Makalah Pengelolaan Keuangan Daerah Pak Gung

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

A.

Latar Belakang
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa baik buruknya tata pemerintahan dijalankan
mempunyai hubungan kausualitas yang erat dengan hasil-hasil pembangunan. Misalnya,
penelitian Kaufmann, Kraay, dan Zoido-Lobaton (1999) menunjukkan bahwa kenaikan
satu standar deviasi salah satu indikator pemerintahan menyebabkan kenaikan antara 2,5
sampai 4 kali pendapatan per kapita (range yang sama juga berlaku untuk penurunan
angka kematian bayi), dan kenaikan tingkat melek huruf huruf antara 15 sampai 25
persen.
Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan hubungan kausalitas positif antara
efisiensi birokrasi dan menurunnya tingkat korupsi dengan pertumbuhan ekonomi dan
investasi asing. Bagi Indonesia, relevansi konsep ini menjadi sangat tinggi setelah banyak
pihak menyalahkan bad/poor governance sebagai faktor penyebab utama negara ini
menjadi yang kondisi sosial ekonominya paling buruk di antara sekian banyak negara
Asia yang terkena krisis moneter 1997. Untuk hal tersebut, maka good governance harus
segera dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat mendukung terwujudnya good
governance dalam meningkatkan kepuasan masyarakat dalam menikmati layanan
pemerintah. Good governance tidak terlepas dari sistem pengelolaan keuangan.
Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan
mendasar dengan ditetapkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut telah memberikan kewenangan
lebih luas kepada pemerintah daerah. Kewenangan yang dimaksud diantaranya adalah
keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target
penggunaan anggaran.
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Di sisi lain tuntutan
transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era
reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah

1
Daerah. Transparansi dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat
mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh
pemerintah dalam menjalankan fungsinya beserta sumber daya yang digunakan.
Sedangkan akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Peraturan tentang
pengelolaan keuangan daerah di atur dalam Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
beserta turunannya yakni Peraturan menteri Dalam negeri Nomor 13 tahun 2006 beserta
perubahannya yang terakhir yakni Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 21 Tahun
2011. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 merupakan implementasi dari
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah. Meskipun saat ini
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014, namun Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah belum ada penggantinya sehingga sampai saat ini PP dimaksud masih
tetap dijadikan pedoman bagi daerah karena prinsip pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 masih tetap sama seperti UU
Nomor 32 Tahun 2004.
Menurut UU Nomor 23 tahun 2014, Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan
barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut. Yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang
merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom
ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Karena
pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah
merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara.
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan
aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

2
dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan
elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan
keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Untuk mengawal hal tersebut, maka pengelolaan keuangan daerah harus benar-benar dibuat
dengan professional. Professional artinya berawal dari pemikiran sebanyak-banyaknya orang.
Profesional juga bermakna bahwa pengelolaan keuangan daerah haruslah cermat sehingga
mampu terlaksana dengan efektif. Dan Profesional tentunya sangat kreatif guna mempercepat
tercapainya tujuan dan cita-cita daerah. Untuk mengawal hal tersebut maka diperlukan orang
yang tepat untuk memimpin perangkat daerah pengelolaan keuangan daerah tersebut.

B. Usulan Renstra Jabatan


1. Tupoksi Jabatan
Kepala .. mempunyai tugas :

Mengkoordinasikan (berapa) bidang antara lain :


a. Kepala Bidang . mempunyai tugas :
1) .
2) dst
b. Kepala Bidang mempunyai tugas :
1) .
2) dst
2. Analisis Konseptual
a. Peraturan Perundang-undangan di dalam pengelolaan keuangan daerah

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan


Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Pasal 18 A dijelaskan
bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Berkaitan dengan

3
pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya terdapat beberapa
peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut. adapun Peraturan
tersebut antara lain :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab
pengelolaan Keuangan Negara
4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
5. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah
6. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU
Nomor 32 Tahun 2004
Undang-Undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah yang
dituangkan dalam Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
b. Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain
yang dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup
keuangan daerah meliputi hal-hal dibawah ini:
hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman ;
kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah.
pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak
semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan
pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayan bersih;
pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali
istilah pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan

