Laporan Kasus Tonsilitis
Laporan Kasus Tonsilitis
Laporan Kasus Tonsilitis
TONSILITIS
Disusun oleh:
Baiq Febri Aryani (011.06.0001)
Pembimbing :
dr. Ni Putu Anggraini Eka Wahyuni,Sp.THT-KL
1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : TN. DP
Usia : 13 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Pringgasela
No. RM : 343937
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke POLI THT RSUD DR.R.Soedjono Selong pada tanggal 27 Juni 2016
pukul 10.15 WITA dengan keluhan nyeri saat menelan dan terasa mengganjal sejak 1 bulan.
Keluhan nyeri terkadang hilang timbul tetapi hanya sementara terutama saat minum obat yang
dibeli di warung, akan tetapi beberapa hari ini dirasakan tenggorokan terasa kering sehingga
semakin sakit dan mengganjal. Keluhan demam pernah 1 bulan yang lalu tetapi naik turun,
batuk(-), pilek(-). Nafsu makan dirasakan menurun oleh pasien. Sebelum keluhan, pasien
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah merasakan keluhan serupa beberapa tahun ini tetapi tidak separah yang
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Nadi : 78x/menit
Nafas : 17x/menit, Jenis pernafasan thorako-abdominal
Suhu : 36,6oC (aksila)
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Berat Badan : 38 kg
3
STATUS LOKALIS
Pemeriksaan telinga:
. Telinga
1. Daun telinga Bentuk dan ukuran Bentuk dan ukuran dalam
(+)
Pemeriksaan hidung:
4
Pemeriksaan Hidung kanan Hidung kiri
Hidung
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-), Bentuk (N), inflamasi (-),
hiperemis
Meatus nasi media Sekret pada meatus nasi Sekret pada meatus nasi
(-)
Konka nasi inferior Edema (-), hiperemi (-) Edema (-), hiperemi (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing Deviasi(-), benda asing(-),
(-)
Palpasi sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
5
Pemeriksaan Tenggorokan:
6
Bibir Berwarna merah muda, hiperemi (-)
Mulut Berwarna merah muda, hiperemi (-)
Geligi Normal
Lidah Normal
Uvula Normal
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa Hiperemi (+), granul (-), reflek
muntah (+)
Tonsila Palatina Hiperemia (+), ukuran T4-T3, Kripte (+),
detritus (+)
Fossa Tonsilaris dan Arcus Faringeus Hiperemi (+)
DIAGNOSIS
Tonsilitis Kronik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur
Laboratorium
TERAPI
Medikamentosa
Antibiotik
Antipiretik Analgetik
Operatif
Tonsilektomi
KIE pasien
Kurangi makan-makanan pedas, berminyak, santan serta minuman dingin, dll yang dapat
memperberat keluhan.
7
Istirahat yang cukup.
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan
terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena
kegagalan atau ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita Tonsilitis Akut (Kurien M et
al, 2003). Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita Tonsilitis Akut akan merubah
mikroflora pada tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil, dan adanya infeksi virus menjadi
faktor predisposisi bahkan faktor penyebab terjadinya Tonsilitis Kronis (Dias EP, 2009).
8
Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit
tenggorok berulang. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada
tahun 1994-1996, prevalensi Tonsilitis Kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut (3,8%)
(Suwendo, 2001). Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997
sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasien Tonsilitis kronik atau 6,75% dari seluruh
Data morbiditas pada anak menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 pola
penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun yang paling sering terjadi, Tonsilitis
Kronis menempati urutan kelima (10,5 persen pada laki-laki, 13,7 persen pada perempuan)
(Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan, 1995). Hasil pemeriksaan pada
anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada Telinga Hidung dan Tenggorok
berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di kedua
sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila palatina lebih
padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul tipis dan di
permukaan medial terdapat kripta (Amarudin, 2007). Tonsila palatina merupakan jaringan
limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein
asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas (virus, bakteri, dan antigen
9
makanan). Mekanisme pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila patogen
menembus lapisan epitel maka sel-sel fagositik mononuklear pertama-tama akan mengenal dan
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfoid yang mengandung sel
limfosit, 0,1-0,2% dari kesuluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B danT
pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistem
imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan antigen
presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi
APCs (sintesis immunoglobulin spesifik). Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan
sel pembawa Ig G. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi
dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu
menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi
Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang berbentuk oval yang terletak pada kedua
sisi belakang tenggorokan. Dalam keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi.
