Manajemen Operasi
Manajemen Operasi
Manajemen Operasi
Web ini berisi referensi manajemen operasi dan manajemen proyek yang terdiri dari topik-topik
ruang lingkup manajemen operasi, produktivitas, perencanaan produk, luas produksi, pola
produksi, proses produksi, lokasi pabrik, ayout pabrik, learning curve - kurva pembelajaran,
standard kerja, persediaan/ inventori, manajemen berbasis kegiatan, manajemen kualitas,
organisasi proyek, siklus proyek, perencanaan proyek, estimasi biaya dan penganggaran proyek,
pengendalian proyek, evaluasi, audit dan pelaporan proyek, manajemen resiko, keperilakuan
dalam manajemen proyek.
PENGANTAR
Web ini dibuat dengan satu semangat yakni menjadikan hidup ini lebih bermakna dengan berbagi
pengetahuan kepada lebih banyak orang melampaui batas jumlah yang bisa ditemui, melampaui
batas sekat ruang sekolah, melampaui batas waktu usia kami sebagai manusia.
Web ini didedikasikan kepada semua orang dimanapun berada yang ingin menambah wawasan
di bidang manajemen operasi.
Harapannya, web ini dapat membantu siapa saja yang berkehendak baik yang sedang
mengupayakan terciptanya hal-hal baik di lingkungannya khususnya dalam hal pengelolaan
operasionalisasi gagasan dan pengelolaan proyek.
KAPAL TUA DAN LEMAHNYA MANAJEMEN OPERASI Kapal berusia tua dan
kelemahan dalam manajemen operasi menjadi persoalan besar dalam pelayanan di
perlintasan penyeberangan Merak Bakauheni. Di tengah problema tersebut, mafia
berkeliaran menangguk untung.Demikian kesimpulan dari pernyataan ...
Dikirim 15 Nov 2012 15.06 oleh Manajemen Operasi + Proyek
Perbedaan pokok antara Manajemen Operasi dengan OR atau MS atau IE adalah bahwa MO
merupakan bidang manajemen sedang OR/ MS merupakan aplikasi metode kuantitatif untuk
pengambilan keputusan di segala bidang, sementara IE merupakan disiplin ilmu teknik. Dengan
demikian MO menggunakan OR/ MS sebagai alat untuk pengambilan keputusan seperti
misalnya dalam penyusunan skedul dengan menggunakan jalur kritis, dan dalam beberapa hal
memiliki topic bahasan yang sama dengn IE seperti otomatisasi pabrik. Perbedaan peran
manajemen membuat MO menjadi berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Sementara menuruty
Agus Ahyari manajemen produksi/ operasi merupakan proses kegiatan untuk mengadakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dari produksi dan proses
produksi. Sedang menurut Sukanto, manajemen produksi/ operasi Merupakan usaha mengelola
dengan cara optimal terhadap faktor-faktor produksi atau sumber seperti manusia, tenaga kerja,
mesin dan bahan baku yang ada.
Manajemen operasi (MO) mulai berkembang pesat sejak tahun 1910-an. Pada saat itu
Frederick W Taylor mengembangkan konsep yang terkait dengan efisiensi di bidang produksi
dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk menghitung produktivitas, menggunakan fungsi
manajemen untuk menemukan dan menggunakan aturan dan prosedur dalam operasi system
produksi
Ruang lingkup Manajemen Operasi mencakup tiga aspek utama yaitu: 1) Perencanaan Sistem
Produksi. Perencanaan Sistem Produksi ini meliputi Perencanaan Produk, Perencanaan Lokasi Pabrik, Perencanaan
Layout Pabrik, Perencanaan Lingkungan Kerja, Perencanaan Standar Produksi. 2) Sistem Pengendalian Produksi.
Meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas dan pemeliharaan. 3) Sistem Informasi
Produksi. Aspek ini meliputi struktur organisasi, Produksi atas dasar pesanan, Mass Production. Ketiga aspek dan
komponen-komponennya tersebut agar dapat berjalan dengan baik perlu planning, organizing, directing,
coordinating, controlling (Management Process).
Dalam perencanaan manajemen produksi/operasi, perencanaan hingga pengambilan keputusan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kalsifikasi hirarkhis (Hierarchical Classifications). Artinya, perencanaan dan keputusan
ditempatkan pada tiga kategori yakni:
1. Keputusan dan Rencana Strategik
Pada tataran ini, perencanaan dan keputusan memiliki skop yang luas dan meliputi seperti misalnya, penentuan
product line, distribution and marketing channel, new plant and warehouse, dll.
Perencanaan dan keputusan pada tataran strategik diambil oleh mereka yang berada pada tingkatan tertinggi
dalam organisasi, yang kemudian perencanaan dan keputusan pada tingkat strategik tersebut perlu diterjemahkan
dan dijadikan pedoman atau batasan dalam perencanaan dan keputusan taktis. Selanjutnya perencanaan dan
keputusan taktis, yang dibuat berdasarkan perecanaan dan keputusan stratejik, dijadikan pedoman bagi perencanaan
dan keputusan operational.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa produksi adalah proses konversi sumber-sumber yang ada
dalam perusahaan menjadi produk (output). Dengan demikian, system produksi didefinisikan sebagai kumpulan
dari semua kegiatan dan operasi yang saling berkaitan dalam rangka menghasilkan barang dan jasa.
Sistem operasi/ produksi terdiri dari lima komponen dasar seperti terlihat pada bagan sistem operasi. Apapun
prosesnya dan apapun perusahaannya selalu berintikan pengolahan input menjadi output. Apa input yang diperlukan
dan proses konversi/ transformasi/ penciptaan yang bagaimana yang dilakukan utuk menghasilkan output tertentu
akan selalu bergantung pada konteksnya.
2 Konsumen tidak terlibat langsung dalam proses Konsumen terlibat langsung dalam proses
menghasilkan output menghasilkan output
3 Lokasi fasilitas proses dapat berada Lokasi fasilitas proses dekat dengan
jauh dari konsumen/ pasar konsumen/ pasar
Pada organisasi jasa, istilah yang dipakai bukan proses konversi tetapi proses penciptaan. Proses penciptaan ini
meliputi misalnya menyediakan jasa pada waktu dan tempat tertentu,atau bila misalnya organisasi tersebut adalah
rumah sakit, staf yang ahli dan trampil yakan menciptakan kepuasan.
3) Managers
Manajer merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem produksi. Agar sistem produksi dapat berjalan
efektif, diperlukan manajer yang trampil merencanakan dan mengambil keputusan. Manajer harus menyediakan
input, mengendalikan proses konversi dan kreasi, dan menjamin tersedianya output pada waktu dan tempat yang
tepat untuk memenuhi permintaan. Untuk itu manajer dalam sistem produksi harus memiliki kemampuan teknis dan
perilaku.
4) Feedback
Merupakan proses monitoring output sistem produksi dan penggunakan informasi untuk mengendalikan proses
produksi. Feedback yang efektif memerlukan ukuran-ukuran kinerja dan kemampuan organisasi untuk memperbaiki
produk yang ditawarkan agar dapat lebih memuaskan permintaan pasar. Sebagai catatan, bila perencanaan dan
keputusan mengalir dari atas ke bawah, maka lain halnya dengan feedback. Feedback mengalir dari bawah ke atas
sehingga memberikan keterkaitan antar tingkatan hirarkhis.
Sistem produksi hanya merupakan salah satu komponen dari sekian banyak komponen yang ada dalam
organisasi. Sistem produksi dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan fungsi-fungsi lain dalam perusahaan.
Misalnya, fungsi Finance bertanggung jawab atas penyediaan dana, mengendalikan penggunaannya, analisis
kesempatan investasi, dan menjamin bahwa operasi perusahaan berdasarkan pada tingkat biaya yang efektif.
Keputusan finansial mempengaruhi pilihan peralatan produksi, penggunaan kelebihan waktu, kebijakan
pengendalian biaya, keputusan price-volume. Fungsi Accounting mencatat segala biaya dan harga yang berkaitan
dengan keputusan finansial, pembelian, dll, yang sering kali data-data tersebut harus diperoleh dari fungsi Produksi.
Marketing bertanggung jawab dalam hal pengelolaan permintaan, dan menjamin kepuasan konsumen, serta
mengembangkan pasar baru dan produk potensial. Koordinasi antara fungsi Marketing dan Production sangat
penting agar estimasi dan peramalan permintaan dapat digunakan secara efektif, dan untuk menjamin kecukupan
kapasitas dalam rangka menangani permintaan dan dapat mendistribusikan produk jadi pada waktu yang tepat.
Fungsi Engineering menetapkan pedoman kualitas produk, metode produksi, dan spesifikasi teknis lainnya. Fungsi
Personalia merekrut dan melatih tenaga kerja dan bertanggung jawab atas moral pekerja, administrasi upah, dll.
Oleh karena manusia merupakan faktor terpenting dalam organisasi, maka fungsi ini merupakan fungsi yang vital
dalam membantu kelancaran sistem produksi. Research and Development (R&D) menginvestigasi gagasan baru dan
kemanfaatan produk tersebut bagi konsumen. Terakhir, Transaksi dan Pembelian bertanggungjawab atas tersedianya
bahan dan supplies dan distribusi produk jadi.
Lebih jauh, keseluruhan tujuan dan kebijakan perusahaan dipengaruhi oleh berbagai pengaruh eksternal, yang
juga pasti berdampak pada sistem produksi. Ada setidaknya empat faktor lingkungan yang terpenting, yaitu (i)
Kondisi Ekonomi seperti tingkat bunga, ketersediaan modal, peraturan perpajakan, dan skala ekonomi. (ii)
Peraturan Pemerintah berkaitan dengan pengendalian polusi dan dampak lingkungan. (iii) Kompetisi. Kondisi
persaingan, market share dan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap strategi pesaing memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap product lines dan keputusan strategic lainnya. (iv) Teknologi. Adanya teknologi baru dalam
proses produksi, peralatan dan bahan-bahan dapat secara dramatis mempengaruhi disain produk dan metode
produksi.
Kalau di manajemen pemasaran ada istilah 4P, sedang di manajemen operasi dikenal istilah Five Ps (5P). 5P
dalam konteks manajemen operasi terdiri dari 1) People meliputi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung. 2) Plant mencakup pabrik atau kantor cabang dimana produksi dilakukan. 3) Parts meliputi bahan-bahan.
Sumber daya yang diolah dalam sistim. 4) Process meliputi prosedur, dan tahap-tahap pelaksanaan produksi. 5)
Planning dan Control Sysem merupakan prosedur dan manajemen informasi yang digunakan untuk mengoperasikan
sistem. (Hendra Poerwanto G).
Produktivitas
Sebenarnya isu produktivitas telah merebak dan menjadi perhatian kalangan bisnis
sejak era manajemen ilmiah, ketika Frederic W. Taylor, dan kawan-kawannya seperti Frank
dan Lillian Gilbreth melakukan studi tentang metode kerja untuk meningkatkan efisiensi
tenaga kerja. Kemudian tahun 1970-an, produktivitas kembali menjadi salah satu isu paling
penting, baik pada tingkatan mikro - organisasi-, maupun pada tingkatan makro - nasional.
Jauh-jauh hari sebelum itu, Jepang termasuk salah satu negara yang beperhatian besar atas
soal produktivitas dan sangat paham mengenai soal itu. Dari satu kata yang disebut
produktivitas tersebut, kemudian Jepang menjabarkannya ke dalam strategi yang holistik-
integratif, yakni strategi pembangunan, strategi pendidikan, strategi pembudayaan-
pemberdayaan masyarakat, dan strategi industri.
Hasilnya, pada periode tahun 1967 sampai 1974, Jepang sukses meningkatkan
produktivitasnya sampai pada angka 99,6%. Sementara, pada periode yang sama
produktivitas Jerman - waktu itu Jerman Barat - hanya mencapai angka 43,3% dan Amerika
Serikat lebih rendah lagi yaitu 29,25% (David R Anderson: 1984). Sekarang, Jepang dapat
dijadikan contoh dan bukti bahwa produktivitas membantu bangsa itu mencapai posisi
yang lebih kompetitif di pasar internasional dan ketahanan ekonomi yang kuat.
Produktivitas sering dianggap sama dengan efektivitas, prestasi, hasil, atau kerja
keras. Paham yang salah semacam itu akan mengakibatkan kekacauan semantik, di mana
orang memakai kata yang sama - produktivitas - untuk pengertian yang berbeda-beda. Yang
menjadi kekhawatiran adalah bahwa kekacauan semantik ini memberikan dampak ikutan
pada pelbagai strategi dan implementasi tindakan yang mengatasnamakan produktivitas,
pada hal yang dimaksudkan lain sama sekali.
Dengan demikian, tingkat efisiensi produktif total akan tercapai bila terpenuhi kondisi
di mana:
a). untuk berbagai-bagai bauran masukan yang digunakan dalam menghasilkan tingkat
kuantitas dan
kualitas keluaran tertentu, tidak ada kombinasi kuantitas masukan lain yang lebih
kecil, yang dapat
digunakan untuk menghasilkan tingkat keluaran yang sama (technical efficiency)
b). kombinasi masukan tertentu yang memenuhi kondisi pertama, dipilih kombinasi
masukan yang
biayanya terendah (price efficiency).
Dari pesan itu juga, dapat digali cara-cara bagi terciptanya efisiensi produktif total.
Dalam hal memenuhi kondisi technical efficiency, cara yang dilakukan antara lain dengan
menemukan suatu kombinasi penggunaan masukan yang lebih sedikit untuk menghasilkan
tingkat kuantitas dan kualitas keluaran yang sama.
Sementara, untuk mendapatkan kondisi price efficiency, dapat dilakukan dengan cara
menemukan alternatif pengganti masukan yang harganya mahal dengan masukan yang
harganya relatif lebih murah.
Bentuk matematik yang sederhana tersebut ternyata tidak dapat melepaskan ukuran-
ukuran produktivitas dari persoalan-persoalan yang memang inheren dengan
kesederhanaan yang dimiliki. Beberapa persoalan yang perlu diperhatikan antara lain
adalah:
Kemudian perusahaan merekrut pekerja baru yang memiliki ketrampilan lebih rendah
dengan penghasilan Rp.10.000,00 per hari. Secara bersama-sama, setiap harinya mereka
mampu menghasilkan 28 unit sepatu. Bila digunakan ukuran kuantitas fisik untuk mengukur
komponen masukan, maka angka produktivitas menjadi 14 unit per orang-hari. Ini berarti
bahwa produktivitas tenaga kerja setelah ada penambahan tenaga kerja baru menunjukkan
penurunan sebesar 6,7% (1/15 = 0,067 x 100%) dibanding sebelum ada tambahan tenaga
kerja baru. Akan tetapi, bila ukuran masukannya adalah unit moneter, maka produktivitas
tenaga kerja berada pada angka 0,00112 per rupiah-hari atau mengalami kenaikan sebesar
12% (0,00012/0,001= 0,12 x 100%) dari sebelumnya. Hasil perhitungan yang terakhir ini
ternyata memberikan informasi yang berlawanan arah dengan hasil perhitungan yang
menggunakan cara pertama.
Perbedaan hasil ukuran produktivitas tenaga kerja pada contoh di atas disebabkan oleh
penggunaan satuan ukuran masukan yang berbeda. Yang pertama, satuan masukan
dinyatakan dalam kuantitas fisik jumlah tenaga kerja. Bentuk matematik produktivitas akan
menghitung angka rata-rata keluaran dari setiap tenaga kerja. Ini berarti perhitungan
tersebut secara implisit mengasumsikan bahwa semua pekerja berada pada posisi yang
sama. Pada hal tidak demikian. Dua pekerja tersebut dalam contoh memiliki upah berbeda.
Perbedaan upah di sini menunjukkan perbedaan tingkat ketrampilan yang dimiliki.
Menghadapi keadaan semacam ini, kiranya menjadi lebih baik bila masukan tenaga kerja
dinilai secara relatif dalam satuan unit moneter.
Di sisi lain, ukuran-ukuran produktivitas parsial, bila digunakan secara terpisah dan
terdapat memberikan informasi yang menyesatkan. Dalam kasus dimana terjadi penurunan
produktivitas salah satu komponen masukan, ada kemungkinan menyebabkan peningkatan
produktivitas pada komponen masukan yang lain. Demikian pula sebaliknya. Jadi ada
semacam tradeoff yang bisa jadi dikehendaki karena secara keseluruhan terjadi kenaikan
produktivitas. Ini tidak akan nampak bila digunakan ukuran parsial dan isolatif. Untuk
memberikan gambaran yang lebih konkrit berikut ini diberikan sebuah ilustrasi.
Misalkan saja sebuah unit usaha pada bulan yang lalu menghasilkan barang sejumlah
10.000 unit, dengan biaya tenaga kerja dan peralatan masing-masing sebesar Rp.50.000,00
dan Rp.25.000,00 per bulan. Selanjutnya ada tawaran investasi untuk peralatan baru yang
lebih canggih untuk mengganti mesin yang ada. Meski biaya perbulannya sebesar
Rp.40.000,00, namun akan mengakibatkan penghematan biaya tenaga kerja sebesar
Rp.10.000,00. Bila tawaran investasi tersebut dievaluasi dengan melihat produktivitas
parsial dari sisi tenaga kerja, maka akan diperoleh informasi yang mengarahkan keputusan
pada menerima tawaran itu. Ini karena dengan menerima tawaran investasi mesin baru
yang lebih canggih, produktivitas tenaga kerja meningkat dari sebelumnya. Sebelum
menggunakan peralatan baru angka produktivitas parsial tenaga kerja sebesar 0,20 unit
keluaran per tenaga kerja-rupiah (10.000/50.000), sedang setelah digunakannya mesin
yang lebih canggih produktivitas tenaga kerja mencapai 0,25 unit keluaran per tenaga kerja-
rupiah (10.000/40.000).
Akan tetapi, bila investasi mesin baru yang ditawarkan seperti dalam ilustrasi
dievaluasi dengan cara yang berbeda, yakni dengan melihat akibatnya terhadap
produktivitas total, maka informasi yang diperoleh dari hasil perhitungan produktivitas total
tenaga kerja dan mesin akan membawa pada keputusan menolak tawaran itu. Produktivitas
total tenaga kerja dan mesin menunjukkan penurunan dari 0,133 unit keluaran per rupiah
masukan (10.000/(50.000+25.000)) menjadi 0,125 unit keluaran per rupiah masukan
(10.000/(40.000+40.000)). Penurunan produktivitas total disebabkan oleh kenaikan
produktivitas parsial tenaga kerja di satu sisi, tidak dapat menutup penurunan produktivitas
mesin di sisi lain.
Perlu diketahui bahwa nilai perbaikan produktivitas tidak terletak pada angka-angka
rasio produktivitas semata-mata, tetapi perlu ditelusur lebih jauh pada pengaruhnya
terhadap laba atau dengan kata lain dampaknya secara finansial dari produktivitas..
Karenanya, perlu dilakukan tinjauan finansial untuk mengetahui keterkaitan perubahan
produktivitas terhadap perubahan laba (profit-linked productivity).
"For the current period, calculate the cost of the inputs that would have been used in the
absence of any productivity change and compare this cost with the cost of the inputs
actually used. The difference in costs is the amount by which profits changed because of
productivity change" (Don R. Hansen : 1992).
Atas dasar aturan profit-linkage tersebut di atas, dicoba untuk memberikan tinjauan
finansial terhadap simulasi skenario kinerja produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 1.
Lebih jauh, simulasi yang penulis buat dimaksudkan untuk melihat apakah perbaikan atau
peningkatan produktivitas selalu dapat diartikan positif.
Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa bila dibandingkan dengan angka patokan, yakni
angka yang dianggarkan, maka situasi dalam skenario I menunjukkan produktivitas tenaga
kerja lebih tinggi 11%, dan di sisi lain produktivitas bahan mentah lebih rendah 2%.
Sementara skenario II, III dan IV menampilkan kinerja produktivitas yang lebih tinggi 11%
untuk produktivitas tenaga kerja dan 25% untuk produktivitas bahan dibanding yang
dianggarkan.
Untuk dapat melakukan penulusuran lebih jauh tentang apa yang terjadi di balik
angka-angka indek produktivitas pada tabel 1, tidak cukup hanya dengan melihat pada
ukuran-ukuran teknis operasional, tetapi diperlukan juga analisis yang mengupas angka-
angka produktivitas tersebut dari sisi finansial. Pada tabel 2 berikut, ditampilkan hasil
perhitungan tinjauan dampak finansial dari kinerja produktivitas untuk setiap skenario yang
ada.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2, terlihat bahwa kinerja produktivitas pada
skenario I tidak memberikan pengaruh pada laba yang ditunjukkan dengan selisih antara
biaya dianggarkan dengan aktual yang bernilai nol rupiah. Artinya, total biaya dianggarkan
sama dengan total biaya aktual sekalipun terjadi perbaikan produktivitas tenaga kerja. Ini
terjadi karena adanya tradeoff antara perbaikan produktivitas tenaga kerja (11%) dengan
penurunan produktivitas bahan mentah (2%) pada tingkat harga dan tingkat biaya per satu
satuan keluaran-masukan yang sama dengan tingkat yang dianggarkan. Tradeoff ini tidak
akan terlihat bila analisis dilakukan hanya pada komponen masukan tertentu secara parsial
dan terisolir dari komponen masukan yang lain.
Pada skenario II dan III, keduanya menunjukkan produktivitas tenaga kerja dan bahan
mentah yang lebih tinggi dari angka patokan anggaran. Dibandingkan dengan angka
patokan anggaran, terdapat perbaikan produktivitas tenaga kerja sebesar 11%, dan
produktivitas bahan mentah sebesar 25% untuk skenario II maupun skenario III. Perbaikan
produktivitas kedua komponen masukan tersebut memberikan dampak finansial yang
positif. Terbaca dari adanya selisih positif antara total biaya yang dianggarkan dengan total
biaya aktual. Pada skenario II terdapat selisih positif sebesar Rp.132,50, dan selisih positif
sebesar Rp.65,00 pada skenario III. Ini berarti bahwa pada tingkat jumlah keluaran dan
harga jual per satu satuan keluaran yang sama dengan yang dipatokkan, akan terjadi
kenaikkan keuntungan untuk skenario II maupun skenario III, yang masing-masing
kenaikkannya sebesar Rp.132,50 dan Rp.65,00.
Detail dari skenario II dan III memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan tingkat biaya
per satu satuan tenaga kerja di antara kedua skenario tersebut. Pada skenario III, biaya per
satu satuan tenaga kerja sebesar Rp.15,00. Angka ini 50% lebih besar dari patokan, dan
100% lebih besar dari yang diberikan pada skenario II.
Perbaikan produktivitas tenaga kerja maupun bahan mentah pada skenario yang
terakhir, yaitu skenario IV, tidak mampu memberikan dampak finansial yang
menggembirakan, dengan catatan tingkat harga jual aktual per satu satuan keluaran sama
dengan harga jual yang dijadikan patokan.
Selisih negatif antara total biaya yang dianggarkan dengan yang aktual sebesar
Rp.1.970,00 menunjukkan adanya penurunan keuntungan sebesar angka tersebut, sehingga
bila tingkat harga jual per unit keluaran sebesar Rp.25,00, akan menyebabkan kerugian
sebesar Rp.70,00. Akan tetapi, kerugian tersebut dapat dihindari karena harga jual per unit
keluaran pada skenario IV adalah sebesar Rp.27,00, atau Rp.2,00 lebih tinggi dari yang
dianggarkan. Artinya, bahwa perubahan biaya komponen masukan dapat ditutup oleh
perubahan penghasilan, atau dengan kata lain ada price recovery. (Hendra Poerwanto G)
Perencanaan Produk
Bila ditinjau dari perspektif horison waktu, kebijakan di bidang Manajemen
Operasi/Produksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni kebijakan manajemen
operasi/produksi yang bersifat jangka panjang dan kebijakan yang bersifat jangka pendek.
Kebijakan manajemen operasi/produksi yang bersifat jangka panjang adalah kebijakan yang
berkaitan dengan Perencanaan Produk. Cakupan Perencanaan Produk meliputi perencanaan
Lokasi Pabrik, Layout Pabrik, Lingkungan Kerja, dan Standar Produksi. Sementara, kebijakan
manajemen Operasi/Produksi yang horison waktunya jangka pendek adalah segala
kebijakan yang menyangkut Perencanaan Produksi. Perencanaan Produksi ini meliputi segala
perencanaan yang berkaitan dengan Bahan Baku, Tenaga Kerja Langsung, Komponen, Jam
Mesin, dll.
Setelah jenis atau macam produk yang akan dibuat telah ditentukan, kemudian dilakukan
perencanaan teknis. Perencanaan teknis di sini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Dalam arti luas Identifikasi adalah upaya menentukan ciri-ciri atau karakteristik (pencirian)
segala kegiatan dalam perusahaan, sedangkan arti sempitnya adalah upaya menentukan
ciri-ciri atau karakteristik (pencirian) bahan/produk. Klasifikasi juga mengandung dua arti,
yaitu arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, klasifikasi adalah upaya menggolong-
golongkan segala fase kegiatan dalam perusahaan, sedang arti sempit adalah upaya
mengkategorikan bahan/produk.
1. Sistem Arbitrasi, yakni pemberian tanda huruf/angka tanpa tanda pembeda untuk
barang yang sejenis tetapi tak serupa.
2. Sistem Tanda, yakni pemberian tanda huruf/angka dengan tanda pembeda untuk
barang yang sejenis tapi tak serupa. Ada dua macam sistem tanda, yakni:
Sistem Desimal, yaitu pemberian tanda angka dan angka pembeda untuk
barang yang sejenis tapi tak serupa.
Sistem Mnemonic, yaitu pemberian tanda yang berupa gabungan angka dan
huruf. Angka untuk ukuran barang, dan huruf untuk singkatan nama barang.
Simplifikasi
Arti luas simplifikasi adalah penyederhanaan segala hal yang berhubungan dengan
produksi, sedang arti sempitnya adalah usaha mengurangi keragaman bahan atau barang
yang diproduksi.
Simplifikasi memberikan dua sisi akibat pada produksi, yaitu akibat positif dan akibat
negatif. Akibat positifnya adalah memudahkan pembuatan barang-barang karena
terbatasnya macam barang. Proses produksi menjadi sederhana dan kebutuhan akan bahan
juga menjai lebih homogen. Penyederhanaan macam barang juga memungkinkan untuk
dilakukannya penyederhanaan cara kerja. Sedang akibat negatif yang mungkin timbul
adalah bila simplifikasi dilakukan tidak berdasarkan suatu perjanjian, baik perjanjian antar
produsen maupun perjanjian antara produsen dan konsumen, maka dapat menyebabkan
jatuhnya perusahaan yang melakukan simplifikasi karena ditinggal oleh konsumen atau
karena terjebak pada spesialisasi barang yang sudah jenuh di pasar.
