang standar
maupun yang tidak standar.
Dalam proses pembuatan ulir pada mesin bubut yang harus diperhatiakan adalah
Perbandingan jumlah putaran Spindle (benda kerja) dengan Poros transporter, hal ini
harus sesuai. Perbandingan putaran ini diperoleh dari susunan pasangan roda gigi
(change gears) yang menghubungkan poros spindle dengan poros transporter.
Perbandingan putaran ini atas dasar perbandingan Kisar (Lead) ulir pada benda kerja
dengan Kisar (Lead) ulir pada poros transporter.
5. 5. Toleransi Ulir
Dalam proses pembuatan ulir, maka toleransi ulir cukup diberikan pada tiga
jenis diameternya, yaitu :
- Diameter mayor
- Diameter minor dan
- Diameter pits
Seperti halnya dengan prinsip toleransi pada poros dan lubang sesuai dengan
standar ISO R 965 (general purpose metric screw thread tolerance), maka toleransi ulir
juga didefinisikan terhadap tiga faktor, yaitu :
- Garis nol
- Penyimpangan fundamental dan
- Besar daerah toleransi
Harga dari penyimpangan fundamental tergantung dari simbul (kelas toleransi) yang
dipakai dan harga pitsnya. Dan dirumuskan sebagai berikut :
esh = 0
Gambar 5.6 Toleransi ulir luar dan ulir dalam (Mur dan Baut)
Tabel 11.1 Angka kualitas toleransi Ulir luar dan Ulir dalam
Sebagai dasar perhitungan adalah angka kualitas 6 dan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Daerah toleransi diameter mayor baut, Td(6) = 180.p2/3 3,12/p
Untuk angka kualitas yang lain (selain 6), besar daerah toleransi dihitung
menggunakan rumus (angka kualitas 6) kemudian dikalikan dengan faktor pengali
pada tabel 11.2.
Tabel 11.2 Faktor pengali besar daerah toleransi sesuai dengan kualitas
Daerah toleransi untuk diameter pits mur (TD2) dihitung dengan rumus {Td2(6)}
kemudian dikalikan dengan faktor pengali pada tabel 11.3.
Contoh 1 :
Suatu ulir luar ( baut ) metrik M10x1,5 dengan ukuran diameter nomina d
= 10 mm dan harga pits p = 1,5 mm. Maka harga penyimpangan fundamental bagi
daerah toleransi diameter mayor, diameter minor, dan diameter pitsnya, apabila baut
dibuat dengan kelas g,
= d 1,08254.p 0,10825.p
= 10 1,08254.1,5 0,10825.1,5
Contoh 2 :
Seperti contoh No. 1 dibuat dengan kualitas 8. Maka besar daerah toleransi-nya
adalah :
dmax = 9,968 mm
d1max = 8,214 mm
d2max = 8,994 mm
Sedangkan harga diameter inti baut minimum, lihat Gambar 5.6, adalah :
= 10 - 1,08254.1,5 0,86603.1,5/4
Soal-soal latihan (jawaban ditulis dengan tangan !, tidak boleh memakai Komputer)