Makalah Ganti Perban

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembngan sistem transportasi di Indonesia terbilang sudah mengalami kemajuan
yng cukup signifikan dari tahun ke tahun, baik transportasi darat, transportasi udara,
transportasi laut dan transportasi sungai. Hal ini terlihat dengan hadirnya fasilitas-fasilitas
pendukung yang terus dikembangkan. Contohnya seperti jalan yang sudah diperluas,
jembatan , Pelabuhan, Bandara Udara, Terminal dan lain sebagainya. Walaupun kondisi
saat ini sarana transportasi di Indonesia masih memiliki kelemahan, seperti dibeberapa
daerah di Indonesia yang belum memiliki jalan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu
diharapkan adanya satu sistem pemerintahan yang membangun infrastruktur di bidang
transportasi, sehingga kedepannya semua fasilitas pendukung transportasi lebih
maksimal. Dengan begitu masalah-masalah transportasi di Indonesia seperti kemacetan,
kecelakaan lalu lintas baik di darat, udara, laut maupun sungai bisa diminimalisir.

Dengan adanya perkembangan sistem transportasi di Indonesia, mobilitas penduduk


pun ikut meningkat. Namun akibat kamajuan ini juga mempunyai dampak negatif yaitu
semakin tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan timbulnya
cedera, salah satunya cedera di kepala. Akibatnya bagi pasien dan keluarga dapat
mempengaruhi perubahan fisik maupun psikologis. Maka dengan demikian peran tenaga
medis sangatlah penting.

Seiring berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan
medis yang semakin canggih dan maju maka masyarakat dapat melakukan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam
rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Dengan
petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah dengan diagnosa yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik.

1
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001). Pada pasien cedera kepala nutrisi
merupakan komponen penting. Oleh karena itu nutrisi harus di berikan secara dini agar
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ketika stabilitas hemodinamik dicapai. Pada pasien
cedera kepala terjadi gangguan keseimbangan metabolisme tubuh, berupa
hipermetabolisme dan katabolisme, sehingga tubuh dapat kekurangan protein dan
cadangan nutrisi. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar atau pasien yang
mengalami kesulitan menelan dengan cara di pasang alat Nasogastric Tubes (NGT). Alat
ini digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic yang dipasang
melalui hidung sampai lambung. Hal inilah yang membuat penulis membuat makalah
yang berjudul Tindakan Prosedur Pemasangan Nasogastric Tubes (NGT) Pada Pasien
Cedera Kepala (Head Injury) Di Ruang ICU RSU Cut Meutia yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti pratikum diharapkan penulis dapat mengganti perban pasien agar
dapat mencegah infeksi dengan cara menjaga agar luka tetap dalam keadaan bersih.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah mengikuti pratikum diharapkan penulis mampu:
1. Melakukan tindakan pembersihan luka
2. Melakukan tindakan mengganti perban
3. Mengetahui kontraindikasi pemasangan nasogatric tubes (NGT)
4. Mengetahui tujuan pemasangan nasogatric tubes (NGT)
5. Mengetahui peralatan yang perlu dipersiapkan untuk pemasangan nasogatric tubes
(NGT)
6. Mengetahui tentang bahayanya cedera kepala (head injury)
7. Mengetahui penyebab dan gejala dari cedera kepala (head injury)
8. Dapat melakukan therapy terhadap pasien yang mengalami cedera kepala (head
injury)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Teoritis Jenis Tindakan/Perasat
2.1.1 Pengertian Nasogatric Tubes (NGT)
Nasogatric Tubes (NGT) merupakan istilah yang merujuk pada pemasangan suatu
selang yang dimasukkan melalui rongga hidung sampai ke lambung. Alat ini adalah alat
yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic yang dipasang
melalui hidung sampai lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan cair atau padat yang dicairkan kepada seseorang yang tidak mampu untuk
mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral.

Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan cairan/isi dari lambung dengan cara
disedot dan gas yang ada dalam lambung. Serta alat ini dapat melakukan irigasi karena
adanya pendarahan dalam lambung atau keracunan dalam lambung, mencegah atau
mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma dengan cara
mendekompresi lambung, mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium
dan menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran pencernaan (tujuan
diagnostik).

