Active Aging

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan merupakan suatu proses yang menyebabkan atresi dan
perburukan selular seiring usia yang pada akhirnya berakhir pada penurunan
viabilitas dan kematian, dipengaruhi baik oleh suatu program genetik maupun
oleh peristiwa lingkungan dan endogen kumulatif yang berlangsung di sepanjang
rentang usia organisme. Active ageing ialah proses mengoptimalkan peluang bagi
kesehatan, partisipasi dan keamanan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
usia orang. Ini berlaku baik bagi perorangan dan kelompok masyarakat.(Stanley.
2006)
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia di proyeksikan sebesar 7,28%
dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Bahkan data Biro
Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan
warga lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar
414% (Kinsella 1993)
Banyak permasalahan yang terjadi pada lanjut usia seperti penurunan
masalah fisik dan fungsi tubuh (sistem pernafasan, sistem persarafan dan sistem
penglihatan), penyakit yang sering diderita pada lansia (diabetes militus,
osteoporosis dandementia type alzheimer), masalah sosial pada lansia, masalah
psikologis pada lansia (depresi, skizofrenia dan gangguan delusi) (Kinsella
1993).

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk


berstruktur lanjut usia (Aging structured population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah
penduduk Lanjut usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah dipulau jawa dan bali.
Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan tingkat sosial
ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan,
dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Menkokesra,2008)
2

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi


lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir menapai 600 juta orang
dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan
melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat
Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan
sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh
jumlah penduduk.(Lilik.2011)

1.2 Tujuan dan manfaat


1.2.1 Secara keseluruhan refrat ini bertujuan untuk :
a. Untuk mempelajari definisi dari active aging, faktor yang
mempengaruhi activeaging, kebijakan dan program dari active aging,
proses menua, teori penuaan serta aktivitas yang bisa dilakukan pada
lansia.
b. Agar mahasiswa lebih memahami active aging
c. Sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian
akhir blok (UAB)
1.2.2 Manfaat

Agar bisa mengetahui dan memahami dengan jelas mengenai active


aging
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Active Aging

Active ageing is the process of optimizing opportunities for health,


participation and security in order to enhance quality of life as people age
(WHO, 2013).
Active aging adalah proses mengoptimalkan peluang bagi kesehatan,
partisipasi dan keamanan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia orang.
Ini berlaku baik bagi perorangan dan kelompok masyarakat (WHO, 2013).
Active aging adalah proses optimalisasi peluang untuk sehat, partisipasi dan
keamanan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dimasa tua (kemensos,
2009).
Active ageing memungkinkan seseorang untuk menyadari potensi mereka
untuk fisik, sosial, mental, kesejahteraan sepanjang perjalanan hidup dan
berpartisipasi dalam masyarakat dengan memberikan perlindungan yang
memadai, keamanan dan perawatan kepada orang tua lanjut usia yang
membutuhkannya.Orang tua yang pensiun dari pekerjaan, sakit atau cacat dapat
hidup dengan tetap kontributor aktif untuk keluarga mereka, teman sebaya,
masyarakat, dan bangsa.Active ageing bertujuan untuk memperpanjang harapan
hidup sehat dan kualitas hidup bagi semua orang tua dengan bertambahnya usia
mereka (Nugroho. 2000).
4

2.2 Batasan Usia

Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:

a. Menurut organisasi kesehatan dunia(1999)


Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 26 sampai 59
tahun
Lanjut usia (Elderly) : yakni antara usia 60-74 tahun
Usia lanjut tua (old): yakni antara usia 75 sampai 90 tahun
Usia sangat tua (very old): yakni diatas 90 tahun
b. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
c. Menurut Nugroho (2000)
Menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli,
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun
keatas
d. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro
Lanjut usia dikelompokan menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood),
18 atau 29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-
60 tahun atau 65 tahun, Lanjut usia ( geriatric age) lebih dari 65 tahun atau
70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun
(old), lebih dari 80 (very old)
e. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1
Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah
yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain

2.3 Pendekatan dan program active ageing

Sebuah perspektif kehidupan pada penuaan mengakui bahwa usia lanjut tidak
homogen dalam satu kelompok dan keragaman individu cenderung meningkat
seiring usia. Intervensi yang menciptakan lingkungan yang mendukung dan
pilihan menumbuhkan kesehatan pada semua tahap kehidupan (lihat gambar 1).
(WHO. 2002)
5

Sebagai individu, penyakit tidak menular menjadi penyebab utama


morbiditas, kecacatan dan kematian diseluruh wilayah. Pendekatan hidup
program Active Ageing didunia, termasuk dinegara berkembang (lihat gambar 5
dan 6). Penyakit tidak menular, yang pada dasarnya menjadi penyakit dikemudian
hari, membutuhkan biaya bagi individu, keluarga dana anggaran pemerintah.
Tetapi banyak penyakit dapat dicegah atau dapat ditangguhkan. Kegagalan dalam
mencegah atau mengelola perkembangan penyakit tidak menular dengan
tepatakan menjadikan biaya sangat besar, yang bisa digunakan untuk menangani
masalah kesehatan lain pada kelompokusia tersebut (WHO. 2002).

Gambar 1.maintaining functional capacity over the life course.

Perubahan lingkungan dapat menurunkan ambang kecacatan, sehingga


menurunkan jumlah penyandang cacat di suatu masyarakat. Kapasitas fungsional
(seperti kapasitas ventilasi, kekuatan otot, dan curah jantung) meningkat dimasa
kecil dan puncak di masa dewasa awal, kemudian diikuti dengan penurunan.
Tingkat penurunan bagaimanapun sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan gaya hidup seseorang seperti merokok, konsumsi alkohol,
6

tingkat aktivitas fisik dan diet serta faktor eksternal dan lingkungan. Gradien
penurunan mungkin menjadi begitu curam seperti mengakibatkan kecacatan
prematur. Namun, percepatan penurunan dapat influen dan mungkin reversibel
pada setiap usia melalui langkah-langkah kebijakan individu dan publik.

Gambar 2. Leading causes of death, both sexes, low and middle income countries by
age

Gambar 3. Leading causes of burden of disease, both sexes, low and middle income
countries by age

Kondisi kronisutama yang mempengaruhilanjut usiadi seluruh dunia (WHO.


