Skizofrenia YTT
Skizofrenia YTT
Skizofrenia YTT
LAPORAN KASUS
DISUSUN OLEH:
N 111 16 033
PEMBIMBING:
1
dr. Nyoman Sumiati, M. Biomed, Sp.KJ
RSU ANUTAPURA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
2
Mengamuk
C. Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
3
Keluarga pasien mengatakan ini kali ketiga dia menjalani
perawatan di RSJ yang sebelumnya pada tahun 2017 sempat dirawat
selama 3 minggu karena sering mengamuk. Pasien pertama kali
dirawat selama 1 bulan pada Februari 2016 karena gelisah dan
mengamuk di rumah. Selama 11 bulan, pasien tidak gelisah ataupun
mengamuk. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien rutin minum
obat dan kontrol ke RSJ.
4
Pada masa ini, pasien sering jengkel dengan teman-temannya
karena pasien merasa dianggap remeh.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja. ( 12-18 tahun)
Pasien melanjutkan sekolah hingga jenjang SMA. Pada
masa ini pasien mulai merokok dan mengonsumsi alcohol.
J. Situasi Sekarang
Pasien sudah tenang dan merasa bahwa dirinya tidak sakit. Pasien
tidak suka di RSJ karena jauh dengan orangtua pasien.
5
dan tidak rapi, warna kulit sawo matang. Tampakan wajah pasien
sesuai dengan umurnya. Perawatan diri baik.
2. Kesadaran : Kompos Mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tidak tenang
4. Pembicaraan : Spontan, intonasi kuat, artikulasi jelas dan menjawab
sesuai dengan pertanyaan.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan afektif
1. Mood : Disforia
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Miskin Ide
b. Kontinuitas : Terputus, kadang irrelevant
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
6
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Pasien ingin menikah
b. Gangguan isi pikiran : Waham kejar, Waham kebesaran,
Waham rujukan
G. Daya nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat I: Pasien tidak menyadari dirinya sakit dan tidak butuh
pengobatan dari dokter.
Tanda-tanda Vital :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,20C
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pem.Jantung-paru : dalam batas normal
2. Status Neurologis :
GCS : E4M6V5
7
Pemeriksaan motorik dan sensorik : N/N
N/N
Fungsi kortikal luhur : Dalam batas normal
Pupil : Bundar isokor
Reflex cahaya : (+)/(+)
Pemeriksaan Kaku Kuduk & meningeasl sign : (-)
Refleks Fisiologis : Positif
Refleks Patologis : Negatif
Pemeriksaan N. Cranialis & Perifer : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Tekanan Intrakranial : Tidak dilakukan pemeriksaan
8
Saat autoanamnesis pasien tampak mampu memahami pertanyaan
yang diberikan. Pada saat pemeriksaan pasien menjawab.pertanyaan secara
spontan, intonasi kuat, artikulasi jelas dan menjawab sesuai dengan
pertanyaan.tetapi ide yang dikeluarkan sedikit dan pembicaraan sering
terputus dan teralihkan. Pasien mengatakan dirinya tidak sakit dan tidak
memerlukan bantuan dokter.
Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien tampak tenang dan mood
disforia, afek tumpul. Pengetahuan dan kecerdasan sesuai sesuai
pendidikan, produktivitas ide berlebihan, daya konsentrasi cukup, orientasi
(waktu, tempat, orang), daya ingat dan pikiran abstrak semuanya baik, Uji
daya nilai baik. Pasien memiliki waham kejar, waham bizar dan waham
rujukan. Terdapat hendaya social, hendaya pekerjaan dan hendaya
penggunaan waktu senggang. Tilikan derajat I.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
- Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesa dan alloanamnesa didapatkan adanya
gejala klinis yang bermakna berupa waham kebesaran, waham kejam
dan waham rujukan. Selain itu, didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu pasien mengamuk dan gelisah. Keadaan ini
menimbulkan disstress bagi pasien dan keluarganya, serta
menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita,
juga terdapat hendaya dalam social dan pekerjaan serta penggunaan
waktu senggang yang telah dialami kurang lebih 1 tahun,
sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi
gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta
dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini,sehingga
9
diagnose Gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan pada status mental
ditemukan adanya arus pikiran yang terputus (break) yang berakibat
pembicaraan tidak relevan, selain itu terdapat gangguan perilaku
seperti gaduh gelisah, dimana gejala khas tersebut telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih, maka dapat di diagnosis
sebagai Skizofrenia. Adapun untuk tipe skizofrenia, dapat
diklasifikasikan dalam Skizofrenia tak terinci (undifferentiated), hal ini
disebabkan gejala pada pasien tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia paranoid (halusinasi dan waham tidak menonjol),
hebefrenik (harus dilakukan pengamatan yang bersifat kontinu selama
2-3 bulan untuk memastikan bahwa gambaran yang khas pada
hebefrenik memang benar bertahan seperti yang disebutkan dalam
PPDGJ III), atau katatonik (tidak ada stupor, rigiditas, fleksibilitas
cerea, negativism, posturing atau command automatism) sehingga
pada pasien ini didiagnosis kedalam Skizofrenia tak terinci (F20.3).
