Raodah Kti Ruptur Perineum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organ reproduksi adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh kita.

Organ-organ ini menentukan kelangsungan generasi penerus kita. Jika organ

penting ini terganggu, dipastikan akan timbul masalah. (Aqila, 2013).

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin ata bahu

pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga

jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2010).

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindari atau

dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin

dengan cepat (Rukiyah, 2012).

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan

pasca persalinan (Marmi, 2015).

Berbagai dampak yang ditimbulkan bila ruptur perineum mengakibatkan

robekan jaringan pararektal sehingga rektum terlepas dari jaringan sekitarnya

(Sarwono, 2011).

Penanganan komplikasi yang lambat pada ruptur perineum dapat

menyebabkan kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum

masih lemah (Rukiyah, 2010).

1
Oleh karena itu ruptur perineum perlu mendapat perhatian yang serius, baik

dalam hal pengobatan maupun perawatan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat serta mengurangi berbagai komplikasi yang dapat timbul bila tidak

ditangani dengan baik. Keterampilan melahirkan kepala janin sangat

menentukan sampai seberapa jauh dapat terjadi perlukaan pada perineum

(Sarwono, 2011).

Di kawasan ASEAN, Indonesia mempunyai AKI yang paling tinggi (390 per

100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia dan juga

di negara yang lain adalah perdarahan, infeksi dan pre eklampsia. Terdapat

sebanyak 40% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan post partum

(Prawirohardjo,2010).

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe

Motherhood, yaitu program Keluarga Berencana, Pelayanan Antenatal,

Persalinan yang aman dan pelayanan obstetri esensial. (Prawirohardjo,2010).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik menyusun karya

tulis ilmiah yang berjudul:“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Ruptur

Perineum.”

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini di bagi atas 2 ( dua ) yaitu :

1. Tujuan Umum :

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan Ruptur Perineum.

2
2. Tujuan Khusus :

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam :

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Ruptur

Perineum.

b. Menyusun diagnosa keperawatan pada pasien dengan Ruptur

Perineum.

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Ruptur

Perineum.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada

pasien dengan Ruptur Perineum.

e. Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan

Ruptur Perineum.

f. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Ruptur Perineum.

C. Manfaat

1. Mahasiswa

Merupakan salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi

pada Akademi Keperawatan Anging Mammiri Makassar tahun 2016 dan

merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dalam penerapan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Ruptur Perineum.

3
2. Institusi Pendidikan:

Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan mahasiswa dalam memberikan dan menerapkan asuhan

keperawatan pada ibu pasien dengan Ruptur Perineum.

3. Profesi

Sebagai gambaran informasi bagi kegiatan penelitian selanjutnya serta

menjadi bahan kajian bagi perkembangan ilmu keperawatan agar institusi

pendidikan senantiasa terinspirasi terhadap kenyataan yang ada di lapangan

khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Ruptur Perineum.

D. Sistematika Penulisan

Pada bagian ini diuraikan tentang sistematika penulisan yang terdiri dari Bab

I sampai Bab V dengan susunan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan : Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II. Tinjauan Pustaka : Dalam bab ini diuraikan tentang: Tinjauan

Keperawatan, meliputi: defenisi, etiologi (penyebab),

patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan

penunjang dan penatalaksanaan, Tinjauan proses

keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

4
Bab III. Tinjauan Kasus : Dalam Bab ini diuraikan mengenai penerapan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Ruptur Perineum

mulai dari: pengkajian data, diagnosa keperawatan,

rencana tindakan keperawatan, implementasi dan

evaluasi keperawatan.

Bab IV.Pembahasan : Dalam Bab ini diuraikan perbandingan antara teori dan

kasus nyata pada pasien yang penulis rawat mulai

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, tindakan keperawatan dan evaluasi .

Bab V. Penutup : Dalam bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran-

saran yang berkaitan dengan karya tulis ini.

Daftar Pustaka dan lampiran

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Post Partum (Nifas)

1. Pengertian

Puerperium (masa nifas): Masa nifas adalah masa dimana biasanya

dirasakan pada wanita yang telah usai melakukan persalinan, hal ini akan

dirasakan selama 40 hari atau enam bulan lamanya setelah melahirkan

(Taufan, 2012).

Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah placenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Rukiyah, 2010).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Rukiyah, 2010 bahwa tahapan masa nifas antara lain, yaitu :

a. Puerperium dini, yaitu : pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluru alat-alat genital yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.

6
3. Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Yaqin Nur, 2012, Perubahan fisiologis masa nifas adalah :

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Kontraksi mengakibatkan uterus mengecil lebih dari seperdua ukuran

sebelumnya sampai hari kedua kemudian lebih mengecil (involusi

uteri) kurang lebih satu jari. Pada hari ke 10-14 uterus tidak teraba

melalui palpasi perut. Tempat plasenta melekat butuh waktu 6-7

minggu untuk membaik. Regenerasi endometrium butuh kurang lebih

6 minggu.

2) Lokhia

Lokhia adalha cairan yang keluar melalui vagina dalam tiga minggu

setelah persalinan, terdiri dari 3 jenis yaitu :

a) Lokhia rubra

Berwarna merah gelap, keluar pada hari ke 2-3, berisi sel-sel

epitel eritrosit, leukosit, dan desidua.

b) Lokhia serosa

Berwarna merah muda kecoklatan, keluar hari ke 4-10 setelah

persalinan, berisi sisa desidua, eritrosit, leucosit, mukosa servik

dan mikroorganisme.

c) Lokhia alba

Hampir tidak berwarna atau warna kuning pucat, keluar pada hari

ke 11-21 (3 minggu setelah persalinan), berisi leucosit, desidua,

7
sel-sel epitel, lemak, mukosa servik, kolesterol dan bakteri.

3) Servik uteri

1) Menjadi lebih tebal dank eras, sampai dengan satu minggu

setelah persalinan masih tetap terbuka (dilatasi) kira-kira sebesar

1 cm.

2) Involsi servik uteri menjadi sempurna membutuhkan waktu 3-4

bulan. Persalinan menyebabkan perubahan yang permanen pada

kanalis servik dari bentuk bulat menjadi memanjang.

4) Vagina

Lunak dan agak bengkok, dengan tonus lemah setelah persalinan,

rugae tampak kembali dalam 3-4 minggu setelah persalinan, dan

indeks estrogen dalam 6-10 minggu.

5) Perineum

Tampak edema dan kebirubiruan setelah persalinan, laserasi atau

episiotomy dapat terjadi.

b. Abdomen

Teraba lembut dan lunak beberapa saat setelah persalinan. Tampak

adanya striae warnak putih perak. Diastatis Recti (terpisahnya otot rectus

abdominalis) dapat terjadi pada wanita dengan tonus otot lemah.

c. Payudara

Perubahan pada buah dada meliputi penurunan kadar estrogen dan

progesterone secara cepat dengan peningkatan sekresi hormone

prolaktin setelah persalinan. Kolostrum sudah ada saat persalinan,

8
produksi ASI terjadi pada hari ke 3 atau ke 4 setelah persalinan. Buah

dada menjadi besar dank eras sebagai tanda mulainya proses laktasi

(bendungan ASI) dengan disertai kongestif. Pada buah dada prolaktin

menstimulasi sel alveoli mammae untuk memproduksi ASI. Dengan

isapan bayi pada areola dan putting susu menyebabkan lepasnya

oksitosin, sel miopitel mammae berkontraksi sehingga ASI mengalir

keluar (let Down Reflex).

d. Sistem Endokrin

Estrogen dan progesterone menurun cepat setelah persalinan.

Ovulasi dan haid dipengaruhi ibu menyusui bayinya atau tidak. Untuk ibu

menyusui, 45 % mengalami menstruasi sampai minggu ke 12 setelah

persalinan, 80 % mengalami satu atau lebih siklus an ovulatoir sebelum

menstruasi yang pertama setelah persalinan.

Untuk ibu yang tidak menyusui kurang lebih 40 % menstruasi minggu

ke 6 setelah persalinan, kurang lebih 65 % minggu ke 12, kurang lebih 90

% minggu ke 24, dan kurang lebih 50 % mengalami ovulasi saat

menstruasi pertama setelah persalinan. Penurunan cepat hormon

estrogen dan progesteron setelah plasenta lahir dipengaruhi oleh

perubahan fisiologi dan psikologi dalam masa nifas. Kebutuhan istirahat

dan tidur sangat meningkat untuk reproduksi hormon yang adekuat.

e. Sistem Kardiovaskuler

Terjadi bradikardi sementara (40-70 bpm) dalam 24-48 jam setelah

persalinan, dan mungkin menetap sampai hari ke 6-8. Volume darah

9
menurun hingga mencapai seperti sebelum hamil dalam 2 minggu setelah

persalinan.