Tonsil bertindak seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh
melalui mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi
untuk membantu melawan infeksi (Edgren, 2002). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil
tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa
supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Secara mikroskopik tonsil terdiri atas tiga
komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan
interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid) (Kartika, 2008). Lokasi tonsil sangat memungkinkan
10
terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Aktivitas imunologi
2.2. Definisi
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel
(Reeves, Roux,Lockhart, 2001). Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil
lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil)
( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk, 2007). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh
kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat
11
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila
palatina yang menetap (Chan, 2009). Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari
Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil. Organisme patogen
dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan
gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan
(Colman,2001). Pada Tonsilitis Kronis tonsil dapat terlihat normal, namun ada tanda-tanda
spesifik untuk menentukan diagnosa seperti plika anterior yang hiperemis, pembesaran kelenjar
a. Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa
nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr.
infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-
luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.
b. Tonsilitis bakterial
12
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini
a. Tonsilitis difteri
diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari
b. Tonsilitis septic
susu sapi.
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C.
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala
pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan
13
2.4. Etiologi
adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus
2.5. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu
tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis
akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu
maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan
hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti
makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah
bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien
mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka
14
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehingga penyakit pasien
menjadi Kronis. Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain: terapi antibiotika yang
tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh yang rendah sehingga terapi medikamentosa
kurang optimal, dan jenis kuman yag tidak sama antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil
(Undaya, 1999).
Tanda dan gejala Tonsilitis menurut ( Smeltzer & Bare, 2000) ialah sakit tenggorokan,
demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Sedangkan menurut Effiaty Arsyad Soepardi,dkk (2007)
tanda dan gejala yang timbul yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan, kadang-
kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan.
Bau mulut (halitosis) dapat terjadi yang disebabkan adanya pus pada kripta tonsil. Pada
penelitian tahun 2007 di Sao Paulo Brazil, mendapatkan keluhan utama halitosis atau bau mulut
pada penderita Tonsilitis Kronis didapati terdapat pada 27% penderita (Dalrio, 2007). Sulit
menelan dan sengau pada malam hari (bila tonsil membesar dan menyumbat jalan nafas)
(Dhingra, 2008; Shnayder, 2008) dan butiran putih pada tonsil (Brodsky, 2006).
2.7. Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
15
a) Tonsil dapat membesar bervariasi. Kadang-kadang tonsil dapat
lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. T0: Tonsil
yakni T1: 1.119 (62%), T2: 507 (28,4%), T3: 58 (3,3%), T4: 2
16
Dari hasil penelitian yang melihat hubungan antara tanda klinis dengan hasil
pemeriksaan histopatologis dilaporkan bahwa tanda klinis pada Tonsilitis Kronis yang
sering muncul adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula
dan tonsil yang mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya,
minimal ada kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibula
(Primara, 1999). Disebutkan dalam penelitian lain bahwa adanya keluhan rasa tidak
palpitasi mungkin dapat muncul. Bila keluhan-keluhan ini disertai dengan adanya
hiperemi pada plika anterior, pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa debris dan
17
dilakukan dengan swab permukaan tonsil untuk menentukan
2008).
2.8. Penatalaksanaan
2.8.2. Operatif. Dengan tindakan tonsilektomi (Adam, 1997; Lee, 2008). Pada penelitian
Kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 ibu-ibu usia reproduktif yang dengan
18
diagnosa Tonsilitis Kronis, sebanyak 36 dari penderita mendapatkan penatalaksanaan
4.646 diantaranya memiliki gejala Tonsilitis, dari jumlah itu sebanyak 1.782
a) Indikasi Tonsilektomi
Cochrane review (2004) melaporkan bahwa efektivitas
19
dengan penyakit yang lebih berat) dan status sosial ekonomi
20
anatomi. Indikasi Relatif: a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
21
digerakkan dan bed tonsil tidak cedera oleh infeksi berulang.
