Laporan Entomologi
Laporan Entomologi
Laporan Entomologi
PRAKTIKUM ENTOMOLOGI
I. TUJUAN
1. Mengatahui morfologi preparat anggota Crustacea
2. Mengetahui morfologi preparat anggota Myriapoda
3. Mempelajari siklus hidup, patogenitas, gejala klinis dan epidemiologi
Crustacea dan Myriapoda
II. Prinsip
1. Secara makroskopis diamati secara visual pada preparat yang sudah
disediakan
2. Secara mikroskopis diamati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
pada preparat objek glass yang sudah disediakan.
B. Mikroskopis
1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan kapas
yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10x atau 5x dan
lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati kemudian
diberi keterangan pada tiap bagian.
5. Pelajari siklus hidup, patogenitas, gejala klinis dan epidemiologi dari
masing-masing preparat.
VI. PEMBAHASAN
Crustacea
Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Crustacea disebut juga hewan
bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang paling
umum adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di air tawar
dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Tubuh Crustacea bersegmen
(beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta
abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar,
sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat
Myriapoda
Subkelas Diplopoda adalah hewan dari kelas Myriapoda yang sering disebut
sebagai si kaki seribu (milipedes), karena memiliki jumlah kaki yang sangat
banyak. Ciri sub kelas Diplopoda umumnya memiliki 30 pasang kaki atau lebih,
tubunhnya bulat memanjang (silinder), beberapa segmen menyatu, pada setiap
segmen terdapat dua pasang kaki, herbivora banyak dijumpai dalam; serasah,
tanah, bebatuan dan menghindar dari cahaya. Gerakannya sangat lambat, jika
terjadi getaran tubuh akan melingkar, pada kepala terdapat sepasang antena, dua
mata tunggal serta mulut tanpa taring bisa .
I. TUJUAN
1. Pengamatan Morfologi U. manicatus
2. Pengamatan Morfologi Mastigoproctus giganteus
3. Pengamatan Morfologi Mesothelae
4. Pengamatan Morfologi Sarcoptes scabie
5. Mempelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi Arachnida Ordo
Scorpiones, Araneae dan Astigmata
II. PRINSIP
1. Secara makroskopis diamati secara visual pada preparat yang sudah
disediakan
2. Secara mikroskopis diamati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
pada preparat objek glass yang sudah disediakan.
B. Mikroskopis
1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan
kapas yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10x atau
5x dan lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati
kemudian diberi keterangan pada tiap bagian.
5. Pelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi dari masing masing
spesies yang diamati.
Gambar 1. Kalajengking
Gambar 2. Ketungging
Gambar 3. Laba-Laba
V. PEMBAHASAN
Arachnida merupakan kelas hewan invertebrata Arthropoda dalam subfilum
Chelicerata. Istilah arachnid berasal dari bahasa Yunani arachne berarti laba-laba
dan juga merujuk pada figur mitologi Yunani, Arachne. Di dalamnya termasuk
hewan seperti laba-laba, kalajengking, tungau serta ketonggeng.
Hewan-hewan dari kelas Arachnida tersebut kebanyakan hidup bebas dan jauh
lebih umum di daerah yang hangat dan kering daripada di tempat lain. Pada
umumnya kelas arachnida ini adalah hewan pemangsa atau predator karena
hewan-hewan ini ada yang memiliki racun atau pencapit tajam untuk membunuh
mangsa. Arachnida umumnya hewan nokturnal, ketika siang hari bersembunyi di
celah-celah gelap dan liang. Arachnida jarang bergerak dan menunggu mangsa
bertemu dengannya.
Ordo Uropygi
―Kalajengking bercambuk, bentuk tubuhnya memanjang dan agak gepeng,
dengan ekor beruas yang ramping kira-kira sepanjang tubuh dan mempunyai
pedipalpus yang kuat, panjang tubuh maksimum kira-kira 80 mm, dan panjang
keseluruhan yang mencakup ekor mungkin 150 mm atau lebih. Tubuh ramping
dan tidak memiliki sengat, tubuhnya memancarkan cairan yang berbau seperti
cuka untuk pertahanan diri. C. A. dan N. F. Borror, D.J., Triplehorn (1996. hlm.