2002)
Cardiovascular diseases (penyakit jantung koroner)
7

Hipertensi
Stroke
Diabetes
Kanker
Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Muskuloskelatal ( arthritis dan osteoporosis)
Kondisi kesehtan mental (demensia dan depresi)
Kebutaan dangangguan penglihatan

Beberapa faktor seperti penyakit menular,kondisimaternal dan


perinataldankurang giziadalah penyebabutamakematian. Di usia separuh baya
(usia 45) penyakit tidak menular bertanggung jawab pada sebagian besar
kematiandan penyakit (lihat gambar 2 dan 3). Penelitianini semakin menunjukkan
bahwa risiko kondisi kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung, dimulai pada
anak usia dini atau bahkan lebih awal. Risiko ini kemudian dibentuk dan
dimodifikasi oleh beberapa faktor, seperti status sosial ekonomi dan pengalaman
di masa hidup. Risiko tersebut mengembangkan penyakit tidak menular terus
meningkat di usia lanjut. Tetapi penggunaan tembakau, kurangnya aktivitas fisik,
diet yang tidak memadai dan lainnya sebagai faktor risiko saat dewasa yang akan
menempatkan individu yang berisiko relatif lebih besar terkena penyakit tidak
menular di usia tua (lihat Gambar 4). Dengan demikian,penting untuk mengatasi
risiko penyakit tidak menular, penyakit dari kehidupan awal untuk kehidupan
akhir, yaitu sepanjang perjalanan hidup (WHO. 2002).

2.4 Kebijakan dan program aktive ageing

Pendekatan program dan kebijakan aktive ageing berpotensi untuk mengatasi


banyak tantangan baik individu dan populasi yang menua. Ketika kesehatan,
pasar tenaga kerja, pekerjaan, pendidikan dan kebijakan sosial mendukung aktif
ageing maka akan berpotensi menjadi:
8

1. Kematian prematur lebih sedikit dalam tahap kehidupan yang sangat


produktif.
2. Penurunan kecaccatan terkait dengan penyakit kronis pada usia tua.
3. Lebih banyak orang menikmati kualitas hidup yang positif saat mereka
menua.
4. Lebih banyak orang tua yang berpartisipasi aktif di bidang sosial, budaya,
ekonomi dan aspek politik, dibayar maupun tidak dibayar baik dalam
lingkup negera, keluarga dan kehidupan masyarakat.
5. Biaya yang lebih rendah sehubungan dengan perawatan medis dan
pelayanan medis.

Kebijakan dan program aktive ageing memerlukan dorongan dan


keseimbangan tanggung jawab pribadi (perawatan diri) lingkungan yang
bersahabat dan solidaritas antar generasi. Individu dan keluarga perlu
merencanakan dan mempersiapkan usia yang lebih tua, dan membuat usaha
pribadi untuk mengadopsi praktek-praktek kesehatan pribadi yang positif pada
semua tahap kehidupan. Pada saat yang bersamaan dukungan lingkungan juga
diperlukan untuk pilihan menjadi sehat adalah pilihan mudah ada alasan ekonomi
yang baik untuk memberlakukan kebijakan dan program yang mempromosikan
active aging dalam hal peningkatan partisipasi dan mengurangi biaya dalam
perawatan. Orang-orang yang tetap sehat karena usia mendapat sedikit hambatan
untuk terus bekerja. Dikenal saat ini saat menuju usia pensiun dini di Negara
industri sebagian besar merupakan hasil dari kebijakan publik yang di dukung
dari buruh. Sebagai populasi usia, akan ada meningkatnya tekanan untuk
kebijakan tersebut untuk berubah terutama jika individu lebih mencapai usia tua
dalam kesehatan yang baik, yaitu yang cocok untuk pekerjaan. Hal Ini akan
membantu untuk mengimbangi meningkatnya biaya pensiun dan jaminan
penghasilan serta yang berhubungan dengan medis dan biaya perawatan sosial.
Sehubungan dengan pengeluaran publik meningkat untuk perawatan medis, data
yang tersedia semakin menunjukkan bahwa usia tua itu sendiri tidak terkait
dengan pengeluaran medis yang meningkat. Sebaliknya kecacatan dan kesehatan
yang buruk sering dikaitkan dengan usia tua yang mahal. Sebagai manusia dalam
9

usia kesehatan yang lebih baik, pengeluaran medis tidak mungkin meningkat
pesat.

Gambar 4. Scope for noncommunicable diseases prevention, a life approach

Para pembuat kebijakan perlu melihat gambar penuh dan mempertimbangkan


penghematan yang dicapai oleh penurunan tingkat kecacatan. Amerika Serikat
misalnya, Penurunan tersebut dapat menurunkan pengeluaran medis sekitar 20
persen selama 50 tahun ke depan (Cutler, 2001). Antara 1982 dan 1994, dalam
USA, penghematan biaya panti jompo saja diperkirakan akan melebihi $
17.000.000.000 (Singer dan Manton, 1998). Apalagi, jika meningkatnya jumlah
orang tua yang sehat adalah untuk memperluas partisipasi mereka dalam angkatan
kerja baik melalui kerja penuh atau paruh waktu, kontribusi mereka terhadap
pendapatan publik akan terus meningkat. Akhirnya, hal ini sering kurang mahal
untuk mencegah penyakit daripada mengobatinya. Sebagai contoh, telah
diperkirakan bahwa satu dolar investasi dalam upaya untuk mendorong moderat
aktivitas fisik mengarah pada penghematan biaya $ 3,2 dalam biaya medis (U.S.
Centers for Disease Control, 1999).