Hematokrit meningkat pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Terjadi

leukositosis (20.000-25.000/ml) yang berlanjut sampai beberapa hari,

guna mencegah infeksi. Tekanan darah mungkin stabil, denyut nadi

kembali kekeadaan sebelum hamil dalam 3 bulan setelah persalinan.

f. Sistem Respirasi

Fungsi sistem respirasi kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam 6

minggu setelah persalinan.

g. Sistem Renal Dan Urinari

Pembesaran berlebihan kandung kemih sering terjadi akibat

berkurangnya kapasitas kandung kemih, pembengkakan, trauma jaringan

sekitar uretra. Kandung kemih penuh akan mengakibatkan uterus salah

posisi (displace) sehingga menyebabkan perdarahan, distensi kandung

kemih sehingga dapat terjadi retensi urine. Pengosongan kandung kemih

secara adekuat umumnya menyembuhkan jaringan bengkak atau trauma

dan luka.

Glomerulo Filtration Rate (GFR) meningkat selama kurang lebih 7 hari

pascasalin. Dilatasi ureter dan ginjal kembali pada keadaan sebelum hamil

dalam 6-10 minggu setelah persalinan.

h. Sistem Gastrointestinal

Rasa haus dan lapar pada umumnya terjadi setelah persalinan.

Motilitas dan tonus otot gastrointestinal kembali pada keadaan sebelum

10
hamil dalam 2 minggu setelah persalinan.

Konstipasi umumnya pada hari-hari awal post partum. Berat badan

mungkin kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu kurang lebih

6-8 minggu jika peningkatan berat badan selama hamil dalam batas

normal. Haemorhoid juga merupakan masalah yang sering terjadi pada

awal puerperium, penekana pada otot dasar panggul pada saat

persalinan.

i. Sistem Muskuloskeletal

Ambulasi umunya dimulai kurang lebih 4-8 jam pascasalin, ambulasi dini

sangat membantu mencegah komplikasi, mempercepat involusi dan

meningkatkan perasaan emosi yang positif. Peningkatan pergerakan dan

mobilisasi dari sendi panggul terjadi dalam 6-8 minggu. Pada ekstremitas

bawah perlu dilakukan pemeriksaan tan da Homan (Homan’s sign) untuk

menilai tanda peradangan vena tungkai bawah (tromboflebilitis)

j. Sistem Integumen

Penurunan melanin umumnya setelah persalinan, menyebabkan

berkurangnya hiperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang

tampak pada kulit karna kehamilan akan menghilang saat kadar estrogen

menurun.

4. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Periode adaptasi masa nifas menurut Yaqin Nur, 2012, yaitu :

a. Taking in

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, umumnya ibu menjadi pasif dan

11
sangat tergantung, focus perhatian terhadap tubuhnya. Ibu lebih

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang baru dialami.

b. Taking hold

Periode ini berlangsung hari 3-4 setelah persalinan, ibu menjadi lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya sebagai ibu yang sukses, menerima

tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayinya. Focus

perhatian pada control fungsi tubuh misalnya proses defekasi dan miksi,

kekuatan dan daya tahan tubuh. Ibu mulai merasa sanggup dan trampil

merawat bayinya seperti menggendong, memandikan, menyusui, atau

member susu botol dan mengganti popok.

c. Latting go

Periode ini umumnya dialami setelah ibu tiba dirumah, dan secara penuh

merupakan waktu pengaturan bersama keluarga. Ibu telah menerima

tanggung jawab sabagai ibu, dan ibu merasa dan menyadari kebutuhan

bayinya yang sangat tegantung dari kesiapannya sendiri sebagai ibu,

ketergantungannya pada orang lain, serta dipengaruhi oleh interaksi social

budaya keluarga.