Diversifikasi
Diversifikasi di sini diartikan sebagai upaya memperluas macam barang yang diproduksi.
Alasan dilakuknnya diversifikasi antara lain:
1. Diperlukan lebih banyak bahan mentah baik dalam volume maupun jenis, sehingga
diperlukan investasi lebih besar pada persediaan bahan.
2. Pengaturan menjadi lebih komplek dalam proses produksi untuk berbagai macam
barang.
3. Diperlukan tempat yang lebih luas untuk penyimpanan barang jadi agar pengiriman
ke konsumen tepat waktu.
4. Kebutuhan akan fasilitas alat-alat produksi, mesin-mesin menjadi lebih besar,
akibatnya investasi untuk mesin, peralatan dan tenaga kerja trampil juga menjadi
besar.
Standardisasi
Standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan
sebagai dasar pembanding baik kuantita, kualita, maupun nilai hasil karya yang ada. Dalam
arti yang luas, standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan maupun proses.
1. Dapat dikuranginya macam bahan baku maupun barang jadi yang harus ada dalam
persediaan.
2) Disain Fungsi
3) Disain Pembuatan Produk
4) Disain Teknologi dan Luas Perusahaan
5) Perencanaan Pendahuluan
Satu konsep penting dalam mendisain fungsi produk adalah konsep Reliabilitas Produk
yang didefinisikan sebagai probabilitas produk dapat berfungsi dengan memuaskan selama
periode waktu tertentu di bawah kondisi pemakaian tertentu. Ini berbeda dengan
pengertian kualitas. Diambilkan contoh, misalnya dikatakan bahwa reliabilitas accu mobil
selama 48 minggu adalah 97%. Ini artinya bahwa 97 dari 100 accu mobil dapat bertahan
selama 48 minggu bila pemakaian mobil normal atau misalnya menempuh jarak 12.000 km
per tahun.
Salah satu cara yang biasa digunakan untuk mengukur reliabilitas produk adalah
dengan menghitung Failure Rate, yaitu dengan mengukur jumlah kerusakan atau kegagalan
per unit per waktu. Secara matematis failure rate dihitung dengan cara:
Misalnya, Sebuah perusahaan lampu pijar memproduksi lampu pijar yang memiliki
ketahanan 72 jam dinyalakan terus menerus tidak akan rusak. Kemudian diambil 5.000 unit
produk lampu pijar untuk diuji ketahanannya dengan menyalakan selama 72 jam. Ternyata
jumlah lampu pijar yang rusak sebanyak 1.000 unit, maka tingkat kegagalan produk (failure
rate) adalah:
4. Aliran proses produksi dari bahan baku sampai menjadi produk jadi selalu sama.
5. Mesin-mesin diletakkan atau disusun berdasarkan urutan proses.
3. Pola pelaksanaan produksi atau urutan proses memiliki variasi yang besar atau
tidak selalu sama.
8. Pemindahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi dilaksanakan
dengan mempergunakan peralatan yang fleksibel.
4. kualitas produk
Luas Produksi
Luas Produksi dapat diartikan sebagai besarnya jumlah dan ragam produk yang
dihasilkan untuk suatu periode tertentu. Luas Produksi juga diartikan sebagai kapasitas yang
digunakan (kapasitas terpakai) oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Besarnya
luas produksi dapat berubah-ubah dari suatu periode ke periode.
Luas perusahaan merupakan kapasitas yang tersedia atau terpasang dalam suatu
perusahaan tertentu. Luas perusahaan cenderung relatif tetap dari periode ke periode. Luas
perusahaan ini dapat diukur berdasarkan:
Luas produksi atau jumlah dan ragam produk yang akan diproduksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
a) Ketersediaan bahan baku.
b) Ketersediaan Kapasitas Produksi
c) Ketersediaan dan Kapasitas Tenaga Kerja
d) Jumlah permintaan yang ada
e) Modal
f) dan sumber-sumber lain.
Perencanaan luas produksi akan menjadi hal yang kritis dan penting untuk
perusahaan-perusahaan yang melaksanakan diversifikasi.
Biaya Tetap (Fixed Cost), yakni biaya yang secara total untuk satu periode tertentu
besarnya tetap tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, namun secara rata-rata per
unit berubah-ubah sesuai volume kegiatan.
Biaya Variabel (Variable Cost), yakni biaya yang secara total besarnya berubah-ubah
sesuai dengan volume kegiatan, namun secara rata-rata per unit tetap. Biaya
variabel, atas dasar sifat pola perubahan sebagai akibat perubahan volume kegiatan,
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam:
1. Biaya Variabel yang bersifat Progresif, yakni biaya yang akan berubah bila volume
kegiatan berubah dimana pertambahan perubahan biaya jauh lebih besar daripada
pertambahan perubahan volume kegiatan.
2. Biaya Variabel yang bersifat Proporsional, yakni biaya yang secara total akan
berubah bila volume kegiatan berubah dimana pertambahan perubahan biaya selaras
dengan pertambahan perubahan volume kegiatan.
3. Biaya Variabel yang bersifat Degresif, yakni biaya yang secara total akan berubah
bila volume kegiatan berubah dimana pertambahan perubahan biaya jauh lebih kecil
daripada pertambahan perubahan volume kegiatan.
Pada umumnya, yang disebut dengan Biaya Variabel (Variable Cost) adalah jenis biaya
variabel yang bersifat Proporsional. Sementara untuk biaya variabel yang bersifat Progresif
dan Degresif biasanya disebut Biaya Semi Variabel atau Biaya Semi Tetap yang diartikan
sebagai biaya yang mengandung unsur tetap dan unsur variabel. Bila demikian maka, biaya
akan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu (i) Biaya Tetap, (ii) Biaya Variabel, dan (iii) Biaya
Semi Variabel.
Metode Penentuan atau Pemisahan Unsur Biaya Tetap dan Unsur Biaya Variabel
Ada tiga cara untuk memisahkan unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yakni:
Ada dua teknik dalam Metode Linier Programming yang dapat digunakan untuk
menentukan Luas Produksi, yaitu:
1. Metode Grafik, yang hanya dapat digunakan untuk menentukan luas produksi
optimal dengan kombinasi produk tidak lebih dari dua macam.
2. Metode Simplek, metode penentuan luas produksi optimal yang dapat digunakan
untuk kombinasi produk dua macam atau lebih.
Divisibility, yakni bahwa besaran volume kegiatan yang menjadi variabel keputusan
dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal atau dapat dibagi dalam
satuan yang berbentuk desimal atau pecahan.
Linierity, yakni bahwa fungsi tujuan dan fungsi kendala merupakan fungsi matematis
yang bersifat linier.
Deterministic, yakni bahwa setiap nilai besaran dalam fungsi tujuan dan kendala
merupakan nilai besaran tertentu dan pasti
5. Menggambar Grafik setiap Kendala dan memberi arsir untuk daerah yang
memenuhi untuk setiap fungsi kendala. Kemudian menentukan daerah
Feasible Solution
8. Menentukan nilai Fungsi Tujuan untuk tiap-tiap titik Ekstrim daerah Feasible
Solution
1. Identifikasi Masalah
Menghitung nilai baru untuk setiap nilai lama pada Baris Kunci
Menghitung nilai baru untuk setiap nilai lama pada Baris-baris lain selain Baris
Kunci
Ulangi dari poin (i) sampai (v) hingga tercapai Solusi Optimal. Solusi Optimal
tercapai bila semua nilai Cj - Zj lebih kecil atau sama dengan 0 (nol), atau bila
semuai nilai Zj - Cj lebih besar atau sama dengan 0 (nol).
Biaya pada berbagai tingkat volume kegiatan dapat diperkirakan secara tepat, dan
setiap perubahan volume kegiatan dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
Biaya-biaya yang terjadi atau diperkirakan terjadi dapat dipisahkan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel.
Harga jual, biaya variabel dan biaya tetap dianggap tidak berubah selama periode
analisis.
Perusahaan dianggap hanya menjual satu macam barang dan bila dalam
kenyataannya lebih dari satu macam maka sales mix dianggap tetap.
Ada tiga cara atau pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat Break
Even, yakni:
1. Pendekatan Tabularis, yaitu dengan cara menghitung penghasilan dan biaya pada
berbagai tingkat volume penjualan/produksi.
2. Pendekatan Grafis, yaitu dengan menggambar kurva Penghasilan (TR), biaya tetap
(FC), biaya variabel (VC), dan biaya total (TC) pada berbagai tingkat
penjualan/produksi.
4. Bila perusahaan menghasilkan dan menjual lebih dari satu macam barang,
maka langkah penghitungan Break Even adalah sebagai berikut: (1)
Menghitung Break Even keseluruhan. (2) Menghitung Break Even untuk
masing-masing jenis produk
3. Metode Forecasting
Jenis sub-kontrak
Dispatching
Sistem forecasting terdiri dari enam komponen utama, yaitu:
1. Sumber Internal, misalnya data historis dalam bentuk time series mengenai
penjualan, dan produksi, opini dari para ahli yang dimiliki oleh perusahaan,
survey khusus di dalam perusahaan.
2. Kurangnya data yang relevan, baik dari sumber internal maupun eksternal.
Jenis kendala yang disebut pertama, kedua dan ketiga akan berpengaruh pada kualitas
data, sedang kendala yang disebut terakhir lebih banyak bergantung pada kebijakan
pengalokasian dana untuk kepentingan forecasting.
3. Objectivity. Kadang-kadang kondisi yang diramalkan tidak dapat atau tidak ada
kaitannya dengan data historis yang digunakan dalam forecasting. Bila demikian
maka pertama, data tetap diolah secara obyektif apa adanya, kedua baru
kemudian hasil forecasting pada pengolahan data secara obyektif disesuaikan
dengan memperhitungkan perkembangan terakhir situasi dan kondisi.
4. Timing. Agar sistem forecasting dapat efektif, maka forecast harus tersedia
tepat waktu.
6. Metode Peramalan
Pilihan metode peramalan untuk kepentingan perencanaan tergantung pada setidaknya
dua hal:
Catatan:
7.Pengawasan Peramalan
Pengawasan peramalan diperlukan karena tidak selamanya teknik peramalan yang
digunakan akan selalu tepat. Ada kalanya hasil peramalan menyimpang dari batas-batas
yang dapat diterima. Jika terjadi misalnya penyimpangan yang melampaui batas-batas yang
bisa diterima, maka ada dua hal yang bisa dilakukan:
Berikut ini disajikan beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan
pengawasan peramalan:
Mean Squared Error (MSE) Yakni jumlah semua kuadrat kesalahan
peramalan (forecast error), yakni selisih nilai riil dengan nilai peramalan (
Yt - Ft) dibagi banyaknya data.
Tes Korelasi Dihitung dengan cara mengurangi angka satu dengan hasil
bagi penjumlahan semua kuadrat kesalahan peramalan dengan
penjumlahan semua kuadrat selisih nilai riil dengan rata-
ratanya.kemudian hasilnya diakar.
Pola Produksi
Pola produksi didefinisikan sebagai distribusi jumlah produksi tahunan ke
dalam periode yang lebih pendek dari satu tahun, misalnya caturwulan, triwulan,
bulan, atau minggu.
Pola Produksi Konstan, yaitu pola produksi dimana jumlah yang diproduksi
setiap periode yang lebih pendek dari satu tahun selalu sama
Pola Produksi Bergelombang, yaitu pola produksi dimana jumlah produksi
untuk setiap satuan waktu yang lebih pendek dari satu tahun tidak selalu
sama. Biasanya mengikuti pola penjualan.
Pola produksi yang dapat melayani permintaan, dan tambahan biaya yang
timbul sehubungan dengan penggunaan pola produksi tersebut relatif kecil bila
dibandingkan dengan biaya yang timbul dari penggunaan pola produksi yang lain
disebut sebagai Pola Produksi Optimal. Ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih pola produksi yang dapat melayani permintaan
dan tambahan biayanya minimum, yaitu:
2. Pola Biaya.Yakni pola dari biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan naik-
turunnya volume produksi, antara lain:
3. Biaya Perputaran Tenaga Kerja, yakni biaya yang timbul sehubungan dengan
penarikan dan atau pemberhentian tenaga kerja.
5. Biaya Lembur, yakni biaya yang timbul sehubungan dengan kelebihan jam
kerja karyawan (over time premium cost).
CONTOH:
Suatu perusahaan menghadapi pola penjualan sebagai berikut:
Perusahaan akan memenuhi penjualan tersebut dengan salah satu alternatif pola
produksi berikut ini:
Pembahasan:
1. ANALISIS INCREMENTAL COST untuk Pola Produksi Konstan
1.1. Pola Produksi Konstan
Proses Produksi
Adapun proses produksi dalam perusahaan, secara umum, dapat dipisahkan menurut
beberapa segi, yaitu menurut ujud pproses, menurut arus proses, menurut keutamaan proses, dan
menurut penyelesaian proses. Pemilihan sudut pandang yang akan dipergunakan untuk
pemisahan proses produksi akan tergantung pada untuk apa pemisahan tersebut dilaksanakan.
1. Pemisahan proses produksi menurut ujud proses pada umumnya akan dipergunakan
dalam hubungannya dengan kebijaksanaan umum industri dan pemasaran dari produk
perusahaan tersebut.
2. Pemisahan proses produksi menurut arus proses pada umumnya akan dipergunakan
dalam penyusunan letak sarana dan fasilitas yang akan dipergunakan.
Berikut ini ada beberapa jenis proses produksi berdasarkan beberapa perspektif:
Jenis Proses Produksi Ditinjau dari Ujud Proses Produksi
Yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
1. Proses Produksi Kimiawi, yakni suatu proses produksi yang menitikberatkan pada
adanya proses analisis atau sintesa senyawa kimia. Misalnya produksi alkohol, obat-
obatan, accu, dll.
3. Proses Produksi Assembling, merupakan proses produksi yang dalam pelaksanaan proses
produksinya akan lebih mengutamakan pada proses penggabungan beberapa komponen
menjadi suatu produk tertentu. Misalnya, Mobil, alat-alat elektronik, dll.
5. Proses Produksi Penciptaan Jasa Administrasi, yaitu proses produksi penciptaan jasa
administrasi kepada pihak lain yang memerlukan, misalnya jasa penyusunan laporan
keuangan, Biro Statistik, dll.
1. Proses Produksi Terputus-putus, sering disebut juga proses produksi intermitten. dalam
pelaksanaan proses produksi semacam ini, akan terdapat beberapa pola atau urutan
pelaksanaan produksi. Pola pelaksanaan produksi yang digunakan hari atau bulan ini
sangat mungkin akan berbeda dengan pola atau urutan pelaksanaan proses produksi pada
bulan yang lalu atau bulan yang akan datang.
2. Proses Produksi Terus Menerus atau sering disebut sebagai pola produksi kontinyu. Pada
proses produksi semacam ini terdapat pola atau urutan proses produksi yang pasti dan
tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Untuk menentukan apakah suatu perusahaan menggunakan proses produksi terus menerus
atau terputus-putus bukanlah dilihat dari produk yang dihasilkan, melainkan dilihat dari
pelaksanaan proses produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan.
Proses Produksi Terus Menerus, yakni proses produksi dimana terdapat pola atau urutan
proses produksi yang pasti dan tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Proses Produksi terputus-Putus, yakni proses produksi dimana terdapat beberapa pola
atau urutan pelaksanaan produksi. Pola pelaksanaan produksi yang digunakan hari atau
bulan ini sangat mungkin akan berbeda dengan pola atau urutan pelaksanaan proses
produksi pada bulan yang lalu atau bulan yang akan datang.
Proses Produksi Proses yang Sama, merupakan jenis proses produksi dimana terdapat
beberapa pekerjaan serta urutan yang sama dalam proses produksi meski produk yang
dihasilkan berbeda-beda.
Proses Produksi Proyek Khusus, merupakan suatu proses produksi yang dilaksanakan
katrena adanya beberapa program khusus atau adanya kepentingan khusus. Apabila proses
produksi yang dilaksanakan untuk program tersebut selesai, maka proses produksi juga
akan berakhir.
Proses Produksi Industri Berat, yaitu proses produksi dimana terdapat berbagai macam
aktivitas sehubungan dengan penyelesaian produksi yang sangat komplek. Sedemikian
kompleknya sehingga proses tersebut dibagi menjadi subproses-subproses.
Penelitian
Model
Prototype
Percobaan
Demonstrasi
1. Proses Produksi Tipe A, merupakan suatu tipe proses produksi dimana dalam setiap tahap
proses produksi yang dilaksanakan dapat diperiksa dengan mudah. dengan demikian
pengendalian dan pengawasan kualitas dapat dilaksanakan pada setiap tahap proses
produksi.
2. Proses Produksi Tipe B, merupakan suatu proses produksi dimana dalam penyelesaian
proses produksi terdapat beberapa ketergantungan dari masing-masing tahap proses
produksi, sehingga pengendalian dan pengawasan hanya dapat dilakukan pada beberapa
tahap tertentu.
3. Proses Produksi Tipe C, merupakan proses produksi dengan jalan melakukan proses
penggabungan atau pemasangan (assembling) komponen-komponen menjadi suatu produk
jadi tertentu.
4. Proses Produksi Tipe D, merupakan proses produksi yang mempergunakan mesin dan
peralatan yang terotomatisasi, dan dilengkapi dengan alat pengendalian dan pengawasan
proses.
Ada begitu banyak cara dalam mengklasifikasikan proses produksi, namun dalam hal
pengklasifikasian sistem produksi, secara umum sistem produksi sering hanya dikelompokkan
menjadi dua kategori, yakni: 1) Production to order, misalnya pabrik mesin jet, yang hanya akan
berproduksi bila ada pesanan dari perusahaan aircraft. 2) Production to stock, misalnya pabrik
radio, berproduksi salah satunya untuk tujuan-tujuan pengadaan persediaan. Perbedaan pokok
antara sistem produksi berdasarkan pesanan dan sistem produksi untuk persediaan, dapat dilihat
dari fokus kegiatan manajemen produksi/operasi kedua sistem tersebut.
Fokus kegiatan manajemen produksi/operasi dari sistem produksi untuk pesanan antara
lain: 1) Scheduling merupakan hal yang kritis. Sulit karena setiap pekerjaan atau pesanan bisa
jadi memiliki karakteristik pemrosesan yang unik. 2) Memerlukan pengadaan bahan yang relatif
luas atau banyak ragamnya untuk persediaan guna mengantisipasi pesanan yang sifatnya
uncertainty. 3) Persediaan barang jadi tidak menjadi hal yang penting.
Dalam rangka untuk membantu dalam menganalisis dan mendisain sistem produksi,
beberapa ahli mengklasifikasi proses produksi ke dalam kelompok-kelompok sebagai berikut:
a) Continuous Flow Processes,
yakni proses produksi yang memiliki ciri-ciri antara lain:
Contoh dari jenis proses produksi ini seperti pabrik kimia, pabrik minyak, dan pabrik gula.
untuk tiap jenis produk yang berbeda hanya memiliki variasi yan kecil
Contoh dari jenis ini antara lain pabrik otomobil, peralatan rumah tangga, dan kalkulator
elektronik.
memproduksi dalam jumlah (lot sizes) yang relatif sedikit untuk produk-produk
yang sejenis atau mirip
produk-produk dibuat untuk periode produksi jangka yang lebih pendek daripada
produksi massa
Ada kemungkinan terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal bahan baku yang
digunakan, set-up mesin, dan layout.
biasanya merupakan sistem produksi untuk persediaan
d) Job Shops,
merupakan jenis proses produksi yang bercirikan:
Contoh dari jenis proses produksi job-shop antara lain industri perlengkapan mesin, pelengkap
komponen-komponen kecil dan printer.
e) Project,
merupakan satu jenis proses produksi item-item yang khusus dan unik. Proyek konstruksi
merupakan salah satu contoh dari sistem project. Dalam lingkungan manufactur, produksidari
item-item yang besar dan kompleks seperti kapal, pesawat terbang dikelola dengan sistem
project
Reliabilitas Proses
Reliability dari proses produksi adalah probabilitas bahwa proses atau sistem produksi akan
berjalan dengan memuaskan selama periode waktu tertentu. Apabila dikatakan bahwa reliabilitas
suatu proses produksi adalah 85%, ini berarti probabilitas bahwa proses tidak akan mengalami
kerusakan atau kemacetan selama periode waktu tertentu seperti satu hari, satu minggu, atau satu
bulan adalah sebesar 85%.. Suatu proses produksi yang memiliki reliabilitas yang rendah akan
menimbulkan biaya tinggi untuk perawatan dan produktivitasnya rendah.
Menentukan Reliabilitas Total Mesin-Mesin pada Sistem SERIES
Misalnya ada beberapa mesin dan robot yang operasinya merupakan satu series, jika
reliabilitas masing-masing mesin diketahui, maka dapat dihitung total reliabilitas (R) dari
sejumlah (n) mesin yang merupakan sistem series.
Secara matematis, Reliabilitas total (R) dari ketiga mesin tersebut apabila reliabilitas
masing-masing mesin diketahui (p1, p2, p3, pn), dihitung dengan cara:
R = p1 . p2 . p3 ......pn
Rumus tersebut mengasumsikan bahwa setiap mesin independen terhadap yang lain.
Andaikata reliabilitas mesin-1 = 99%, mesin-2 sebesar 98%, mesin-3 sebesar 99% dan
mesin-4 sebesar 96%, maka Reliabilitas total sebesar:
R = (0,99).(0,98).(0,99).(0,96) = 0,96 atau 96%
Untuk menghitung Reliabilitas Total (R), pertama kali dihitung dulu reliabilitas dari mesin-
mesin yang berada pada sistem paralel, dengan cara sebagai berikut:
R = 1 - (1 - p1).(1 - p2)........(1 - pn)
Dari persamaan tersebut di atas, maka dapat dihitung reliabilitas total dari dua mesin-4 yang
masing-masing memiliki reliabilitas 96%, yakni:
Yang dimaksud dengan fungsi pengendalian proses adalah perencanaan, penentuan urutan
kerja, penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja dan tindak lanjut dalam pelaksanaan
proses produksi/operasi. Perencanaan produksi/operasi merupakan perencanaan tentang produk
apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode yang akan datang. Hal
ini berbeda dengan perencanaan produk yang merupakan perencanaan perusahaan tentang
produk apa dan berapa yang dapat diproduksi oleh perusahaan yang belum tentu dapat
diproduksi dalam periode yang bersangkutan. Lain dari itu, perencanaan produksi merupakan
bagian dari perencanaan operasional sehingga penyusunannya tidak hanya berhenti pada apa dan
berapa produk yang akan diproduksi tetapi juga menyangkut perkiraan bahan baku, kebutuhan
tenaga kerja, jam mesin dan lain-lain.
Urutan kerja atau yang sering disebut routing, perlu juga dilakukan agar proses pelaksanaan
produksi/operasi dapat dilakukan dengan lancar karena tidak ada kebingungan karyawan
mengenai urutan kerja. Untuk perusahaan-perusahaan yang mempunyai aliran bahan baku
sampai dengan produk jadi yang selalu tetap atau tipe terus menerus (continuous) maka urutan
kerja yang harus dilaksanakan sudah merupakan urutan yang pasti dan tidak berubah dalam
jangka waktu yang relatif panjang, sehingga urutan kerja tidak menjadi masalah yang penting.
Lain halnya dengan perusahaan yang mempergunakan proses produksi terputus-putus
(intermitten) dimana aliran dari bahan baku hingga produk jadi tidak selalu sama. Hal demikian
membuat proses routing atau urutan kerja menjadi masalah yang kritis karena setiap produk
yang berbeda menutut urutan kerja yang berbeda.
Waktu kerja, jadual kerja atau scheduling merupakan masalah yang menyangkutpenentuan
waktu kapan suatu pekerjaan harus dimulai dan kapan harus selesai. Scheduling akan menjadi
masalah yang kritis terutama bagi perusahaan-perusahaan yang berproduksi/operasi untuk
memenuhi pesanan karena pelaksanaan proses terikat dengan kesanggupan untuk menyelesaikan
proses pembuatan produk tertentu pada waktu tertentu.
Selanjutnya, pemberian perintah kerja (dispatching). Pemberian perintah kerja merupakan
awal dari pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan. Walupun perencanaan produksi telah dibuat,
urutan pekerjaan sudah ditentukan, jadual telah disusun, tetapi bila perintah kerja belum
diberikan maka pekerjaan atau kegiatan tidak akan dimulai.. Baru setelah ada perintah kerja,
kegitan dapat dimulai.
Fungsi pengendalian proses yang terakhir adalah tindak lanjut (follow up). Tindak lanjut ini
memiliki peranan yang penting. Dengan adanya tindak lanjut, kesulitan-kesulitanyang terjadi
dalam pelaksanaan proses yang sudah berjalan dapat dicarikan jalan keluarnya.
1. Pengawasan Order
Disebut juga order control. Merupakan metode pengendalian proses dengan mempergunakan
kartu order sebagai alat pengawasan. Tujuan sistim ini adalah agar dapat menghasilkan produk
yang sesuai dengan order. Pengendalian proses akan diterapkan terhadap setiap order yang
masuk. Dengan demikian setiap ada order akan diikuti dengan penyusunan perencanaan
produksi, urutan kerja, skedul, pemberian perintah kerja, dan follow up.
2. Pengawasan Blok
Pengawasan blok adalah pengawasan produksi yang dilaksanakan dengan berpedoman kepada
daftar blok yang ada dalam perusahaan. Daftar blok adalah merupakan daftar dari produk atau
barang yang harus diproduksi sehubungan dengan adanya pesanan dari pelanggan, maupun
untuk memenuhi kebutuhan persediaan. Daftar blok yang disusun oleh bagian penjualan atau
bagian order. Penyusunan daftar blok akan didasarkan pada kesamaan produk yang dipesan atau
berdasarkan kesamaan proses. Tahap kritis ada pada tahap penentuan skedul.
3. Pengawasan Arus
Disebut juga flow control. Yang dimaksud dengan arus atau flow adalah aliran bahan baku
sampai menjadi produk akhir. Fokus pengawasan metode arus ada pada pengawasan kelancaran
arus mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir, arus penyelesaian proses dari bagian
satu dengan bagian lain, arus penyelesaian produksi yang teratur dan seimbang. Pengawasan
produksi metode ini cocok untuk perusahaan yang tipe proses produksinya terus menerus.