2.4.1 Kebijakan dan Program Pelayanan sosial lanjut usia di Indonesia


10

Ditetapkannya Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang


kesejahteraan lanjut usia dapat dijadikan salah satu indikasi tentang makin
besarnya perhatian pemerintah terhadap penduduk lanjut usia. Dalam
undang-undang tersebut diatur secara tegas tentang upaya peningkatan
kesejahteraan penduduk lanjut usia. Pasal 4 UU tersebut menyebutkan
bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya
kemandirian dan kesejahteraannya, terpelihara system nilai budaya dan
kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. (Departemen Sosial RI. 2003)

Dalam melaksanakan kebijakan tersebut ditempuh melalui strategi :


(Departemen Sosial RI. 2003)

1. Pemberdayaan

2. Kemitraan

3. Partisipasi

4. Desentralisasi

5. Meningkatkan jaringan kerja dan kemitraan

6. Membangun dan mengembangkan partisipasi dan advokasi atas dasar


kesetiakawanan sosial

A. Program yang ada diindonesia:


Pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan Departemen Sosial
melalui 2 (dua) sistem yaitu :
11

a. Pelayanan melalui luar Panti/non Panti (Community Based/Family


Based)
b. Pelayanan melalui panti/di dalam Panti (Instutional Based)
Pelayanan sosial dilaksanakan Departemen Sosial saat ini dan
dimasa depan diarahkan/dikembangkan pada program pelayanan yang
berbasis keluarga dan masyarakat (family based/community based)
dengan mendorong dan melibatkan sebanyak mungkin peran keluarga
dan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Sedangkan upaya pelayanan melalui panti-panti sosial diharapkan
merupakan alternative terakhir yang terutama ditunjukan bagi lanjut usia
yang tidak potensial, miskin, cacat, terlantar dan mengalami tindak
kekerasan serta mereka yang benar-benar memerlukan bantuan.
(Departemen Sosial RI. 2003)
Pelayanan sosial lanjut usia dalam keluarga disebut juga sistem
pelayanan sosial lanjut usia luar panti, dimana para lanjut usia yang
diberikan pelayanan masih tetep tinggal di lingkungan keluarga bersama
anak cucu ataupun sanak keluarga lainnya. Hail ini dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan bahwa lingkungan keluarga dapat
memberikan dukungan emosional yang sangat menentukan keberhasilan
pelayanan social(Departemen Sosial RI. 2003).
Program yang ada pada puskesmas yaitu menurut pemegang
program lansia, program lansia ini dijadikan program pengembangan
pelayanan di Puskesmas karena memiliki arti yang cukup startegis. Saat
ini jumlah penduduk lansia berkisar antara 27 juta (Angka Nasional),
dan diperediksikan pada tahun 2014 akan meningkat 4 kali dari keadaan
tahun 2010. Berkaitan dengan semakin tingginya jumlah lansia
diprediksikan kedepan perbandingan antara jumlah balita dengan jumlah
lansia akan berbanding terbalik, bahkan dimungkinkan terjadi peledakan
jumlah lansia.
12

Pada bagian lain, penyakit lansia disebabkan oleh karena faktor


degeneratif, fenomena ini akan tetap berlangsung dan upaya yang dapat
dilakukan oleh kesehatan adalah menekan agar lansia tidak menjadi
jatuh sakit yang lebih parah karena tidak adanya upaya pemeliharaan
dan kewaspadaan terhadap faktor risiko yang dapat mempercepat
kejadian penyakit degeneratif tersebut(Departemen Sosial RI. 2003).
Harapan dengan adanya program lansia ini, untuk kelompok
masyarakat lansia dapat menjadi lansia yang tetap sehat dan tetap
produktif maka dari aspek kesehatan. Dan untuk itu diperlukan
penanganan program lansia kearah upaya preventif dan promotif
ditingkat pelayanan dasar serta kuratif dipelayanan rujukan disemua
wilayah Jawa Tengah.
Perhatian pemerintah terhadap permasalahan lansia sangat besar,
berbagai program telah dilaksanakan agar kesejahteraan para lansia lebih
meningkat.Namun jumlah lansia yang dilayani masih sedikit dibanding
jumlah lansia yang ada.
Di Jawa Tengah jumlah lanjut usia diperkirakan sebesar 10,3%
(3375.069) dari total penduduk Jawa Tengah 32.643.612 yang perlu
mendapatkan perhatian Pemerintah. Beberapa kenyataan yang
didapatkan ditengah masyarakat. Diantaranya akses pelayanan yang
sebagian besar belum santun lansia, terbatasnya peluang para lansia
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, jaminan hari tua
yang masih menjadi wacana untuk diperjuangkan, lingkungan belum
ramah bagi lansia kesemuanya fenomena tersebut perlu menjadi
perhatian bersama serta dilakukan upaya kongkrit oleh seluruh
komponen masyarakat termasuk para lansia sendiri
Menjadi tua adalah siklus kehidupan dan terjadi pada semua
makhluk kehidupan. Kesehatan dengan program programnya, berupaya
untuk mewujudkan menjadi tua yang tetap bahagia dan berdaya guna.
Oleh sebab itu pengelolaan kesehatan individu masa lalu akan
13

mencerminkan gambaran kesehatan di saat sekarang dan tak terpisahkan


pada masa sebelumnya(Departemen Sosial RI. 2003).
Program lansia selalu menekankan upaya Promotif, Preventif,
Kuratif dan rehabilitatif. Dengan pelayanan secara komprehensif ini
ketahanan tubuh akan terbentuk, terjaga dan bersifat mempertahankan
terhadap kemungkinan buruk.
Undang- undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
dalam pasal 14 dengan tegas menyebutkan tersedianya pelayanan
kesehatan bagi lansia untuk memelihara dan kemampuan lansia agar
kondisi fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. Selain
itu Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 138 secara eksplisit
menjelaskan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap
hidup mandiri produktif secara sosial dan ekonomi.
Implementasi Undang-Undang tersebut telah banyak dijabarkan di
komponen masyarakat, yaitu diantarnya telah terbentuknya kelompok-
kelompok usia lanjut dengan segala aktifitasnya di tiap pedesaan.
Saat ini terdapat 36.221 kelompok lansia di Jawa Tengah dengan
jumlah kader 45.778. Dan hal-hal yang perlu diperjuangkan untuk lansa
ini diantaranya :
1. Semua Kabupaten Kota memperjuangkan terbentuknya pelayanan
kesehatan yang santun usila dimulai dengan 4 percontohan
Puskesmas.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar dapat mengkondisikan
adanya jejaring antara Puskesmas Santun Lansia dengan Rumah
Sakit ( sebagai Rujukan ) termasuk pembinaannya.
3. Revitalisasi kelompok Lansia/posyandu lansia bukan dengan
konsep pelayanannya bersamaan dengan Posyandu Balita.
4. Mendukung kegiatan percepatan pembentukan Puskesmas Santun
lansia dengan melakukan pelatihan tim geriatri Puskesmas
14