5. Tujuan asuhan masa nifas

Tujuan asuhan masa nifas menurut Rukiyah, 2010 yaitu :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

12
c. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan

melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang

khusus.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyususi, pemberian imunisasi, dan

perawatan bayi sehat.

e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

6. Peran Dan Tanggung Jawab Perawat Dalam Masa Nifas

Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas menurut

Rukiyah, 2010 yaitu meliputi :

a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk

memastikan keduanya dalam kondisi stabil.

b. Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam

kedua, jika kontraksi tidak kuat. Masase uterus sampai keras karena otot

akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.

c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, Nadi, perdarahan tiap 15 menit

pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum dan

kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri posisi nyaman, dukung

program bounding attachman dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga

untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi,

perawatan payudara dan kebersihan diri.

13
e. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik

dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama persalinan dan nifas

f. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik

dan psikologis

g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa

nyaman.

h. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

B. Konsep Dasar Ruptur perineum

1. Defenisi

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin ata

bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur

sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2010).

Robekan jalan lahir adalah perdarahan dalam keadaan dimana plasenta

telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Rukiyah, 2012).

2. Etiologi

Ruptur pada perineum diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah

karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan

(Rukiyah, 2010).

14
3. Tingkatan luka perineum

Menurut Sarwono (2011) bahwa perlukaan pada perineum dapat dibagi

dalam 3 tingkatan, yaitu :

a. Tingkat I, bila perlukaan perineum hanya terbatas pada mukosa vagina

atau kulit perineum. Pada perlukaan tingkat I, bila hanya berupa luka lecet,

tidak diperlukan penjahitan.

b. Tingkat II, jika perlukaan yang lebih dalam dan bisa meluas ke vagina

dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital.

c. Tingkat III, perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam dari tingkat II yang

menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus.

4. Anatomi Reproduksi Wanita

Gambar 1 : Anatomi Reproduksi Wanita (Eddyman, 2012)

Alat reproduksi wanita dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu bagian dalam

(genitalia interna) dan bagian luar (genitalia eksterna) (Joseph, 2010).

15
Bagian luar (genitalia eksterna) terdiri atas :

1) Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari

mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,

orifisium urethra externum, dan kelenjar – kelenjar pada dinding vagina.

2) Mons Pubis (Mons Veneris)

Lapisan lemak di bagian anterior simfisis pubis. Pada masa pubertas

daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut pubis (kemaluan).

3) Bibir Kemaluan (Labia Mayora)

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak

mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada

pria. Ligamentum rotudum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di

bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (Commisura posterior).

Labia mayora merupakan daerah yang berambut.

4) Bibir dalam kemaluan (Labia minora)

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, yang tidak berambut dan

memiliki jaringan serat sensorik yang luas dan sangat peka karena

mengandung ujung saraf dan terdiri atas otot polos.

5) Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,

dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.

Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor

16
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,

dan sangat sensitif

6) Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, berasal dari sinus urogenitalia.

Terdapat 6 lubang (orifisium) yaitu orifisium urethra externum, introitus

vaginae,

ductus glandulae bartolini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan kiri.

7) Introitus/orifisium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan

tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen

normal tedapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat

berbentuk bulan sabit, bulat, oval, dll. Akibat coitus atau trauma lain,

hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan

robekan.

8) Vagina

Vagina merupakan rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai

dari tepi serviks uteri yaitu rongga di bagian cranial dorsal sampai ke vulva

dibagian caudal ventral. Daerah di sekitar serviks disebut fornix. Vagina

memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastic. Dilapisi oleh epitel

skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Bagian atas vagina

terbentuk ductus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam

secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar

cerviks uteri.

17
9) Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot

diafragma pelvis (muskulus levator ani, muskulus coccygis) dan

diafragma urogenitalis (muskulus perinealis tranversus profunda dan

muskulus constrictor urethra). Perineum meregang pada persalinan,

kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan

mencegah robekan (ruptur).

Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam (Genitalia Interna) terdiri

atas :

1) Uterus

Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum

(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implantasi , retensi

dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi

dinding uterus dan pembukaan serviks uterus , isi konsepsi dikeluarkan.

Uterus terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

2) Serviks Uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis

(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis.