2.9. Komplikasi
2.9.1. Abses peritonsil. Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai
jaringan sekitarnya. Abses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan
otot-otot yang mengelilingi faringeal bed. Hal ini paling sering terjadi pada
2.9.2. Abses parafaring. Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga
menonjol kearah medial. Abses dapat dievakuasi melalui insisi servikal (Fachruddin,
2.9.3. Abses intratonsilar. Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil.
Biasanya diikuti dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut. Dijumpai
nyeri lokal dan disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah.
22
Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotika dan drainase
2.9.5. Tonsilolith (kalkulus tonsil). Tonsililith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila
kripta diblokade oleh sisa-sisa dari debris. Garam inorganik kalsium dan magnesium
kemudian tersimpan yang memicu terbentuknya batu. Batu tersebut dapat membesar
secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil. Tonsilolith lebih
sering terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau foreign body
sensation. Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan melakukan palpasi atau
2.9.6. Kista tonsilar. Disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai
pembesaran kekuningan diatas tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala.
2.10. Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan pengobatan
suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita Tonsilitis lebih nyaman.
Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai
arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan
dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita
mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga
23
dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi sumber
dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia (Edgren, 2002).
2.11. Pencegahan
dari satu penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga
atau beberapa anak pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang
Tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan
perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya
kembali. Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah
24
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus, berdasarkan keluhan pasien yaitu nyeri saat menelan dan terasa mengganjal
sejak 1 bulan, terkadang hilang timbul saat minum obat yang dibeli di warung, tenggorokan
terasa kering (+), demam (+) 1 bulan yang lalu naik turun, batuk(-), pilek(-), nafsu makan
menurun (+), dan ada riwayat sering makan dan minum sembarang (+), keluhan sering dirasakan
beberapa tahun ini serta pada pemeriksaan penunjang ditemukan pembesaran pada tonsil,
kemerahan dengan kripte melebar dan adanya detritus sehingga kemungkinan pasien menderita
tonsillitis kronik.
25
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus dimana
prosesnya bisa akut atau kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan
DAFTAR PUSTAKA
26
Aritomoyo D, 1980. insiden Tonsilitis Akut dan Kronik Pada Klinik THT RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VI PERHATI,
Medan; hal. 249-55.
Awan Z, Hussain A, Bashir H, 2009. Statistical Analysis of Ear, Nose, and
Throat (ENT) Diseases in Paediatric Population at PIMS, Islamabad: 10
Years Experience. Journal Medical Scient. Vol.17, No.2. p. 92-4.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan, 2001. Survey
Kesehatan Nasional 2001. Jakarta. hal 1-75.
Brodsky L, Poje C, 2006. Tonsilitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In:
Bailey JB, Johnson JT editors, Head and Neck Surgery Otolaryngology,
Lippincott Williams and Wilkins, Philadelpia, p.1183-98.
Burton MJ, Towler B, Glasziou P, 2004. Tonsillectomy Versus Non-surgical
Treatment for Chronic/Recurrent Acute Tonsilitis (Cochrane Review).
The Cochrane Library, Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd. Issue 3.
Chan KH, Ramakrishnan VR, 2009. Disease of the Oral Cavity, Oropharynx
and Nasopharynx. In: Ballenger WL, Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery ed. BC Decker Inc, Philadelphia, p.775-82.
Cody D, 1993. Penyakit Hidung, Telinga, dan Tenggorok. Petrus adrianto,
editor. Jakarta ; EGC, hal 37-9.
Colman BH, 2001. Adenoid and Tonsils. In: Disease of the Nose, Throat, and
Ear, and Head and Neck, Oxfort University Press, Oxfort, p.95-102.
Crombie IK, 1990. An Investigation into Factors that May Influence Tonsil
Morphology. Journal of the Royal Society of Medicine, vol.83, January,
p.20-1.
Darrow DH, Siemens C, 2002. Indications for tonsillectomy and
adenoidectomy. Laryngoscope;112:6-10
Dass MR et al, 1988. Role of Septilin in Chronic Tonsilitis. Current Medical
Practice, p.32,1.
Dias EP, Rocha ML, Calvalbo MO, Amorim LM, 2009. Detection of Epstein-Barr
Virus in Recurrent Tonsilitis. Brazil Journal Otolaryngology, 75(1); p.30-
4.