- Aksis II
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa sakit bila jauh dari
orangtuanya, serta pasien jarang mengutarakan keinginannya terhadap
orangtuanya. Pasien dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai Ciri
Kepribadian Dependen.
- Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis
- Aksis IV
Masalah dengan psikososial dan lingkungan lain.
- Aksis V
GAF scale 50-41 Gejala berat (seriuos), disabilitas berat
10
Psikologik
Ditemukan adanya waham kebesaran, waham kejar dan waham
rujukan, sehingga menimbulkan gejala psikis, sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
Sosial
Tidak terdapat masalah sosial.
VII. PROGNOSIS
Malam
Faktor yang mempengaruhi:
- Adanya dorongan dari keluarga
- Awitan muda
- Lajang
- Riwayat berulang (relaps)
- Riwayat melakukan tindakan penyerangan
VIII. RENCANA TERAPI
- Farmakoterapi :
Antipsikotik atipikal yaitu Clozapine dan Risperidone. Dosis perhari
Clozapine 25 - 100 mg, dan pasien ini diberikan Clorpromazine 25 mg
diminum 2 x 1/hari. Dosis perhari Risperidone 2 - 6 mg, dan pasien ini
diberikan Risperidone 2 mg diminum 2 x 1/hari.
Tahapan Terapi
a. Fase penilaiaan: pada fase ini diperoleh informasi dari pasien, maka
perlu dilakukan evaluasi psikiatri yang komperhensif. Informasi juga
dapat dikumpulkan dari karyawan, teman sekolah, ataupun teman
kantor. Yang perlu dinilai meliputi: penilaiaan sistematik terhadap
tingkat intoksikasi, riwayat medik, psikiatri yang komperhensif, riwayat
terapi penggunaan NAPZA sebelumnya, riwayat penggunaan NAPZA
sebelumnya, penapisan melalui darah dan urin, skrining penyakit lain
b. Fase terapi detoksifikasi
c. Fase terapi lanjutan
- Psikoterapi
11
Menjelaskan kepada pasien bahaya NAPZA dan juga untuk
memberikan pengertian dan dukungan apsien agar tidak kembali
menggunakan NAPZA.
- Edukasi
Memberitahu keluarga agar dapat memperbaiki hubungan
keluarga, mendukung pasien untuk tidak kembali menggunakan
obat-obatan menjaga lingkungan pasien, tidak mempertemukan lagi
pasien dengan teman-teman yang menggunakan obat-obatan.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.
X. PEMBAHASAN
Arti kata Skizofrenia dipopulerkan oleh Eugen Bleuler. Ketika itu,
pada tahun 1911, Bleuler menganjurkan supaya lebih baik dipakai istilah
skizofrenia, karena nama ini dengan tepat sekali menonjolkan gejala
utama penyakit ini,yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan (schizos =
pecah-belah atau bercabang, phren = jiwa).
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan
hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini
mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan
spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.
Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis
(seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).
12
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua
pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi
antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai
antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperlalu banyaknya reseptor
dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut.
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur
dopamin yaitu:
1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya
gejala positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin
pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral
tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus
akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada
emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan
gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor
dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif
mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif
meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan
mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala
negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan
kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur
mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks.
Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi
secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui
inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade
antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada
mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala
kognitif.
13
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra
pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan
dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan
gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson
yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau
peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan
pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal
tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi
dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi
melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada
gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik,
maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga
menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.
Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman diagnostik untuk
Skizofrenia :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
14
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara).
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh
(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan
(over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.
(b)Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
(d)Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
15
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
pribadi (personal behaviour),bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan,tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir
(self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.
16
DAFTAR PUSTAKA
17