4
belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih;
kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU
keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain
adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan
kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga,
atau perusahaan negara/daerah

c. Prinsip Manajemen Keuangan Daerah


1. Akuntabilitas
Pengambilan suatu keputusan sesuai dengan mandat yang
diterima. Kebijakan harus dapat diakses dan dikomunikasikan
2. Value for Money
Prinsip ini dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan
daerah dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan
efisien
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik
Dalam pengelolaan harus dipercayakan kepada pegawai yang
punya integritas dan kejujuran yang tinggi.
4. Transparansi
Keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan
keuangan daerah sehingga dapat diawasi oleh DPRD dan
Masyarakat.
5. Pengendalian
Monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran APBD
d. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah

5
Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental
Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
2. Perencanaan operasional

Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana


Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
3. Penganggaran
Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
4. Pengendalian dan pengukuran
Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.
5. Pelaporan dan umpan balik
Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan
laporan keuangan.
Salah satu masalah yang penting dalam pengelolaan keuangan daerah
adalah anggaran. Keberadaan anggaran merupakan cerminan program kerja
daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah. Oleh karena itu penyusunan APBD harus dilakukan
secara cermat dengan melakukan pengkajian yang komprehensif. Dalam PP
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan
bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat,
menggolongkan, menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-
transaksi keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Fungsi APBD :
1. Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan
untuk dilaksanakan.
2. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.

6
3. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
4. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran,
dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi, dan
efektifitas perekonomian daerah.
5. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam
penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat
untuk memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka
untuk menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib
menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
(1) Laporan Realisasi Anggaran,
(2) Neraca,
(3) Laporan Arus Kas, dan
(4) Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan
keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.
e. Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, khususnya pasal


30-32 menjelaskan tentang bentuk pertanggungjawaban keuangan negara. Dalam
ketentuan tersebut, baik Presiden maupun Kepala Daerah (Gubernur/Bupati
/Walikota) diwajibkan untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh BPK selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir (Bulan
Juni tahun berjalan). Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang mana penyajiannya berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan

7
(SAP), dengan lampiran laporan keuangan perusahaan negara/BUMN pada LKPP
dan lampiran laporan keuangan perusahaan daerah/BUMD pada LKPD.
Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dijelaskan secara rinci pada
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah. Khususnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan
wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja.
Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas hirarki penyusunan laporan
keuangan pemerintah dan keberadaan pihak-pihak yang bertanggung-jawab
didalamnya, serta menjelaskan pentingnya laporan kinerja sebagai tambahan
informasi dalam pertanggungjawaban keuangan negara.
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak
dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan
pemeriksaan telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua
jenis pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara,
yaitu pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.

3. Renstra Jabatan
Renstra jabatan yang diajukan adalah:
Meningkatkan Pengelolaan Keuangan Daerah yang berkualitas, transparan,
akuntabel, efektif dan efisien dengan menggunakan Teknologi Informasi Terkini.
Sesuai dengan amanat PP No. 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual, maka saat ini Pemerintah Kota Denpasar telah
mengimplementasikan Accrual Basis Accounting untuk pengelolaan keuangan di
daerah. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pendapatan, beban,
aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual serta mengakui
pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/ APBD. Basis ini sesuai dengan
lampiran 2 dari PP 71/2010. Untuk mendukung pelaksanaan Akuntansi Berbasis
Akrual itulah maka BPKAD mulai mempersiapkan suatu Sistem Informasi
Manajemen yang berkualitas yang mampu menghimpun seluruh database yang ada

8
sehingga akses data dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Salah satu
rencana yang harus dilakukan dalam waktu dekat ini adalah mengkoneksikan
pengelolaan keuangan dan pengelolaan aset daerah. Perkembangan teknologi
informasi yang menuntut BPKAD lebih cepat tanggap terhadap perubahan yang
cepat ini dan mempersiapkan diri untuk membangun suatu Sistem Informasi yang
berkualitas untuk mempermudah pengelolaan keuangan dan aset daerah di Kota
Denpasar sehingga Kedepan akan diimplementasikan SIMDA yang berbasis
Internet yang bisa digunakan untuk real time processing of data sehingga di mana
saja SIMDA dapat di akses, tidak mesti saat berada di kantor saja.