5. Menggali potensi sektor lain untuk bermitra dalam pengembangan


usaha dan Kegiatan dalam mewujudkan lansia bukan kelompok
yang sudah disisihkan tapi justru sebaliknya, dengan melekat pada
program KOMDA
6. Melakukan advokasi kepada DPR untuk dukungan dana APBD

2.5 Determinan Active Ageing: Pemahaman Bukti.

Active ageing tergantung pada berbagai pengaruh atau penentu yang


meliputi individu, keluarga dan bangsa. Memahami bukti yang kami miliki
tentang faktor penentu membantu kita merancang kebijakan dan program yang
bekerja. Bagian berikut ini meringkas apa yang kita tahu tentang bagaimana
faktor-faktor penentu kesehatan yang mempengaruhi proses penuaan. Faktor
penentu ini berlaku untuk kesehatan pada semua usia kelompok, meskipun
penekanan di sini adalah pada kesehatan dan kualitas hidup orang tua.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas dan menentukan peran
masing-masing faktor penentu serta interaksi anntara faktor lainnya dalam
proses active ageing.

Gambar 5. Active Ageing Determinants (WHO, 2013).


15

Kita juga perlu untuk lebih memahami bagaimana menjelaskan faktor


penentu yang luas benar-benar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan.
Selain itu, akan sangat membantu dalam mempertimbangkan pengaruh dari
berbagai faktor penentu atas kehidupan sehingga dapat mengambil keuntungan
dari transisi dan untuk meningkatkan kesehatan, partisipasi dan keamanan di
berbagai tahapan. Misalnya, ada bukti bahwa stimulasi dalam masa
pertumbuhan bergaul dengan yang lain di semua tahap kehidupan. Pekerjaan
merupakan faktor penentu seseorang yang mempengaruhi kesiapan keuangan
untuk hari tua. Hidup dengan kualitas tinggi, perawatan jangka panjang yang
bermanfaat adalah sangat penting di kemudian hari.

2.5.1 Determinan Lintas Sektor: Budaya Dan Gender.

Budaya adalah penentu lintas sektor dalam kerangka untuk memahami


active ageing. Budaya yang mengelilingi semua individu adalah bentuk dan
cara bagaimana kita menua, karena sangat berpengaruh terhadap faktor
penentu proses active ageing.

Nilai-nilai budaya dan tradisi menentukan sebagian besar bagaimana


suatu masyarakat tertentu memandang proses penuaan. ketika masyarakat
lebih sering untuk menghubungkan gejala penyakit dengan proses penuaan,
mereka cenderung untuk memberikan pencegahan, deteksi dini dan layanan
pengobatan yang tepat. Budaya adalah suatu faktor kunci apakah kerjasama
antara tempat tinggal dengan generasi muda saling berkaitan didalam
proses penuaan. Misalnya, di sebagian besar negara Asia, norma budaya
untuk menghargai keluarga besar dan untuk hidup bersama dalam berbagai
generasi keluarga. Faktor budaya juga mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang. Misalnya, sikap terhadap merokok secara bertahap berubah di
berbagai negara. Ada keragaman budaya yang sangat besar dan kompleks
didalam negara atu antar negara di dunia. Beragam suku membawa
16

berbagai nilai, sikap dan tradisi dengan aliran budaya dalam negara.
Kebijakan dan program harus menghormati budaya dan tradisi setempat.

Gender adalah sebuah cerminan yang akan digunakan untuk


mempertimbangkan kesesuaian berbagai pilihan kebijakan dan bagaimana
mereka akan mempengaruhi kesejahteraan antara laki-laki dan perempuan.
Dalam banyak masyarakat, wanita memiliki penurunan status sosial dan
akses kurang bergizi makanan, pendidikan, pekerjaan yang berarti dan
pelayanan kesehatan. Peran tradisional perempuan sebagai pengasuh
keluarga juga dapat menyebabkan perempuan meningkatnya kemiskinan
dan kesehatan yang buruk di usia tua. Beberapa wanita dipaksa untuk
menyerah pekerjaan yang dibayar untuk melaksanakan tanggung jawab
pengasuhan keluarga mereka yaitu merawat anak, orang tua, pasangan
yang sedang sakit dan cucu. Pada saat yang sama laki-laki lebih mungkin
untuk menderita cedera atau kematian akibat kekerasan, kecelakaan kerja,
dan bunuh diri. Mereka juga terlibat dalam perilaku seperti merokok,
alkohol dan konsumsi obat.

2.5.2 Determinan Terkait Kesehatan dan Sistem Pelayanan Sosial

Untuk mempromosikan active ageing, kesehatan sistem perlu


mengambil tindakan kursus tentang hidup perspektif yang berfokus pada
kesehatan promosi, pencegahan penyakit dan akses yang sama terhadap
kualitas utama perawatan kesehatan dan perawatan jangka panjang.
Layanan kesehatan dan sosial perlu diintegrasikan, terkoordinasi dan hemat
biaya. Sarana harus tidak ada diskriminasi usia dalam ketentuan layanan
dan penyedia layanan, serta harus memperlakukan orang dari segala usia
dengan hormat dan bermartabat.

a. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit


17

Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang


untuk mengambil kendali atas peningkatkan kesehatan mereka.
Pencegahan penyakit termasuk penanggulangan kondisi yang sangat
umum sering ditemui dimasyarakat seperti penyakit menular dan
cedera. Pencegahan mengacu baik untuk pencegahan primer (misalnya
menghindari penggunaan tembakau) serta pencegahan sekunder
(misalnya skrining untuk deteksi dini penyakit kronis), atau
pencegahan tersier (misalnya sesuai klinis manajemen penyakit).
Semua berkontribusi untuk mengurangi risiko cacat dan pencegahan
penyakit kronis(US Departemen Kesehatan dan Layanan
Kemanusiaan, 1999).

b. Layanan penyembuhan

Meskipun upaya terbaik dalam promosi kesehatan adalah


pencegahan penyakit orang-orang untuk meminimalkan risiko
berkembangnya penyakit agar bertambahnya usia mereka. Demikian
akses layanan kuratif menjadi sangat diperlukan. Seperti sebagian
besar orang tua di setiap negara hidup dalam masyarakat, layanan yang
paling kuratif harus ditawarkan oleh sektor perawatan kesehatan
primer. Sektor ini yang terbaik dilengkapi untuk membuat rujukan
keperawatan sekunder dan tingkat tersier yang paling akut dan
perawatan darurat juga disediakan. Pada akhirnya, pergeseran beban
penyakit diseluruh dunia terhadap penyakit kronis memerlukan
pergeseran dari menemukannya dan memperbaikinya model untuk
sebuah kontinum terkoordinasi dan komprehensif perawatan. Hal ini
akan memerlukan reorientasi dalam sistem kesehatan yang
diorganisasikan (WHO, 2001).