Nasogatric Tubes (NGT) diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Dewasa ukurannya 16-18 Fr


2. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
3. Bayi ukuran 6 Fr

2.1.2 Indikasi Pemasangan Nasogatric Tubes (NGT)


1. Pasien Dewasa :
a. Pasien dengan trauma abdomen.
b. Pasien dengan perdarahan pada saluran pencernaan atas.
c. Pasien dengan keadaan tidak sadar (koma).
d. Pasien kesulitan menelan.
e. Pasien yg keracunan.
f. Pasien yg muntah darah.
g. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut.
h. Fraktur tulang rahang tidak dapat menelan karena paralisis tenggorokan.
2. Pasien Bayi/Balita:

3
a. Bayi yang tidak dapat makan
b. Bayi dengan kanker
c. Bayi dengan sepsis
d. Bayi dengan trauma
e. Bayi premature

2.1.3 Kontraindikasi Pemasangan NGT


1. Padapasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus
2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal

2.1.4 Tujuan Pemasangan Nasogatric Tubes (NGT)


1. Memberikan nutrisi dan obat-obatan cair atau padat yang dicairkan kepada pasien
yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara
oral.
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar.
3. Mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yg terdapat didalam lambung, contohnya
mengeluarkan darah pada pasien yg mengalami muntah darah atau pendarahan pada
lambung.
4. Mengirigasi dikarenakan pendarahan/keracunan.
5. Mencegah/mengurangi Nausea Vomitus.
6. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium dan menentukan
jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran pencernaan (tujuan diagnostik).

2.1.5 Persiapan Alat


- Pinset anatomi 2 buah
- Pinset chirugi 1 buah
- Gunting runcing bila ingin mengangkat jahitan
- Sarung tangan steril
- Kassa
- Kom
- Salap antiseptic
- Larutan antiseptic
- Larutan pembersih

4
- Nacl/aquabides
- Alas
- Kantong plastic
- Sufratul (jika perlu)
2.1.6 Prosedur Tindakan Mengganti Perban

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Cedera Kepala (Head Injury)
1. Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung
atau deselerasiterhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan
otak. (Pierce Agrace & Neil R. Borlei, 2006 hal 91)
2. Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh masa
karena hemoragik, serta edema serebral do sekitar jaringan otak. (Batticaca Fransisca,
2008, hal 96).
3. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnyakontinuitas otak(Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271).
4. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala, (Suriadi & Yuliani 2001),
5. Sedangkan menurut Black & Jacobs, (1993) cedera kepala adalah trauma pada otak
yang diakibatkan kekuatan fisik eksternal yang menyebabkan gangguan kesadaran
tanpa terputusnya kontinuitas otak.

2.2.2 Penyebab Cedera Kepala (Head Injury)


1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kecelakaan olah raga
3. Kecelakaan kerja
4. Kecelakaan rumah tangga
5. Penganiayaan
6. Tertembak atau pecahan bom
7. Jatuh
5
8. Cedera akibat kekerasan

2.2.3 Patofisiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun penyebab terseringnya
adalah kecelakaan lalu lintas. Jika hal tersebut terjadi, akan mengakibatkan terjadinya
trauma pada kepala sehingga dapat menimbulkan pendarahan, baik pendarahan
intracranial maupun ekstracranial. Pendarahan intracranial dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan TIK, akibat yang ditimbulkan yaitu sakit kepala hebat dan
menekan pusat reflek muntah di medulla yang mengakibatkan terjadinyamuntah
proyektil sehinggatidak terjadi keseimbangan antara intake dengan output.selain itu
juga dapat menyebabkan terjadi penurunan kesadaran dan aliran darah otak menurun,
maka akan terjadi hipoksia yang menyebabkan disfungsi serebral sehingga motorik
terganggu dan terjadinya sesak nafas.
Pendarahan ekstrakranial dibagi dua yaitu pendarahan terbuka dan tertutup.
Pendarahan terbuka (robek dan lecet) merangsang pelepasan mediator histamine
bradikinin prostaglandin yang merangsang stimulus nyeri kemudian diteruskan nervus
aferen ke spinoptalamus menuju ke kortek serebri sampai nervus eferen sehingga akan
timbul rasa nyeri. Sedangkan pendarahan tertutup hampir sama dengan pendarahan
terbuka dapat menimbulkan nyeri pada kulit kepala.

2.2.4 Tanda dan Gejala


1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat Hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorhea) bila fraktur tulang temporal.