4. Pengawasan Beban
Titik berat pengawasan beban adalah perencanaan dan pengawasan terhadap beban yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing bagian terutama bagian-bagian kunci dalam pelaksanaan
proses produksi. Yang dimaksud bagian kunci adalah bagian yang memproduksi seluruh atau
sebagian besar produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada bagian kunci ini terdapat kegiatan
proses produksi utama yang mendominisir operasi perusahaan.
Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik adalah tempat kedudukan dimana pabrik berada. Letak geografis suatu pabrik
mempunyai pengaruh yang besar terhadap sistem produksi yang ekonomis. Ini karena banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak mesin dan fasilitas pabrik. Lokasi pabrik yang baik
dengan sendirinya akan menyumbang banyak dalam usaha-usaha meminimumkan biaya. Lokasi
pabrik yang baik akan menghasilkan biaya transport, biaya produksi, dan biaya distribusi barang
jadi yang relatif kecil.
Sehubungan dengan masalah pemilihan lokasi pabrik, sebenarnya akan terdapat sekian
banyak faktor yang akan mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik. Secara teoritis seluruh faktor
yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu:
Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan untuk membantu memilih lokasi dari
berbagai alternatif :
1. Metode Kualitatif
Dalam penggunaan metode ini, semua faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik,
baik itu faktor utama maupun faktor bukan utama, diberi penilaian sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing alternatif lokasi. berikut ini diberikan contoh sebuah perusahaan yang
akan memperluas usahanya dengan mendirikan pabrik baru dengan alternatif lokasi di Solo atau
di Demak. Dengan metode kualitatif kedua alternatif tersebut dinilai. berikut ini disajikan tabel
penilaian alternatif lokasi dengan cara kualitatif.
Rekapitulasi:
Dengan demikian lokasi yang dipilih adalah Solo karena total skornya lebih baik.
2. Metode Kuantitatif
i) Pendekatan Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Analisis Break-Even
Pada pendekatan ini dilakukan analisis biaya tetap dan biaya variabel untuk masing-masing
alternatif lokasi untuk menciptakan hubungan antara biaya dan volume kegiatan/produksi.
Contoh:
Lokasi potensial A, B, dan C memiliki struktur biaya seperti terlihat dalam tabel. tentukan lokasi
yang paling ekonomis untuk volume produksi sebesar 3000 unit.
JAWAB:
Perhitungan Biaya Total (TC) pada kapasitas 3000 unit untuk masing-masing lokasi:
Situs A :
TC = 20 ribu + 50Q
TC = 20 ribu + 50(3000) = 170.000
Situs B:
TC = 40 ribu + 30Q
TC = 40 ribu + 30(3000) = 130.000
Situs C:
TC = 80 ribu + 10Q
TC = 80 ribu + 10(3000) = 110.000
Pola biaya dari ketiga alternatif lokasi yakni A, B, C tersebut di atas dapat digambarkan secara
grafis sebagai berikut:
Dengan demikian lokasi yang dipilih adalah lokasi C karena biaya total untuk kapasitas 3000
unit yang direncanakan paling rendah dibanding dengan lokasi lain. Andaikata harga per unit
produk adalah Rp.90,00 maka laba yang diharap bila lokasi dipilih di situs C adalah sebesar:
Laba = TR - TC
= 90(3.000) - 110.000
= 270.000 - 110.000 = 160.000
ii) Model Transportasi
Langkah-langkah penyelesaian model transportasi adalah sebagai berikut:
Uji sel non basis dengan cara membuat closed path untuk setiap sel
non basis
Memberi tanda pada closed path mulai dari sel non basis dengan tanda
positif (+), kemudian tanda negatif (-) hingga seluruh jalur yang
menuju kembali ke sel non basis semula.
Tabel dikatakan optimal bila semua nilai sel non basis lebih besar atau
sama dengan nol (0)
Tambahkan variabel R-i untuk setiap baris dan K-j untuk setiap kolom
tabel transportasi.
Menentukan nilai R-i dan K-j untuk setiap sel bsis dengan rumus
Cij - Ri - Kj
Membuat closed path untuk sel non basis yang memiliki nilai negatif
terbesar.
Tabel dikatakan optimal bila nilai semua sel non basis lebih besar atau
sama dengan nol (0). (Hendra Poerwanto G)
Layout Pabrik
1. Layout Proses atau Layout Fungsional atau Functional Layout atau Process Layout
Dalam layout ini mesin-mesin dan peralatan-peralatan yang memiliki kesamaan fungsi
dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat atau ruang tertentu. layout semacam ini
biasanya dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang berproduksi dalam rangka memenuhi
pesanan dimana terdapat banyak pesanan yang berbeda baik dalam bentuk, kualitas, maupun
jumlahnya.
2. Layout Produk atau Layout Garis Atau Product Layout atau Line Layout
Di dalam layout jenis ini mesin-mesin dan perlengkapan pabrik disusun berdasarkan urutan
opersi proses produksi yang diperlukan untuk membuat suatu produk.
3. Layout Kelompok atau Group Layout
Pada layout ini, mesin-mesin dan perlengkapan yang digunakan untuk membuat atau memproses
komponen yang sama
4. Layout Posisi Tetap
Layout ini merupakan susunan letak mesin dan fasilitas produksi yang diatur di dekat tempat
proses produksi dengan posisi tetap.
Keempat macam layout tersebut pada dasarnya dapat dipergunakan baik untuk produksi
untuk pesanan maupun produksi untuk pasar. Akan tetapi secara umum biasanya penggunaan
layout proses bagi produksi untuk pesanan dan layout produk bagi produksi untuk pasar.
Layout Fungsional
Kelebihan Layout Fungsional
3. Mesin-mesin merupakan mesin srbaguna yang biasanya biayanya lebih rendah bila
dibandingkan dengan mesin yang bersifat khusus
4. produk dan layanan yang memerlukan proses yang bermacam-macam dapat dengan
mudah diproses
6. Mesin dan karyawan saling tergantung sehingga layout ini sangat sesuai untuk
pelaksanaan sistem upah borongan.
1. Fasilitas atau mesin serbaguna biasanya lebih lamban dalam pengoperasian bila
dibandingkan dengan mesin khusus sehingga biaya operasional per satuan lebih
tinggi
3. Pengendalian bahan (material handling) dan biaya angkut bahan dalam pabrik relatif
tinggi.
Layout Produk
Kelebihan Layout Produk
1. Fasilitas yang satu tergantung dengan fasilitas yang lain sehingga kerusakan mesin
yang satu akan dapat menghentikan seluruh proses produksi.
2. Bila fasilitas ingin ditambah perlu serangkaian fasilitas yang lain sehingga investasi
mahal
3. Memerlukan perencanaan proses yang matang dan pengawasan proses yang teliti
Layout Kelompok
Kelebihan Layout Kelompok
3. Waktu pengiriman barang jadi dapat lebih cepat dan penentuan schedullingnya
sederhana
4. Biaya tetap dapat dikurangi karena orang bisa mendasarkan diri pada kegiatan yang
lalu
Untuk melaksanakan ini maka faktor efisiensi dan faktor cadangan kerusakan harus
diperhitungkan untuk masing-masing jenis operasi. Penggunaan faktor efisiensi dimaksudkan
untuk menunjukkan adanya kemungkinan bahwa pabrik tidak beroperasi pada kapasitas penuh,
sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dalam schedulling. Semakin rendah faktor efisiensi
maka semakin tinggi kebutuhan kapasitas.
Waktu yang diperlukan untuk memproses tiap satu unit sebesar 0,4 jam mesin ditentukan
berdasarkan waktu standar atau waktu yang diperkirakan dengan memperhatikan waktu
cadangan.
Selanjutnya ditentukan juga mengenai kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
dimana k adalah jumlah kegiatan yang dilakukan, pi adalah waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan kegiatan i, dan Ri adalah jumlah kegiatan i yang dikerjakan selama seminggu.,
sedang Te adalah jam kerja per minggu dikalikan faktor efisiensi.
Masalah yang menonjol yang dihadapi di dalam perencanaan layout garis khususnya adalah
masalah keseimbangan aliran proses produksi (Line Balancing), yaitu keseimbangan antara
kapasitas departemen atau mesin yang satu dengan kapasitas departemen atau mesin berikutnya
di dalam proses produksi. Apabila keseimbangan ini tidak dijaga maka akan berakibat terjadinya
penumpukan barang setengah jadi pada suatu bagian atau mesin tertentu, atau dapat pula
berakibat terjadinya pengangguran kapasitas mesin tertentu dalam jumlah yang besar.
Ketidakseimbangan dalam arus proses produksi dapat terjadi karena dua hal, yakni:
1. Flow-blocking delay, penundaan yang terjadi ketika suatu tahap produksi menyelesaikan
satu unit tetapi tidak dapat diproses ke tahap berikutnya karena penyimpanan atau antrian
barang dalam proses pada proses tahap berikutnya telah penuh.
2. Lack of work delay, terjadi ketika suatu tahap produksi tertentu telah menyelesaikan
prosesnya, namun terpaksa berhenti berproses karena tidak ada unit yang menunggu
diproses. (Hendra Poerwanto G).
Persediaan/ Inventori
Persediaan/ Inventori (Inventory) adalah persediaan atau stok berbagai item
atau sumber-sumber yang digunakan dalam organisasi. Sistim Inventori adalah
seperangkat kebijakan dan pengendalian yang memantau tingkat persediaan dan
menentukan berapa tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus
ditambah, dan seberapa besar pesanan harus dibuat.
Persediaan komponen
Persediaan supplies
Bila terjadi penurunan harga bahan baku, maka perusahaan akan menderita
kerugian yang cukup besar pula. Di sisi lain, bila perusahaan
menyelenggarakan persediaan dalam jumlah yang relatif terlalu kecil, maka
beberapa kelemahan dari kebijakan tersebut antara lain:
Akibat sering kehabisan bahan, maka proses produksi menjadi tidak lancar.
Persediaan yang terlalu kecil akan meningkatkan frekuensi pembelian,
sehingga biaya pesannya pun akan meningkat selaras dengan peningkatan
frekuensi pembelian.
Kapan dan berapa jumlah unit bahan akan dibeli oleh perusahaan.
Biaya persediaan
Kebijakan pembelanjaan
Pemakaian bahan
Waktu tunggu
Persediaan pengaman
Pembelian kembali
Penjelasan:
Lead Time adalah jangka waktu antara saat pemesanan dengan saat barang
datang dan diterima.
Ordering- cost (preparation set-up cost). Biaya pesan merupakan biaya yang
terjadi karena adanya kegiatan pemesanan kepada vendor hingga barang
sampai di gudang atau pengorganisasian untuk memulai produksi di dalam
pabrik. Biaya klerikal dan manajerial untuk menyiapkan pembelian atau
pemesanan. Misalnya biaya telpon, pencatatan.
Shortage cost (good-will cost), biaya yang timbul karena adanya permintaan
yang tak terlayani sehubungan dengan kehabisan persediaan atau biaya yang
timbul akibat kehabisan bahan dan pemesanan masih menunggu waktu.
Dari keempat jenis biaya persediaan tersebut di atas, yang digunakan dalam
perhitungan biaya persediaan (Total Inventory Cost disingkat TIC) adalah Ordering
Cost (Co) dan Holding Cost (Ch). Selanjutnya TIC secara matematis dinyatakan
sebagai berikut:
dimana
Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki hubungan yang
positif terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak barang yang
dipesan dalam setiap kali pesan, semakin banyak barang yang disimpan, semakin
besar pula biaya simpan yang ditanggung. Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali
pesan memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah barang yang dipesan.
Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan, semakin
kecil frekuensi pembelian, semakin rendah pula biaya pemesanan yang harus
ditanggung perusahaan. Dengan kata lain bahwa biaya pesan memiliki hubungan
yang positif terhadap frekuensi pemesanan. Berikut ini gambaran secara grafis
yang menunjukkan hubungan antara biaya simpan, biaya pesan dan jumlah barang
yang dipesan dalam setiap kali pesan.
TIC minimum akan terjadi pada tingkat jumlah pembelian yang paling ekonomis
atau disebut Economic Order Quantity.
Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering juga disingkat TC
adalah sebagai berikut:
Dimana
D = R = Kebutuhan satu tahun
C = P = Harga perolehan barang
S= Cs = Co = Biaya Pesan per pesanan
H = Ch = Biaya Simpan per unit
Konsep ABC Inventory Analysis pertama kali dikenalkan oleh H.F. Dickie di
General Electric pada awal tahun 1950-an. Teknik ABC ini merupakan salah satu
alat manajemen yang sangat berharga untuk mengidentifikasi dan mengendalikan
item-item persediaan yang penting. Konsep ABC membagi atau mengelompokkan
item-item persediaan menjadi tiga kelompok:
1) Kelompok A
item-item persediaan yang dikelompokkan ke dalam kelompok A ini adalah item-
item persediaan yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil dari
keseluruhan item persediaan yang ada. Ciri khusus dari kelompok ini antara lain
memiliki nilai berkisar antara 70% - 80% dari seluruh nilai persediaan yang ada,
dan kuantitasnya berkisar antara 15% - 30% dari seluruh jumlah persediaan.
2) Kelompok C
Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting.
Oleh karena itu, penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah
maupun waktu, akan sangat mendukung kelancaran proses produksi. Persediaan
bahan yang minim memungkinkan terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan
bahan mentah yang tersedia (stock-out) dapat berakibat terhentinya proses
produksi karena kehabisan bahan untuk diproses. Namun, dilihat dari sisi positif,
jumlah persediaan bahan yang rendah dapat menghemat biaya-biaya yang timbul
sehubungan dengan adanya persediaan dan dapat mengurangi risiko kerusakan
bahan akibat terlalu lama disimpan. Di sisi lain, persediaan bahan mentah yang
terlalu besar jumlahnya (over-stock) memang dapat menjamin kelancaran proses
produksi karena bahan senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup, namun bila
dilihat dari segi finansial, persediaan bahan yang terlalu besar akan meningkatkan
biaya persediaan dan risiko kerusakan.
dimana
R : kebutuhan bahan mentah satu tahun
Co = Cs = S : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch = H : Holding Cost per unit per satu satuan waktu
Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:
Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang pada satu titik waktu
tertentu.
Diminta menghitung jumlah pembelian yang paling ekonomis setiap kali pembelian/
pemesanan.
Pembahasan
Dari data seperti itu diperoleh EOQ sebesar 919 unit. Artinya, bahwa jumlah yang
paling ekonomis untuk setiap kali pembelian/pemesanan bahan adalah sebesar 919
unit. Selanjutnya, berdasarkan jumlah pembelian setiapkali pesan pada tingkat
EOQ, yaitu sebesar 919 unit, dapat dihitung besarnya Total Inventory Cost (TIC),
yakni sebesar Rp.1.984,90
ROP = d x lt
Cycle Time
Setelah ROP diketahui, maka dapat dihitung jarak waktu antara satu
pemesanan dengan pemesanan berikutnya atau yang disebut cycle time. Secara
matematik, perhitungan Cycle Time adalah sebagai berikut:
Keterangan:
T : Cycle Time
Q* : EOQ
R : Kebutuhan bahan selama satu tahun
N : jumlah hari operasi dalam satu tahun
Dengan melanjutkan contoh di atas, dapat dihitung Cycle Time, yaitu 9,6 hari.
Artinya, bahwa pemesanan dilakukan setiap 9,6 hari sekali.
Analisis Sensitivitas dalam Model EOQ
Meskipun lead time, biaya simpan dan biaya pesan telah ditetapkan, namun
dalam banyak hal penetapan angka-angka tersebut berdasarkan estimasi.
Karenanya pula harus disadari bahwa ada kemungkinan estimasi mengenai lead
time, biaya simpan, dan biaya pesan tidak tepat betul. Bila demikian yang terjadi,
lalu berapa jumlah pembelian yang dapat dianjurkan dalam setiap kali
pemesanan? untuk menentukannya, dapat dilakukan perhitungan jumlah
pembelian setiap kali pesan di bawah beberapa kondisi yang berbeda-beda, berikut
akibatnya terhadap biaya persediaan total, atau dengan kata lain dilakkan analisis
sensitivitas.
Analisis sensitivitas dalam model EOQ memiliki arti penting bagi manajemen,
karena bagaimanapun hasil perhitungan EOQ bukan merupakan keputusan akhir.
Apa yang ditunjukkan oleh model EOQ merupakan masukan bagi manajemen dalam
membangun keputusan akhir kebijaksanaan persediaan. Sekalipun EOQ
merekomendasikan suatu jumlah pembelian yang ekonomis dalam setiap kali
pemesanan, namun EOQ bisa jadi belum mempertimbangkan seluruh aspek situasi
persediaan. Karenanya pula, pengambil keputusan harus memiliki kebebasan untuk
memodifikasi jumlah pembelian yang direkomendasi oleh EOQ untuk dapat
memenuhi kekhasan lingkungan dari situasi persoalan persediaan yang dihadapi.
1. Penggunaan bahan dalam proses produksi lebih besar dari yang diperkirakan
sebelumnya sehubungan dengan sifat permintaan yang stochastic, sehingga
persediaan telah habis sebelum pembelian atau pesanan yang berikutnya
datang.
2. Pesanan/pembelian bahan tidak datang tepat pada waktunya atau lead time
ternyata tidak tetap.
Keterangan:
Total Biaya pesan + Total Biaya simpan persediaan normal + Total biaya simpan
safety stock
Contoh:
Manajemen sebuah perusahaan menginginkan service level 95%, atau probabilitas
5% untuk terjadinya stockout selama lead time. Dari tabel Z diperoleh angka 1,645
standar deviasi di atas rata-rata. Dengan asumsi distibusi normal, kebutuhan bahan
selama lead time, rata-rata 577 unit dan standard deviasi 100 unit, dapatlah
ditentukan Re-Order Point:
Berkaitan dengan situasi kehabisan bahan, ada suatu model yang dikembangkan
untuk menganalisis situasi tersebut, yang dikenal dengan nama Back-Order. Model
Backorder ini dikembangkan dengan asumsi:
Pada model persediaan untuk situasi stockout, biaya yang dipertimbangkan tidak
hanya biaya pesan dan biaya simpan saja. Namun masih ditambah biaya yang
disebut Backorder Cost atau Stockout Cost. Biaya yang termasuk kategori
Backorder cost atau stockout Cost antar lain biaya tenaga kerja dan pengantaran
khusus yang terkait secara langsung dengan penanganan backorder, a loss of
goodwill dalam bentuk waktu pelanggan menunggu. berikut ini total biaya
persediaan annual sehubungan dengan adanya kehabisan bahan:
Total Annual Inventory Holding Cost (H) =
Keterangan:
Ch : biaya simpan per unit per waktu
Co : biaya pesan setiap kali pemesanan
Cb : biaya backorder atau biaya kehabisan persediaan per unit per satu satuan
waktu
R : kebutuhan/permintaan selama satu waktu
Q : jumlah pembelian/pesanan setiap kali melakukan pemesanan
S : jumlah kekurangan persediaan untuk satu satuan waktu
Q* : jumlah pembelian/pemesanan optimal dengan mempertimbangkan
backorder
untuk setiap kali pemesanan
S* : jumlah backorder atau kekurangan persediaan yang optimal per satu satuan
waktu
1. Menghitung EOQ untuk setiap unit biaya yang terkait dengan setiap kategori
diskon yang ditawarkan.
2. Bila EOQ tidak berada pada kategori diskon maka dilakukan evaluasi
terhadap batas bawah jumlah dari setiap kategori diskon dengan menghitung
Total Annual Cost untuk masing-masing batas bawah kategori diskon. Total
Annual Cost diperoleh dari penjumlahan TIC dengan biaya pembelian tahunan.
Biaya pembelian tahunan untuk setiap kategori diskon dihitung dengan cara
mengalikan harga masing-masing kategori diskon dengan jumlah kebutuhan
satu tahun. Bila EOQ ada yang berada di atas jumlah untuk kategori diskon
tertentu maka kategori yang ada di bawahnya tidak perlu dievaluasi.
Pembahasan
Langkah 1
Langkah 2
Dari yang feasible, dihitung TC atau TAC-nya
Langkah 3
selanjutnmya dipilih yang TC atau TAC terkecil.
Standar Kerja
Setiap orang maupun perusahaan dalam melakukan kegiatan selalu berusaha untuk
menentukan metode kerja yang baik, karena dengan metode kerja yang baik akan dapat
meningkatkan produkvitas kerja yang tinggi. Usaha untuk menentukan lama kerja yang
dibutuhkan Seorang Operator (terlatih dan qualified) dalam Menyelesaikan suatu pekerjaan
yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik
pada saat itu Pengukuran waktu yang dilakukan terhadap beberapa Alternative system kerja,
maka yang terbaik dilihat Dari waktu penyelesaian tersingkat Pengukuran waktu juga ditujukan
untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara
wajar, normal, dan terbaik.
Standar tenaga kerja modern diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Fredrick
Taylor, Frank Gilberth, dan Lillian Gilberth di awal abad ke-20. Saat itu, sebagaian besar
pekerjaan dikerjakan secara manual yang mengakibatkan besarnya peran pekerja dalam satu
produk. Informasi yang diketahui tentang hal- hal yang termasuk dalam satu hari kerja normal
hanya sedikit sehingga manajer memulai suatu penelitian untuk meningkatkan metode kerja dan
memahami usaha manusia.
Usaha ini berlanjut hingga sekarang. Walaupun sekarang kita, telah berada di awal abad ke-
21 dan upah pekerja sering kurang dari 10% nilai penjualan, standar tenaga kerja masih
merupakan hal penting dalam organisasi jasa dan manufaktur. Standar tenaga kerja ini biasanya
merupakan titik awal dalam menentukan kebutuhan pekerja. Standar tenaga kerja yang baik
merupakan satu persyaratan pada pabrik manufaktur di Amerika yang lebih dari separuhnya
menggunakan sIstem insentif pekerja.
Berikut ini diberikan beberapa keuntungan atau manfaat penggunaan standar operasi/
produksi dalam perusahaan:
1. Dapat dikuranginya macam bahan baku maupun barang jadi yang harus ada dalam
persediaan.
2. dengan adanya standardisasi barang-barang jadi maka pembuatannya pun menjadi lebih
mudah dalam arti tidak perlu dilakukan penghitungan atau perubahan ukuran, sifat
barang setiap mulai produksi sehingga akan menghemat waktu, tenaga dan modal.
3. Dengan dihematnya waktu pembuatan maka penyerahan barang jadi ke konsumen akan
dapat tepat waktu.
4. Pengiriman barang tidak akan salah karena barang-barang telah dikelompokkan terlebih
dulu berdasarkan standarnya masing-masing.
Manajemen operasi yang efektif membutuhkan standar yang dapat membantu perusahaan untuk
menentukan hal- hal berikut.
2. Kebutuhan staf (berapa orang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang
dibutuhkan).
3. Perkiraan biaya dan waktu sebelum produksi dilaksanakan (untuk membantu mengambil
beragam keputusan dari perkiraan biaya hingga ke keputusan untuk membuat sendiri atau
membeli).
4. Jumlah kru dan keseimbangan pekerjaan (siapa yang mengerjakan apa dalam satu
aktivitas kelompok atau pada satu lini produksi).
5. Tingkat produksi yang diharapkan (jadi, baik manajer maupun pekerja tahu apa saja yang
termasuk dalam satu hari kerja normal).
6. Dasar perencanaan insentif pekerja (apa yang menjadi acuan untuk memberikan insentif
yang tepat).
7. Efisiensi karyawan dan pengawasan (sebuah standar diperlukan untuk mengetahui apa
yang digunakan dalam penentuan efisiensi).
Standar tenaga kerja yang ditetapkan secara benar ini mewakili waktu yang dihabiskan oleh
seorang pekerja rata- rata untuk melaksanakan aktivitas tertentu di bawah kondisi kerja normal.
Metode Kerja
Untuk menentukan metode kerja yang baik, kita harus menyusun diagram tali (string
diagram), diagram aliran proses dan diagram simo (simultaneous motion chart).
Setelah diagram tali itu dibuat dari aktifitas para pekerja dalam memproduksi barang pada
saat itu atau yang berlaku, kemudian pengamat mencoba untuk merubah tempat-tempat tertentu,
sehingga ditemukan tata ruang untuk melaksanakan operasi yang sama dengan gerak yang
seminimal mungkin.
Setelah diagram tali yang baru itu dibuat kemudian dibuat bagan aliran. Bagan proses
digunakan untuk mencatat karena memang memberi suatu gambaran yang lengkap tentang apa
yang dijalankan dan membantu untuk mengerti fakta yang bersangkutan serta hubungan di
antara yang satu dengan yang lain.
Diagram aliran digunakan untuk melengkapi bagan aliran proses. Diagram tersebut
merupakan suatu gambar menurut skala pabrik yang menggambarkan tempat mesin, tempat
kerja dan daerah setepat- tepatnya. Di dalam diagram aliran ini akan ditunjukan diagram aliran
yang berlaku sekarang dan juga yang diusulkan.
Menyediakan papan yang digunakan untuk membantu kita dalam menyusun kegiatan
proses produksi.
Benang atau tali digunakan untuk mengikuti jalannya proses produksi, yaitu dari tempat
yang satu ke tempat yang lain.
Menganalisa yaitu dengan memindah- mindahkan tempat kerja yang satu ke yang lain,
sehingga diperoleh jarak antara satu tempat ke tempat yang lain yang lebih efisien.
Tanda- tanda atau simbol- simbol yang digunakan dalam diagram aliran proses/ flow chart
itu dapat dilihat pada bahasan khusus tentang flowchart Di dalam bagan aliran proses ini juga
ditunjukkan bagan aliran proses yang dilakukan perusahaan dan juga metode yang diusulkan.
Bagan aliran proses juga menunjukkan uraian kegiatan, waktu jarak serta simbol- simbol yang
dipakai.
Bagan ini untuk mencatat kegiatan apa pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Setelah
dibuat bagan aliran proses/ flow chart dari kegiatan yang di-lakukan sekarang kemudian
diadakan pengamatan, kegiatan-kegiatan apa yang sekiranya tidak perlu di lakukan oleh pekerja
itu dihilangkan, kemudian di buat bagan aliran proses yang sudah diadakan perbaikan-
perbaikan.
Langkah- langkah dalam menyusun diagram aliran proses adalah sebagai berikut:
3. Memahami arti dari simbul- simbul yang digunakan dalam menyusun bagan aliran
proses.
4. Mengamati dan membuat aliran serta mencatat waktu dari kegiatan pertama ke
kegiatan berikutnya yang dilakukan oleh para pekerja.
5. Menganalisa kegiatan- kegiatan mana yang sebenarnya tidak perlu dilakukan dan
kegiatan- kegiatan mana yang harus tetap dilakukan.