Sebagai penduduk usia lanjut, permintaan akan terus naik untuk


obat yang digunakan untuk menunda dan mengobati penyakit kronis,
18

mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup. Untuk upaya


baru dalam meningkatkan akses terjangkau untuk obat yang aman dan
penting untuk memastikan lebih baik sesuai penggunaan biaya efektif
dan obat-obatan baru. Mitra dalam upaya ini perlu meliputi
pemerintah, profesional kesehatan (industri farmasi, bidan, pengusaha
dan organisasi yang mewakili orang tua).

c. Perawatan jangka panjang

Perawatan jangka panjang didefinisikan oleh WHO sebagai "


sistem kegiatan yang dilakukan oleh informal yang pengasuh
(keluarga, teman dan / atau tetangga) dan / ataupun profesional
(pelayanan kesehatan dan sosial) untuk memastikan bahwa seseorang
yang tidak sepenuhnya mampu perawatan diri dapat mempertahankan
paling tinggi kualitas mungkin hidup, menurut nya atau preferensi
individu nya, dengan yang terbesar kemungkinan tingkat independensi,
otonomi, partisipasi, pemenuhan pribadi dan manusia martabat (WHO,
2000). Dengan demikian perawatan jangka panjang meliputi baik
formal dan sistem pendukung formal. Yang terakhir ini mungkin
termasuk berbagai layanan masyarakat (misalnya kesehatan
masyarakat, perawatan primer, perawatan di rumah, layanan
rehabilitasi dan perawatan paliatif) serta sebagai perawatan
institusional di panti jompo dan rumah sakit. Hal ini juga mengacu
pada perawatan yang menghentikan atau membalikkan perjalanan
penyakit dan kecacatan.

d. Pelayanan Kesehatan Mental

Layanan kesehatan mental yang berperan sangat penting dalam


penuaan aktif, harus tak terpisahkan bagian dari perawatan jangka
panjang serta perhatian khusus perlu diberikan ke dalam diagnosis
19

penyakit mental (terutama depresi) yang memiliki tingkat bunuh diri


pada orang lanjut usia (WHO, 2001).

Kesehatan mental secara langsung maupun tidak langsung


dipengaruhi juga oleh factor biologis yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan mental diantaranya otak, system endokrin, genetik,
sensorik. Kesehatan mental merupakan suatu komponen mayor dari
keberhasilan proses menua bersama dengan kesehatan fisik pendapatan
yang adekuat dan support system yang adekuat (keluarga, teman,
kegiatan agama dan tetangga) (Anette G.L., 1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa.


Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Hereditas
Lingkungan

Masalah-masalah kesehatan mental pada usia lanjutmenurut


wahyudi nugroho, dalam keperawatan gerontology, gangguan mental
pada lansia yaitu agresi, kemarahan, kecemasan, kekacauan mental,
penolakan, ketergantungan, depresi, manipulasi, mengalami rasa sakit,
kehilangan rasa sedih dan kecewa.

2.5.3 Behavioural Determinants


Penerapan gaya hidup sehat dan secara aktif berpartisipasi dalam
satu perawatan sendiri penting pada semua tahap dari kehidupan saja. Salah
satu mitos proses penuaan adalah bahwa hal itu terlalu terlambat untuk
mengadopsi gaya hidup seperti di tahun-tahun kemudian. Pada Sebaliknya,
terlibat dalam sesuai aktivitas fisik, pola makan yang sehat, tidak merokok
20

dan menggunakan alkohol dapat mencegah penyakit dan fungsional


penurunan, memperpanjang umur panjang dan meningkatkan kualitas
hidup seseorang.

a. Penggunaan Rokok

Merokok adalah faktor risiko untuk NCD pada orang dewasa dan
lanjut usia. Penyebab utama yang dicegah adalah kematian dini.
Merokok tidak hanya meningkatkan risiko untuk penyakit seperti
kanker paru-paru, juga berhubungan negatif dengan faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kerugian penting dalam kapasitas fungsional.
Misalnya, merokok mempercepat laju penurunan kepadatan tulang,
kekuatan otot dan fungsi pernafasan. Penelitian mengenai efek
merokok mengungkapkan bahwa merokok adalah faktor penyakit
risiko tinggi dan terus meningkat efek buruk yang kumulatif dan tahan
lama.

b. Aktivitas Fisik

Partisipasi secara teratur, kegiatan fisik dapat menunda


penurunan fungsional. Hal ini dapat mengurangi timbulnya penyakit
kronis di usia lanjut. Misalnya, aktivitas fisik moderat rutin
mengurangi risiko kematian jantung 20 sampai 25 persen. Hal ini juga
dapat mengurangi keparahan cacat terkait dengan penyakit jantung dan
penyakit kronis. Beraktifitas dapat membantu lansia tetap sebagai
independen untuk periode mendatang. Hal ini juga dapat mengurangi
risiko penykit.. Populasi dengan pendapatan rendah, etnis minoritas
dan lansia penyandang cacat adalah yang paling mungkin untuk
menjadi aktif. Kebijakan dan program harus mendorong lansia untuk
menjadi lebih aktif dan member kesempatan untuk melakukannya. Itu
sangat penting untuk menyediakan tempat aman untuk berjalan dan
untuk mendukung budaya yang sesuai kegiatan masyarakat tersebut.
21