Terdiri dari 3 komponen utama yaitu : otot polos, jaringan ikat (kolagen

dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina

yaituportio servicis uteri (dinding) dengan lubang ostium externum (luar,

arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan osteum

uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan

18
(nullipara/primigravida) lubang osteum externum bulat kecil, setelah

pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis

melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal–posterior, setinggi spina

ischiadika. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks

yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan

berbagai garam, peptide dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir

serviks dipengaruhi siklus haid.

3) Corpus Uteri

Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada

ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muscular/

miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut

otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium

yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid

akibat pengaruh hormone–hormone ovarium. Posisi corpus intraabdomen

mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica

urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus

bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.

4) Ligamentum penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinal,

ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundi-

bulopelvicum, ligamentum vesicouterina dan ligamentum rectouterina.

19
5) Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterine cabang arteri hypogastrica / iliaca interna,

serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

6) Tuba Fallopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba

kiri dan kanan, panjang 8–14 cm, berfungsi sebagai jalan transfortasi

ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri atas 3 lapisan

: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel

bersilia. Tuba Fallopii terdiri atas pars interstitialis, pars isthmica, pars

ampularis dan pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia

dan ketebalan dinding yang berbeda–beda pada setiap bagiannya.

7) Ovarium

Ovarium adalah organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga

peritoneum, sepasang kiri dan kanan. Dilapisi oleh mesovarium, sebagai

jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri atas korteks dan

medulla. Ovarium berhubungan dengan pars infundibulum tuba Fallopii

melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap“ ovum yang dilepaskan

pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,

ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.

Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri

renalis.

b. Fisiologi Reproduksi Wanita

1) Bagian luar (genitalia eksterna) terdiri atas :

20
a) Vulva terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,

hymen, vestibulum, orifisium urethra externum, dan kelenjar – kelenjar

pada dinding vagina. Labia mayora merupakan daerah yang

berambut, berfungsi sebagai pelindung dan menjaga agar bagian

dalam tetap lembab. Bibir dalam kemaluan (Labia minora) memiliki

jaringan serat sensorik yang luas dan sangat peka karena

mengandung ujung saraf. Pada Clitoris terdapat reseptor androgen,

banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, dan sangat sensitif.

Hymen normal tedapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,

dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, dll. Akibat coitus atau trauma

lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan

dengan robekan.

b) Perineum

Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong

(episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan

(ruptur).

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ruptur perineum ditegakkan dengan pemeriksaan

langsung pada tempat terjadinya perlukaan dimana akan timbul perdarahan

yang bisa bersifat perdarahan arterial (Sarwono, 2011).

6. Penatalaksanaan

a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber

perdarahan.

21
b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan anti septik

c. Jepit dengan ujung klem sumber perdaraan dan ikat dengan benang yang

dapat diserap.

d. Lakukan penjahita luka mulai dari yang paling distal terhadap operator.

e. Khusus ruptur perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum)

dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum,

sebagai berikut:

1) Setelah prosedur aseptik dan anti septik, pasang busi rektum hingga

ujung robekan.

2) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul

submukosa, menggunakan benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/vicryl)

hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan ahit

dengan benang no. 2/0.

3) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan submukosa dengan

benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur.

4) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosal dan

subkutikuler.

5) Berikan antibiotika profilaksis (Ampisilin 2 gr dan metronidazol 1 gr per

oral). Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak

kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda

infeksi yang jelas (Prawirohardjo, 2010).

7. Waktu perawatan perineum

Menurut Rukiyah (2010) Waktu perawatan perineum yaitu :

22
a. Saat mandi

b. Setelah buang air kecil

c. Pada saat buang air besar

8. Dampak perawatan luka perineum yang tidak benar

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan

hal berikut ini :

a. Infeksi: Kondisi perineum yang terkena lokhia dan lembab akan sangat

menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya

infeksi pada perineum.

b. Komplikasi: munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada

saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat

munculnya infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum : Penanganan komplikasi yang lambat dapat

menyebabkan kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post

partum masih lemah (Rukiyah, 2010).

C. Tinjauan Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Biodata yang perlu dikaji adalah biodata ibu dan suami yang terdiri

dari : Nama, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

lamanya menikah, dan alamat sekarang.

a. Data Biologis – fisiologis

Data biologi – fisiologis mencakup tentang riwayat kesehatan ibu pada

saat sekarang dan masa lalu.