Catatan:
topik flow chart silakan baca di web tutorial manajemen kualitas yang dapat dicari di Google
dengan menggunakan kata kunci : flowchart referensi manajemen kualitas
Bagan simo adalah bagan yang berdasarkan analisa dengan film digunakan untuk mencatat
sekaligus pada skala waktu bersama sejumlah atau kumpulan therblig yang dilakukan oleh
berbagai bagian badan seorang atau beberapa orang pekerja. Pada penyusunan bagan simo disini,
kami tidak akan menggunakan analisa dengan film tetapi hanya mengamati gerak tangan kiri
dan kanan tiap jenis produk yang dihasilkan oleh pabrik tersebut, karena setiap jenis produk
yang dibuat itu mempunyai gerak tangan yang berbeda- beda dan proses pembuatannya pun juga
berbeda.
Bagan proses dua tangan merupakan bagan proses untuk mencatat aktifitas tangan pekerja
dalam hubungannya satu terhadap yang lain. Analisa gerak dua tangan ini tujuannya untuk
menyusun dan mendapatkan gerak yang paling ekonomis.
Prinsip- prinsip yang digunakan untuk menyusun gerak yang paling ekonomis adalah sebagai
berikut :
Sedapat mungkin kedua tangan akan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam waktu yang sama.
Sedapat mungkin ke dua tangan tidak menganggur secara bersamaan kecuali pada
waktu istirahat.
Gerak dari tangan dan tubuh sedapat mungkin merupakan gerakan yang serasi,
sehingga tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan para karyawan.
Keseimbangan dari kecepatan dan ketepatan bergerak selalu dijaga sehingga akan
sesuai dengan jarak pada urut- urutan tubuh karyawan.
Diutamakan menyusun gerakan yang lancar dan rata secara terus- menerus sehingga
memudahkan karyawan untuk mempelajarinya.
Bahan- bahan dan peralatan diterapatkan dalamlokasi yang baik sehingga karyawan
dapat mengambil dengan urutan yang baik.
Tingginya tempat kerja dan tempat duduk dibuat secara serasi mungkin sehingga
memudah kan karyawan untuk sewaktu- waktu berdiri dan duduk kembali.
Kedua tangan karyawan harus dapat bergerak dengan bebas dan cepat untuk
mendapatkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan. Bila mermungkinkan
dipergunakan perlengkapan/ peralatan yang dapat digerakkan/ dipergunakan dengan
kaki karyawan
Peralatan dan bahan- bahan sedapat mungkin ditempatkan dalam rangkaian yang
menguntungkan karyawan.
Apabila setiap jari karyawan mempunyai gerakan- gerakan spesifik (misal pekerjaan
pengetikan) maka beban dari setiap jari harus didistribusikan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas dari masing- masing jari tersebut.
Peralatan- peralatan pengukit, palang kayu dan lain sebagainya (kalau ada)
ditempatkan tidak jauh dari karyawan, sehingga karyawan dapat
mempergunakannya apabila diperlukan tanpa membuang waktu dan tenaga.
Simbul- simbul yang dipakai atau digunakan dalam bagan simo adalah sebagai berikut:
OPERASI, digunakan untuk aktivitas memegang, mendu dukkan,
menggunakan, melepaskan perkakas, atau bahan.
Di dalam bagan simo, gerak tangan kiri dan tangan kanan akan ditunjukkan secara jelas,
kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh ke dua tangan tersebut dan juga waktu yang digunakan
oleh kedua tangan dalam melakukan aktivitasnya. Didalam menganalisis nanti pertama kita
menyusun bagan simo yang dilakukan sekarang dan kemudian dibuat bagan simo yang
diusulkan.
Langkah- langkah dalam melakukan pengamatan gerak ke dua tangan dengan menggunakan
bagan simo adalah sebagai berikut:
Menyiapkan bagan simo dan juga memahami simbul- simbul yang digunakan untuk
mengadakan pengamatan, dengan memahami simbul serta kegiatan ini akan
membantu penelitian dalam menyusun bagan simo.
Jenis Standard
Secara umum standar dalam perusahaan akan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yakni:
1).Standar Teknis (Technical Standard).
Merupakan standar yang secara teknis harus dipenuhi di dalam pelaksanaan produksi perusahaan
yang bersangkutan. Apabila standar ini tidak diikuti atau tidak dipatuhi maka pelaksanaan proses
produksi dapat terganggu atau bahkan terhenti sama sekali. Ada pun beberapa contoh dari
standar teknis antara lain:
1. Standar bahan baku
5. Standar kualita.
Standar harga
Standar penilaian
Standar tenaga kerja modern diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Fredrick Taylor,
Frank Gilberth, dan Lillian Gilberth di awal abad ke-20. Saat itu, sebagaian besar pekerjaan
dikerjakan secara manual yang mengakibatkan besarnya peran pekerja dalam satu produk.
Informasi yang diketahui tentang hal- hal yang termasuk dalam satu hari kerja normal hanya
sedikit sehingga manajer memulai suatu penelitian untuk meningkatkan metode kerja dan
memahami usaha manusia.
Usaha ini berlanjut hingga sekarang. Walaupun sekarang kita, telah berada di awal abad ke-
21 dan upah pekerja sering kurang dari 10% nilai penjualan, standar tenaga kerja masih
merupakan hal penting dalam organisasi jasa dan manufaktur. Standar tenaga kerja ini biasanya
merupakan titik awal dalam menentukan kebutuhan pekerja. Standar tenaga kerja yang baik
merupakan satu persyaratan pada pabrik manufaktur di Amerika yang lebih dari separuhnya
menggunakan sIstem insentif pekerja.
Berikut ini diberikan beberapa keuntungan atau manfaat penggunaan standar operasi/
produksi dalam perusahaan:
1. Dapat dikuranginya macam bahan baku maupun barang jadi yang harus ada dalam
persediaan.
2. dengan adanya standardisasi barang-barang jadi maka pembuatannya pun menjadi lebih
mudah dalam arti tidak perlu dilakukan penghitungan atau perubahan ukuran, sifat
barang setiap mulai produksi sehingga akan menghemat waktu, tenaga dan modal.
3. Dengan dihematnya waktu pembuatan maka penyerahan barang jadi ke konsumen akan
dapat tepat waktu.
4. Pengiriman barang tidak akan salah karena barang-barang telah dikelompokkan terlebih
dulu berdasarkan standarnya masing-masing.
Manajemen operasi yang efektif membutuhkan standar yang dapat membantu perusahaan untuk
menentukan hal- hal berikut.
2. Kebutuhan staf (berapa orang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang
dibutuhkan).
3. Perkiraan biaya dan waktu sebelum produksi dilaksanakan (untuk membantu mengambil
beragam keputusan dari perkiraan biaya hingga ke keputusan untuk membuat sendiri atau
membeli).
4. Jumlah kru dan keseimbangan pekerjaan (siapa yang mengerjakan apa dalam satu
aktivitas kelompok atau pada satu lini produksi).
5. Tingkat produksi yang diharapkan (jadi, baik manajer maupun pekerja tahu apa saja yang
termasuk dalam satu hari kerja normal).
6. Dasar perencanaan insentif pekerja (apa yang menjadi acuan untuk memberikan insentif
yang tepat).
7. Efisiensi karyawan dan pengawasan (sebuah standar diperlukan untuk mengetahui apa
yang digunakan dalam penentuan efisiensi).
Standar tenaga kerja yang ditetapkan secara benar ini mewakili waktu yang dihabiskan oleh
seorang pekerja rata- rata untuk melaksanakan aktivitas tertentu di bawah kondisi kerja normal.
Untuk dapat menyusun standar produksi dalam perusahaan dengan baik, maka manajemen
perusahaan selayaknya perlu untuk mengetahui dan menentukan sumber standar produksi yang
akan dipergunakan. berikut ini beberapa sumber standar yang dikelompokkan menjadi empat
sumber. pemisahan sumber standar menjadi empat tersebut di atas didasarkan pada luas
pemakaian standar produksi yang dipergunakan, atau banyak dan sedikitnya pemakai standar.
Keempat sumber standar tersebut adalah:
1. Aktivitas perusahaan
3. Standar Nasional
4. Standar Internasional
2 Studi Waktu.
Pengambilan waktu dengan menggunakan stopwatch atau studi waktu yang pada awalnya
diperkenalkan oleh Frederick W. Taylor di tahun 1881, masih menjadi metode yang paling
banyak digunakan hingga sekarang. Prosedur studi waktu mencakup menghitung waktu contoh
kinerja seorang pekerja dan menggunakannya sebagai standar.
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam penyusunan standar antara lain:
1. Persiapan Penyusunan Standar
Dalam persiapan penyusunan standar, manajemen perlu menentukan sumber standar yang
akan digunakan. Manajemen dapat menggunakan satu sumber, namun dapat juga
mengkombinasikan beberapa sumber.
2. Penyusun Standar
Kualitas standar produksi yang akan disusun dan dipergunakan akan bergantung kepada
manajemen yang akan menyusun standar tersebut. Lebih khusus lagi, kualitas standar produksi
akan sangat bergantung pada individu atau team yang melaksanakan penyusunan standar
produksi tersebut. berdasarkan hal tersebut, maka penyusun standar produksi paling tidak harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan sebagai berikut:
Pengetahuan teknis yakni pengetahuan tentang pelaksanaan operasi/produksi dalam
perusahaan. Misalnya, mengetahui masalah-masalah teknis mesin dan peralatan yang
digunakan oleh perusahaan, mempunyai latar belakang pengetahuan yang kuat tentang
mesin dan peralatan yang digunakan, mengetahui dengan baik tentang urutan pelaksanaan
proses produksi, dan mengikuti perkembangan teknologi dari mesin dan peralatan yang
digunakan.
Keahlian dalam hubungan karyawan. Misalnya, dpat mengerti dan memahami karyawan
yang bekerja di perusahaan tersebut, mempunyai kemampuan dalam pengendalian
karyawan, dapat memberikan pengarahan dan penjelasan, dapat menempatkan
karyawannya sesuai dengan kemampuan mereka.
Jenis pengukuran waktu: Secara langsung, pengukuran jam henti (Stopwatch Time Study),
sampling kerja (Work Sampling). Secara tidak langsung: data waktu baku (Standard data), data
waktu gerakan (Predetermined Time System).
Pengukuran kerja ialah penerapan teknik yang direncanakan untuk menerapkan waktu bagi
pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi
yang ditetapkan.
Penelitian kerja ialah teknik utama untuk mengurangi kerja terutama dengan meniadakan gerak
tak perlu pada bahan maupun tenaga dan dengan menggantikan metode yang tidak memenuhi
syarat. Pengukuran kerja berusaha menyelidiki, mengurangi dan selanjutnya meniadakan
sewaktu tak efektif, yakni waktu yang tidak efektif dalam melakukan sesuatu, apapun sebabnya.
Pengukuran kerja memberi cara kepada manajemen untuk mengukur waktu yang diperlukan
untuk menjalankan suatu operasi atau rangkaian operasi, sehingga waktu tak efektif diketemukan
dan dapat dipisahkan dari waktu efektif. Dengan cara ini akan diketahui bahwa ada waktu tak
efektif, sifatnya serta seberapa banyak sebelumnya terdapat waktu tak efektif tersembunyi dalam
keseluruhan waktu pembuatan atau proses.
Disini pengukuran kerja mempunyai peranan lain lagi. Bukan saja dapat mengungkapkan waktu
tak efektif tetapi pengukuran kerja juga dapat digunakan untuk menetapkan standar waktu
pelaksanaan kerja. Akibat pelanggaran terhadap standar waktu bersangkutan segera terlihat
karenanya menjadi perhatian langsung pihak manajemen.
Faktor yang menyebabkan waktu tak efektif diakibatkan lebih banyak pada manajemen
daripada yang terdapat di kalangan pekerja. Lagi pula sebab lain waktu tak efektif seperti
penghentian karena tak ada bahan baku atau kemacetan pada pabrik yang sering terjadi tanpa
adanya usaha sungguh- sungguh untuk memperbaiki keadaan. Faktor yang menyebabkan
menurunnya produktivitas perusahaan ialah:
a. Sifat dan keaadaan barang.
b. Proses yang berjalan tidak semestinya.
c. Waktu tak efektif yang bertumpuk selama produksi berlangsung.
d. Kekurangan pihak manajemen atau kelalaian para buruh.
Kegunaan Pengukuran Kerja Dalam proses penetapan standar itu, mungkin akan diperlukan
pengukuran kerja:
1. Membandingkan efisiensi beberpa metode yang harus dipilih. Apabila dalam keadaan
yang lain sama maka metode yang terbaik ialah yang paling sedikit memerlukan waktu.
3. Menentukan mesin dan manusia yang turut menggunakan bagan aktivitas berganda,
untuk sejumlah mesin yang dapat dilayani oleh seorang petugas.
5. Memberi keterangan sebagai dasar taksiran untuk penawaran harga penjualan serta janji
penyampaian barang.
6. Menetapkan standar penggunaan mesin serta prestasi tenaga kerja yang selanjutnya dapat
dipakai untuk maksud tersebut di atas dan sebagai penentuan perangasang.
7. Memberi keterangan untuk pengawasan baiaya tenaga kerja dn untuk dapat menetapkan
dan mempertahankan biaya standar.
Teknik utama untuk melaksanakan pengukuran kerja antara lain sebagai berikut:
1) Penelitian waktu.
Mengadakan taksiran.
2) Luas Kegiatan.
Biasanya bagian penelitian kerja diharapkan melaksanakan hal- hal berikut:
Penelitian metode mengenai pekerjaan dan operasi yang ada, menuju penetapan metode
yang diperbaiki.
Dimensi ABM
ABM memiliki dua dimensi yakni:
1. Cost Dimension Fokus pada akurasi pembebanan biaya pada obyek biaya seperti produk
dan pelanggan. Dalam hal ini digunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC)
2. Process Dimension Memberikan informasi yang akurat tentang mengapa suatu pekerjaan
dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Driver Analysis: merupakan analisis yang memfokuskan diri pada indentifikasi akar
penyebab biaya kegiatan. Mengetahui akar penyebab biaya kegiatan merupakan kunci
dari perbaikan dan inovasi.
Lebih jauh, analisis kegiatan membantu manajemen untuk memilih dan memelihara
kegiatan yang memberi nilai tambah yang memberikan pengurangan biaya dan efisiensi operasi
yang lebih besar. Dengan demikian, memberikan dukungan bagi tujuan perbaikan
berkesinambungan.
Dengan demikian ABM terdiri atas analisis pemacu biaya, analisis kegiatan, dan analisis
kinerja, serta menggunakan ABC sebagai sumber utama data dan informasi. ABC memberikan
informasi untuk memanajemeni kegiatan dengan menggunakan data ABC dan alat lain agar
dapat dilakukan perbaikan yang berkesinambungan. ABM dinyatakan sebagai suatu metode
yang tidak hanya untuk memberikan laporan biaya tetapi juga untuk memanajemeninya. Tetapi
jangan menyamakan memanajemeni dengan mengendalikan. Data ABC atau ABM digunakan
lebih banyak untuk pembuatan rumus-rumus yang sifatnya ramalan daripada untuk
pengendalian. Sekarang penggunaan data biaya untuk pengendalian mengalami kemunduran
karena adanya umpan balik yang lebih cepat yang diperoleh dari manajemen mutu terpadu (total
quality management), seperti praktek-praktek pengendalian proses secara statistik, atau dari
waktu riil, sistem informasi terpadu (integrated information system). Estimasi dalam ABC /
ABM memberikan tempat untuk uji kredibilitas karena materialitas dan relevansi biaya
dipertimbangkan di dalam tahap desain. Lebih lanjut, hukum Pareto yang menyatakan bahwa
yang sedikit mewakili yang banyak biasa dipakai untuk memahami sifat-sifat biaya.
Aplikasi ABM
Tahapan dalam aplikasi ABM adalah
2. Mengidentifkasi kegiatan-kegiatan
4. Mencari akar penyebab untuk setiap kegiatan yang tidak menambah nilai. Memberikan
saran bagaimana memperbaiki kegiatan yang tidak menambah nilai.
Proses identifikasi Non Value Added Activities dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan dasar sebagai berikut::
3. Apakah suatu kegiatan kadang-kadang membari nilai tambah dan kadang-kadang tidak
member nilai tambah?
Selanjutnya untuk mengurangi Dampak Non Value Added Activity dengan cara sebagai berikut:
activity elimination: merupakan proses identifikasi dan penghilangan kegiatan yang tidak
member nilai tambah.
Kunci sukses implementasi ABM terletak pada setidak empat faktor, yaitu
1. Dukungan dan Komitment penuh dari Manajemen Puncak.
2. Adanya Agen Perubahan
3. Proses perubahan harus jelas didefinisikan
4. Adanya pembelajaran yang berkelanjutan.
Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah cara mengelola dan mengorganisir berbagai aset, sumber daya
manusia, waktu serta kualitas pekerjaan proyek, sehingga proyek menghasilkan kualitas yang
maksimal dalam waktu yang sudah direncanakan serta memberikan efek kesejahteraan bagi
karyawan. Timbulnya proyek dapat berasal dari, Pembangunan (Pemerintah), Permintaan Pasar,
Penelitian dan Pengembangan, Perusahaan (Peningkatan Kualitas dan Kuantitas)
Definisi Proyek
Ada beberapa definisi proyek antara lain:
Proyek merupakan gabungan dari berbagai sumberdaya yang dihimpun dalam suatu
wadah organisasi sementara, untuk mencapai suatu sasaran tertentu (D. I. Cleland dan
W.R. King, 1987)
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu, dengan alokasi sumberdaya yang terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan
suatu tugas yang telah digariskan (suharto, I, 1990)
Pengelolaan Proyek
Pengelola proyek mempunyai dua tugas pokok. Dua tugas pokok tersebut antara lain:
Ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan proyek manajemen, yakni: waktu, sumber-
sumber, dan biaya. berkaitan dengan tiga faktor tersebut, maka manajer proyek perlu mencari
prosedur yang dapat membantu mereka menentukan berapa lama suatu proyek diharapkan
selesai, dan kapan kegiatan tertentu harus dimulai dan diselesaikan. Ini akan memberikan
batasan waktu ppenyelesaian proyek dan tolok ukur untuk pengendalian kemajuan proyek.
Dalam banyak kasus proyek, beberapa kegiatan merupakan kegiatan kritis dan harus
diselesaikan tepat pada waktunya atau keseluruhan penyelesaian proyek akan tertunda.
Sementara, kegiatan lain bersifat agak longgar dalam hal waktu penyelesaian. Dengan demikian
menjadi penting bagi manajer proyek untuk menentukan kegiatan-kegiatan mana yang termasuk
kegiatan kritis.
3. Project Scheduling. Menyusun skedul waktu secara spesifik untuk setiap kegiatan.
Pendefinisian Proyek
Tahap pertama dalam proses perencanaan proyek adalah menentukan kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan dan urut-urutan kegiatan. Kemudian divisualisasikan dengan diagram
balok (Gant Chart) atau grafis (CPM/PERT). Untuk kepentingan tersebut, berikut ini diberikan
beberapa istilah yang sering digunakan dalam manajemen proyek:
Peristiwa adalah satu titik waktu yang mewakili saat mulai dan saat selesainya suatu
kegiatan.
Predecessor adalah kegiatan yang harus selesai sebelum satu kegiatan lain tertentu
dimulai.
Follower adalah kegiatan yang baru bisa dimulai setelah kegiatan lain selesai dikerjakan.
Jaringan Kerja (Network) adalah gambaran grafis dari suatu masalah atau situasi yang
berisi lingkaran (nodes) yang bernomor dan yang dihubungkan dengan urutan garis
(branches atau arcs)
Lingkaran (nodes) adalah titik perpotongan atau pertemuan dari suatu jaringan kerja.
Dummy Activity kegiatan fiktif yang tidak mengkonsumsi waktu untuk mewakili
predecessor atau digunakan ketika dua atau lebih kegiatan yang memiliki lingkaran mulai
dan lingkaran selesai yang sama.
Perencanaan Sumber-sumber
Setelah jaringan kerja proyek terbentuk, informasi yang diperlukan pada tahap selanjutnya
adalah sumber-sumber yang diperlukan untuk mengerjakan setiap kegiatan. Untuk tujuan
penyusunan skedul, sumber yang sangat penting adalah waktu. Penting untuk menghitung
keseluruhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek dan untuk menyusun skedul
setiap kegiatan yang ada.
Berkaitan dengan jenis sumber, yakni waktu, dapatlah dibedakan menjadi dua kategori
yaitu yang bersifat uncertainty dan yang certainty. Berikut ini diberikan beberapa istilah waktu
yang sering digunakan dalam manajemen proyek:
Optimistic Time (a) adalah perkiraan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
kegiatan, yang didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan akan berjalan tanpa ada hambatan
apapun atau dalam kondisi dan situasi yang ideal.
Most Probable Time (m) adalah perkiraan waktu yang paling mungkin untuk
menyelesaikan suatu kegiatan.
Pessimistic Time (b) adalah perkiraan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang
didasarkan pada asumsi bahwa terjadi situasi dan kondisi yang sangat tidak
menguntungkan
Expected Activity Time (t) adalah waktu rata-rata dari suatu kegiatan. Dihitung dengan
cara:
Untuk waktu kegiatan yang bersifat uncertainty, dapat digunakan ukuran statistik variance
suatu kegiatan menjelaskan dispersi dari variasi waktu kegiatan tersebut. Pada metode PERT
digunakan 6 standar deviasi sehingga rumusnya:
Penjadwalan Proyek
Skedul membantu manajer untuk menggunakan sumber-sumber secara efektif dan untuk
memonitor kemajuan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan. berikut ini beberapa
alat atau metode yang dapat digunakan dalam manajemen proyek, yakni
1. Gantt Chart,
Bagan ini pertama kali dikembangkan oleh HL Gantt untuk mengatasi masalah pengawasan
produksi. bagan ini kemudian menjadi dasar digunakannya teknik analisis jaringan kerja seperti
CPM (Ctitical Path Method) dan PERT (Project Evaluation Review Technique). Gantt
menggunakan apa yang disebut sebagai Gantt Milestone Chart yang merupakan peta yang
menggambarkan pekerjaan yang harus dilaksanakan atau bagan yang menunjukkan saling
hubungan yang terdapat antara semua tahapan atau tingkat pekerjaan.
Sumbu datar dari bagan Gantt menunjukkan skala waktu. Sedang segi empat dalam bagan
menunjukkan kegiatan yang harus dilakukan, lama kegiatan ditunjukkan dengan panjang segi
empat. Lingkaran pada segi empat menunjukkan keadaan ingkat tertentu dari keseluruhan
pekerjaan.
Pembahasan:
Earliest Start Time (ES) waktu paling cepat suatu kegiatan dapat dimulai tanpa
menghambat selesainya pekerjaan.
Latest Start Time (LS) waktu paling lambat suatu kegiatan dapat dimulai tanpa
menghambat selesainya pekerjaan.
Earliest Finish Time (EF) yaitu waktu paling awal/cepat suatu kegiatan dapat
diselesaikan tanpa menghambat penyelesaian pekerjaan, dihitung dengan cara EF =
ES + waktu yang diharap.Latest Finish Time (LF) yaitu waktu paling lambat suatu
kegiatan dapat diselesaikan tanpa menghambat penyelesaian pekerjaan, dihitung
dengan cara LF = LS - waktu yang diharap.
Jalur Kritis (Critical Path) adalah jalur terpanjang pada jaringan proyek sedang
waktunya adalah waktu minimal yang diharap untuk penyelesaian seluruh proyek.
Slack Time adalah waktu suatu kegiatan dapat ditunda pengerjaannya tanpa
menunda penyelesaian proyek. Slack Time dihitung dengan cara sebagai berikut:
Slack = LS peritiwa akhir - Waktu yang diharap - ES peristiwa awal
Slack Bebas (Free Slack Time) adalah waktu suatu kegiatan dapat tidak dikerjakan
tanpa menggangu atau menunda ES kegiatan follower.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang slack timenya sama dengan nol.
Keterangan:
A : nama kegiatan
1 dan 2 : peristiwa nomor satu dan peristiwa nomor dua, atau peristiwa awal
dan peristiwa akhir dari kegiatan A,
Aturan Menghitung Waktu ES (Earliest Start Time Rule), yaitu bahwa ES dari suatu
kegiatan yang arah panahnya meninggalkan lingkaran peristiwa (node) tertentu
sama dengan nilai EF terbesar dari semua kegiatan yang arah panahnya menuju
pada lingkaran peristiwa tersebut.
Forward Pass adalah cara menentukan ES dan EF dari setiap kegiatan dengan cara
menghitung dari peristiwa awal sampai peristiwa terakhir dari seluruh proyek.
Aturan Menghitung Waktu LF suatu kegiatan yang arah panahnya menuju lingkaran
peristiwa (node) tertentu sama dengan nilai terkecil LS dari semua kegiatan yang
arah panahnya meninggalkan lingkaran peristiwa tersebut.
Backward Pass adalah cara menentukan FS dan LF dari setiap kegiatan dengan cara
menghitungnya dari belakang ke depan yakni dari peristiwa akhir proyek ke
perisitiwa awal.
Taksiran Waktu Normal adalah taksiran waktu yang digunakan dalam CPM yang
pengertiannya seperti taksiran waktu yang paling mungkin dalam PERT.
Biaya normal adalah biaya yang ditanggung kalau proyek diselesaikan dalam waktu
normal. Taksiran Waktu Dipercepat adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek apabila tidak ada biaya yang dipertimbangkan dalam
mengurangi waktu penyelesaian proyek.
Biaya Percepatan adalah biaya yang ditanggung apabila proyek diselesaikan dengan
waktu yang dipercepat.
Skedul Kegiatan Normal adalah diagram network yang dihasilkan dari penggunaan
waktu dan biaya normal untuk setiap kegiatan.
Pada Critical Path Method - CPM, untuk setiap kegiatan dalam seluruh proyek digunakan
perkiraan waktu normal dan perkiraan biaya normal. Selanjutnya digunakan pula perkiraan
waktu cepat dan biaya pencepatan. dalam perhitungan biaya pencepatan diasumsikan bahwa
fungsi biaya adalah linier terhadap waktu. Selanjutnya untuk proses pencepatan dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membuat diagram network atas dasar waktu normal dan hitunglah biaya pencepatan
setiap kegiatan.
Susun kembali network yang baru dengan menggunakan waktu kegiatan yang
dipercepat dan kembali ke langkah ke dua.
Total biaya Minimum Pencepatan dihitung dengan cara menjumlahkan Total biaya
skedul normal dengan total biaya pencepatan.
