Tak Gerontik
Tak Gerontik
Tak Gerontik
Oleh Kelompok X
Anggota :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
PER-PLANNING
PROGRAM TERAPI MODALITAS (TERAPI OKUPASI): MEMBUAT
KERAJINAN TANGAN DARI BARANG BEKAS PADA LANSIA DI WISMA
CINTA KASIH YOS SUDARSO PADANG
A. Latar belakang
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Mubarak, 2011). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
dan kurang gairah.
Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang
mengalami perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau
organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan daya kemampuan untuk hidup serta keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi,
2009).
Salah satu kegagalan berkaitan dengan fungsi penurunan daya
kemampuan pada lansia adalah penurunan fungsi kognitif yaitu demensia.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada
intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
persepsi, perhatian dan konsentrasi penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi
(Arif Mansjoer, 2010).
Saat ini kasus demensia telahmelonjak tajam dengan semakin besarnya ju
mlah lansia di Indonesia. Bahkan demensia diperkirakan akan melonjak dalam
beberapa dekade mendatang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hingga kini saja terdapat 35,6 juta orang yang hidup dengan demensia pada
2010. Angka itu berpotensi meningkat hingga dua kali lipat menjadi 65,7 juta
pada 2030 (menurut WHO di Swiss).
Pada tahun 2050, kasus dimensia bisa meningkat tiga kali lipat hingga
mencapai 115,4 juta (menurut WHO di Swiss). Saat ini jumlah penyandang
dimensia di Indonesia hampir satu juta orang.
Sebagian besar demensia tipe Alzheimer yang gejala dirinya berupa
pelupa dan kesulitan visuopasial sering terlewatkan sehingga sulit mengetahui
waktu pasti muncul penyakit. Biasanya penyandang dibawa ke rumah sakit (RS)
atau Dokter karena penyakit lain seperti; stroke, dieabetes, hipertensi atau
kolesterol. Dan ketika diperiksa dokter baru mengetahui bahwa itu adalah proses
dimensia. Angka kejadian Dimensia di Asia Afrika adalah 4,3 juta pertahun yang
akan meningkat menjadi 19,7 juta per tahn pada tahun 2050. Artinya, laju
demensia adalah 1 kasus baru setiap 7 detik menurut penelitian Graff.
Salah satu cara untuk mengoptimalakn fungsi kognitif lansia adalah
dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu bentuk
psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian
secara manual, kreati, dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan
lingkungan dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik dan mental pasien.
Terapi okupasi bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan
fungsi dan atau mengupayakan kompensasi / adaptasi untuk aktifitas sehari-hari,
produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi, stimulasi dan
fasilitasi. Terapi okupasi meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam
bidang kinerja berikut; aktivitas hidup sehari-hari (misalnya makan, mandi,
minum, toileting, mobilisasi fungsional) dan kegiatan instrumental hidup sehari-
hari. Aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau
hubungan satu dengan yang lain saling terkait dan dapat bersama-sama mengikuti
norma yang sama.
Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan
kelompok klien dengan maksud memberi therapy bagi anggotanya. Salah satu
TAK adalah terapi okupasi yang merupakan usaha penyembuhan melalui
kesibukan atau pekerjaan tertentu, bagian dari rehabilitas medis sehingga pasien
tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai suatu kebutuhan dan
akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup. Salah satu terapi okupasi
adalah membuat kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan minat
lansia pada rekreasi atau kreativitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan kelompok lansia dapat bersosialisai dengan
efektif.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah mengikuti kegiatan lansia dapat menunjukan/meningkatkan harga
dirinya dengan menunjukan keterampilanya (hobinya).
b. Dapat mengurangi kebosanan.
c. Menjadikan lansia lebih produktif.
d. Meningkatkan hubungan kekeluargaan antara penghuni wisma cinta
kasih dengan mahasiswa praktek.