23
b. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang ditanyakan adalah tentang adanya penyakit

keturunan baik menular atau tidak. Begitu juga dengan status genogram

keluarga yang terdiri dari 3 generasi., yaitu :

1) Generasi I : Kakek dan nenek

2) Generasi II : Ayah dan ibu

3) Generasi III : Ibu / klien

c. Riwayat Reproduksi

Hal yang ditanyakan pada klien atau keluarga adalah siklus haid, durasi

haid, riwayat haid : kapan pertama haid dan terakhir haid, ini dilakukan

untuk mengetahui kelahiran sesuai bulan atau tidak. Hal yang perlu

ditanyakan adalah riwayat obstetric yang terdiri atas apakah pernah hamil

dan melakukan persalinan pada masa lalu, jumlah anak, keadaan ibu dan

anak, dan bagaimana jenis persalinannya. Hal lain yang perlu ditanyakan

adalah apakah ibu pernah ber – KB , apa jenisnya dan apa ada keluhan

saat menggunakannya.

d. Riwayat Aktivitas sehari – hari (Rukiyah, 2010)

1) Kebutuhan nutrisi

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan.

2) Kebutuhan istirahat

Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa

membuat ibu sulit untuk beristirahat. Ibu baru biasa merasa cemas

24
akan kemampuannya dalam merawat bayinya atau sering merasa

nyeri . Hal ini bisa membuatnya sukar untuk tidur.

3) Personal Hygiene

Klien yang harus istirahat di tempat tidur ( misalnya: karena

hipertensi, pemberian infus, Sectio Cesarea ) harus dimandikan

setiap hari dengan pencucian daerah perineum pada waktu sesudah

selesai membuang hajat. Setelah ibu mampu mandi sendiri, biasanya

daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan botol atau

wadah lain. Penggantian tampon harus sering dilakukan sedikitnya

setelah pencucian perineum dan setiap kali habis ke belakang.

4) Kebutuhan eliminasi

a) Kebutuhan eliminasi BAB :

Buang Air Besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai

tiga hari setelah ibu melahirkan.

b) Kebutuhan eliminasi BAK :

Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas

kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi

menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun

e. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik umum

a) Pemeriksaan fisik terdiri atas penampilan ibu, kesadaran ibu, TB /

BB ibu

25
b) Tanda – tanda vital

Beberapa perubahan tanda – tanda vital bisa terlihat jika wanita

dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik

peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul

dan dapat berlangsung selama sekitar 4 hari setelah wanita

melahirkan

c) Fungsi pernafasan kembali ke fungsinya saat wanita tidak hamil

pada bulan ke – 6 setelah melahirkan. Suhu badan ibu dikaji saat

masuk ke ruang pemulihan dan di ulang 1 jam kemudian.

d) Kulit

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang

saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra

tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Diaforesis ialah

perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.

e) Inspeksi Wajah

Wajah pada umumnha tidak ada edema namun ekspresi wajah

akan cemas dan nyeri akan terlihat.

f) Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi daerah perut:

- Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama hamil (estrogen, progesteron, human

chorionik gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin)

menurun dengan cepat setelah bayi lahir

26
Denyut jantung dan curah jantung meningkat sepanjang masa

hamil.

- Perut

Striae masih tampak. Dalam 2 minggu setelah melahirkan,

dinding abdomen wanita itu akan rileks. Kulit memperoleh

elatisitasnya, tetapi sejum menetap. Nyeri after pain biasa

ditemukan pada multipara karena uterus yang teregang penuh

dua kali lipat jauh lebih kendur daripada uterus primipara dan

harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi

(Rukiyah,2010)

Panggul / vagina/ serviks/ perineum/ anus :

- Serviks :

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam

pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi

lebih padat dan kembali ke bentuk semula

- Topangan otot panggul :

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera

sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di

kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang

terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu

sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus otot semula.

27
- Vagina dan perineum :

Vagina yang teregang akan kembali secara bertahap ke

ukuran sebelum hamil, 6 – 8 minggu setelah bayi lahir. Pada

awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa,

terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi.