Dalam kenyataannya suatu proyek mempunyai waktu pengerjaan yang sulit untuk dapat
diperkirakan dengan pasti, sehingga untuk menghitung waktu pengerjaan suatu kegiatan
dilakukan dengan mengestimasi waktu, yakni waktu optimis (a), waktu paling mungkin (m) dan
waktu pesimis (b).
Membuat network dengan menggunakan waktu rata-rata, dan tentukan jalur kritis
Selanjutnya, dengan menggunakan hasil perhitungan nilai Z, dilihat pada tabel distribusi
normal untuk mendapatkan nilai probabilitas. Tanda minus (-) atau plus (+) pada nilai Z
menunjukkan nilai tersebut berada di sisi kiri kurva atau di sisi kanan kurva.
Pengendalian Proyek
Oleh karena adanya waktu pengerjaan yang bersifat uncertainty, penundaan yang tak
terhindarkan, atau masalah-masalah lain, proyek menjadi agak terganggu, maka diperlukan suatu
monitoring terhadap setiap proses pengerjaan proyek dari waktu ke waktu, dan perlu melakukan
tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. manajer perlu mengavaluasi antara apa yang
direncanakan dan hasil aktualnya, evaluasi terhadap perubahan situasi dan kondisi, serta maslah-
masalah yang dihadapi sekarang dan di masa yang akan datang, serta tindakan perlu untuk
mengkoreksi masalah yang ada dan untuk menghindari timbulnya masalah di kemudian hari.
(Hendra Poerwanto G)
Manajemen Kualitas
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk
memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri
dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok
ukur dan cara pengendaliannya. Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau
pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa
gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi
estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari
segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan
spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar
tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja, terutama tentang
pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di lapangan.
menurut Gazpers (1997), manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari
fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakansanaan kualitas, tujuan dan
tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti
perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.
Prinsip Total Quality Management (TQM) yang digagas Deming untuk menciptakan kualitas
adalah sebagai berikut
Point 1: Tujuan yang Konstan
Menciptakan tujuan yang konstan untuk mendapatkan improvement dari produk dan jasa
sehingga produk/jasa yang dihasilkan merupakan produk/ jasa yang kompetitif, bertahan dan
menyediakan lapangan pekerjaan. Satu bagian manajemen harus memperhatikan proses bisnis
dengan basis kejadian hari perhari, namun juga harus ada bagian yang memperhatikan masa
depan perusahaan. Hal yang terakhir membutuhkan tujuan yang konstan dan dedikasi penuh
terhadap improvement. Top management sebaiknya meluangkan waktu untuk berinovasi,
melakukan riset dan edukasi, secara konstan memperbaiki desain produk dan jasa. Dan
memperhatikan perawatan alat-alat, perabotan dan alat bantu.
Statistik adalah seni pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan
suatu analisis informasi yang terkandung didalam suatu sampel dari populasi itu. Metode
statistik memainkan peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik itu memberikan
cara cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya dan informasi
didalam data itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Lagipula
statistik adalah bahasa yang digunakan oleh insinyur pengembangan, pembuatan, pengusahaan,
manajemen, dan komponen komponen fungsional bisnis yang lain untuk berkomunikasi
tentang kualitas. (Montgomery, 1993).
Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan
selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan hal-hal yang
berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan.
Hal ini disebut Statistical Process Control (SPC). Bagi kalangan praktisi di dunia industri
tentunya sudah tidak asing lagi dengan terminologi-terminologi Quality yang sekarang sedang
banyak sekali dipelajari dan dikembangkan oleh berbagai pihak, baik dari kalangan akademis
sebagai dasar referensi teori maupun dari praktisi didunia industri sebagai subjek sekaligus objek
atas Quality knowledge yang sekarang sedang berkembang.
Pengendalian SPC bertujuan dalam proses mebuat produk sesuai dengan spesifikasi sejak
awal hingga akhir proses. Dalam banyak proses itu akan timbul berbagai gangguan yang tidak
terduga, apabila gangguan itu hanya berupa gangguan kecil biasanya dipandang sebagai
gangguan yang masih dapat ditoleransi sedangkan jika relatif besar maka dikatakan sebagai
gangguan yang tidak dapat diterima. Secara Umum dengan menerapkan SPC akan diperoleh
beberapa manfaat, antara lain :
3. Meningkatakan mutu bahan dan material yang dibeli melalui penerapan Incoming
Inspection.
Bentuk dasar pengendalian kualitas statistik ditunjukkan oleh grafik yang membuat garis
tengah (central line = CL) yang merupakan nilai rata-rata karakteristik kualitas yang berkaiatan
dengan keadaan terkontrol. Sedangkan dua garis mendatar yang lain dinamakan batas
pengendalian ata (upper control limit = UCL) dan batas pengedalian bawah (lower control limit
= LCL). Jika semua proses terkendali maka hampir semua titik-titik sampel akan berada diantara
kedua garis UCL dan LCL. Tetapi, satu titik sampel terletak di luar garis UCL dan LCL
diinterpretasikan bahwa proses berada di luar kendali dan diperlukan penyelidikan dan perbaikan
untuk menghilangkan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut.
Catatan:
Pembahasan lebih lanjut tentang X bar dan R Chart silakan baca di referensi manajemen kualitas
yang dapat dicari di Google dengan menggunakan kata kunci "X bar dan R Chart" atau
"referensi manajemen kualitas"
Catatan:
Pembahasan lebih lanjut tentang p Chart silakan baca di referensi manajemen kualitas yang
dapat dicari di Google dengan menggunakan kata kunci "p chart" atau
"referensi manajemen kualitas"
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada pengurangan
kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Dengan demikian
Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai
pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan
transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan
diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya
yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management meliputi
penetapan:
Pengangkutan.
supplier
distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
Pergudangan
Pemenuhan pesanan
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen
utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufacturing
dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan
koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para
penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih
tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah
pengadaan.
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada
supplier yaitu adalah sebagai berikut:
3. Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau
dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat berupa:
4. Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari sedikit
pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial pemasok
melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan
yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab
itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis dan kualitas produksi
yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai
subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil.
Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan
pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan
pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu,
proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen
rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien
mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang perlu
dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk
bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1. Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini
dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan
laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil
memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan
mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu
mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat
bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai
keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses
mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan
utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh
seorang investor dari investasi.
Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah,
produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang
terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk
bagan akan nampak sebagaio berikut:
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi dari
material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi.
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui
rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran,
penetapan kepemilikan dan pengiriman
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan
alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai
tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal
pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya koordinasi dari
rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami
kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan
perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama
itu adalah:
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama,
dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan
baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan
sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga
suppliers suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers
suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.
Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai
kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu
gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat
berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Suppliers suppliers telah
dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau
organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan
barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan
supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat
antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang
menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang
dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang
masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output
permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang
Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola
suppy chain, yaitu:
1. Kompleksitas struktur supply chain
Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda
2. Ketidakpastiaan
Ketidakpastian permintaan
Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:
Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau bullwhip
effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi tingkat persediaan,
penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun
koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari
pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan memungkinkan perusahaan
untuk mencapai biaya persediaan yang rendah. Sedangkan menurut James A. dan Mona J.
Fitzsimmons (2006), tantangan dalam supply chain management adalah untuk menyeimbangkan
kebutuhan pengiriman pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya produksi dan biaya
persediaan. Pemodelan rantai supply chain management memungkinkan manajer untuk
mengevaluasi pilihan yang akan memberikan peningkatan terbesar dalam kepuasan pelanggan
dengan biaya yang terjangkau.
Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah langkah pertama
menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan ditentukan untuk dapat
mencapai tujuan perbaikan tersebut. Schroeder mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima
poin penting yang dapat diukur dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder,
2007):
1. Pengiriman
Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan secara lengkap dan
tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan.
2. Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur melalui beberapa
cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat
kaitannya dengan loyalitas pelanggan.
3. Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika kita mengasumsikan
ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu dalam persediaan hanya tingkat
persediaan dibagi dengan tingkat penggunaan.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau bauran produk dengan
persentase tertentu atau jumlah.
5. Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total biaya
pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan tercatat, dan biaya rekening
membawa piutang.
Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu
sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut:
1. Inventory
Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah diselesaikan.
Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan
kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply
chain. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Cycle inventory
Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk memenuhi
permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku,
perusahaan bisa saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk
bahan baku yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka
terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan
holding cost (biaya penyimpanan).
b. Safety Inventory
Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan
kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi ketidakpastian atas permintaan yang
tinggi.
c. Seasonal Inventory
Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat
diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan seasonal inventory akan
membangun persediaan mereka pada periode permintaan barang rendah dan menyimpannya
untuk periode permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka
tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan.
2. Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi
terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing.
Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl
(2004) adalah sebagai berikut :
a. Modes of transportation
Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan dari saru lokasi
dalam jaringan supply chain ke tempat lainnya. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat
dipilih yaitu:
Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi
memiliki biaya yang mahal.
Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan fleksibilitas tinggi.
Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar.
Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang paling
ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri.
Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas.
3. Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit,
atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan.
Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi
penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004,
p55-56) adalah sebagai berikut :
a. Location
Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya merupakan
bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain. Penentuan lokasi secara ekonomis,
sedangkan penentuan lokasi secara desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan
konsumen.
b. Capacity
Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi
lebih responsif, demikian pula sebaliknya.
c. Operation methodology
Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang, apakah mesin
yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel maksudnya adalah mesin tersebut juga
dapat pula digunakan untuk membuat produk lain yang biasanya mesin itu relatif mahal atau
menggunakan mesin yang dapat membuat satu macam produk saja (efisien).
d. Warehouse methodology
Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang menyimpan segala macam
produk dalam suatu tempat.
Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-
produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan
konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.
Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam
fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut
membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas
perusahan, kemudian dari sana dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat
diangkut ke retailer menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari
truk-truk sebelumnya.
4. Information
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas
dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan
untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah
penggerak terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi
adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Push versus Pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal kepada pemasoknya
untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan
tipe pull menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat
dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.
b. Cordinating and Information sharing
Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain bekerja menuju
tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja
sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atau keuntungan
supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply
chain itu sendiri.
c. Forecasting and Aggregate Planning
Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai kebutuhan masa
depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah
menciptakan peramalan, maka perusahaan mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi
permintaan yang telah diperhitungkan.
d. Enabling Technologies
Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain, maka terdapat teknologi-
teknologi yang digunakan yaitu:
Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet maka akan
menjadi sebuah faktor penting dalam supply chain.
Kriteria Pilih terutama karena Pilih terutama karena Pilih trtm krn
pemilihan biaya kapasitas, kecepatan ketrampilan
utama dan fleksibilitas pengembangan
produk
Karakteritik Mempertahankan utilitas Menanam modal pada Proses moduler yang
proses rata-rata yang tinggi kapasitas berlebih menuju mass
dan proses yang customization
fleksibel
Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian
halnya untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk
menghasilkan output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif dan efisien maka
adakalanya dihadapkan pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing
Adapun berbagai pertimbangan yang ada dalam keputusan tersebut diantaranya dijabarkan pada
tabel berikut:
Alasan Membuat Alasan Membeli
1 Biaya produksi yang lebih rendah Biaya perolehan lebih rendah
2 Pemasok kurang cocok. Menjaga komitmen pemasok
Memastikan pemasok yang memadai
3 Mendapatkan keahlian tehnis
dan manajemen
4 Pemanfaatan tenaga kerja berlebih Kapasitas tidak memadai
5 Memperoleh kualitas yang diinginkan Mengurangi biaya persediaan
Memastikan ada sumber daya
6 Menghilangkan kolusi pemasok
alternatif
Kapasitas di perusahaan tidak
7 Memperoleh item yang unik
mendukung
8 Mempertahankan bakat yang ada Pertukaran informasi
Menjaga rancangan dan kualitas yang
9 Item terlindungi karena hak paten
memadai
Mempertahankan dan meningkatkan Membebaskan manajemen
10
ukuran perusahaan menangani bisnis utama
Sumber : Heizer (2004; 417)
Hal-hal tersebut di atas dalam konsep pengambilan keputusan taktis yang dikemukakan oleh
Hansen Mowel menjadi bagian dari tahap pertimbangan kualitatif dalam pengambilan keputusan
taktis
2. Outsourcing
Adalah memindahkan aktifitas perusahaan yang dimiliki dalam konsep tradisional kepada
supplier eksternal. Outsourcing merupakan tren yang kontinyu yang mengarah pada efisiensi
melalui konsep spesialisasi sehingga perusahaan dapat berkonsentrasi pada core competencies
yang dimiliki. Dengan outsourcing tidak ada tangible product dan transfer. Perusahaan
kontraktor biasanya menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyempurnakan
aktifitasnya. Sumber daya ditransfer ke perusahaan pemasok yang meliputi: fasilitas, orang dan
peralatan. Pada saat sekarang, banyak perusahaan melakukan outsourcing berbagai keperluan
diantaranya: teknologi informasi, pekerjaan akuntansi, fungsi hokum dan juga produk-produk
perakitan. Sebaliknya banyak perusahaan yang bergerak dibidang Teknologi informasi maupun
Prosesing data menyediakan outsourcing bagi berbagai jenis perusahaan yang memerlukannya.
Ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan efisiensi, integrasi rantai pasokan yaitu:
a. Local Optimization
Anggota rantai pasokan akan memfokuskan pada maksimisasi keuntungan local atau
minimisasai biaya yang didasarkan pada pengetahuan yang terbatas.
b. Incentives
Insentif mendorong munculnya perdagangan didalam rantai penjualan yang sebelumnya tidak
terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang pada akhirnya menjadikan kemahalan bagi semua
anggota. Wujud insentif berupa insentif penjualan, potongan kuantitas, kuota dan promosi.
c. Large lots
Dalam hal ini seringkali terjadi bias yang mengarah pada large lots karena cenderung
mengurangi biaya per unit. Disatu sisi jika pengiriman dalam jumlah yang banyak misalnya
ukuran truk penuh akan mengurangi biaya per unit, tetapi tidak merefleksikan nilai penjualan
sebenarnya.
Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi informasi tentang
apa yang sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh karena itu diperlukan sistem yang
didasarkan pada informasi yang akurat tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik
melalui rantai pasokan. Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan
distorsi dan fluktuasi dalam rantai pasokan dan menyebabkan apa yang diketahui sebagai
bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi kenaikan dalam order yang sering terjadi
sebagai order yang bergerak melalui rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan biaya seperti
inventory, transportasi, pengiriman dan penerimaan.
Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi menjadi suatu
substansi yang memungkinkan. Siklus material yang berasal dari pemasok, ke produksi, ke
pergudangan, ke distribusi, ke konsumen, merupakan penempatan yang berbeda-beda dan
seringkali berhubungan dengan organisasi yang independen. Oleh karena itu agar semuanya
dapat berhasil dimulai dengan memperhatikan tiga hal yaitu:
1. Mutual Aggrement on Goal,
suatu integrasi rantai pasokan mensyaratkan lebih dari kesepakatan dalam kontrak hubungan jual
beli, tetapi patner harus diapresiasikan tidak hanya dalam uang tetapi pada rantai pasokan sampai
dengan konsumen akhir. Hal ini dapat terwujud apabila adanya pengertian tentang misi, strategi,
dan tujuan dari organisasi yang berpartisipasi. Integrasi rantai pasokan adalah sesuatu yang
menambah nilai tambah ekonomi dan memaksimalkan total konten produk.
2. Trust,
merupakan hal kritis bagi efektifitas dan efisiensi rantai pasokan. Anggota dari rantai pasokan
harus masuk kedalam hubungan yang membagi informasi dalam rangka membangun
kepercayaan. Hubungan diantara pemasok akan lebih sekses jika resiko dan penghematan biaya
dibagi dan aktifitas seperti riset konsumen, analisa penjualan, peramalan, perencanaan produksi
merupakan aktifitas bersama.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan secara efektif
yaitu:
a. Accurate data,
Untuk dapat meningkatkan akurasi data maka yang dapat dilakukan adalah dengan melalui
sharing: 1) POS (Point Of Sales) informasi, sehingga tiap anggota rantai dapat menjadwalkan
secara efektif. 2) CAO (Computer-Assisted Ordering). Dengan menggunakan keduanya maka
pengumpulan data dan kemudian menyesuaikan dengan: factor pasar, persediaan, order yang
ada, serta mengirimkannya kepada supplier yang bertanggung jawab menjaga persediaan barang
akhir.
e. Postponement,
yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam proses produksi.
f. Channel Assembly,
yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat dipasang.
h. Blanket Order,
merupakan komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item yang dapat dikirim
dalam jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai kebutuhan saja.
i. Standardization,
yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan mengurangi biaya.
k. Pemilihan Vendor
Suatu perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen, walaupun
demikian fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan vendor yang sempurna. Agar
hubungan tersebut efektif maka perlu dilakukan tiga proses yaitu:
1. Evaluasi Penjual
Tahap ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan kemungkinan penjual
tersebut menjadi pemasok yang baik. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
variabel atau factor yang dipertimbangakan untuk memilih penjual, yang mana tiap variabel
diberi bobot tergantung pada kebutuhan organisasi. Kemudian menentukan beberapa alternative
untuk diberi penilaian , setelah dianalisa maka bisa menentukan mana yang dipilih.
2. Pengembangan Penjual
Apabila perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu, maka cara agar
pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku adalah dengan memastikan bahwa
penjual menghargai kebutuhan akan mutu, dan kebijakan perolehan bahan baku. Pengembangan
dimulai dari pelatihan sampai membantu rekayasa dan produksi juga format transfer informasi
elektronik.
3. Negosiasi
Strategi Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan biaya (Cost Based
price model), yang mengharuskan pemasok terbuka kepada pembeli. 2) Model berdasarkan
harga pasar (market Based price model), harga didasarkan pada publikasi atau indeks. 3)
Perebutan tender (competitive bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak bersedia
membahas biaya dan tidak ada pasar yang mendekati sempurna.
4. Internet Purchasing
Kadang-kadang disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui komunikasi atau
menyetujui catalog vendor yang didapat melalui internet untuk digunakan oleh karyawan dari
perusahaan di bagian pembelian.
l. Pembelian - Purchasing
Strategi pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep Supply Chain
Management, bagaimanapun pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan
peningkatan marjin kontribusi, karena porsi terbesar dari pendapatan digunakan untuk
melakukan pembelian. Kebutuhan akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu mengarah
pada pembentukan fungsi pembelian.
2. Fokus Pembelian
Pembelian terjadi di lingkungan operasi produk barang maupun jasa.
Dalam lingkungan operasi produk barang,
Fungsi pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal memegang
wewenagn untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di perusahaan besar, agen
pembelian ini dapat juga merupakan staf yang juga pembeli dan ekspenditur. Pembeli mewakili
perusahaan yang bersangkutan, menjalankan semua kegiatan departemen pembelian kecuali
penanda tanganan kontrak. Ekspenditur membantu pembeli dalam menindaklanjuti pembelian
agar dapat dipastikan bahwa pengiriman tepat waktu. Di perusahaan manufaktur, Fungsi
pembelian didukung engineering drawing dan spesifikasi dari produk- produk yang dibuat,
dokumen-dokumen pengendalian mutu, dan kegiatan-kegiatan pengujian yang mengevaluasi
ietm yang dibeli.
Peranan pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya merupakan produk
intelektual, contoh yang dapat dikemukakan misalnya di organisasi hukum maupun kesehatan,
item utama yang diperoleh adalah fasilitas kantor, perabotan dan peralatan, mobil serta
perlengkapan.
Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan rantai pasokan
yang dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya rencana strategi tentang
manajemen rantai pasokan menjadi sukses, maka beberapa karakteristik kapabilitas yang harus
dimiliki antara lain: 1) Fleksibel dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada baik dari
ketrersediaan komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar. 2) Dapat
menggunakan teknologi mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman komponen dan
produk akhir. 3) Menetapkan staff yang mempunyai keahlian secara local mengenai cara
menyikapi peraturan, perdagangan, pengangkutan, penanganan konsumen dan isu politik.
(Hendra Poerwanto G)
Sistem persediaan/ inventori memberikan struktur organisasi dan kebijakan operasi untuk
menjaga dan mengendalikan barang-barang yang disimpan. Sistem bertanggung jawab atas
pemesanan dan penenrimaan barang: timing pemesanan dan pencatatan apa yang telah dipesan,
berapa banyak, dan dari siapa.
Fixed Order Quantity Model atau FOQ atau Q Model (Model Jumlah Pemesanan Tetap)
Fixed Time Periode Model atau P Model ( Model Periode Waktu Tetap). Yang termasuk
dalam kategori ini adalah Sistem interval pemesanan tetap.
Model yang mengakomodasi tujuan-tujuan khusus dalam mengelola inventori. Yang termasuk
kelompok ini antara lain:
1) Price-Break Model
2) Single-periode Model
Miscellaneous System
1. Fixed Order Quantity Model atau FOQ atau Q Model (Model Pemesanan dengan Jumlah
Tetap)
Fixed-Order Quantity Model atau Q model adalah model untuk menentukan titik spesifik,
R, saat dimana pemesanan dilakukan dan jumlah yang harus dipesan, Q. Titik pemesanan, R,
biasanya dinyatakan dalam jumlah unit inventori pada level R. Penghitungan Q digunakan
rumus EOQ ( Economic Order Quantity) atau juga disebut sebagai Optimal Order Quantity.
Penggambaran model Fixed Order Quantity dapat dilihat pada gambar. Berbagai model yang
masuk kategori Q model antara lain:
EOQ
Yang perlu diperhatikan dari model tersebut adalah bahwa asumsi-asumsi yang digunakan tidak
realistik. Akan tetapi, model tersebut dapat digunakan sebagai pijakan awal untuk memahami
manajemen inventori.
Catatan:
Tentang bahasan EOQ selengkapnya silakan baca di topik Persediaan/ Inventori pada sub-topik
yang membahas EOQ
Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan Adanya Penggunaan Selama Waktu
Produksi / Economic Production Quantity (EPQ).
Model sebelumnya mengasumsikan bahwa jumlah yang dipesan akan diterima dalam sekali
antar, pada hal dalam kenyataan tidak selalu demikian. Pada banyak situasi, produksi dari item
persediaan dan penggunaan item tersebut berjalan secara simultan. Hal ini benar bila satu bagian
dari sistim produksi bertindak sebagai supplier bagi bagian yang lain. Pada kasus yang demikian,
bila d adalah tingkat permintaan (demand rate) yang konstan untuk item yang diproduksi dan p
adalah tingkat produksi (production rate), maka TC dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Sedangkan Total Biaya Annual atau disingkat TAC atau TC dihitung dengan rumus:
Pembahasan:
Dengan demikian bahwa pemesanan komponen Y sebanyak 1.826 unit akan dilakukan bila
tingkat persediaan di gudang tinggal 280 unit.
Sistem dari Q model secara perpetual memonitor tingkat inventori dan melakukan pemesanan
baru ketika persediaan mencapai level R. Masalah kehabisan bahan dari model demikian hanya
mungkin muncul selama periode lead time, yakni antara waktu dilakukan pemesanan hingga
waktu barang diterima. Gambar berikut menjelaskan adanya kemungkinan kehabisan bahan
(stockout):
Reorder point dihitung dengan cara:
dimana
z = jumlah standard deviasi untuk tingkat layanan (service level) tertentu
Untuk dapat menghitung nilai R di atas diperlukan data nilai z dan standard deviasi. Oleh karena
itu pula perlu dihitung terlebih dahulu nilai z dan standard deviasi tersebut dengan cara:
Menghitung rata-rata penggunaan per hari
Kemudian, dihitung nilai z dengan menentukan nilai E(z) yakni jumlah unit yang memenuhi
tingkat layanan yang diinginkan.
Dengan telah diperoleh nilai z (dilihat pada tabel) dan standard deviasi maka nilai R dapat
ditentukan.
Tentukan saat dilakukan pemesanan ulang! (sebagai catatan hari kerja se tahun 250 hari)
Pembahasan:
Pemesanan ulang/ reorder point
Oleh karena nilai z belum diketahui maka perlu dicari terlebih dulu dengan rumus:
Selanjutnya nilai z pada E(z) = 0,4 dapat diperoleh denga melihat tabel jumlah out of stock
versus Standard Deviasi yang dinormalisaskan pada 1 SD. Diperoleh nilai z = 0, sehingga solusi
pemesanan kembali (R) adalah:
Contoh 2
Permintaan harian untuk suatu produk tertentu terdistribusi normal dengan rata-rata 60, dan
standar deviasi 7. Supplier dapat dipercaya untuk menjaga lead time 6 hari. Biaya order Rp.10,-
dan biaya simpan Rp.0,5 pewr unit per tahun. Tidak ada biaya kehabisan bahan, karena pesanan
yang belum terpenuhi dapat segera didatangkan. Diasumsikan penjualan terjadi dalam satu
tahun. Tentukan jumlah yang dipesan dan kapan dilakukan pemesanan kembali untuk memenuhi
95% pelanggan yang diambilkan dari persediaan.
Informasi:
Pembahasan :
Pertama menghitung jumlah pemesanan optimal atau Economic Order Quantity
Untuk menentukan saat pemesanan kembali, perlu lebih dulu menghitung jumlah produk yang
digunakan selama lead time dan menambahkannya sebagai safety stock.
Oleh karena nilai z dan standar deviasi belum diketahui maka perlu dihitung terlebih dulu
besaran z dan standar deviasi selama lead time .
hasil perhitunganmenunjukkan bahwa standar deviasa selama lead time sebesar 17,2
Sedang nilai z dicari dengan
Dengan menggunakan tabel, dapat diperoleh nilai z pada E(z) = 2,721 sebesar 2,72
Setelah diketahui nilai dari z dan maka R dapat ditentukan:
Sehingga kebijakannya akan berbunyi, jumlah pemesanan sebesar 936 unit akan dilakukan pada
saat persediaan tersisa sebanyak 313 unit.
Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya
setiap minggu atau setiap bulan. Dengan demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk
setiap kali pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode monitoring.
Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan Fixed-Order Quantity (Q Model)
adalah sebagai berikut:
1 Jumlah yang dipesan Konstan, jumlah yang dipesan setiap Variabel, jumlah yang dipesan untuk setiap
waktu sama kali pesan senantiasi bervariasi
3 Pencatatan Pencatatan dilakukan setiap kali ada Dihitung hanya pada saat periode review tiba.
penambahan atau pengurangan
inventori
4 Ukuran Inventori Lebih sedikit dibanding P model Lebih banyak dibanding Q model
Fixed Time Periode FTP atau P Model dengan Tingkat Layanan Tertentu
Pada sistim fixed time period, pemesanan kembali dilakukan pada saat review (T) dan lead time
(L) yang konstan, serta safety stock sebanyak:
Rumusan matematiknya:
dimana
T = tenggang/jarak waktu antar review
Rho = standard deviasi permintaan selama lead time dan periode review
I = tingkat persediaan termasuk pesanan yang direncanakan diterima
Nilai z diperoleh dengan terlebih dulu menghitung E (z), yakni:
dimana standard deviasi selama lead time dan periode review sebesar:
Contoh Jumlah Pemesanan: Model FTP dengan Service Level
Diketahui permintaan harian untuk suatu produk adalah 10 unit dengan standard deviasi 3 unit.