Manfaat fisik didapat karena aktivitas fisik akan menguatkan


otot jantung dan memperbesar bilik jantung. Kedua hal ini akan
meningkatkan efisiensi kerja jantung. Elastisitas pembuluh darah akan
meningkat sehingga jalannya darah akan lebih lancar dan tercegah pula
keadaan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner. Lancarnya
pembuluh darah juga akan membuat lancar pula pembuangan zat sisa
sehingga tidak mudah lelah. Otot rangka akan bertambah kekuatan,
kelentukan dan daya tahannya, sehingga mendukung terpeliharanya
kelincahan serta kecepatan reaksi. Dengan kedua hal ini kecelakaan
lebih dapat terhindarkan. Kekuatan dan kepadatan tulang akan
bertambah karena adanya tarikan otot sewaktu latihan fisik, dan
tercegahlah pengeroposan tulang. Persendian akan bertambah lentur,
sehingga gerakan sendi tidak akan terganggu. Dengan manfaat fisik
ini, berbagai penyakit degeneratif (mis: jantung, hipertensi, diabetes
mellitus, rematik) akan tercegah atau sedikit teratasi. Berat badan
tubuh terpelihara dan kebugaran akan bertambah sehingga
produktivitas akan meningkat dan dapat menikmati masa tua dengan
bahagia (Depkes. 2003).

c. Makan Sehat

Makan dan masalah ketahanan pangan di segala usia mencakup


kurang gizi dan asupan kelebihan energi. Pada orang tua, malnutrisi
dapat disebabkan oleh terbatasnya akses untuk makanan, kesulitan
sosial ekonomi, kurangnya informasi dan pengetahuan tentang gizi,
pilihan makanan yang buruk (misalnya, makan makanan berlemak
tinggi), penyakit dan penggunaan obat-obatan, kehilangan gigi, cacat
kognitif atau fisik yang menghambat kemampuan seseorang untuk
membeli makanan dan kurangnya suatu aktivitas fisik.
22

Asupan kelebihan energi sangat meningkatkan risiko untuk


obesitas, penyakit kronis dan cacat bagi lansia. Diet tinggi lemak dan
garam, rendah buah dan sayuran dan menyediakan jumlah yang cukup
dari serat dan vitamin, adalah faktor risiko utama untuk kondisi kronis
seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas,
arthritis dan kanker. Kurangnya kalsium dan vitamin D dikaitkan
dengan hilangnya kepadatan tulang pada usia yang lebih tua dan
akibatnya peningkatan risiko penyakit.

d. Kesehatan Mulut

Kesehatan mulut yang buruk terutama karies gigi, penyakit


periodontal, kehilangan gigi dan kanker mulut menyebabkan masalah
kesehatan sistemik. Mereka membuat beban keuangan bagi individu
dan masyarakat dan dapat mengurangi rasa percaya diri dan kualitas
hidup. Studi menunjukkan bahwa kurangnya kesehatan mulut
dikaitkan dengan malnutrisi dan oleh karena itu peningkatan risiko
untuk berbagai penyaki menular. Promosi program kesehatan mulut
dan rongga dirancang untuk mendorong lansia untuk menjaga giginya
dimulai sejak dini dalam hidup dan terus selama hidupnya. Rasa sakit
di gigi akan mengurangi kualitas hidup, layanan dasar perawatan gigi
dan aksesibilitas untuk gigi palsu yang diperlukan.

e. Mengkonsumsi Alkohol

Lansia cenderung meminum alkohol lebih sedikit dari orang


dewasa, perubahan metabolisme yang mempengaruhi penuaan
meningkatkan kerentanan mereka terhadap penyakit yang berhubungan
dengan alkohol, termasuk malnutrisi dan penyakit hati, penyakit
lambung dan penyakit pankreas. lansia juga memiliki risiko yang lebih
besar untuk terserang penyakit yang berhubungan dengan alkohol dan
cedera, serta potensi bahaya yang berhubungan dengan pencampuran
23

alkohol dan obat-obatan. layanan pengobatan untuk masalah alkohol


harus tersedia untuk lansia serta orang-orang yang lebih muda.
Menurut WHO ada bukti bahwa penggunaan alkohol pada tingkat
yang sangat rendah (sampai dengan satu gelas sehari) dapat
meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung dan stroke pada orang
usia 45 tahun ke atas. Namun, dalam hal mortalitas secara keseluruhan,
efek samping mengkonsumi alcohol yang berlebih dapat
mengakibatkan penyakit jantung koroner, bahkan pada populasi
berisiko tinggi.

f. Obat-Obatan

Di berbagai negara, lansia yang memiliki pendapatan yang


rendah memiliki sedikit akses asuransi untuk obat. Akibatnya, banyak
menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk obat-obatan.
Sebaliknya, obat kadang-kadang terlalu banyak diresepkan untuk
lansia (terutama lansia perempuan) yang memiliki asuransi atau
sarana untuk membayar obat-obatan.

2.5.4 Determinan Terkait dengan Faktor Personal


a. Biologi dan Genetika

Biologi dan genetika sangat mempengaruhi bagaimana sebuah


orang usia. Penuaan adalah serangkaian proses biologis yang
ditentukan secara genetik. Penuaan dapat didefinisikan sebagai
progresif, umum gangguan fungsi mengakibatkan hilangnya respon
adaptative terhadap stres sebuah dan dalam tumbuh risiko penyakit
usia-terkait (Kirkwood, 1996). Dengan kata lain, alasan utama
mengapa orang tua sakit lebih sering daripada orang-orang yang lebih
muda adalah bahwa, karena lebih lama mereka hidup, mereka telah
terkena eksternal, faktor-faktor perilaku, dan lingkungan yang
24

menyebabkan penyakit untuk waktu yang lebih lama dari mereka


rekan-rekan yang lebih muda (Gray, 1996).