- Perineum diperiksa 2 kali sehari dengan penerangan yang

baik. Perawat / bidan melakukan observasi untuk menemukan

eritema, edema, memar, pengeluaran sekret, atau tarikan

pada bekas jahitan di daerah perineum.

- Anus : Hemoroid umumnya terlihat.

g). Inspeksi dan palpasi tungkai bawah

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil

berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Akan tetapi,

walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebelum

hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.

f. Pemeriksaan Laboratorium : Hematokrit dan hemoglobin

Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang

lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma

dan epningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan

hematokrit pada hari ke -3 sampai hari ke -7 pascapartum.

g. Pengobatan : Pemberian antibiotik dan analgetik.

28
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses

kehidupan yang aktual dan potensial. (Marilynn E.Doenges, 2001) Diagnosa

keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma

mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

b. Ketidakpuasan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman menyusui sebelumnya

c. Resiko cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (mis :

hipotensi ortostatik, terjadinya eklampsi), anemia .

d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan

kulit, penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek–efek hormonal ,

(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal , trauma mekanis,

edema jaringan, efek–efek anestesia.

f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan pergantian yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan

(muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin dan hemoragi).

29
g. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan

perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan

penggantian cairan, efek–efek infus oksitosin

h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek–efek

progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia, diare prapersalinan, dan

nyeri perineal/rektal

i. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan

dengan kurangnya dukungan di antara/dengan orang terdekat , kurang

pengetahuan, ketidakefektifan dan atau tidak tersedianya model peran,

harapan yang tidak realistis untuk diri sendiri , bayi dan pasangan serta

adanya stressor .

j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respons hormonal/psikologis

(sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses

persalinan dn kelahiran melelahkan.

k. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) , mengenai perawatan diri dan

perawatan bayi.

30
3. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma

mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan berkurangnya nyeri

Intervensi Rasional

1. Tentukan adanya nyeri, lokasi, 1. Mengidentifikasi kebutuhan –


sifat nyeri. Tinjau ulang persalinan kebutuhan khusus dan intervensi
dan catat kelahiran yang tepat
2. Inspeksi perbaikan perineum dan 2. Dapat menunjukkan perlekatan
episiotomi. Perhatikan edema , berlebihan pada jaringan perineal
nyeri tekan likal, eksudat purulen, dan / atau terjadinya kompikasi
atau kehilangan perlekatan yang memerlukan evaluasi /
jaringan intervensi lanjut.
3. Menghilangkan rasa nyeri,
3. Berikan kompres es pada meningkatkan vasokonstriksi,
perineum, khususnya selama 24 mengurangi edema dan
jam pertama setelah kelahiran vasodilatasi.
4. Membantu untuk mengurangi
4. Inspeksi hemoroid pada perineum hemoroid dan varises vulva
, Anjurkan penggunaan kommpres dengan meningkatkan vasokon-
es selama 20 menit setiap 4 jam striksi lokal.
5. Selama 12 jam pertama pasca
5. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan partum, kontraksi uterus kuat dan
adanya dan frekuensi / intensitas reguler dan ini berlanjut 2 -3 hari
afterpain. Perhatikan faktor – selanjutnya, meskipun frekuensi
faktor yang memperberat. dan intensitasnya berkurang.
Faktor – faktor yang memperberat
afterpain meliputi overdistensi
uterus, pemberian preparat
oksitosin dan ergometrin.
6. Anjurkan klien berbaring 6. Meningkatkan kenyamanan,
tengkurap dengan bantal di bawah meningkatkan rasa kontrol dan
abdomen, dan ia melakukan kembali memfokuskan perhatian.
tehnik visualisasi atau aktivitas
pengalihan 7. Pada 24 jam pasca partum,
7. Inspeksi payudara dan jaringan payudara harus lunak dan tidak
puting, kaji adanya pembesaran perih, dan puting harus bebas dari
dan / atau puting pecah – pecah pecah – pecah atau area
kemerahan.
8. Anjurkan menggunakan bra 8. Mengangkat payudara ke dalam
penyokong dan kedepan, menyebabkan