Periode Review 30 hari dan lead time 14 hari. Manajemen telah membuat kebijakan untuk
memenuhi 98% permintaan dalam bentuk persediaan. Pada review awal periode, terdapat
persediaan 150 unit. Berapa banyak yang harus dipesan?
Pembahasan
Jumlah pemesanan dihitung dengan rumus:
Oleh karena nilai z dan standar deviasi belum diketahui, maka perlu dihitung terlebih dulu:
dari tabel dan hasil interpolasi diperoleh nilai z= 0,21, sehingga jumlah yang harus dipesan
adalah:
Dengan demikian untuk memenuhi 98% permintaan, maka pada saat review dilakukan
pemesanan sebanyak 294 unit.
Ada dua macam model yang termasuk dalam kategori model tujuan khusus, yakni:
i) Price-Break Model
Model ini digunakan untuk menganalisis pengaruh jumlah pemesanan bila terdapat perubahan
harga (diskon) sehubungan dengan banyaknya pemesanan.. bagaimanapun, dalam kenyataan
sering dijumpai adanya pemotongan atau pengurangan harga bila jumlah pemesanan semakin
besar. Misalnya bila jumlah yang dipesan lebih kecil dari 500 unit,maka harga akan sebesar
harga normal. Bila membeli 500 unit hingga 1000 unit akan diberi potongan harga 10%, dan bila
membeli di atas 1000 unit akan mendapat potongan 15%.
Pembahasan:
Rumus yang cocok untuk dipakai mencari solusi dari kasus di atas adalah:
Masing-masing kategori harga dicari EOQ-nya. Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan
jumlah pemesanan yang feasible dan yang tidak. Dari yang feasible, selanjutnmya dipilih yang
TIC-nya terkecil. (Kunci Jawaban Untuk C= Rp.5,- maka EOQ = 633 , tidak feasible, untuk
P=Rp.4,5 maka EOQ-nya = 666, feasible dengan TIC Rp.45.599,7, untuk P=Rp.3,9, maka EOQ-
nya = 716, tidak feasible, sedang untuk P=Rp.3,9 Q=1.000, feasible dengan TIC=Rp39.590 dan
ini menrupakan solusi optimal)
36 0,15 36 0,90
37 0,25 37 0,75
38 0,25 38 0,50
39 0,15 39 0,25
40 0,10 40 0,10
41 0 41 lebih 0
Pembahasan:
Keuntungan margin jika setiap unit terjual adalah harga dikurangi biaya atau
MP= P-C =100 70 = 30
Kerugian margin terjadi jika unit barang tidak laku terjual. Besarnya adalah biaya dikurangi nilai
sisa atau
ML = C SV = 70 20 = 50
Berdasarkan tabel probabilitas akumulatif pada kasus di atas, maka kemungkinan terjual dari
unit barang harus sama atau lebih besar dari 0,625, dan angka yang paling mendekati itu adalah
37 unit dengan probabilitas terjual sebesar 0,75. Selanjutnya net benefit dari memiliki persediaan
sebanyak 37 unit adalah profit margin yang diharap dikurangi kerugian margin yang diharap:
Suatu sistim pengendalian inventori dimana inventori direview dengan frekuensi yang tetap
seperti mingguan atau bulanan, dan pemesanan penambahan dilakukan jika tingkat inventori
telah berada pada jumlah tertentu.
Two-Bin System
Persediaan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah persediaan yang akan
digunakan, sedang kelompok kedua berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin ketersediaan
bahan.
One-Bin System
Suatu sistim dimana penambahan dilakukan secara periodik tanpa mempermasalahkan barapa
banyak yang dibutuhkan
Catatan.
tentang sistem klasifikasi ABC selengkapnya dapat dibaca di topik Persediaan/ Inventori pada
sub-topik Analisis Persediaan Metode ABC
1) Pull system
Pull system adalah suatu system dimana operasi (produksi pengadaan, pergerakan
material, distribusi produk) terjadi hanya sebagai respon terhadap kebutuhan
pengguan yan ada dibawahnya (downstream user). Tujuannya adalah untuk
membeli/ menerima/ mengirim/ membuat/ menggerakkan sesuai dengan yang
dibutuhkan dan selalu diusahakan tidak ada persediaan yan tersisa. Pull system
adalah yang paling tua dan paling banyak diguanakan. Dimana setiap pusat
Distribusi menentukan sendiri peramalan kebutuhannya dan bagaimana mereka
mengella persediaan. Setelah itu setiap Pusat Distribusi akan melakukan
pemesanan kepada Pusat Pasokan. Pemesanan tersebut tidak diperhatikan kondisi
kebutuhan pada Pusat Distribusi yang lain. Sedangkan Pusat Pasokan tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai keadaan persediaan pada Pusat Distribusi yang
ada di bawahnya. Pemesanan pada tingkat Pusat Distribusi merupakan kebutuhan
pada tingkat Pusat Pasokan. Keuntungan dan Kekurangan dari system pull :
2) Push System
Push system adalah suatu system dimana operasi (produksi, pengadaan,
pergerakkan material, distribusi produk) terjadi hanya sebagai respon terhadap
perencanaan penjadwalan untuk setiap operasi tanpa memperhitungkan status
real-time dari operasi yan bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengoperasikan
suatu penjadwalan.]
Pada system Push, keputusan replenishment dilakukan pada tingkat upstream.
Sehingga informasi mengenai permintaan dan tingkat persediaan pada downstream
akan dikirim secara periodic ke tingkat upstream. Hal ini dapat mengfhindari
keadaan variabilitas dari permintaan. Selain itu juga, system Push ini dapat
melakukan peramalan kebutuhan dan waktu pengiriman ke downstream dengan
tepat. Keuntungan lain dari system Push adalah di mana pengiriman ke Pusat
Distribusi dapat disinkronisasikan sedemikian rupa, sehingga persediaan di tingkat
Pusat Pasokan dapat dieliminasi.
1. Order-Point System : system ini sering digunakan untuk tipe persediaan yang
bersifat independent. Secara garis besar, system ini berlandaskan pada
pemantauan terhadap kondisi suatu sistem persediaan dan melakukan
pemesanan kepada Pusat Pasokan jika persediaan pada tingkat pusat
Distribusi telah mencapai titik tertentu. Pasokan jika persediaan pada tingkat
Distribusi telah mencapai titik tertentu.
Pada contoh di atas kita mempunyai asumsi bahwa dimana DC A receipt sebanyak
50 unit pada awal minggu 2 pada minggu 6, available balance akan jatuh mencapai
titik nol jika tidak ada pemesanan datang. Berdasarkan perhitungan EOQ maka
didapatkan sebanyak 50 unit yang akan dilepas dengan lead time 2 minggu yaitu
pada minggu 4. Planned order release pada DC merupakan gross requirement pada
CS. Dengan menggunakan bermacam metoda lot-sizing (khusus pada contoh ini
akan menggunakan lot for lot). Pada contoh diatas dimana initial available balance
sebanyak 30 dan scheduled receipt sebanyak 200 unit pada minggu 1, sehingga
sampai dengan minggu 5 tidak dibutuhkan net requirement. Pada minggu 4
available balance sebanyak 80 dan kebutuhan pada minggu 5 adalah sebanyak 100
unit, sehingga schedule receipt adalah sebanyak 100 80 = 20 unit.
Berikut ini adalah hasil perhitungan DRP pada tingkat downstream yang
sebenarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut :
Langkah Pertama : hitunglah jumlah Pasokan dalam system yan tersedia pada
system dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
TSS = Q + Qi
Langkah Kedua : hitunglah jumlah minggu yang tersedia pada system yan tersedia
pada system dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Langkah Ketiga : hitunglah jumlah pengirima tentative untuk setiap Pusat Distribusi
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
qi = (NoWS)ri-Qi
Berikut ini adalah contoh penggunaan metoda fair-share untuk menentukan alokasi
untuk setiap Pusat Distribusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kasus di
bawah ini :
Contoh :
Sebuah perusahaan dengan Pusat Pasokan yang mempunyai kapasitas produk
sebanyak 246 unit. Telah direncanakan suatu pengiriman untuk 4 buah Pusat
Distribusi pada minggu ini sebanyak 350 unit. Oleh karena itu, sebanyak 246 unit
ini harus dialokasikan sedemikian rupa untuk keempat Pusat Distribusi tersebut.
Berikut ini adalah data tentang permintaan dan persediaan untuk masing-masing
Pusat Distribusi :
A 15 10
B 25 15
C 20 19
D 10 60
Total 70 104
qA 65
qB 110
qC 81
qD (10) Negative-value dibuang
A 15 10
B 25 15
C 20 19
Total 60 44
qA 63
qB 106
qC 78
Total 246
Pada contoh di atas terlihat dimana pada rencana pengiriman pertama Pusat
Distribusi D bernilai Negatif, sehingga Pusat Distribusi ini tidak dimasukkan dala
perhitungan selanjutnya. Dengan kata lain, Pusat Distribusi D mempunyai
persediaan yan cukup sehingga tidak perlu dikirim produk. Pusat distribusi yang lain
harus dialokasikan persediaan dengan seimbang. Inidapat dilihat pada rencana
pengiriman kedua (revisi). Dasar pemikiran metoda fair-share ini berdasarkan dari
jumlah pesanan dengan persediaan yan tersedia,sehingga alokasi pengiriman
dapat dilakukan dengan seimbang dan merata (quality distributed). / Hendra
Poerwanto G.
Perencanaan Agregat
Teknik perencanaan agregat adalah sebuah metodologi yang dibutuhkan oleh
departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi untuk membuat jadwal induk.
Agregat berarti penjadwalan dilakukan secara keseluruhan dari semua produk yang
menggunakan sumberdaya terbatas yang sama. Perencanaan agregat ditujukan
agar mendapatkan utilisasi maksimal sumberdaya manusia dan peralatan. Proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi
tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produks
Kapasitas pabrik adalah 38 produk per hari. Setiap unit yang tidak dikirim dikenai
biaya penyimpanan $10 per bulan. Setiap unit back-order dikenai biaya $25 per
bulan hingga unit tersebut dikirimkan. Biaya produksi adalah $800 per unit pada
waktu regular dan $1000 dengan menggunakan lembur. Tabel berikut
menggambarkan satu perencanaan agregat yang dapat digunakan untuk
memenuhi demand yang telah diramalkan untuk produk tersebut. Demand ramalan
terlihat pada kolom 2, bervariasi dari 400 hingga 1500 unit per bulan. Kolom 3
merupakan demand kumulatif bulanan. Jumlah hari produksi yang tersedia untuk
waktu reguler dan lembur terdapat pada kolom 4 dan 5. Kapasitas produksi
bervariasi bergantung kepada panjang bulan. Pada bulan Agustus, kapasitas rendah
karena terdapat hari libur. Satu perencanaan agregat yang mungkin diberikan pada
kolom 6 dan 7.
Pada bulan Januari, untuk memproduksi 836 unit dibutuhkan waktu produksi
reguler sebanyak 38 unit per hari selama 22 hari. Pada bulan Oktober, November
dan Desember, jadwal memproduksi lebih sedikit dari waktu produksi regular, yang
berimplikasi pada penghentian beberapa orang karyawan pada bulan-bulan
tersebut. Produksi kumulatif jadwal produksi diberikan pada kolom 8. jika produksi
kumulatif pada suatu bulan melebihi demand kumulatif, kelebihan unit disimpan
dan menghasilkan biaya penyimpanan. Jika demand kumulatif melebihi produksi,
maka demand yang tidak dapat terpenuhi tersebut harus di back-order. Kolom 9
dan 10 memperlihatkan jumlah unit yang disimpan dan back order pada setiap
bulan. Lima kolom terakhir memberikan gambaran biaya, dalam ribuan dollar, yang
digunakan untuk mengevaluasi jadwal potensial ini. Kolom 11 adalah biaya produksi
regular. Untuk bulan Januari, biaya waktu regular adalah $668,800 yang dihasilkan
dari 836 unit dikalikan $800 per unit. Kolom 12 adalah biaya lembur. Kolom 13
adalah biaya penyimpanan yang terjadi, yang sama dengan $10 untuk setiap unit
yang disimpan. Kolom 14 memberikan biaya back-order, yang sama dengan $25
dikalikan dengan unit yang harus di back-order. Kolom terakhir memberikan biaya
produksi total untuk setiap bulan. Total biaya untuk jadwal ini adalah $7,814,270.
Jadwal dibuat dengan cara memetakan demand kumulatif sebagai garis terputus.
Kapasitas waktu regular ditambah dengan waktu lembur digambarkan sebagai garis
tebal. Setiap jadwal yang berada di bawah garis kapasitas ini feasible untuk
dilaksanakan. Salah satu dari jadwal feasible yang ada adalah garis bertitik, yang
mewakili sebuah jadwal untuk memproduksi pada kapasitas maksimum hingga
bulan Agustus dan kemudian lebih rendah dari kapasitas regular dan lebih rendah
lagi selama bulan Desember.
Pertanyaan yang timbul: apakah ada jadwal lain yang memberikan biaya lebih
rendah? Apakah ada model lain yang menghasilkan solusi berbiaya minimum?
Apakah ada pendekatan heuristic yang sederhana yang mudah digunakan dan akan
menghasilkan solusi yang mendekati biaya minimum? Terdapat beberapa
pendekatan. Misalnya pendekatan secara grafis/tabel seperti yang ditunjukkan di
atas. Menggunakan analisis empiris model yang disederhanakan, yang kemudian
dapat diselesaikan dengan teknik yang telah diketahui seperti pemrograman linier.
Menggunakan model yang lebih realistis dan lengkap yang diuji menggunakan
computer untuk mengevaluasi solusi alternatif yang sangat banyak.
Tidak ada jaminan bahwa yang terbaik yang ada dalam sampel merupakan solusi
optimal. Walaupun demikian, jika hasil mendekati optimal, pendekatan tersebut
sangat mungkin dapat berjalan dengan baik pada dunia nyata.
Manufaktur seperti GE, Yamaha, dsb menghadapi keputusan yang berat ketika
berusaha untuk menjadwalkan produk seperti alat pendingin, jet ski, dsb. di mana
permintaan sangat bergantung pada variasi musiman. Jika perusahaan
meningkatkan output dan pada saat tersebut musim panas lebih hangat daripada
biasanya, maka mereka dapat meningkatkan penjualan dan pangsa pasar.
Bagaimanapun, jika musim panas agak dingin, maka bisa jadi banyak produk mahal
yang tertahan tidak terjual. Mengembangkan rencana yang dapat memperkecil
biaya yang berkaitan dengan peramalan adalah satu fungsi utama manajer
produksi.
Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur output dan penjualan, seperti
unit alat pendingin pada GE.
2. Satuan unit tergantung jenis produk (ton, liter, kubik, jam mesin atau jam
orang)
4. Setelah satuan unit ditetapkan maka factor konversi juga harus ditetapkan
Perencanaan jangka pendek dapat diperpanjang hingga satu tahun tetapi pada
umumnya kurang dari 3 bulan. Rencana tersebut adalah juga merupakan tanggung
jawab karyawan produksi, yang bekerja dengan para penyelia dan mandor untuk
"menguraikan" perencanaan jangka menengah menjadi jadwal mingguan, harian,
dan jam-an. Taktik untuk berhadapan dengan perencanaan jangka pendek meliputi
pemuatan, pengurutan, percepatan, dan pengiriman.
Pada gambar ditunjukkan horison waktu dan fitur untuk perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Penanaman modal
Lokasi/perluasan fasilitas
Perencanaan penjualan
Lain dari itu Manajer produksi juga bertugas dan bertanggung jawab layaknya para
penyelia dan mandor
Tugas dan tanggung jawab dari para penyelia, mandor antara lain dalah sebagai
berikut:
Penugasan pekerjaan
Pemesanan
Penjadwalan kerja
Pengiriman
Lembur
Tanggung jawab
a) Pasar Komputer
b) Pasar dan permintaan
c) Keputusan produk
d) Riset dan Teknologi
e) Peramalan permintaan, pesanan
f) Keputusan perencanaan proses dan kapasitas
g) Rencana agregat untuk produksi
h) Tenaga kerja
i) Ketersediaan bahan mentah
j) Kapasitas eksternal (subkontraktor)
k) Persediaan
l) Master production schedule dan sistem MRP
m) Jadwal kerja terinci. (Hendra Poerwanto G)
Dalam dunia nyata kita tidak suka menunggu, maka tak heran bila kita punya
pendapat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang paling menyebalkan. Di bawah
ini diberikan contoh beberapa situasi dimana antrian sangat penting.
3. Contoh Kantor Pos. Dalam suatu kantor pos ada konter-konter khusus
didalamnya seperti stempel, packaging, ternsaksi keuangan dll. Apakah
konternya sudah cukup? Bisakah Antrian terpisah atau antrian umum di
depan konter dengan spesialisasi yang sama?
9. Contoh Gardu Tol Pengendara motor harus membayar bea masuk untuk
melewati sebuah jembatan. Apakah gardu tol cukup? Contoh Rambu Lalu
Lintas Bagaimana kita harus mengatur rambu lalu lintas agar waktu tunggu
dapat diterima?
Salah satu model yang sangat berkembang sekarang ini ialah model
matematika. Umumnya, solusi untuk model matematika dapat dijabarkan
berdasarkan dua macam prosedur, yaitu : analitis dan simulasi. Pada model
simulasi, solusi tidak dijabarkan secara deduktif. Sebaliknya, model dicoba terhadap
harga harga khusus variabel jawab berdasarkan syarat syarat tertentu (sudah
diperhitungkan terlebih dahulu), kemudian diselidiki pengaruhnya terhadap variabel
kriteria. Karena itu, model simulasi pada hakikatnya mempunyai sifat induktif.
Misalnya dalam persoalan antrian, dapat dicoba pengaruh bermacam macam
bentuk sistem pembayaran sehingga diperoleh solusi untuk situasi atau syarat
kedatangan yang mana pun
.
Antrian yang sangat panjang dan terlalu lama untuk memperoleh giliran
pelayanan sangatlah menjengkelkan. Rata rata lamanya waktu menunggu
(waiting time) sangat tergantung kepada rata rata tingkat kecepatan pelayanan
(rate of services). Teori tentang antrian diketemukan dan dikembangkan oleh A. K.
Erlang, seorang insinyur dari Denmark yang bekerja pada perusahaan telepon di
Kopenhagen pada tahun 1910. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi
permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan automatic dialing
equipment, yaitu peralatan penyambungan telepon secara otomatis.
Dalam waktu waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk melayani
para penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu
giliran, mungkin cukup lama. Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan
perhitungan keterlambatan (delay) dari seorang operator, kemudian pada tahun
1917 penelitian dilanjutkan untuk menghitung kesibukan beberapa operator. Dalam
periode ini Erlang menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of some
problems in the theory of probabilities of significance in Automatic Telephone
Exhange. Baru setelah perang dunia kedua, hasil penelitian Erlang diperluas
penggunaannya antara lain dalam teori antrian (Supranto, 1987).
Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah
(satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan).
Pada umumnya, sistem antrian dapat diklasifikasikan menjadi system yang berbeda
beda di mana teori antrian dan simulasi sering diterapkan secara luas. Klasifikasi
menurut Hillier dan Lieberman adalah sebagai berikut
1. Sistem pelayanan komersial
2. Sistem pelayanan bisnis industri
3. Sistem pelayanan transportasi
4. Sistem pelayanan social
Sistem pelayanan komersial merupakan aplikasi yang sangat luas dari model
model antrian, seperti restoran, kafetaria, toko, salon, butik, supermarket, dan
sebagainya. Sistem pelayanan bisnis industri mencakup lini produksi, sistem
material handling, sistem pergudangan, dan sistem sistem informasi komputer.
Sistem pelayanan sosial merupakan sistem sistem pelayanan yang dikelola oleh
kantor kantor dan jawatan jawatan lokal maupun nasional, seperti kantor
registrasi SIM dan STNK, kantor pos, rumah sakit, puskesmas, dan lain lain
(Subagyo, 2000).
Sistem Antrian
a) Populasi
Karakteristik dari populasi yang akan dilayani (calling population) dapat dilihat
menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan
dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang akan dilayani bisa terbatas (finite) bisa
juga tidak terbatas (infinite). Sebagai contoh jumlah mahasiswa yang antri untuk
registrasi di sebuah perguruan tinggi sudah diketahui jumlahnya (finite), sedangkan
jumlah nasabah bank yang antri untuk setor, menarik tabungan, maupun membuka
rekening baru, bisa tak terbatas (infinte).
b) Distribusi Kedatangan
Pada banyak kasus dalam praktek, kedatangan unit/ pelanggan dalam antrian
dengan unit/ pelanggan berikutnya bersifat variabel atau acak
(random).Kedatangan yang sifatnya acak (random) banyak kita jumpai misalnya
kedatangan nasabah di bank. Pola kedatangan yang sifatnya acak dapat
digambarkan dengan distribusi statistik dan dapat ditentukan dua cara yaitu
Dengan cara menganalisa kedatangan per satuan waktu untuk melihat
apakah waktu kedatangan unit/ pelanggan dalam antrian mengikuti pola
distribusi statistik tertentu. Biasanya kita mengasumsikan bahwa waktu
kedatangan unit/ pelanggan dalam antrian dengan unit/ pelanggan berikutnya
berdistribusi eksponensial.
Dengan cara menetapkan lama waktu (T) dan mencoba menentukan berapa
banyak unit/ pelanggan yang datang ke dalam sistem dalam kurun waktu T.
Secara spesifik biasanya diasumsikan bahwa jumlah kedatangan per satuan
waktu mengikuti pola distribusi Poisson.
Contoh : Kedatangan digambarkan dalam jumlah satu waktu, dan bila kedatangan
terjadi secara acak, informasi yang penting adalah Probabilitas n kedatangan dalam
periode waktu tertentu, dimana n = 0,1,2,. Jika kedatangan diasumsikan terjadi
dengan kecepatan rata-rata yang konstan dan bebas satu sama lain disebut
distribusi probabilitas Poisson Ahli matematika dan fisika, Simeon Poisson (1781
1840), menemukan sejumlah aplikasi manajerial, seperti kedatangan pasien di RS,
sambungan telepon melalui central switching system, kedatangan kendaraan di
pintu toll, dll. Semua kedatangan tersebut digambarkan dengan variabel acak yang
terputus-putus dan nonnegative integer (0, 1, 2, 3, 4, 5, dst). Selama 10 menit
mobil yang antri di pintu toll bisa 3, 5, 8, dst.
Ciri distribusi poisson:
i). rata-rata jumlah kedatangan setiap interval bisa diestimasi dari data sebelumnya
ii). bila interval waktu diperkecil misalnya dari 10 menit menjadi 5 menit, maka
pernyataan ini benar
probabilita bahwa 2 atau lebih pasien akan datang dalam waktu interval
sangat kecil sehingga probabilita untuk 2 atau lebih dikatakan nol (0).
Jumlah pasien yang yang datang pada interval waktu bersifat independent
Jumlah pasien yang datang pada satu interval tidak tergantung pada interval
yang lain.
c) Pola Kedatangan
Kedatangan tunggal atau dengan kata lain satu kali kedatangan bisa saja
hanya terdiri dari satu uni atau satu pelanggan. Namun demikian bisa saja dalam
satu kali kedatangan terdiri dari banyak unit yang disebut batch arrivals, misalnya
kedatangan undangan di lima acara pesta di sebuah restoran.
e) Tingkat Kesabaran
Sistem Pelayanan Antrian meliputi beberapa hal yakni garis antrian/ baris tunggu
dan ketersediaan fasilitas.
a) Garis antrian/ baris tunggu.
Faktor-faktor yang terkait dengan garis antrian meliputi panjang antrian, jumlah
baris antrian dan disiplin antrian.
Jumlah Antrian.
Jumlah antrian dalam sistem antrian dikelompokkan menjadi dua yakni antrian
tunggal. Artinya hanya ada satu fasilitas layanan untuk melayani antrian. 2) Antrian
berganda/ multi. Artinya ada beberapa fasilitas layanan di depan baris antrian.
Disiplin Antrian
Disiplin antrian dikelompokkan menjadi dua, yaitu preemptive dan non preemptive.
Disiplin preemptive menggambarkan situasi dimana pelayan sedang melayani
seseorang, kemudian beralih melayani orang yang diprioritaskan meskipun belum
selesai melayani orang sebelumnya. Sementara disiplin non preemptive
menggambarkan situasi dimana pelayan akan menyelesaikan pelayanannya baru
kemudian beralih melayani orang yang diprioritaskan. Sedangkan disiplin first come
first serve menggambarkan bahwa orang yang lebih dahulu datang akan dilayani
terlebih dahulu. Dalam kenyataannya sering dijumpai kombinasi dari tersebut. Yaitu
prioritas dan first come first serve. Sebagai contoh, para pembeli yang akan
melakukan pembayaran di kasir untuk pembelian kurang dari sepuluh jenis barang
(dengan keranjang) di super market disediakan counter tersendiri.
Disiplin antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri.
Menurut Siagian (1987), ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan,
yaitu :
1. FirstCome FirstServed (FCFS) atau FirstIn FirstOut (FIFO) artinya, lebih dulu
datang (sampai), lebih dulu dilayani (keluar). Misalnya, antrian pada loket
pembelian tiket bioskop.
2. LastCome FirstServed (LCFS) atau LastIn FirstOut (LIFO) artinya, yang tiba
terakhir yang lebih dulu keluar. Misalnya, sistem antrian dalam elevator
untuk lantai yang sama.
4. peluang secara random, tidak soal siapa yang lebih dulu tiba.
Dalam hal di atas telah dinyatakan bahwa entitas yang berada dalam garis
tunggu tetap tinggal di sana sampai dilayani. Hal ini bisa saja tidak terjadi.
Misalnya, seorang pembeli bisa menjadi tidak sabar menunggu antrian dan
meninggalkan antrian. Untuk entitas yang meninggalkan antrian sebelum dilayani
digunakan istilah pengingkaran (reneging). Pengingkaran dapat bergantung pada
panjang garis tunggu atau lama waktu tunggu. Istilah penolakan (balking) dipakai
untuk menjelaskan entitas yang menolak untuk bergabung dalam garis tunggu
(Setiawan, 1991).