C. Manfaat
1. Bagi Peserta Terapi Okupasi
Diharapkan terapi okupasi ini dapat dijadikan sebagai sebuah terapi selain
terapi medis yang bias mengurangi tingkat stress pada lansia, kejadian
dimensia pada lansia, dan alzheimer, sehingga lansia bisa lebih kooperatif,
bersemangat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, meningkatkan
kemampuan individu untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya pelaksanaan okupasi ini bisa menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya terapi modalitas (terapi okupasi)
pada lansia.
Lampiran
A. Konsep Lansia
Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis
(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung,
sedangkan biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang
berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari
keadaan jaringan tubuhnya. Lanjut usia merupakan proses alamiah dan
berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktural dan fungsi
secara normal, ketahanan terhadap cedera, termaksud infeksi (Mubarak, 2010).
Menurut WHO dalam Setiabudhi (2005), usia lanjut meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun
2. Usi lanjut (elderly), kelompok usia 60-70 tahun
3. Usia lanjut tua (very old), kelompok usia diatas 75 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Depertemen Kesehatan RI (2006) memberikan
batasan lansia sebagai berikut:
1. Virilitas (prasenium): Masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
2. Usia lanjut dini (senescen): Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun).
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif: usia di
atas 65 tahun (Fatmah, 2010).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan, Mubarak (2010);
1. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari,
3. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus-menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan
bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan-kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung
dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan
ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan
masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial
(Goldstein, 1992).
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri- ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. Penarikan diri ke dalam dunia
fantasi Selalu mengingat kembali masa lalu Selalu khawatir karena
pengangguran, Kurang ada motivasi, Rasa kesendirian karena hubungan dengan
keluarga kurang baik, dan Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
c. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu,
dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu,
tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
d. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
C. Terapi Okupasi
1. Pengertian Terapi Okupasi
Pengertian terapi okupasi sangat banyak, antara lain sebagai berikut:
Occupation : kesibukan / pekerjaan. Terapi okupasi adalah usaha
penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan tertentu. Terapi okupasi
adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitas medis. Penekanan terapi ini adalah sebagai pada sensomotorik
dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan
mengnibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan
pemeliharaan kamampuan anak. Dengan memperhatikan asset (kemampuan)
dan Emitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Terapi okupasi adalah prilaku atau kegiatan-kegiatan individu yang
akan dilakukan pada area kerja, perawatan diri dan rekreasi. Terapi okupasi
adalah suatu aktifitas-aktifitas yang secara disadari dapat dilihat,
direncanakan dan menyenangkan.
Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untukmengarahkan
pertisipasiseseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah
ditentukan dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlian yang
dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Prinsip : Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai
suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.
A. Peserta
1. Karakteristik/criteria
a. Peserta dapat diajak bekerjasama
b. Pasien dapat berkonsentrasi.
2. Proses seleksi
a. Pengkajian oleh mahasiswa
b. Penyekesian peserta sesuai criteria
c. Peserta tidak disorientasi
d. Kooperatif dan dapat memahami pesan yang diberikan
e. Mengadakan kontrak dengan klien
3. Daftar Klien
Jumlah klien dalam TAK ada 10 orang, berikut daftar nama pesertanya:
1) Oma Herlina
2) Oma Dorkas
3) Oma Lani
4) Oma Amoi
5) Oma Rosalinda
6) Oma Yati
7) Oma Lisa
8) Oma Poniyem
9) Oma Lusi
10) Oma Elizabet
4. Pengorganisasian
a. Waktu
Hari/tanggal : Sabtu/ 15 Oktober 2016
Waktu : 09.00 wib sampai dengan 10.00 wib
Tempat : Wisma Cinta Kasih Yos Sudarso Padang
b. Pengorganisasian
1. Pembimbing Pendidikan : Gusti Sumarsih,
S.Kp, M.Biomed
Ns. Bunga Permata Wenny, S.Kep, M.Kep
2. Pembimbing Ruangan :
3. Leader : Rahma Yuwitri,
S.Kep
4. Co Lider : Fitri Wulandari, S. Sep
5. Fasilitator : Jekky Gusrianto, S.Kep
Eva Yanti, S.Kep
6. Observer : Santri Aniel
c. Tim Terapis
Setting : Peserta dan terapis duduk bersama dan keadaan ruangan tenang
Tim terapis dan uraian tugas
Leader:
Menyusun rencana TAK
Mengarahkan peserta sesuai tujuan
Memfasilitasi peserta untuk mengekpresikan perasaan, pendapatan
dan memberikan upan balik.