Sementara gen mungkin terlibat dalam sebab-akibat penyakit,


bagi banyak penyakit penyebabnya adalah lingkungan dan eksternal
untuk tingkat yang lebih besar dari pada itu adalah genetik dan
internal. Hal ini juga harus dicatat bahwa ada bukti pada populasi
manusia bahwa umur panjang cenderung untuk berjalan dalam
keluarga. Tapi, semua hal dipertimbangkan, ada kesepakatan umum
bahwa seumur hidup lintasan dari kesehatan dan penyakit bagi seorang
individu adalah hasil dari kombinasi genetika, lingkungan, gaya hidup,
gizi, dan untuk suatu kepenting, kesempatan (Kirkwood, 1996). Oleh
karena itu pengaruh genetika pada perkembangan kondisi kronis
seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit Alzheimer dan kanker
tertentu bervariasi antara individu. Bagi banyak orang, perilaku gaya
hidup seperti tidak merokok, keterampilan coping personal dan
jaringan kerabat dekat dan teman-teman dapat secara efektif
memodifikasi pengaruh hereditas on penurunan fungsional dan
timbulnya penyakit.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis termasuk intelijen dan kapasitas kognitif (misalnya,


kemampuan untuk memecahkan masalah dan beradaptasi dengan
perubahan dan rugi) adalah prediktor kuat penuaan aktif dan umur
panjang (Smits et al., 1999). Selama yang normal penuaan, beberapa
kapasitas kognitif (termasuk kecepatan belajar dan memori) secara
alami menurun dengan usia. Namun, kerugian ini dapat dikompensasi
oleh keuntungan di hikmat, pengetahuan dan pengalaman. Seringkali,
penurunan di kognitif berfungsi yang dipicu oleh tidak digunakannya
(kurangnya praktek), penyakit (seperti depresi), perilaku faktor (seperti
25

penggunaan alkohol dan obat-obatan), faktor psikologis (seperti


kurangnya motivasi, harapan yang rendah dan kurangnya dari
kepercayaan diri), dan faktor-faktor sosial (seperti kesepian dan
isolasi), daripada penuaan per se.

Faktor psikologis lain yang diperoleh di jalan kehidupan sangat


mempengaruhi cara di mana orang usia. Self-efficacy (yang Keyakinan
orang dalam kapasitas mereka untuk mengerahkan kontrol atas hidup
mereka) terkait dengan pribadi pilihan perilaku sebagai salah satu usia
dan ke persiapan untuk pensiun. Mengatasi gaya menentukan seberapa
baik orang beradaptasi dengan transisi (seperti sebagai pensiun) dan
krisis penuaan (seperti berkabung dan onset penyakit).

2.5.5 Determinan Terkait dengan Fisik Lingkungan


a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang usia ramahdapat membuat perbedaan


antara kemerdekaan dan ketergantungan untuk semua individu tetapi
ini sangat penting bagi mereka tumbuh lebih tua. Misalnya, orang tua
yang hidup dalam lingkungan yang tidak aman atau daerah dengan
beberapa hambatan fisik cenderung untuk mendapatkan keluar dan
karena itu lebih rentan terhadap isolasi, depresi, mengurangi kebugaran
dan meningkat masalah mobilitas.Perhatian khusus harus diberikan
untuk orang tua yang tinggal di daerah pedesaan (sekitar 60 persen di
seluruh dunia) dimana pola penyakit mungkin berbeda karena kondisi
lingkungan dan kurangnya layanan dukungan yang tersedia.

Urbanisasi dan migrasi orang-orang muda yang mencari


pekerjaan dapat meninggalkan orang tua sehingga para lansia
terisolasi di daerah pedesaan dengan sedikit sarana dukungan dan
sedikit atau tanpa akses ke pelayanan kesehatan dan sosial. Diakses
dan terjangkau transportasi umum jasa yang dibutuhkan di kedua
26

pedesaan dan daerah perkotaan sehingga orang dari segala usia dapat
sepenuhnya berpartisipasi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Ini sangat penting bagi orang tua yang memiliki masalah mobilitas.
Bahaya dalam lingkungan fisik dapat menyebabkan cedera
melemahkan dan menyakitkan antara tua orang. Cedera dari jatuh,
kebakaran dan lalu lintas tabrakan adalah yang paling umum.

b. Perumahan aman

Perumahan aman dan lingkungan yang memadai sangat penting


untuk kesejahteraan muda dan tua. Bagi orang tua, lokasi, termasuk
kedekatan dengan anggota keluarga, layanan dan transportasi dapat
berarti perbedaan antara interaksi sosial yang positif dan isolasi. Kode
bangunan perlu mengambil kesehatan dan keselamatan kebutuhan
orang tua ke rekening. Bahaya rumah tangga yang meningkatkan risiko
jatuh perlu diperbaiki atau dihapus.

2.5.6 Determinan Terkait dengan Sosial lingkungan

Dukungan sosial, kesempatan untuk pendidikan dan belajar seumur


hidup, perdamaian, dan perlindungan dari kekerasan dan pelecehan
merupakan faktor kunci dalam lingkungan sosial yang meningkatkan
kesehatan, partisipasi dan keamanan sebagai lanjut usia. kesepian, isolasi
sosial, buta huruf dan kurangnya suatu pendidikan, penyalahgunaan dan
situasi paparan konflik sangat meningkatkan risiko lansia untuk cacat dan
kematian dini.

a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang tidak memadai dikaitkan dengan


peningkatan mortalitas, morbiditas dan tekanan psikologis tetapi
kesehatan umum secara keseluruhan dapat menurunkan kesejahteraan.
Kesepian dan konflik interaksi adalah sumber utama dari stres,
27

sementara hubungan sosial yang mendukung merupakan sumber


penting dari kekuatan emosional. Di Jepang, Misalnya, orang tua yang
melaporkan kurangnya suatu dari kontak sosial adalah 1,5 kali lebih
mungkin mati dalam tiga tahun ke depan dibandingkan mereka dengan
dukungan sosial yang lebih tinggi.

isolasi dan kesepian di usia tua terkait menurunnya baik fisik dan
mental kesejahteraan. Di sebagian besar masyarakat, laki-laki lebih
sedikit dibandingkan perempuan untuk memiliki dukungan sosial
jaringan.

Pada tahun 1995 di negara-negara terbelakang, 31 persen wanita


dewasa yang buta huruf dibandingkan dengan 20 persen laki-laki
dewasa (WHO, 1998a).