Struktur Antrian
1/ 2/ 3/ 4
1 = Tingkat kedatangan
2 = Tingkat Pelayanan
3 = Jumlah fasilitas pelayanan
4 = Besarnya populasi
Singkatan Penjelasan
M Tingkat kedatangan dan/atau pelayanan Poisson
D Tingkat kedatangan dan/atau pelayanan Deterministik (diketahui konstan)
K Distribusi Erlang waktu antar kedatangan atau pelayanan
S Jumlah fasilitas pelayanan
I Sumber populasi atau kepanjangan antrian tak-terbatas (infinite)
F Sumber populasi atau kepanjangan antrian terbatas (finite)
Tanda pertama notasi selalu menunjukkan distribusi tingkat kedatangan. Dalam hal
ini, M menunjukkan tingkat kedatangan mengikuti distribusi probabilitas Poisson.
Tanda kedua menunjukkan distribusi tingkat pelayanan. Tanda ketiga menunjukkan
jumlah fasilitas pelayanan dalam sistem. Tanda keempat dan kelima ditambahkan
untuk menunjukkan apakah sumber populasi dan kepanjangan antrian adalah tak-
terbatas (I) atau terbatas (F).
Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem
antrian :
Keterangan:
= tingkat kedatangan,
= tingkat pelayanan,
p = tingkat penggunaan fasilitas, nl = rata-rata jumlah pelanggan dalam antrian, ns
= rata-rata jumlah pelanggan dalam system (termasuk yang sedang dilayani), t l =
rata-rata waktu tunggu dalam antrian, ts = rata-rata waktu dalam system, c=
jumlah channel, Pw = Probabilitas menunggu dalam antrian, X= service factor
(proporsi waktu yang diperlukan untuk pelayanan), W = Rata-rata waktu tunggu
dalam antrian, U= rata-rata waktu yang diperlukan untuk melayani antar
pelanggan, T = Rata-rata waktu pelayanan, Jumlah unit dari sumber populasi, L =
rata-rata jumlah pelanggan dalam antrian, F = Faktor efisiensi
b) Ketersediaan Pelayanan
Tersedianya pelayanan
Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya dalam
pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis masuk hanya dibuka pada waktu
tertentu antara satu pertunjukan dengan pertunjukan berikutnya. Sehingga pada
saat loket ditutup, mekanisme pelayanan terhenti dan petugas pelayanan (pelayan)
istirahat.
Kapasitas pelayanan
3. Exit
Ada dua jenis biaya yang timbul. Yaitu biaya karena orang mengantri, dan di
sisi lain biaya karena menambah fasilitas layanan. Biaya yang terjadi karena orang
mengantri, antara lain berupa waktu yang hilang karena menunggu. Sementara
biaya menambah fasilitas layanan berupa penambahan fasilitas layanan serta gaji
tenaga kerja yang memberi pelayanan. Tujuan dari sistem antrian adalah
meminimalkan biaya total, yaitu biaya karena mengantri dan biaya karena
menambah fasilitas layanan.
Berikut ini beberapa saran yang dapat diaplikasikan dalam mengelola antrian
sebelum memutuskan menambah fasilitas:
Menentukan waktu tunggu yang masih dapat diterima oleh pelanggan. Susun
tujuan operasional didasarkan pada apa yang dapat diterima oleh pelanggan
6. Mendorong pelanggan untuk datang pada saat waktu longgar/ sepi. Berikan
informasi yang lengkap kepada pelanggan tentang saat-saat yang biasanya
luang sehingga mereka bisa datang dan tidak perlu mengantri.Beri tahu
kapan saat-saat padat pelanggan dan kapan saat sepi pelanggan.
MANAJEMEN PROYEK
Organisasi Proyek
Perencanaan Proyek
Pengendalian Proyek
Setelah ditemukan metode yang paling baik, sebagai hasil dari analisis proses,
selanjutnya dibuat standardisasi proses pengerjaan.
Contoh
NT = SOT x Rating
Oleh karena kecakapan pekerja mungkin berlainan maka perlu dilakukan rating
terhadap hasil kerjanya. Apabila ratingnya tinggi digunakan angka 60-80%, kalau
rendah dipakai 110-120%.
Dari contoh di atas, dengan memisalkan rating yang digunakan 110% dapat
dihitung waktu normal (NT)
= 18 x 110% = 19,8 menit
Allowance untuk keperluan pribadi biasanya 5-8%, waktu mesin tertunda berkisar
0-10%, dan waktu untuk menanggulangi kelelahan 0-50%
Keterangan:
Contoh
Dari hasil riset diketahui bahwa
Jawab:
I = 480 menit
II = 420 unit
III = 85%
IV = 15%
V = 110%
VI = 15%
Formula:
Perhitungan Waktu Standard
Pada modul ini analisis Teknik Industri tidak dibahas. (Hendra Poerwanto G)
Contoh Aplikasi Material Requirement Planning (MRP)
Contoh Penentuan Lot Size dalam Material Requirement Planning (MRP)
Kebutuhan bersih minggu ke-1 sebanyak 50 unit, minggu ke-2 sebanyak 60 unit,
minggu ke-3 sebanyak 70 unit, minggu ke-4 turun menjadi 60 unit, mingu ke-5
sebanyak 95 unit, minggu ke-6 sebanak 75 unit, minggu ke-7, 60 unit dan minggu
ke-8 sebanyak 55 unit.
Tentukan metode lot sizing bila alternatif teknik lot sizing yang akan digunakan
adalah 1) Lot For Lot (L4L), 2) Economic Order Quantity, 3) Least Total Cost (LTC)
dan 4) Least Unit Cost (LUC)
Pembahasan
Untuk menentukan metode lot sizing mana yang sebaiknya digunakan, dilakukan
analisis dampak biaya persediaan dari setiap alternatif teknik lot sizing. Berikut
analisis untuk tiap-tiap teknik lot sizing:
Yakni suatu teknik penentuan lot size yang jumlahnya sama dengan jumlah
pesanan/kebutuhan. Dengan demikian L4L menyusun pesanan yang direncanakan
tepat sesuai dengan kebutuhan bersih, memproduksi secara tepat apa yang
dibutuhkan setiap minggu, sehingga meminimumkan biaya simpan dan tidak
memperhitungkan biaya set up dan keterbatasan kapasitas.
Bila contoh soal di atas diselesaikan dengan menggunakan metode L4L, maka
Perhitungan dan skedul MRP dengan metode L4L adalah sbb:
1 50 50 0 0
2 60 60 0 0
3 70 70 0 0
4 60 60 0 0
Strategi Perencanaan Agregat
Ketika membuat sebuah rencana agregat, manajer produksi harus menjawab
beberapa pertanyaan:perlukah persediaan digunakan untuk mengantisipasi
perubahan permintaan selama perioda perencanaan? Perlukah perubahan
diakomodasi dengan memvariasikan jumlah tenaga kerja? Perlukah para pekerja
paruh waktu dikaryakan, atau perlukah lembur dan waktu kosong menyerap
fluktuasi? Perlukah para subkontraktor digunakan pada pesanan yang berubah-
ubah sehingga kestabilan tenaga kerja dapat terjaga? Perlukah harga atau faktor
lain diubah untuk mempengaruhi permintaan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas akan berkaitan dengan strategi perencanaan agregat. Berikut
adalah jenis-jenis strategi perencanaan agregat:
1. Srategi Murni
Strategi yang disusun dengan hanya memanipulasi salah satu variabel. Strategi
inii terdiri dari dua golongan yakni (1) pilihan kapasitas dimana perusahaan
berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam
permintaan dan (2) pilihan permintaan. di mana perusahaan berusaha untuk
memuluskan perubahan pola permintaan selama perioda perencanaan Beberapa
tipe strategi yang termasuk strategi murni adalah sebagai berikut.
2. Strategi hibrid
Gabungan beberapa strategi murni dimana lebih dari satu variabel yang
dimanipulasi. Pendek kata, strategi hibrid merupakan strategi dengan
mengkombinasi berbagai pilihan untuk mengembangkan sebuah rencana.Walaupun
setiap pilihan dari lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat
menghasilkan sebuah perencanaan agregat yang efektif, beberapa kombinasi di
antara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin lebih baik.
Contoh :
PT. Gemah Ripah dalam periode Januari-Juni memiliki prakiraan permintaan dan
data-data produksi sbb :
Januari 900 22
Februari 700 18
Maret 800 21
April 1200 21
Mei 1500 22
Juni 1100 20
Persediaan awal : 0
Pertanyaan : Tentukan alternatif strategi yang mesti dipilih oleh manajemen PT.
Gemah Ripah tersebut !
Pembahasan:
Produksi rata-rata / hari = 6200 / 124 = 50 unit/hari, 1 unit produk perlu waktu 1,6
jam, sedang jam kerja per hari 8 jam, sehingga 1 karyawan menghasilkan produk
8 / 1,6 = 5 unit/hari, sehingga untuk menghasilkan 50 unit/hari perlu tenaga kerja
50 / 5 = 10 orang.
Jumlah produksi yang dihasilkan dapat dihitung seperti tabel berikut :
Jumlah = Rp 26.650.000,00
Jumlah = Rp 27.200.000,00
Jumlah produksi per bulan diperoleh dari perkalian antara jumlah hari kerja dengan
jumlah tenaga kerja dengan rata-rata produksi TK / hari. Contoh jumlah produksi
bulan Januari = 22 X 8 X 5 = 880 unit dan seterusnya. Kekurangan produksi 20 unit
dipenuhi dengan Sub kontrak.
Biaya yang timbul :
Jumlah = Rp 26.400.000,00
Kesimpulan :
2. Metoda Matematika.
1. Jenis Penjadwalan
Teknik penjadwalan dapat digolongkan dalam 2 kategori, yaitu :
1) Forward Scheduling (penjadwalan maju).
Jadwal disusun berdasar dari operasi pertama sampai operasi terakhir untuk
tanggal permulaan operasi yang diketahui dan bergerak kedepan menetapkan
tanggal penyelesaian.
2. Tujuan Penjadwalan
3. Pembebanan ( Loading )
FCFS ( First Come First Served ). Pekerjaan yang datang lebih dulu diproses
lebih dulu pula.
EDD ( Earliest Due Date ). Pekerjaan yang harus selesai paling awal diproses
lebih dulu.
LPT ( Longest Processing Time ). Pekerjaan yang memrlukan waktu proses
yang lama dan penting diproses lebih dulu.
Titik berat skeduling perusahaan jasa pada pengaturan tenaga kerja (SDM)
sedang perusahaan manufaktur pada bahan (material.
Kantor pos, bank, fast food restoran, menggunakan sistem datang pertama
dilayani pertama (first come first served) dalam melayani pelanggan.
Pembahasan:
4. Disiplin antrian adalah first come first served (Aturan antrian pertama
datang-pertama dilayani) seluruh kedatangan dalam barisan hingga dilayani,
Dari asumsi tersebut dapat diperoleh hasil secara statistik sebagai berikut :
Pw = probabilitas fasilitas layanan sibuk atau faktor utilisasi fasilitas = /
Lq = jumlah rata-rata dalam antrian
Ls = jumlah rata-rataa di dalam sistem (yang antri dan yang sedang dilayani)
Wq = waktu rata-rata di dalam antrian
1 kelompok kerja
2 kelompok kerja
3 kelompok kerja
Jumlah rata-rata di dalam sistem (yang antri dan yang sedang dilayani)
1 kelompok kerja
2 kelompok kerja
3 kelompok kerja
1 kelompok
2 kelompok
3 kelompok
1 kelompok
2 kelompok
3 kelompok
1 kelompok
2 kelompok
3 kelompok
Dari perhitungan biaya total terlihat bahwa biaya total paling rendah jika
perusahaan mempekerjakan 2 kelompok tenaga kerja. Dengan demikian disarankan
agar perusahaan tersebut menambah satu kelompok tenaga kerja.
Pembahasan
Dari kasus diatas kita memiliki rata-rata kedatangan = 20 atau rata-rata waktu
pelayanan = 25, oleh karena itu dengan menggunakan bantuan software POM for
windows maka data tersebut dapat kita olah dengan prosedur sebagai berikut:
Klik Module Waiting Lines M/M/1 (exponential service time) Title: CIMB
Cost
Analysis: No Cost OK
Kemudian dari data tersebut kita olah (klik solve) sehingga diperoleh
keluaran seperti berikut
Keterangan:
dimana
atau
Hasil perhitungan Pn (M/M/1) dapat dilihat pada tabel probabilitas hasil olahan POM
for Windows yaitu seperti berikut:
Jika kita lihat pada kolom Prob (num in sys) =k, dapat kita interpretasikan;
misalnya untuk probabilitas 4 pelanggan berada dalam sistem pelayanan adalah
sebesar 0,082 atau 8,2%. Dari tabel 3.3 diatas kemudian dapat digambarkan
grafik antrian (M/M/1) dari nasabah bank CIMB adalah seperti berikut:
Contoh Aplikasi Teori Antrian- Model Multiple - Channel
Contoh Kasus Multiple - Channel Model (Model M/M/s) dengan Jumlah Kasir 5
di Bank CIMB. Bank CIMB telah mencoba memasang 5 kasir yang diperlukan untuk
melayani para nasabah yang ada di ruang lobby, dengan menggunakan sistem
(M/M/s). Tingkat kedatangan nasabah di bank rata-rata 40 orang perjam. Setiap
kasir bank rata-rata dapat melayani 10 nasabah perjam. Jika diasumsikan model
sistem antrian yang digunakan Bank adalah (M/M/s), hitunglah soal-soal berikut:
Pembahasan:
Dari kasus diatas kita memiliki Tingkat kedatangan nasabah di bank rata-rata
40 orang perjam. Setiap kasir bank rata-rata dapat melayani 10 nasabah perjam,
oleh karena itu dengan menggunakan bantuan software POM for windows maka
data tersebut dapat kita olah dengan prosedur sebagai berikut:
Klik Module Waiting Lines M/M/s Title: CIMB Cost Analysis: No Cost
OK
Keterangan:
dimana
Atau
Hasil perhitungan Pn (M/M/s)dapat dilihat pada tabel probabilitas hasil olahan POM
for Windows yaitu seperti berikut:
Jika kita lihat pada kolom Prob (num in sys) =k, dapat kita interpretasikan; untuk
robabilitas jumlah pelanggan minimal 3 sampai 4 pelanggan berada dalam sistem
pelayanan yaitu sebesar 13,85%, karena sebelum itu, pemasangan 5 kasir bank
CIMB tidak efektif, seperti terlihat pada grafik (M/M/s).
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor
Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan
rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
Pembahasan:
Learnig Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/
Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC
90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian
waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan
lembar ke 1.000 adalah
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh
karena produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan
interpolasi untuk angka terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493),
diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Biaya untuk boat pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total = 200.000 + 210.000 = 410.000
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
(Hendra Poerwanto G)
abel Faktor Komulatif Learning Curve
Agar penghitungan menjadi lebih mudah dan cepat, tabel faktor komulatif
learning curve/ kura belajar/ kurva pengalaman berikut dapat digunakan sebagai
alat bantu. Untuk nilai persentase LC yang tidak tercantum di tabel, maka nilai
faktor komulatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus learning curve
sebagaimana dalam pembahasan di menu Learning Curve. kolom unit menunjukkan
jumlah komulatif unit yang dihasilkan. Nilai persentase menunjukkan tingkat
pembelajaran. Semua nilai di dalam tabel menunjukkan bnesarnya faktor komulatif
learning curve pada tingkat belajar tertentu untuk produk komulatif ke-n. (Hendra
Poerwanto G).
Untuk mencapai tujuan pelayanan, pekerjaan harus dilakukan dengan efisien dan seefektif.
Efisien dan efektif bila pekerjaan dikelola dalam kerangka proyek. Oleh karena itu perlu
penerapan manajemen proyek Contoh: membangun jalan, membuat corporate plan,
dll.merupakan pekerjaan besaryang memilki cirri bersifat strategis, memiliki batas waktu
pengerjaan, memerlukan sumber daya dan ruang lingkup.. Oleh karena itu pula, pekerjaan-
pekerjaan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan biasa dan untuk itu diperlukan
manajemen khusus yakni manajemen proyek.
Pengertian Proyek
Menurut Chase (1998), proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian kegiatan unik yang
saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dlam periode waktu tertentu.
Definisi yang lain, Proyek merupakan gabungan dari berbagai sumberdaya yang dihimpun dalam
suatu wadah organisasi sementara, untuk mencapai suatu sasaran tertentu (D. I. Cleland dan W.R.
King, 1987) Yang lain lagi adalah Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu, dengan alokasi sumberdaya yang terbatas dan dimaksudkan untuk
melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan (suharto, I, 1990)
Karakteristik Proyek
Sesuatu dapat disebut aktivitas proyek bila memiliki beberapa karakteristik berikut ini:
1. Bersifat sementara (temporary) Setiap proyek memiliki tujuan yang ingin dicapai dan
jadwal jelas terkait kapan mulai dan kapan selesai
2. Unik. Setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang
berbeda-beda satu dengan yang lain.
3. Progressive elaboration. Setiap proyek memiliki langkah-langkah atau tahapan yng terus
berkembang dan berlanjut sampai proyek selesai.
Keempat ciri tersebut di atas merupakan ciri pembeda aktivitas proyek dengan aktivitas
operasional. Aktivitas operasional cenderung bersifat terus menerus dan berulang. Dari segi
tujuan, aktivitas proyek akan berhenti ketika tujuan telah tercapai.
1. Lingkup pekerjaan
2. Waktu
3. Biaya
Implementasi proyek adalah seni mengoptimalkan hasil dalam konteks kendala- kendala
tersebut. Perubahan salah satu dari tiga faktor kendala tersebut akan mempengaruhi setidaknya
satu factor lain.
Dalam upaya mencapai tujuan, pelaksanaan proses proyek perlu menjaga hubungan baik
dengan pelanggan dalam kaitannya menciptakan keseimbangan yang menyangkut batasan waktu,
biaya dan ruang lingkup pekerjaan melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.
Pelaksanaan proses proyek sering menghadapi Terdapat trade off antar berbagai kendala
misalnya, bila ingin kualitas dinaikkan maka hal tersebut akan membawa pada konsekuensi
biaya dan waktu. Demikian pula sebaliknya.
Hal-hal yang mendorong muncul dan perlunya manajemen proyek antara lain:
2. Harapan Pelanggan. Harapan pelanggan di masa sekarang dalam membeli produk tidak
lah semata produk itu sendiri tetapi sejauh mana produk dapat memecahkan masalah
yang dihadapi pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memikirkan bahwa mereka
tidak lagi menjual produk tetapi menjual solusi.
3. Daya Saing. Daya saing di sini mencakup internal maupun eksternal. Sebagai contoh
ketika perusahaan dihadapkan pada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh pihak lain
secara lebih baik dan lebih murah di banding bila dikerjakan sendiri, maka perusahaan
memerlukan manajemen proyek.
3. Proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa; kegiatan membangun atau membuat
produk jasa, misalnya perancangan strukutr organisasi, sistim informasi manajemen,
peningkatan produktivitas, pemberian training.
1. Klien
2. Tawaran dana
3. Proses lelang
5. Melalui penawaran
Ukuran Proyek
Ada beberapa criteria untuk menilai ukuran proyek, yaitu:
1. Jumlah kegiatan
2. Besarnya biaya
Kompleksitas Proyek
Kompleksitas proyek dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu
1. Jumlah kegiatan dan hubungan antar kegiatan. Makin banyak jumlah kegiatan dan makin
banyak hubungan antar kegiatan maka proyek tersebut dapat dikatakan sebagai proyek
yang memiliki kompleksitas yang tinggi.
2. Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok/ organisasi yang terlibat juga dapat
menunjukkan kompleksitas proyek
3. Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok dalam organisasi dan pihak luar merupakan
ukuran lain bagi komplesitas proyek
4. Tingkat kesulitan yang tinggi menunjukkan komplesitas proyek yang tinggi pula.
Ukuran Keberhasilan
Manajemen proyek dianggap berhasil bila tujuan dari proyek tercapai dengan kriteria:
4. Diterima pelanggan
5. Kalaupun ada perubahan, maka perubahan tersebut adalah perubahan minimum yang
fdisetujui oleh pelanggan, tidak menggangu aliran pekerjaan utama organisasi dan tanpa
mengubah budya positif perusahaan.
Organisasi Proyek
Hendra Poerwanto
www.hendramo.web.id
Terima kasih atas kesediaan mencantumkan alamat web ini sebagai link
pada sumber bacaan atau referensi Anda.
Secara umum ada beberapa dasar: dalam penyusunan struktur organisasi, antara
lain:
Organisasi Proyek
Berikut diberikan tiga bentuk organisasi proyek:
1. Proyek Sebagai Bagian dari Organisasi Fungsional
1) Proyek dipimpin oleh project expeditor
Berikut plus minus bila organisasi proyek sebagai bagian dari organisasi fungsional:
Plus Minus
1) Fleksibilitas tinggi dalam staffing 1) Klien tidak menjadi perhatian
utama
2) Satu orang dengan keahlian
tertentu dapat ditugaskan pada 2) Divisi fungsional cenderung
beberapa proyek yang berbeda berorientasi pada aktivitas yang
sesuai dengan fungsinya
3) Orang dengan keahlian berbeda
dapat dikelompokkan dalam satu 3) Kadang-kadang terjadi tidak
group adanya penanggungjawab khusus
terhadap proyek
4) Divisi fungsional yang
bersangkutan dapat dijadikan basis 4) Motivasi orang yang ditugaskan
bagi kelangsungan teknologi dalam proyek cenderung lemah
Plus Minus
3. Organisasi Matrik
Dengan maksud meminimisasi kelemahan dan menggabungkan kelebihan dari
organisasi fungsional dan organisasi murni, maka dikembangkan organisasi matrik.
Organisasi matrik adalah organisasi proyek murni yang melekat pada divisi
fungsional dalam organisasi induk.
Plus minus dari organisasi matrik antara lain:
Plus Minus
Berikut diberikan resume pilihan organisasi dan kondisi yang mensyaratkan pilihan
tersebut:
Tim Proyek
Tim proyek sering disebut Project Office. Project office menunjukkan dua
pengertian:
1) Tempat fisik dimana tim proyek berkumpul
2) Sluruh staff pendukung manajer proyek.
1. Manajer Proyek
Mengintegrasikan kegiatan
Pusat komunikasi
Merencanakan kegiatan
1) Contract Administrator
Bertugas mempersiapkan proposal, negosiasi, integrasi kontrak dan rencana
proyek, dokumentasi masalah hokum, modifiki kontrak.
2) Project Controller
3) Project Accountant
4) Customer Liason
Merupakan perwakilan teknis klien dalam tim proyek. Bereperan serta dalam
pembahasan teknis dan mereview apa yang sedang berjalan dan membantu dalam
perubahan kontrak.
5) Production Coordinator
6) Manajer Lapangan
1. Tahap Konsepsi
2. Tahap Perencanaan
3. Tahap Eksekusi
4. Tahap Operasi
b) Proposal Proyek
Pada tahap konsepsi memunculkan Requestst For Proposal (RFP). RFP memuat
tujuan proyek, lingkup proyek, spesifikasi performance, batasan ongkos dan jadwal,
kebutuhan data, jenis kontrak RFP dibuat berdasarkan permintaan user. Namun,
proposal proyek bisa juga dibuat atau diajukan tanpa terlebih dulu ada permintaan
dari user tetapi berdasarkan penawaran. Proposal Proyek memerlukan biaya dan
waktu tersendiri dan dibuat oleh tim manajemen puncak.
Pembuatan proposal proyek adalah pekerjaan yang harus dilakukan sebelum suatu
proyek didapatkan. Secara ringkas proposal proyek harus mengandung beberapa
hal pokok sebagai berikut:
1) Surat Pengantar
Merupakan bagian penting dari proposal yang secara ringkas memuat kualifikasi,
pengalaman dan minat kontraktor terhadap proyek.
2) Ringkasan Eksekutif
Berisi ringkasan yang dapat digunakan user untuk melihat relevansinya terhadap
kebutuhan user dan kontribusinya terhadap penyelesaian masalah. Isi pokok:
deskripsi singkat proyek, tujuan, kebutuhan secara keseluruhan, hambatan dan area
masalah.
3) Bagian Teknis
Berisi penjelasan tentang lingkup proyek dan pendekatan yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam proyek dab pekerjaan-pekerjaan yang ada.
Bagian ini harus dibuat detail untuk menghindari kesalahpahaman.
Berisi gambaran keuntungan/ manfaat realistis dengan cukup detail terkait proyek.
5) Jadwal
6) Bagian Keuangan
Berisi penjelasan mengenai biaya langsung, biaya tidak langsung sesuai beban
tenaga kerja dan bahan yang digunakan, sistm kontrak dan pembayaran.
7) Bagian Legal
8) Kualifikasi Manajemen
Berisi latar belakang organisasi kontraktor, pengalaman yang dimiliki, prestasi yang
dicapai, situasi keuangan, susunan tim dan orang-orang kunci yang ada dalam
organisasi. Dibuat semenarik mungkin dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
1) Evaluasi administratif
Evaluasi ini untuk menentukan apakah proposal proyek telah memenuhi ketentuan-
ketentuan administratif yang disyaratkan misalnya aspek hukum, bidang
pekerjaan, dan aspek finansial
d) Negosiasi Kontrak
Negosiasi anatara pemilik proyek (user) dengan calon kontraktor yang terpilih
dimaksudkan untuk menyamakan posisi kedua belah pihak dalam masalah-
masalah utama, khususnya masalagh teknis dan persetujuan dalam hal waktu,
jadwal dan performansi.
Bagi pemilik proyek (user) sasaran negosiasi yang dilakukan pada umumnya untuk
mendapatkan persyaratan yang paling menguntungkan, penekanan harga dan
mencegah persyaratan yang membatasi ruang gerak.
Sedang dari sisi kontraktor berusaha untuk mengurangi risiko dan menekan biaya
dengan mengusulkan beberapa penyimpangan dari persyaratan.
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan
i. Jadwal pekerjaan
ii. Anggaran dan sistim pengendalian biaya
iii. Work Breakdown Structure secara rinci
iv. Bagian-bagian yang beresiko tinggi dan sulit serta rencana antisipatif untuk
mengatasi
masalah-masalah yang mungkin terjadi
v. Rencana sumberdaya manusia dan penggunaannya
vi. Rencana pengujian hasil proyek
vii. Rencana dokumentasi
viii. Rencan peninjauan pekerjaan
ix. Rencana pelaksanaan hasil proyek
Spesifikasi ini akan berhubungan dengan hasil yang diinginkan oleh user secara
umum. Spesifikasi kebutuhan user akan menentukan apakah hasil proyek dapat
diterima atau tidak.