Dhingra PL, 2007. Acute and Chronic Tonsilitis, in Disease of Ear, Nose and
Throat 4rd ed. Elsevier. New Delhi. pp.239-43.
Donnelly LF, 2002. Correlation on Cine MR Imaging of Size of Adenoid and
Palatine Tonsils with Degree of Upper Airway Motion in Asymptomatic
Sedated Children. American Journal Radiology, 179, p. 503-7.
Edgren AL, Davitson T, 2004. Sore Throat. Journal of the American
Assosiation, no.13 (April 7) :1664-78.
Fachruddin D, 2001. Abses Leher Dalam, dalam: Soepardi EA, Iskandar HN
editor, Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, hal.185-9.
Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2003. Hubungan Tonsilitis Kronik dengan
Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang.
Cermin Dunia Kedokteran, 155, hal.16-22.
27
Goldstein NA, 2008. Quality of Life After Tonsillectomy in Children with
Recurrent Tonsillitis. Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 138, p.9-
16.
Hammouda M, Abdel-Khalek Z, Awad S, Abdel-Azis M, Fathy M, 2009. Chronic
Tonsilitis Bacteriology in Egyptian Children Including Antimicrobial
Susceptibility. Australian Journal of Basic and Applied Scinces, 3(3):
p.1948-53.
Hannaford PC, Simpson JA, Dav, is A, McKerrow W, Mills R, 2005. The
Prevalence of Ear Nose and Throat Problems in the Community: Result
from a National Cross-Sectional Postal Survey in Scotland. Fampra
Oxfort Journals, 22: 227-33.
Hermani B dkk, 2004. Kajian Manfaat Tonsilektomi pada Anal dan Dewasa.
Health Technologi Assesment-Indonesia, hal.1-25.
Junior RG, et al, 2008. Profile of Patients Submitted to Adenoidectomy,
Tonsillectomy and Adeinoidectomy with Tonsillectomy at UNISA.
International Arch of otorhinolaringology, vol.12, p.189-93.
Kargoshaie, AA, 2009. The Correlation Between Tonsil Size and Academic
Performanc is not a Direct One, but The Result of Various Factors. Acta
Otorhinolaryngologica Italica; 29,p. 255-8.
Kartika H, 2008. Tonsilektomi. Welcome & Joining otolaryngology in
Indonesian Language, February 23, p.4-36.
Kasanov SA, Asrorov AA, Vokhidov UN, 2006. Prevalence of Chronic Family
Tonsilitis and its Prevention. Vestn Otorinolaryngology, (4); p. 38-40.
Kisve et all, 2009. Ear, Nose and Throat in Paediatric Patients at Rural
Hospital in India. Australian Medical Journal,3, 12, 786-90.
Kurien M, Sheelan S, Jeyaseelan L, Bramhaathan, Thomas K, 2003. Fine
needle aspiration in chronic Tonsilitis: reliable and valid diagnostic test.
The journal of Laryngology & Otologi, vol. 117, pp. 973-75.
Kurien M, Stanis A, Job A, Brahmadathan, Thomas K, 2000. Throat Swab in
the Chronic Tonsilitis: How Reliable and valid is it. Singapore Med J, Vol
a41(7), p. 324-6.
Kvestad E, 2005. Heritability of Recurrent Tonsilitis. Otolaryngology Head and
Neck Surgery; p. 131:383-7.
Kvaerner KJ, Nafstad P, Jaakkola JJ, 2000. Upper Respiratory Morbidity in
Preschooll Children. Otolaryngology Head and Neck Surgery, 127, p.
1201-6.
Lam YY, et al 2006. The Correlation Among Obesity, Apnoe-Hypopnea Index,
and Tonsil Size in Children. Chest Journal, 130, p. 1751-6.
Lee KJ, 2008. Pediatric Otolaryngology, in Essential Otolaryngology Head &
Neck Surgery. New York, The McGraw-Hill Companies, ninth
edition,p.776-826.
Mogoanta CA, et al, 2008. Chronic Tonsilitis : Histological and
Immunohistochemical Aspects. Romanian Journal of Morphology and
Embryology, 49(3): p.381-6.