2.2.5 Therapi
6
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.

2.2.6 Komplikasi
1. Hemorrhagie
2. Infeksi
3. Edema
4. Herniasi

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengumpulan Data


3.1.1 Pengkajian

Tanggal pengkajian : 16 Juni 2016

Jam : 16.15 WIB

3.1.2 Indentitas pasien

Nama :M

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Muara Dua

Pekerjaan :-

Pendidikan : Mahasiswi

Status : Belum Kawin

Ruang : ICU

Diagnosa : Cedera Kepala (Head Injury+susp Fx Basis Cranial)

3.2 Anamnesa
3.2.1 Data Subjektif

8
Pasien tampak lemas, pasien mengatakan pusing, nyeri, mual dan agak sesak nafas.

3.2.2 Data Objektif


- TD= 105/56 mmhg, pasien tampak lemah.

3.2.3 Prosedur Tindakan


1. Persiapan alat
a. Selang NGT sesuai ukuran
b. Pelumas/Jeli
c. Sudip lidah
d. Sepasang sarung tangan
e. Senter
f. Spuit berujung kateter 50-100cc
g. Plester
h. Stetoskop
i. Perlak dan handuk
j. Tisu
k. Klem
l. Segelas air
m. Nierbekken

2. Persiapan petugas

a. Cek catatan medis dan perawatan


b. Cuci tangan
c. Siapkan alat-alat
d. Memberi salam dan menyapa ibu pasien dengan ramah atau menyapa pasien
dengan panggilan yang disenangi
e. Memperkenalkan nama perawat
f. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien atau keluarga yang akan
dilakukan
g. Menjelaskan tentang kerahasiaan

1. Persiapan pasien

9
a. Mengkaji pasien yang diberi makan atau minum lewat NGT.
b. Mencocokkan identitas.
c. Menentukan pasien yang harus diberi makan atau minum personde
d. Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang akan dikerjakan (maksud dan tujuan).

e. Mengatur posisi pasien . Sikap pasien semi fowler sedikit flexi sedang untuk pasien
anak dengan 1 bantal

2. Langkah-langkah perasat
- Cuci tangan
- Siapkan alat-alat
- Memberi salam dan menyapa ibu pasien dengan ramah atau menyapa pasien
dengan panggilan yang disenangi
- Memperkenalkan nama perawat
- Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien atau keluarga yang akan
dilakukan
- Menjelaskan tentang kerahasiaan
- Pastikan tingkat kesadaran dan kemampuan pasien untuk mengikuti
instruksi.
- Periksa riwayat medis pasien apakah ada lesi nasal, polip berdarah, atau
deviasi septum nasal.
- Posisikan pasien pada posisi Fowler tinggi (pasien koma pada posisi semi Fowler).
- Letakkan perlak dan handuk di atas dada klien dan letakkan tisu dalam jangkauan
klien.
- Memakai sarung tangan.
- Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan:
Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga bawah lalu ke prosesus
xifoideus di sternum.
Metode Hanson
Mula-mula tandai 50cm pada selang, kemudian lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50cm
dan tanda tradisional.

10
- Beri tanda pada selang yang sudah diukur dengan menggunakan plester.
- Oleskan jeli sepanjang 10-20cm untuk menurunkan friksi antar membran mukosa
dengan selang.
- Ingatkan klien bahwa selang akan segera dimasukkan dan instruksikan
klien untuk mengatur posisi kepala ekstensi.
- Masukkan selang ke lubang hidung kiri. Jika terasa agak tertahan,
putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk dimasukkan.
- Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring.
Setelah melewati nasofaring (3-4cm), anjurkan klien untuk menekuk leher dan
menelan.
- Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit air(jika perlu). Tekankan
pentingnya bernafas melalui mulut.
- Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau klien tersedak,
sianosis, maka hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang di belakang
tenggorok dengan menggunakan sudip lidah dan senter. (selang mungkin
terlipat/menggulung di orofaring atau masuk ke trakea)
- Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan
klien untuk rileks dan bernafas normal.
- Periksa letak selang dengan:
Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada
perut di kuadran kiri atas klien (lambung), kemudian suntikkan 10-20 cc udara
bersamaan denganauskultasi abdomen.
diafragma stetoskop pada perut di kuadran kiri atas klie(lambung), kemudian
suntikkan 10-20cc udara bersamaan
Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung.
Memasukkan ujung bagian luar selang NGT ke dalam gelas
Memasukkan ujung bagian luar selang NGT ke dalam gelas yang berisi air. Jika
terdapat gelembung udara, maka selang masuk ke paru-paru. Jika tidak terdapat
gelembung udara, maka selang masuk ke lambung.
- Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan pada Hidung.
potong 10 cm plester ,belah menjadi dua sepanjang 5 cm pada salah satu
ujungnya. Memasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien
dan silangkan plester pada selang yang keluar dari hidung.