139)
Ordo Araneae
―Laba-laba merupakan kelompok besar (kira-kira 2.500 jenis), yang jelas
berbeda dan tersebar luas. Tubuh laba-laba terbagi menjadi dua bagian yaitu
sefalotoraks dan abdomen. Abdomen tidak beruas dan menempel pada
sefalotoraks oleh sebuah tangkai yang ramping. Sefalotoraks memiliki mata,
bagian-bagian mulut dan tungkai, abdomen memiliki struktur alat kelamin, spirakel,
anus, dan alat pembuat benang halus. Sefalotoraks tertutup di bagian dorsal oleh
karapas dan di sebelah ventral oleh sternum, di sebelah anterior sternum terdapat
satu keping yang kecil disebut labium. Mata sederhana terletak pada ujung
anterior dari karapas, kebanyakan mata laba-laba berjumlah delapan, tetapi
beberapa jenis memiliki lebih sedikit. Jumlah sususan mata memberikan petunjuk
untuk menentukan famili. C. A. dan N. F. Borror, D.J., Triplehorn (1996. hlm. 140)
Laba-laba memiliki ciri khas yang membedakannya dengan hewan lain yaitu dapat
membuat benang yang digunakannya dalam membuat sarang untuk mendapatkan
mangsa. Pada laba-laba di bagian ujung abdomen terdapat tiga pasang embelan
yang disebut spinerets. Bagian ini disebut juga organ pemintal. Organ tersebut
mempunyai pembuluh/saluran yang sangat kecil tempat dimana suatu cairan dari
kelenjar sutra dibagian perut melaluinya. Cairan tersebut akan mengeras di udara
dan membentuk benang. Benang itu digunakan untuk membuat sarang,
membentuk cocoon dan sebagainya. Adun Rusyana (2014. hlm. 149)
Laba-laba termasuk ke dalam ordo Araneae. Umumnya ada beberapa famili dari
ordo Araneae yang mudah untuk dijumpai, diantaranya:
Tetragnathidae, Oxyopidae, Linyphiidae, Lycosidae, Araneidae dan Thomisidae
I. TUJUAN
1. Melakukan Pengamatan Morfologi Peparat (Periplaneta Americana)
2. Melakukan Pengamatan Morfologi Peparat (T. cruzi)
3. Melakukan Pengamatan Morfologi Peparat (C.lectularius)
4. Mempelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi masing-masing
spesies yang di amati.
II. PRINSIP
1. Secara makroskopis diamati secara visual pada preparat yang sudah
disediakan
2. Secara mikroskopis diamati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
pada preparat objek glass yang sudah disediakan.
V. PEMBAHASAN
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).adalah salah satu kelas dari
Arthropoda yang memiliki tubuh terbagi menjadi caput, thorax dan abdomen. Pada
caput terdapat sepasang antena, sedangkan pada thorax terdapat tiga pasang
extremitas namun pada hewan dewasa terdapat satu atau dua pasang sayap.
Insecta memiliki warna tubuh yang menarik dan bervariasi atau tidak menarik
sama sekali. Insecta hewan berdarah dingin, beberapa insecta dapat bertahan
hidup dengan periode pendek pada suhu beku, namun ada juga yang dapat
bertahan hidup dalam periode panjang pada suhu beku.
Karakteristik :
1. Tubuh dibedakan menjadi 3, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen).
2. Pada bagian kepala memiliki sepasang antena dan biasanya memiliki mata
majemuk dan tunggal. Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki (tungkai) dan
satu atau dua pasang sayap (beberapa tidak memiliki sayap).