LAMPIRAN KERTAS KERJA

a. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menurut UU Nomor 25 Tahun 2004


dikaitkan dengan Sistem Penganggaran :

9
b. Tahapan Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah

Tahapan Jadual Pelaku/aktor Sumber Keluaran


(bulan)
2. Hasil penjaringan Mengacu pada dokumen RKPD,
Penyusunan Awal Juni
Bupati aspirasi masyarakat, Pemda menyusun Dokumen
Rancangan
KUA 3. RKPD, RPJMD, rancangan KUA memuat :
TAPD (Sekda, Renstra SKPD, - Target kinerja yang terukur dari
Bappeda dan Dokumen APBD, program-program yang akan
kepala SKPD) KUA dan PPA tahun dilaksanakan berdasarkan urusan
lalu pemerintahan daerah
- Proyeksi pendapatan daerah,
alokasi belanja, dan pembiayaan
beserta asumsi-asumsi kebijakan
fiskal daerah

1. TAPD (Bappeda Rancangan KUA Dokumen kesepakatan rancangan


Pembahasan Akhir
dan SKPD) KUA antara TAPD dan panitia
dan Juni-awal
2. Panitia anggaran anggaran DPRD
Penetapan Juli
DPRD
rancangan
KUA
1. TAPD (Bappeda Kebijakan Umum - Dokumen kesepakatan
Penyusunan Akhir Juli
dan SKPD) APBD rancangan PPAS menjadi PPA
dan
2. Panitia anggaran yang memuat prioritas
pembahasan
DPRD program dan anggaran
rancangan
masing-masing program
PPAS
menurut urusan wajib dan
pilihan pemerintah daerah
- Dokumen kesepakatan KUA
dan PPA
Masing-masing Kebijakan umum Dokumen RKA SKPD yang
Penyusunan Agustus
SKPD APBD, PPA, dan SE memuat rencana pendapatan,
dan
Bupati tentang Plafon belanja, dan pembiayaan
penetapan
Anggaran berdasarkan prestasi kerja
RKA SKPD
Kepala Perangkat Kebijakan umum Dokumen hasil evaluasi RKA
Evaluasi September
Daerah dan tim APBD, PPA, dan SE masing-masing perangkat daerah
RKA-SKPD
anggaran kabupaten Bupati tentang Plafon
Anggaran
Pemerintah daerah RKPD hasil Dokumen kesepakatan rancangan
Pengajuan Oktober
dan DPRD Musrembang, Renja APBD yang diusulkan pemerintah
Raperda
SKPD, Hasil daerah untuk dibahas di DPRD
tentang
penjaringan aspirasi
APBD ke
DPRD
DPRD, SKPD RKPD hasil Nota kesepakatan DPRD atas
Pembahasan Nopember
Musrembang, Renja rancangan APBD
RAPBD
SKPD, Hasil

10
penjaringan aspirasi
Gubernur Kesesuaian dengan Dokumen hasil evaluasi atas
Evaluasi Nopember
peraturan perundang- RAPBD untuk ditetapkan menjadi
RAPBD
undangan dan tidak Perda APBD
bertentangan dengan
kepentingan umum
Bupati, DPRD Dokumen Perda APBD
Penetapan Desember
APBD
Bupati, DPRD Perda APBD Dokumen peraturan bupati
Penjabaran Paling
penjabaran APBD, DPA SKPD
APBD lambat 1
bulan
setelah
ditetapkan

c. Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD (UU 17/2003, UU 25/2004, UU


33/2004, UU 23/2014)

11
d. Kalender Perencanaan Penganggaran Tahunan

12

Anda mungkin juga menyukai