11
Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan memasang plester
- Setelah selesai, kemudian rapikan pasien lalu rapikan alat.
- Cuci tangan.
3. Evaluasi
- Mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang di berikan untuk memastikan
bahwa hasil yang di harapkan telah di capai.
- Cek kemampuan bicara tanpa kesulitan
- Secara rutin kaji kepatenan selang NGT
- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan Melakukan kontrak untuk tindakan
selanjutnya.

4. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (tanggal dan waktu pelaksanaan, hasil
tindakan, reaksi/respon pasien.

12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dengan adanya perkembangan sistem transportasi di Indonesia, mobilitas penduduk
pun ikut meningkat. Namun akibat kamajuan ini juga mempunyai dampak negatif yaitu
semakin tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan timbulnya
cedera, salah satunya cedera di kepala. Akibatnya bagi pasien dan keluarga dapat
mempengaruhi perubahan fisik maupun psikologis. Maka dengan demikian peran tenaga
medis sangatlah penting.

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001). Pada pasien cedera kepala nutrisi
merupakan komponen penting. Oleh karena itu nutrisi harus di berikan secara dini agar
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ketika stabilitas hemodinamik dicapai. Pada pasien
cedera kepala terjadi gangguan keseimbangan metabolisme tubuh, berupa
hipermetabolisme dan katabolisme, sehingga tubuh dapat kekurangan protein dan
cadangan nutrisi. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar atau pasien yang
mengalami kesulitan menelan dengan cara di pasang alat Nasogastric Tubes (NGT). Alat
ini digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic yang dipasang
melalui hidung sampai lambung. Sering juga digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan cair atau padat yang dicairkan kepada seseorang yang tidak mampu untuk
mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral.

Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan cairan/isi dari lambung dengan cara
disedot dan gas yang ada dalam lambung. Serta alat ini dapat melakukan irigasi karena
adanya pendarahan dalam lambung atau keracunan dalam lambung, mencegah atau
mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma dengan cara
mendekompresi lambung, mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium
dan menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran pencernaan (tujuan
diagnostik).

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menelaah dan memahami tentang pemasangan NGT dari pembahasan sebelumnya,
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang

sangatpenting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energy untuk


segalaaktivitas

dalam sistem tubuh. Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme danmakanan yang

dikonsumsinya. Tujuan dari pemasangan NGT adalah agar kebutuhannutrisipasien terpenuhi.


Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yangtudak mampu secara
mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhinyamelalui oral(mulut), enteral (
pipa lambung ), Parenteral.

5.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya, penulis dapat memberikan sumbangan
saran sebagai berikut: Peran tenaga medis di perlukan oleh masyarakat untuk itu pemasangan
NGT merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang perawat.

14
KEPUSTAKAAN

http://dokumen.tips/documents/makalah-ngt-55bd1956108ba.html diakses 17 Juni


2016
https://id.scribd.com/doc/90988154/MAKALAH-NGT diakses 17 Juni 2016

https://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/10/20/makalah-pemenuhan-kebutuhan-
nutrisi/ diakses 17 Juni 2016

http://abdulaziz-fkp10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35674-Keperawatan-
Proses%20pemasangan%20NGT.html diakses 17 Juni 2016

http://askep33.com/2016/02/22/sop-pemasangan-ngt/ diakses 17 Juni 2016

http://biomedisiana.com/prosedur-pemasangan-ngt-yang-benar/ diakses 17 Juni 2016

http://ndiirmha.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pemasangan-nasogatric.html diakses
17 Juni 2016

www.slideshare.net/yohanes12345/makalah-memberi-makanan-melalui-ngt diakses
17 Juni 2016

https://delimapersadalennyagustiara.wordpress.com/2013/10/24/nasogastric-tubes/
diakses 17 Juni 2016

15

Anda mungkin juga menyukai