3. Alat mulut berfungsi untuk mengunyah, menggigit, menjilat dan menghisap.
4. Alat kelamin terpisah (jantan dan betina), pembuahan secara internal.
5. Sistem pernapasan melalui trakea.
6. Sistem peredaran darah terbuka.
7. Struktur sistem pencernaan makanan berbentuk tabung.
8. Mengalami metamorfosis sempurna (dari telur hingga dewasa)
Ordo Blattodea
Salah satu hewan yang berasal dari kelompok Blattodea adalah kecoak.:
Kecoak memiliki tubuh yang pipih drosoventral, dengan kaki yang termodifikasi
untuk berlari cepat. Sayap depan, jika ada, kasap sementara sayap belakang mirip
kipas. Kurang dari 40 spesies menghuni rumah; sisanya menjelajahi habitat yang
berkisar dari lantai hutan tropis hingga gua adan gurun. Campbell (2010, hlm. 263)
Ordo Blattodea bersifat hama saat di rumah dan dapur, tetapi bersifat
menguntungkan saat berada di kebun dan pekarangan (Kalsoven, 1981)
Kecoa merupakan salah satu vektor yang berada di lingkungan rumah yang dapat
menularkan penyakit kepada manusia baik secara mekanis maupun secara
biologis. Kecoa dapat mengontaminasi makanan manusia dengan membawa agen
berbagai penyakit yang berhubungan dengan pencernaan seperti diare, demam
typoid, disentri, hepatitis A, polio dan kolera.
Blattodea diklasifikasikan menjadi beberapa famili menurut Borror, et al., (1996,
hlm. 290) diantaranya ialah: Polyphagidae, Blattidae, Cryptocerridae, Blattellidae
dan Blaberidae
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 spesies kecoa, spesies yang biasa hidup di
dalam rumah yaitu Periplaneta americana dan Blattela germanica.
Ordo Hemiptera
Hemiptera merupakan ordo dari jenis kerabat kepik. Jumar (2000. hlm. 105)
Hemiptera berasal dari kata hemi = setengah dan ptera = sayap (bahasa Yunani).
Serangga dari ordo hemiptera bertubuh pipih, ukuran dari sangat kecil sampai
besar. Jika bersayap, maka pangkal sayap depan menebal dan bagian ujungnya
membraneus dinamakan hemielitra. Pada saat istirahat sayap terletak mendatar di
atas tubuh dengan ujung sayap depan umumnya tumpang tindih. Alat mulut
menusuk-menghisap dan metamorphosis paurometabola.
Sebagian besar serangga ini bertindak sebagai hama tanaman.
Hemiptera biasa disebut dengan kepik sejati. Pada kebanyakan hemiptera pada
bagian sayap depan menebal seperti kulit dan bagian ujungnya berselaput tipis
atau biasa disebut dengan sayap hemelytron. Sayap bagian belakang berselaput
tipis dan agak lebih pendek dari pada sayap depan. Borror, D.J., Triplehorn
(1996a. hlm. 352)
Ordo ini terbagi dalam delapan family yang umum, yaitu: Belastomitidae, Gerridae,
Vellidae, Cemicidae, Lygaeidae, Pyrrhocoridae, Cereidae dan Reduviidae. Hadi et
al. (2009. hlm. 136-137). Di dalam Ordo Hemiptera terdapat dua family penting
yang berperan dalam kesehatan manusia, yaitu Family Cimicidae dan Reduviidae.
Famili Cimicidae diwakili oleh Genus Cimex yang lebih dikenal sebagai kutu busuk
atau kepinding. Jenis yang terutama menyerang manusia adalah Cimex lectularius
yang penyebaran di belahan bumi beriklim subtropis.
Kepinding atau kutu busuk memiliki tubuh yang berbentuk oval dan pipih
dorsoventral dengan panjang sekitar 4-7 cm. Berwarna merah kecoklatan dan
mengkilat, dan akan berubah warna menjadi coklat tua dan membengkak setelah
menghisap darah. Pasangan sayap depan kepinding atau kutu busuk telah
bermodifikasi menjadi tonjolan hemelytra, sedangkan sayap belakang menghilang,
sehingga kepinding atau kutu busuk dikenal tidak memiliki sayap. Kepinding atau
kutu busuk jantan dan betina menghisap darah sejak dari tahap nimfa hingga
dewasa, di malam hari saat manusia sedang tidur. Apabila tidak ada manusia,
maka baik ayam, tikus, atau hewan mamalia lainnya dapat menjadi inangnya
untuk mendapatkan darah.