National Center for Health Statistic United State, 1997. Vital and Health
Statistics, Prevalence of Selected Chronic Conditions, p. 1-127.
28
Otvagin IV, 2007. The Analysis of the Occurrence of Chronic Disease of the
Upper Respiratory Tracts and the Organ Hearing among Population of
Three Region of the Central Federal Teritory. Vest Otorinolaryngology;
(6): 38-40. Paradise JL, Bluestone CD, Colborn DK, Bernard BS, Rockette
HE, Kurs - Lasky M, 2002. Tonsillectomy and adenoidectomy for
recurrent throat infection in moderately affected children.
Pediatrics;110: p. 7-15
Pereira, LM et al 2008. Selected Bacterial Recovery in Trinidadian Children
with Chronic Tonsillar Disease. Brazzilian Journal f Otorhinolaringology,
74(6), p. 903-11.
Primara IW, Losin K, Rianto BUD, 1999. Hubungan Antara Tanda Klinis
Dengan Hasil Pemeriksaan Histopatologis Pada Tonsilitis Kronis Yang
Telah Dilakukan Tonsilektomi. Dalam: Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS
PERHATI, Semarang, BP Undip; hal. 253-64.
Riodal AC, Franchi-Teixeira AR, Nicola MD, 2007. Relationship Between the
Presence of Tonsillolith and Halitosis in Patints with Chronic Caseous
Tonsilitis. Medical Journal San Paulo, 204: E4.
Rusmarjono, Soepardi EA , 2001. Penyakit Serta Kelainan Faring dan Tonsil,
dalam Soepardi EA, Iskandar HN editor, Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal.178-89.
Sclafani AP, Ginsburg J, Shah MK, Dolitsky JN, 1998. Treatment of
Symptomatic Chronid Adenotonsilar Hypertropy with
Amoxicillin/Clavulanate Potassium: Short and Long-term Result. Official
Journal of the American Academy of Pediatrics, 101; p.675-81.
Shnayder Y, Lee KC, Bernstein JM, 2008. Management of Adenotonsilar
Disease, in: Lalwani AK editors, Current Diagnosi & Treatment in
Otolaryngology-Head & Neck Surgery. Philadelphia: McGrow-Hill
Companies, p.340-8.
Sing TT, 2007. Pattern of Otorhinolaryngology Head and Neck Diseases in
Outpatient Clinic of a Malaysian Hospital. Internet Journal of Head and
Neck Surgery. Vol 2, number 1.
Suyitno S, Sadeli S, 1995. Uju Banding Klinik Antara Ofloksacin dengan
Amoksisilin Terhadap Penderita Tonsilitis/Tonsilofaringitis Kronis
Eksaserbasi Akut. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS XIV PERHATI
Yokyakarta; 397-412.
Suwendo R, 2001. Epidemiologi Penyakit THT di & Provinsi. Kumpulan
Makalah dan Pedoman Kesehatan Telinga. Lokakarya THT Komunitas.
PIT PERHATI-KL Palembang; hal.8-12.
Tarasov DI, Morozov AB, 1991. Frequency and Structure of Chronic Disease of
Ear, Throat and Nose Among Population and Their Dinamycs.
Otorinolaryngology Head and Neck Surgery, Mar-Apr;(2):12-4.
Timbo SK, et al, 2006. Epidemiologic Aspects of Pharyngitis. Arch
International Medical. 22;158 a(12) : pp.1365-73.
Ugras Serdar, Kutluhan Ahmet, 2008. Chronic Tonsilitis Can Be Diagnosed
With Histopatologic Findings. Europe Journal General Medical;
5(2):pp.95-103.
29
Undaya R, Sarbini TB, 1999. Pola Kuman Aerob dan UJi Kepekaannya Pada
Apus Tonsil dan Jaringan Tonsil Pada Tonsilitis Kronis Yag Mengalami
Tonsilektomi. Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional XII, hal.193-
205.
Xie Y, Chen X, Nishi S, Narita I, gejyo F, 2004. Relationship Between Tonsil
And IgA Nefropathy as well as Indication of Tonsillectomy. Kydney
International, vol 65, pp.1135-44.
Younis RT, Lazar RH. History and Current Practice of Tonsillectomy.
Laryngoscope 2002;112, p. 3-5.
30