Role play
Mengkaji hambatan peserta
Mengkajikomplik interpersonal
Mengkaji sejauh mana peserta mengerti dan melaksanakan
kegiatan
Co leader:
Membantu leader memimpin peserta
Membantu mengorganisir peserta
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas
peserta.
Mengingatkan leader jikakegiatan menyimpang
Mengingatkan leader tentang waktu
Fasilitator:
Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
dalam mengkonsentrasikan peserta untuk ikut dan focus pada
arahan yang diarahkan oleh leader.
Membantu memotivasi peserta agar ikut dalam kegiatan
Berperan sebagai role model bagi peserta selama kegiatan
berlangsung
Mempertahankan kehadiran peserta:
Selama kegiatan TAK berlangsung kurang lebih 40 menit
Peserta yang ingin kebelakang untuk izin dan kembali
kekelompok awal.
Observer:
Mengobservasi respon peserta
Mengobservasi pelaksaan TAK
Mengobservasi jalannya/proses TAK
Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
berlangsung
d. Metode
Diskusi
Demonstrasi
e. Alat
Kardus
Karton
Pipet
Lem Aibon
Potongan Kain Perca
Microvon
Meja
Lembaran Observasi
Mp3 music
Langkah Kerja:
1. Siapkan potongan kardus 25cm x 15cm,
2. Siapkan abjad nama dari potongan kain perca,
3. Siapkan sedotan berwarna/pipet
4. Siapkan lem aibon
5. Setelah alat lengkap, tempelkan sedotan berwarna di atas karton
menggunakan lem aibon, boleh secara vertikal dan boleh juga
secara horizontal
6. Setelah siap mengelem sedotan diatas kardus, kemudian ambil
potongan abjad dari kain perca dan tempetkan di atas susunan
sedotan secara vertikal.
Setting Tempat
P P
A K
F
F
Keterangan :
= Leader `
O = Observer = Klien
PA = Pembimbing Akademik PK = Pembimbing Klinik
F = Fasilitator
STRATEGI PELAKSANAAN
1. 5 menit 1. Pembukaan :
2. Membuka kegiatan Memperkenalkan
3. Memperkenalkan diri : terapis,
diri
lansia, dan pembimbing
4. Menanyakan perasaan lansia
Menjelaskan
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara Memperhatikan
pelaksanaan terapi bermain
membuat kerajinan tangan kepada
lansia
2. Memberikan kesempatan kepada Bertanya
lansia jika belum jelas
3. Membagikan Kardus dan pipet Antusias saat
pada lansia serta potongan kain menerima
perca kepada lansia peralatan
4. Fasilitator mendampingi dan Memulai untuk
memberikan motivasi kepada melem kain
lansia
5. Menanyakan kepada lansia
apakah telah selesai melem pipet Menjawab
ke kardus dan menempet nama pertanyaan
dari potongan kain perca pada
kardus yang telah di hias dengan
pipet
6. Memberitahu lansia bahwa waktu
yang diberikan telah selesai Mendengarkan
7. Memberikan pujian terhadap
lansia yang mampu Memperhatikan
menyelesaikan dengan baik hasil
kerajinan tangannya
3. 5 menit Evaluasi :
1. Menanyakan bagaimana perasaan Menceritakan
lansia setelah mengikuti kegiatan
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan
kepada seluruh lansia yang telah Gembira
mengikuti program terapi
kelompok
2. Mengucapkan terima kasih
Mendengarkan
kepada lansia
3. Menutup acara
KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
3. Kriteria Hasil