Tahap Eksekusi
Yang tercakup dalam tahap ini adalah pekerjaan-pekerjaan seperti:Desain,
pengembangan, pengadaan, konstruksi,/ produksi, dan pelaksanaan. Tahap-tahap
dalam eksekusi adalah sbb:
1) Desain
Dalam tahap ini spesifikasi diterjemahkan ke dalam maket, diagram atau skema.
2) Pengadaan
3) Produksi
Setelah fasilitas dan bahan tersedia, maka dilakukan pelaksanaan produksi berikut
pengawasan dan pengendalian sumberdaya yang digunakan dan progress report.
4) Implementasi
Pada tahap ini dilakukan penyerahan hasil akhir proyek. Penyerahan dapat disertai
dengan training untuk user,
Tahap Operasi
Setelah hasil proyek diserahkan ke user maka proyek dianggap selesai.
Keterlibatan kontraktor dianggap telah selesai dan user mulai mengoperasikan hasil
proyek tersebut.
Perencanaan Proyek
Oleh Hendra Poerwanto
www.hendramo.web.id
Jadwal untuk setiap aktivitas. Kapan aktivitas dimulai dan kapan aktivitas
harus sudah selesai.
Perencanaan akan menjadi lebih mudah bila pekerjaan proyek serupa pernah
dikerjakan. Sedang bila proyek tersebut baru dan belum pernah dikerjakan maka
perencanaan haruis dimulai dari awal dan ini relatif lebih sulit. Unit fungsional yang
terlibat dalam pengerjaan proyek perlu dilibatkan dalam tahap perencanaan proyek
pada penyusunan Rencana Induk Proyek (RIP) atau Pprioject Master Plan
Tujuan dan sasaran proyek tidak bisa disetujui oleh semua pihak
Tujuan tidak dapat dijabarkan ke dalam bentuk yang dapat dikuantifisir atau
tidak terukur
Bagian ini berisi diskripsi singkat tentang latar belakang , tujuan, kebutuhan,
kendala, masalah yang ada dan antisipasinnya, jadwal induk yang memperlihatkan
kegiatan dan rangkaian kegiatan.
Kebutuhan Orang
Rincian pekerjaan. Pada item ini dijelaskan secara rinci pekerjaan yang ada.
Anggaran dan dukungan keuangan. Berisi estimasi mengenai cash flow untuk
biaya tenaga kerja, bahan dan fasilitas pendukung lain untuk peride waktu
pelaksanaan setiap kegiatan yang ada dalam pekerjaan proyek.
Testing. Pengujian terhadap semua hal yang telah disiapkan seperti prosedur,
waktu dan orang yang beertanggung jawab.
Alat-Alat Perencanaan
Berikut ini beberapa alat bantu yang bisa digunakan dalam perencanaan
proyek, yaitu:
Perkiraan biaya digunakan untuk menyusun angaran dan menjadi dasar untuk
mengevaluasi performance proyek. Evaluasi dilakukan dengan embandingkan tingkat
pengeluaran aktual dengan tingkat pengeluaran yang dianggarkan.. Dengan demikian tanpa
estimasi yang baik, maka akan menyulitkan evaluasi yang efektif dan efisien.
Estimasi biaya untuk pekerjaan yang sifatnya renovasi atau adaptasi bisa didasarkan
pada pekerjaan serupa yang pernah dilakukan, akan tatapi untuk pekerjaan yang bersifat
pengembangan dan belum pernah ada pekerjaan serupa di masa lalu, maka estimasi benar-
benar menjadi suatu pekerjaan yang kritikal.
Setidaknya ada tiga pendekatan pokok dalam memperkirakan biaya dilihat dari cara
pengumpulan informasi, yaitu:
Dalam pendekatan ini, manajer puncak memperkirakan biaya seluruh proyek, Selanjutnya,
gambaran umum estimasi proyek tersebut diberikan kepada manajer di bawahnya untuk
melakukan estimasi biaya untuk paket kerja yang lebih kecil yang menjadi bagian dari
keseluruhan pekerjaan proyek. Hal ini dilakukan sampai pada level manajer tingkat paling
bawah. Batasan estimasi biaya untuk manajer tingkat lebih bawah adalah bahwa mereka
tidak bisa mengusulkan eatimasi biaya yang lebih besar dari yang sudah diperkirakan oleh
manajer di atasnya.
2. Perkiraan Biaya secara Bottom Up
Pada pendekatan ini, pertama-tama yang dilakukan adalah merinci pekerjaan proyek
menjadi pekerjaan-pekerjaan yang lebih detail. Selanjutnya, orang-orang yang terlibat
dalam pengerjaan paket kerja diminta pendapatnya mengenai biaya yang dibutuhkan dan
waktu untuk penyelesaian suatu paket pekerjaan. Pendekatan Bottom Up ini jarang
digunakan karena riskan dari sudut pandang manajer puncak. Ada kecenderungan
kekurangpercayaan manajer puncak terhadap bawahannya yang mungkin akan melebih-
lebihkan (mark-up) perkiraan biaya yang diperlukan untuk menjamin keberhasilan di
departemennya masing-masing.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang banyak digunakan dalam mengestimasi biaya.
Pada pendekatan ini, manajer tingkat atas mengundang bawahannya untuk mengajukan
usulan perkiraan biaya pekerjaan.. Selanjutnya bawahwan tersebut menyampaikan
permintaan manajer tingkat atas tersebut ke tingkat yang lebih bawah melalui departemen,
devisi, seksi sampai subeksi . Usulan dari bawah tersebut selanjutnya dikumpulkan. Saat
meminta usulan perkiraan biaya dari bawahannya, manajer puncak memberi catatan tntang
batasan-batasan yang diperbolehkan dalam memperkirakan biaya, baik menyangkut jumlah
maupun prioritas pekerjaan. Dengan demikian ketika bahawan mengajukan usulan
perkiraan biaya, maka catatan dari manajer puncak telah menjadi pertimbangan.
Pembengkakan Biaya
Dalam banyak hal, semakin besar ukuran proyek, maka semakin besar pula potensi
terjadi pembengkakan biaya. Berikut beberapa penyebab terjadinya pembengkakan biaya:
2. Perubahan desain
Pemogokan buruh, tindakan konsumen, embargo, penurunan nilai mata uang dan
kelangkaan sumberdaya dapat menyebabkan pembengkaan harga. Misalnya, bila ternyata
terjadi ketidakstabilan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga yang tinggi
sehingga jauh melampaui apa yang sudah diperkirakan, maka hal demikian menyebabkan
terjadinya pembengkakan biaya.
Kontrak dengan harga tetap mendorong kontraktor untuk berhati-hati dalam hal
pengendalian biaya. Namun, kontrak jenis reimbursement memberikan kelongggaran biaya
kepada kontraktoe. Hal ini dapat membuat kontraktor kurang hati-hati dalam
mengendalikan harga sehingga dapat berujung pada pembengkakan biaya.
Penganggaran Proyek
Penganggaran adalah suatu renana pengalokasian sumberdaya. Penganggaran
merupakan tindakan bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang terbatas untuk berbagai
kegiatan dalam suatu organisasi selama jangka waktu tertentu. Suatu anggaran tidak hanya
merupakan suatu rencana yang menjadi pedoman tetapi juga sebagai alat kontrol untuk
melihat sejauh mana penyimpangan yang terjadi pada biaya aktual terhadap yang
direncanakan.
Pada dasarnya anggaran dan estimasi biaya merupakan dua hal yang mirip..
Keduanya, sama-sama berisi hal-hal yang menyatakan biaya untuk melakkan suatu
pekerjaan. Perbedaannya adalah bahwa anggaran merupakan hasil akhir dari perkiraan
biaya yang dibuat untuk jangka waktu tertentu. Perkiraan biaya dapat direvisi beberapa kali,
tetapi begitu perkiraan biaya disetujui maka estimasi biaya menjadi sebuah anggaran.
Biaya tenga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
pekerjaan proyek. Biaya ini dihitung dengan mengalikan tingkat upah per tenaga kerja pada
tingkat kompetensi tertentu dengan jumlah jam tenaga kerja yang dibnutuhkan.
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya total dari biaya tenaga kerja yang tidak
langsung terkait dengan pekerjaan proyek. Termasuk dalam hal ini adalah biaya
subkontraktor atau konsultasn.
Biaya Overhead adalah biaya biaya yang tidak terkait langsung dengan pengerjaan
pekerjaan proyek seperti misalnya biaya penyediaan sarana perumahan dan prasarana bagi
pekerja, sewa bangunan, peralatan, asuransi dan lain-lain. Sesuai namanya, biaya-biaya
tersebut sulit untuk dikaitkan dengan suatu paket pekerjaan tertentu. Biasanya biaya
overhead atau pengeluaran tak langsung dihitung sebagai prosentase dari biaya tenaga
kerja langsung. Besarnya prosentase bergantung pada jenis pekerjaannya. Untuk pekerjaan
yang sebagian besar dikerjakan di lapangan, maka besarnya prosentase biasanya 25%.
Sedangkan pekerjaan yang dilakukan di laboratorium dan memerlukan perlengkapan yang
mahal besarnya prosentase bisa mencapai 250%.
Overhead untuk proyek biasanya dipisahkan menjadi overhead langsung dan overhead
tidak langsung. Overhead langsung adalah overhead yang bisa dilacak untuk proyek mana
atau paket pekerjaan mana overhead tersersebut berasal. Sedangkan overhead tidak
langsung adalah pengeluaran umum untuk seluruh perusahaan. Biaya ini sering disebut
biaya administrasi dan umum yang meliputi pajak, pinalti dan biaya jaminan, dukungan
akunting dan legal, pengeluaran pembuatan proposal yang kalah tender, biaya pemasaran
dan promosi, gaji manajer puncak, dan paket tunjangan karyawan. Biaya-biaya tersebut
tidak terkait langsung dengan proyek atau paket pekerjaan tertentu.
1. Deskripsi pekerjaan
2. Jadwal waktu
4. Anggaran berjalan
Rekening biaya dapat juga dibuat untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak berhubungan
langsung dengan paket pekerjaan tertentu seperti administrasi, pemeriksaan, pengawasan
dsb.
Jika seluruh paket pekerjaan telah dibuat anggarannya maka selanjutnya dibuat ringkasan
biaya secara keseluruhan.
Pengendalian Proyek
Pengendalian dilakukan seiring dengan pelaksanaan proyek. Pengendalian proyek
dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performan yang
ditetapkan dalam rencana Ada beberapa perbedaan antara perencanaan dan pengendalian,
yaitu :Perencanaan berkonsentrasi pada penetapan arah dan tujuan, pengalokasian
sumberdaya, pengantisipasian masalah, pemberian motivasi kepada partisipan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada pengendalian pekerjaan ke
arah tujuan, penggunaan sumberdaya secara efektif, perbaikan/ koreksi, pemberian imbalan
pencapaian tujuan.
Ada setidaknya tiga langkah dalam proses pengendalian proyek, antara lain:
Monitoring Informasi
Untuk kepentingan pengendalian, diperlukan informasi yang tepat waktu dan akurat
mengenai pekerjaan yang sedang berjalan. Agatr dapat menyediakan informasi yang tepat
waktu dan akurat, perusahaan memerlukan sistem informasi yang baik. Berikut beberapa
sistem informasi terkait proyek:
Memisahkan data dari sitem informasi kom puter yang lain ke database proyek
Membantu pelasanaan proyek secara keseluruhan dalam hal : pembuatan jadwal dan
jaringan kerja, melakukan alokasi sumberdaya dengan teknik leveling, pembuatan
anggaran yang meliputi penganggaran biaya variabel, biaya tetap dan overhead,
melakukan pengendalian biaya serta analisis performansi, menyajikan laporan dan
grafik yang dapat dengan mudah dibaca.
Ditinjau dari tempat asalnya, ada dua jenis pengendalian proyek yaitu:
Dalam rangka pengumpulan data, perkembangan setiap pekerjaan dan biaya untuk setiap
paket pekerjaan secara periodik dilaporkan dan dimasukkan ke dalam PCAS. Dari PCAS
diperoleh rangkuman informasi mengenai biaya untuk departemen tertentu untuk periode
waktu tertentu dan untuk sekumpulan paket pekerjaan tertentu. Informasi ini penting untuk
pengendalian biaya.
yaitu ukuran yang menyatakan besarnya biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang
dijadwalkan dan ditetapkan dalam anggaran
yaitu ukuran yang menyatakan pengeluaran aktual dari pekerjaan yang sudah dikerjakan
sampai waktu tertentu.
yaitu ukuran yang menyatakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang sudah
dikerjakan. Ukuran ini disebut juga Earned Value
Dengan demikian untuk menghitung nilai BCWS pada hari ke-5 adalah
5 x 5 x Rp1.000.000 = Rp25.000.000
Dengan demikian biaya yang dianggarkan sampai hari ke-5 adalah Rp25 juta. Atas dasar ini
maka dapat ditentukan umur proyek yakni
Merupakan selisih antara biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan
(BCWP) dengan biaya aktual untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan (ACWP)
Atau
CV = BCWP ACWP
Besaran ini menunjukkan seberapa besar biaya aktual melebihi biaya yang dianggarkan
untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan. Bila CV bernilai negatif maka dari segi biaya
performance pekerjaan tersebut kurang bagus
Merupakan selisih biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang sudah dilaksanakan
(BCWP) dengan biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang dijadwalkan (BCWS)
Atau
SV = BCWP BCWS
Merupakan selisih antara waktu saat pelaporan atau status date (SD) dan waktu ketika
BCWS = BCWP atau budgeted cost at status date (BCSD)
Merupakan perbandingan biaya pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan biaya pekerjaan
yang dijadwalkan pada periode tertentu.
Bilai nilai CPI dan SPI lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan lebih
cepat dari yang direncanakan dengan biaya yang lebih kecil dri yang dianggarkan.
B. Analisis Teknis
Analisis teknis terkait dengan spesifikasi teknis. Analisis ini untuk melihat apakah hasil
proyek memenuhi persyaratan teknis yang dimintau ataukah tidak. Analisis ini biasanya
berupa pembandingan ukuran, kecepatan, kapasitas, kekuatan produk dsb.
BAC = Budgeted Cost To Complete atau biaya yang dianggarkan pada saat proyek selesai
BAC = BCWS pada saat proyek ditargetkan selesai
= Biaya toal biaya yang sudah terpakai atau anggaran yang tersisa
= BAC BCWP
EAC = biaya yang sudah dihabiskan + perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa
Atau
1. Hanya menekankan pada satu faktor dan mengabaikan faktor lain. Misalnya
pengendalian hanya menekankan pada waktor biaya sementara faktor performansi
diabaikan.
2. Prosedur pengendalian tidak diterima oleh staff karena kurang memahami arti
penting pengendalian
6. Manajer tidak tegas terhadap isu-isu kontroversial dan menganggap masalah akan
selesi dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu.
Evaluasi dilakukan setelah proyek selesai dikerjakan. Berbeda dengan pengendalian, evaluasi lebih bersifat menilai.
Pengendalian akan menindaklanjuti denganlangkah perbaikan atau koreksi. Namun demikian evalausi dapat
ditempatkan setelah pengendalian.
Evaluasi Proyek
Tujuan utama evalasi adalah untuk mengungkapkan permasalahan dan membuka potensi masalah yang
mungkin. Ada dua macam evaluasi bila dilihat dari pelaksanaan evaluasi, yakni:
2. Evaluasi Ringkas. Evaluasi yang dilakukan setelah proyek selesai untuk mendapatkan feedback bagi
pelaksanaan hal serupa di masa yang akan datang.
Audit Proyek
Audit adalah pemeriksaan menyeluruh terhadap manajemen oproyek yang mencakup metodologi, prosedur,
anggaran, pengeluaran dan tingkat penyelesaian. Isi laporan audit setidaknya memuat antara lain:
1. Status proyek yang dikerjakan terkait apakah proyek telah dikerjakan sesuai jadwal.
2. Status proyek di waktu berikutnya terkait apakah diperlukan perubahan jadwal dan mengapa.
3. Status pekerjaan yang kritikal menyangkut sejauh mana pekerjaa-pekerjaan kritikal telah dikerjakan.
4. Pengenalan Risiko terkait apa dan bagaimana potensi kerugian atau kegagalan proyek dapat terjadi.
5. Informasi yang bermanfaat bagi proyek lain terkait pelajaran apa yang bisa diambil hikmahnya untuk
pelaksanaan proyek lain.
6. Keterbatasan audit yang menyangkut asumsi dan batasan yang dipakai dalam mengaudit proyek sehingga
mempengaruhi hasil audit.
2. Status Sekarang. Berisi penjelasana mengenai status rpoyek saat dilakukan audit termasuk hasil pengukuran
performansi yang digunakan dalam audit seperti Biaya, jadwal, kemajuan dan kualitas.
4. Isu isu manajemen yang penting. Berisi penjelasan mengenai isu-isu yang berhubungan dengan pencapaian
tujuan proyek yang berdasarkan pendapat auditor perlu mendapatkan perhatian khusus
5. Analisis Risiko. Berisi penjelasan mengenai risiko-risiko yang ada dalam proyek serta dampaknya pada
biaya, waktu dan performansi proyek, serta berisi penjelasan mengenai alternatif tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghilangkan risiko.
6. Keterbatasan dan Asumsi. Berisi penjelasan mengenai keterbatasan audit dan asumsi yang digunakan
dalam mengaudit dan pembuatan laporan.
Keanggotaan tim audit biasanya meliputi wakil-wakil dari berbagai bagian. Hasil audit dilaporkan kepada manajer
proyek dan manajemen perusahaan.
Pelaporan Proyek
Laporan proyek dibuat oleh manajemen proyek untuk diberikan kepada manajemen perusahaan. Isi laporan
proyek meliputi
4. Kemungkinan masalah-masalah yang mungkin muncul dan akibatnya berikut cara mengatasi masalah
tersebut.
Penghentian Proyek
Proyek disebut berhenti bila pekerjaan-pekerjaan proyek sudah sampai pada titik tertentu dimana tidak
mungkin lagi dibuat kemajuan lebih lanjut. Aktivitas penghentian proyek merupakan aktivitas yang kritikal, oleh
karena itu untuk melakukannya memerlukan prosedur dan mekanisme yang jelas dan sistematis.
1. Proyek berhenti karena proyek memang sudah selesai sesuai dengan pwerjanjian kontrak.
2. Proyek lebih menguntungkan bila dihentikan daripada dilanjutkan karena adanya beberapa faktor yang
tidak dapat dikendalikan, misalnya kelangkaan sumberdaya, kenaikan harga secara mencolok, perubahan
kondisi pasar atau kondisi alam.
3. Proyek berhenti karena tidak dapat memenuhi performansi yang diinginkan. Ini bisa terjadi karena
perencanaan dan pengendalian yang buruk.
Oleh karena penghentian proyek merupakan tahap yang kritikal maka sebelum penghentian proyek, manajer
proyek perlu melakukan tahap-tahap berikut:
Merencnakan untuk menugaskan kembali anggota tim proyek dan sumberdaya yang ada pada proyek yang
lain
Menutup semua perintah kerja dan menyetujui penyelesaian semua pekerjaan yang disubkontrakkan
Memberitahu ke semua departemen tentang penyelesaian proyek
Menutup kantor proyek dan fasilitas lain yang dipakai organisasi proyek
Memastikan penyerahan semua arsip dan catatan tentang proyek kepada manajer yang bertanggung jawab
Memastikan penyerahan produk akhir, produk tambahan dan penerimaan user atas produk
Mengkomunikasikan kepad user bila semua kewajiban dalam kontrak sudah terpenuhi
Menjamin bahwa semua dokumentasi yang berkaitan dengan penerimaan user seperti yang ditetapkan
dalam kontrak sudah selesai
Memperoleh pengakuan formal dari user tentang sudah dipenuhinya semua kewajiban.
Perpanjangan Proyek dimaksudkan untuk melanjutkan proyek yang sudah dinyatakan berhenti, namundiadakan lagi
proyek baru yang berkaitan dengan proyek lama.
Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian dan akiat dari
kejadian tersebut dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu
akibat yang mungkin terjadi untuk satu kejadian tertentu. Pada umumnya risiko
dipandang daru perspektif negatif, seperti kehilangan, bahaya, kerugian, kegagalan
dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut pada prinsipnya merupakan bentuk ketidak
pastian yang mestinya dipahami dan dikelola secara efektif sehingga dapat menjadi
nilai tambah bagi organisasi.
Per definisi risiko merupakan suatu kesempatan atau peluang yang secara
matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Risk exposure = risk likelihood x risk impact
Jenis-Jenis Risiko
Menurut IRM (2002), ada setidaknya 4 jenis risiko yang selama ini sudah
dikenal orang, yakni:
3. Hazard Risk, yaitu risiko yang terkait dengan kecelakaan fisik seperti
kerusakan karena kebakaran, gempa bumi, ancaman fisik dll
Secara umum, tujuan manajemen risiko yang utama adalah mencegah atau
meminimisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui
penghindaran risiko atau persiapan rencana kontingensi yang berkaitan dengan
risiko tersebut. Dalam manajemen proyek risiko proyek adalah suatu peristiwa atau
kondisi yang tidak pasti, dan jika terjadi mempunyai pengaruh positif atau bisa juga
negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai sebab dan bila terjadi akan
membawa dampak, oleh karena itu risiko dapat dinyatakan sebagai fungsi dari
kemungkinan dan dampak.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko proyek yakni:
Ketidakpastian Risiko
2. Identifikasi Risiko
Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan memahami
apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Berikutnya adalah pendefinisian risiko
yang mungkin mempengaruhi tingkat keberhasilan proyek dan mendokumentasikan
karakteristik dari tiap-tiap risiko dengan melakukan Hasil utama dari langkah ini
adalah risk register.
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis sumber risiko dan analisis
masalah Analisis sumber risiko yaitu analisis risiko dengan melihat darimana risiko
berasal. Ada tiga sumber risiko yang sudah banyak dikenal yakni Risiko internal
yakni risiko yang bersumber dari internal organisasi yang dapat dikategorikan
dalam non technical risk (manusia, material, keuangan) dan technical risk (disain,
konstruksi dan operasi). Analisis masalah adalah analisis risiko yang terkait dengan
kekawatiran/ rasa khawatir.
Analisis kualitatif salam manajemen risiko adalah proses menilai dampak dan
kemungkinan risko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek. Analisis ini
merupakan cara prioritisasi risiko sehingga membentuk gambaran risiko yang harus
mendapat perhatian khusus dan cara merespon risiko tersebut seandainya terjadi.
5. Penanganan Risiko
1. Work Breakdowm Structure yang menghasilkan daftar kegiatan dan hirarki kegiatan
4. Biaya sumberdaya yang meliputi biaya tenaga kerja dan standar biaya dan overtime
6. Identifikasi Jalur Kritis yang mencakup kegiatan yang memiliki rangkaian terpanjang
serta ketersediaan sumberdaya
9. Analisis Biaya yang meliputi biaya langsung dan tidak langsung serta biaya
kontingensi
10. Integrasi Proyek yang meliputi elemen-elemen [royek lain, kemanan dan lingkungan.
Estimasi
Student Syndrome
Konsep student syndrome menyatakan bahwa seseorang biasanya baru akan memulai
menyelesaikan tugas pada waktu mendekati batas akhir pada berapapun waktu yang
diberikan. Sebagai ilustrasi, seorang siswa diberi tugas untuk dikerjakan dalam waktu satu
minggu dan itu merupakan waktu yang longgar untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut.
Namun apa yang terjadi adalah bahwa meski diberi waktu yang longgar yakni satu minggu,
namun siswa tersebut cenderung baru mulai mengerjakan pada hari-hari terakhir tugas
tersebut harus dikumpulkan dan baru menyadari bahwa waktunya tidak cukup lagi untuk
melngerjakan tugas tersebut dengan baik sehingga diselesaikan dengan asal-asalan.
Keadaan ini juga dapat terjadi dalam hal pengerjaan proyek. Untuk itu kita perlu
mewaspadai kecenderungan manusiawi yang seperti ini.
Parkinsons Law
Multi Tasking
Konsep ini menyatakan bahwa dalam lingkungan yang terdiri dari berbagai pekerjaan
memungkinkan pekerja diminta untuk menghentikan suatu pekerjaan yang belum selesai
untuk berganti mengerjakan pekerjaan yang lain dan demikian seterusnya kemudian
kembali lagi memulai pekerjaan yang sama untuk melanjutkan penyelesainnya sehingga
orang kehilangan orientasi dan prioritas. Hal ini biasanya dilakukan untuk memuaskan
sebanyak mungkin pelanggan. Namun akibat dari multi tasking ini ternyata cenderung
negatif karena orang dapat kehilangan orientasi dan prioritas yang ujungnya adalah
pekerjaan dilakukan dengan kurang baik sehingga pelanggan tidak puas.
No Early Finishes
Konsep ini menyatakan bahwa biasanya dalam penyelesaian tugas orang cenderung
tepat waktu atau terlambat dan jarang sekali terjadi yang lebih cepat dari jadwal.
Pertanyaannya mengapa hal ini dapat terjadi? Ada beberapa penjelasan yakni manajemen
menerapkan pendekatan manajemen tradisional dalam sistem penghargaan dan pinalti.
Pendekatan tradisional jarang sekali memberikan penghargaan untuk pekerjaan yang
diselesaikan dengan lebih cepat. Ketiadaan penghargaan untuk pekerjaan yang diselesaikan
dengan lebih cepat dari jadwal adalah satu hal, ditambah prasangka buruk dengan
menuduh orang yang dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat telah memanipulasi
estimasi waktu. Hal lain lagi adalah kekhawatiran bila dapat menyelesaikan pekerjaan lebih
cepat dari jadwal, maka akan ada kemungkinan untuk estimasi proyek berikutnya akan
dipotong berdasarkan pengalaman sebelumnya yang dapat menyelsaikan pekerjaan lebih
cepat sehingga orang cenderung memilih diam Yang mirip dengan itu adalah kekhawatiran
bila dapat menyelsaikan pekerjaan lebih cepat dari jadwal seseorang malah mendapat
tugas berikutnya padahal untuk semua itu orang tidak mendapat penghargaan.
Backward Planning
Konsep ini menyatakan bahwa tugas-tugas dijadwalkan selambat mungkin dari tanggal
penyelsaian proyek dan menempatkan kerja sedekat mungkin dengan jadwal akhir. Dengan
pendekatan ini akan terbuka kesempatan meningkatkan pengetahuan dan menurunkan
risiko untuk mengulang karena telah cukup waktu untuk mempersiapkan diri.
Estimasi Tugas