2.5.7 Determinan Ekonomi

Tiga aspek lingkungan ekonomi memiliki efek yang sangat signifikan


terhadap active aging: pendapatan, pekerjaan dan perlindungan sosial.

a. Pendapatan

Kebijakan active aging perlu bersinggungan dengan skema yang


lebih luas untuk mengurangi kemiskinan di segala usia. Sementara
orang-orang miskin dari segala usia menghadapi peningkatan risiko
kesehatan yang buruk dan cacat. Banyak lansia terutama mereka yang
perempuan, hidup sendiri atau di daerah pedesaan tidak memiliki
pendapatan yang cukup. Ini sangat mempengaruhi mereka untuk akses
makanan yang bergizi, perumahan yang layak dan perawatan
kesehatan. Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa orang tua
dengan pendapatan rendah cenderung memiliki tingkat kesehatan yang
rendah dari pada lansia yang berpendapatan tinggi (Kaplan, 1989).
28

Yang paling rentan adalah lansia yang tidak memiliki aset,


tabungan sedikit atau tidak ada, tidak ada pensiun, pembayaran
jaminan sosial atau yang merupakan bagian dari keluarga yang
memiliki pendapatan tidak pasti. Terutama, mereka yang tanpa anak-
anak atau anggota keluarga sering menghadapi ketidakpastian masa
depan dan beresiko tinggi untuk tunawisma dan kemiskinan.

b. Perlindungan Sosial

Di semua negara di dunia, keluarga memberikan dukungan bagi


lansia yang memerlukan bantuan. Namun, karena masyarakat
berkembang dan tradisi generasi hidup bersama mulai menurun,
negara mengembangkan mekanisme yang menyediakan perlindungan
sosial bagi lansia yang tidak dapat mencari nafkah, sendirian dan
rentan. Di negara berkembang, lansia yang membutuhkan bantuan
cenderung mengandalkan dukungan keluarga, layanan informal dan
transfer tabungan pribadi. Program asuransi sosial ini sangat minim
dan dalam beberapa kasus mendistribusikan pendapatan kepada
minoritas di populasi yang kurang membutuhkan. Namun, di negara-
negara seperti Afrika Selatan dan Namibia, yang memiliki jaminan hari
tua nasional, manfaat ini adalah sumber pendapatan utama bagi banyak
keluarga miskin serta orang-orang dewasa yang lebih tua yang tinggal
dalam keluarga tersebut. Di negara maju, jaminan sosial Tindakan
dapat mencakup pensiun hari tua, skema pensiun kerja, tabungan
insentif sukarela, tabungan dana wajib dan program asuransi untuk
cacat, penyakit, perawatan jangka panjang dan pengangguran.

c. Bekerja
29

Orang akan mencapai usia tua dapat berpartisipasi dalam


angkatan kerja, dengan demikian seluruh masyarakat akan mendapat
manfaat. Dalam semua bagian dari dunia, ada pengakuan peningkatan
kebutuhan untuk mendukung aktif dan produktif Kontribusi bahwa
lansia dapat melakukan kerja formal, pekerjaan informal yang tidak
dibayar kegiatan di rumah dan di pekerjaan sukarela.

Di negara maju, potensi keuntungan mendorong lansia untuk


bekerja lagi belum sepenuhnya terealisasi. Tapi ketika pengangguran
tinggi, sering kali ada kecenderungan untuk mengurangi jumlah
pekerja lansia sebagai cara untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi
orang yang lebih muda. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa
penggunaan pensiun dini untuk membebaskan pekerjaan belum efektif
di jadikan solusi (OECD, 1998).

Di negara-negara kurang berkembang, kebutuhan lansia lebih


mungkin untuk tetap ekonomis aktif sampai usia tua (lihat Gambar 6).
Namun, industrialisasi, adopsi teknologi baru dan mobilitas tenaga
kerja mengancam banyak pekerjaan tradisional lansia, terutama di
daerah pedesaan.

Di kedua negara berkembang dan maju, lansia sering dijadikan


tanggung jawab utama untuk manajemen rumah tangga dan anak
sehingga orang dewasa muda dapat bekerja di luar rumah.
30

Gambar 6. Percentage of labour force participation By People 65% and


older, by region
31

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Active aging adalah proses mengoptimalkan peluang bagi kesehatan,
partisipasi dan keamanan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia
orang. Ini berlaku baik bagi perorangan dan kelompok masyarakat.Tujuandari
active aging yaitu untuk memperluas harapan hidup sehat dan meningkatkan
kualitas hidup semua manusia termasuk mereka yang lemah, mengalami
disabilitas dan yang membutuhkan perawatan. Adapun beberapa program
acvtive aging antara lain: pelayanan Sosial, Pemberdayaan Sosial dan Bantuan
dan pemeliharaan taraf kesejahtearaan sosial
Faktor yang mempengaruhi Active Aging yaitu Determinan Terkait
Kesehatan dan Sistem Pelayanan Sosial, Determinan Lintas Sektor: Budaya
Dan Gender, Behavioural Determinants, determinan ekonomi, Personal
Determinan, Health and social service dan Determinan Terkait dengan Faktor
Personal

3.2 Saran
Upaya peningkatan kesejahteraan, perlindungan dan jaminan sosial
lanjut usia merupakan suatu usaha yang mulia, namun tentu tidak mudah
untuk melaksanakannya, kita semua akan menuju kesana, menjadi lanjut usia
dan kita mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia, sehingga kita semua
mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan para lanjut
usia, orang tua kita semua.
32

Daftar Pustaka

1. Stanley, Mickey, and Patricia Gaunhett Beare. Buku Ajar Keperawatan


Geronik. Jakarta. EGC. 2006.
2. Maryam Siti Etal. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta.
Salemba Medika. 2008.
3. Azizah, M. Malik. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu.
2011.
4. Darmojo, B & M.Hadi. Geriatri; Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI. 2004.
5. Departemen Kesehatan RI. Pola Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut di
Panti Wredha. Jakarta. 1997.
6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengelolaan: Kegiatan Kesehatan di
Kelompok Usia Lanjut. Jakarta. 2003.
7. Nugroho,W. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta. EGC.
2000&2008.
8. Pudjiastuti,S& Utomo. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta. EGC.2003.
9. Departemen Sosial RI. Kebijakan & Program Pelayanan Sosial Lanjut
Usia di Indonesia. Jakarta. 2003.
10. WHO. Active aging. Jakarta. 2013
11. WHO. Active aging:A policy framework.2002

Anda mungkin juga menyukai