Proses Produksi Bioetanol Dari Molase
Proses Produksi Bioetanol Dari Molase
Proses Produksi Bioetanol Dari Molase
Dewasa ini, bioetanol semakin naik pamor seiring semakin banyaknya penelitian dan inovasi
mengenainya terkait manfaatnya yang begitu besar, contohnya sebagai bahan bakar alternatif.
Untuk membuat bioetanol, digunakan bahan baku dengan kadar gula yang tinggi. Salah
satunya adalah molases/tetes tebu yang merupakan produk samping pabrik pengolahan tebu
dengan kandungan gula mencapai lebih dari 50%. Berikut ini adalah penjabaran umum
proses pembuatan bioetanol dari molase tersebut.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari tetes molase, yaitu:
b. Urea
c. NPK
f. Air
d. Pompa
e. Pipa decanter
g. Pre-fermentor tank
h. Fermentor tank
PRE-TREATMENT
Disiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol, antara lain: molase
(kadar gula 50%), urea, NPK, fermipan, air. Molase yang digunakan berasal dari limbah
pabrik gula pasir. Ketika pabrik gula sedang berhenti menggiling karena periodisasi (pabrik
gula hanya beroperasi 6 bulan), maka molase yang digunakan berasal dari cadangan yang
telah disimpan sebelumnya pada beberapa tangki berukuran 5000 16000 ton yang terdapat
pada gudang penyimpanan tetes.
Kadar gula dalam molase terlalu tinggi untuk proses fermentasi. Oleh karena itu, molase
perlu diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan dalam molase kurang lebih
14%. Penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya lalu diaduk hingga
merata. Tahap ini detailnya terbagi menjadi 3, yaitu:
Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan kapasitas timbang tertentu
dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup berupa katup buangan yang dioperasikan secara
manual. Dan juga panel on-off pompa tetes yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya
dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpanan tetes untuk setiap harinya.
Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes dengan kapasitas tertentu
yang dilengkapi dengan pancaran uap air panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk
dan pemanas tetes. Cara kerjanya yaitu air panas bersuhu 70OC dimasukkan ke dalam tangki
pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang telah ditimbang. Setelah
itu disirkulasi dengan menggunakan pompa hingga tetes dan air tercampur dengan baik.
Setelah pencampuran selesai, campuran dipanaskan hingga suhunya mencapai 90OC. Tujuan
diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan, sedangkan pemanasan
dengan uap air panas adalah untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan
baik, ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 96,5% sampai pH mencapai 4,5
5. Pemberian asam sulfat bertujuan untuk mengendapkan garam-garam mineral di dalam tetes
dan untuk memecah disakarida (sukrosa) di dalam tetes menjadi monosakarida berupa
senyawa d-glukosa dan d-fruktosa.
c. Tahap pengendapan
Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi dengan pipa decanter.
Larutan tetes dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan diendapkan selama 5
jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama endapan garam.
Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang terjadi pada mash column (kolom
distilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui
decanter dan heat exchanger (HE). HE ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30OC
sebagai syarat operasi fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan kotoran-
kotoran dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes (tangki
sludge).
Sisa cairan tetes sebanyak 5% volume dari tangki pengendap tetes yang berupa endapan
kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki pengendap melalui pipa decanter untuk
ditampung di tangki sludge hingga mencapai volume tertentu. Kemudian cairan tetes
diendapkan hingga waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke tangki mixing.
Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi bahan baku berupa tetes agar bahan
baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa harus membuang sebagian yang tersisa.
Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan pipa
aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk
mengembangbiakkan ragi jenis Saccharomyces cerevisiae dengan menggunakan media tetes.
Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali dengan cara memasukkan air proses
bersuhu 15OC dan tetes dari tangki pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan
mencampurkannya, yang disertai dengan aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu
untuk mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk konsumsi kebutuhan
oksigen bagi ragi Saccharomyces cerevisiae yang berlangsung pada suasana aerob. Selain itu
juga menjaga suhu tangki konstan pada 30OC dengan mengalirkan air pada dinding luar
tangki. Jika tidak dijaga, maka ragi yang sedang dikembangbiakkan akan terganggu
kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist)
yang telah dilarutkan dengan air secukupnya. Bahan aktif yang terkandung dalam ragi roti
yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) yang dapat memfermentasi gula menjadi etanol.
Kebutuhan ragi sebanyak 0,2% dari kadar gula dalam larutan molase.
Untuk keperluan nutrisi ragi, ditambahkan urea dan NPK. Kebutuhan urea sebanyak 0,5%
dari kadar gula larutan fermentasi. Sedangkan kebutuhan NPK sebanyak 0,1% dari kadar gula
larutan fermentasi. Urea dan NPK dihaluskan dengan penggerusan lalu dimasukkan.
Ditambahkan pula PHP dengan tujuan untuk mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu
4.5 5. Dari hasil campuran ini didapatkan biakan ragi.
5. Tahap fermentasi
Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran
air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi pada 30 32OC.
Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan alkohol dengan kadar 8,5 9% atau lebih.
Pertama dimulai dengan sterilisasi tangki fermentor yang masih kosong dengan uap air panas
(steam) sampai suhu 121OC lalu membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30OC.
Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu 30OC, larutan tetes, dan proses fermentasi ini
berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah dibiakkan pada tangki pre-
fermentor dipompa masuk ke tangki fermentor. Setelah itu, tetes dipompa masuk ke tangki
dan proses berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 5. Untuk
nutrisi ragi dimasukkan urea dan NPK. Sedangkan turkey red oil ditambahkan sebagai anti
foam untuk mencegah pembentukan foam selama proses terjadi. Tahap fermentasi
berlangsung hingga kadar alkohol mencapai 8,5 9%. Setelah kadar tersebut terpenuhi,
larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan antara hasil fermentasi
(cairan mash) dengan ragi (yeast cream). Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter
yang merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga ragi (yeast cream) dengan cairan hasil
fermentasi (cairan mash) yang memiliki perbedaan massa jenis dapat dipisahkan. Dari hasil
fermentasi, tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar 80 90% saja. Sisanya 10 20
% tidak diambil raginya karena mengandung kotoran-kotoran sisa berupa endapan garam
mineral. Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini langsung masuk ke tangki mash (mash
tank). Dan selanjutnya didestilasi sehingga menjadi alkohol prima (fine alcohol) dengan
kadar mencapai 96,5%.
Pada tahap fermentasi terjadi reaksi hidrolisa, di mana sukrosa diubah menjadi glukosa.
Persama reaksi hidrolisa yaitu:
Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, yaitu glukosa diubah menjadi etanol dan
air.
Selain reaksi utama terjadi pula reaksi samping yang menghasilkan asam asetat, asetaldehid,
dan funel oil.
Setelah proses fermentasi selesai, berlanjut ke tahap purifikasi yang terdiri dari unit destilasi.
Cairan fermentasi dimasukkan ke dalam evaporator. Panaskan evaporator dan suhunya
dipertahankan 79 81OC. Pada suhu ini, etanol sudah menguap, sedangkan air tidak
menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran
distilator. Distilasi pertama biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar
distilasi masih di bawah 95% maka perlu dilakukan distilasi ulang hingga kadar etanolnya
95%.
Proses distilasi ini dilakukan dengan metode distilasi bertingkat dengan jumlah 5 buah kolom
distilasi. Tiap-tiap kolom distilasi memiliki beberapa jumlah dan ukuran tray tertentu dengan
jenis plate bubble cup yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya untuk memisahkan
alkohol dari senyawa-senyawa pengikutnya. Alat untuk distilasi terdiri dari 5 kolom distilasi
utama yaitu:
Setelah kadar etanol 95% tercapai, selanjutnya dilakukan dehidrasi atau penghilangan air.
Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.