31
posisi lebih nyaman.
9. Anjurkan klien memulai menyusui 9. Respon mengisap awal kuat dan
pada puting yang tidak nyeri tekan mungkin menimbulkan nyeri
untuk beberapa kali pemberian dengan mulai memberi susu pada
susu secara berurutan, bila hanya payudara yang tidak sakit dan
satui puting yang sakit atau luka kemudian melanjutkan untuk
menggunakan payudara yang
mungkin kurang menimbulkan
nyeri dan dapat meningkatkan
penyembuhan
10. Berikan kompres es pada derah 10. Kompres es menekan laktasi
aksilla bila klien tidak
merencanakan menyusui 11. Ovar distensi kandung kemih
11. Kaji klien terhadap kepenuhan dapat menciptakan perasaan
kandung kemih, implementasikan dorongan dan ketidaknyamanan.
tindakan untuk memudahkan
berkemih.
12. Berikan analgesik sesuai 12. Menghilangkan nyeri.
ketentuan

b. Ketidakpuasan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman menyusui sebelumnya

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang proses

menyususi dan mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui

Intervensi Rasional

1. Kaji pengetahuan dan 1. Membantu dalam


pengalaman klien tentang mengidentifikasi
menyusui sebelunya kebutuhansaat ini dan
2. Tentukan sistem pendukung mengembangkan rencana
yang tersedia pada klien dan keperawatan
skap pasangan / keluarga 2. Mempunyai dukungan yang
cukup meningkatkan
kesempatan untuk
pengalaman menyusui dengan
berhasil. Sikap dan komentar
negatif mempengaruhi upaya
– upaya dan dapat
menyebabkan klien menolak
mencoba untuk menyusui.

32
3. Berikan informasi verbal dan 3. Membantu menjamin suplai
tertulis, mengenai keuntungan susu adekuat, mencegah
menyusui, perawatan puting puting pecah dan luka,
dan payudara, kebutuhan diet memberikan kenyamanan, dan
khusus dan faktor – faktor yang membuat peran ibu menyusui .
memudahkan atau
menganggu keberhasilan
menyususi 4. Posisi yang tepat biasanya
4. Demonstrasikan dan tinjau mencegah luka puting, tanpa
ulang teknik – teknik menyusui. memperhatikan lamanya
Perhatikan posisi bayi selama menyusu
menyusu.
5. Kaji puting klien; anjurkan klien 5. Indentifikasi dan intervensi dini
melihat puting setelah dapat mencegah / membatasi
menyusui terjadinya luka atau pecah
puting, yang dapat merusak
6. Anjurkan klien untuk proses menyusui.
menghindari penggunaan 6. Menambah kegagalan laktasi.
pelindung puting kecuali
secara khusus diindikasikan

c. Resiko cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (mis :

hipotensi ortostatik, terjadinya eklampsi ), anemia

Tujuan : Klien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan

faktor – faktor resiko / melindungi diri

Intervensi Rasional

1. Tinjau ulang kadar hemoglobin 1. Anemia atau kehilangan darah


(Hb ) darah dan kehilangan mempredisposisikan pada
darah pada waktu melahirkan. sinkope klien karena
Catat tanda – tanda anemia ( ketidakadekuatan pengiriman
mis : Kelelahan, pusing dan oksigen ke otak .
pucat )
2. Anjurkan ambulasi dan latihan 2. Meningkatkan sirkulasi dan
dini kecuali pada klien yang aliran darah vena .
mendapatkan anestesi
subaraknoid
3. Biarkan klien duduk dilantai atau 3. Membantu mempertahankan
kursi atau berbaring pada posisi atau meningkatkan sirkulasi dan
datar, bila ia merasa pusing pengiriman oksigen ke otak.

33
4. Berikan kompres hangat ; 4. Merangsang sirkulasi dan
tingkatkan tirah baring dengan menurunkan penumpukan pada
meninggikan tungkai vena ekstremitas bawah ,
menurunkan edema sehingga
cedera dapat dicegah

d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan

kulit, penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

Tujuan : Klien menunjukkn tidak adanya tanda – tanda infeksi yang

ditandai dengan luka yang bebas dari drainase purulent, bebas infeksi,

tidak febris, dan mempunyai aliran lokhia dengan karakter normal.

Intervensi Rasional

1. Kaji catatan prenatal dan 1. Membantu mengidentifikasi


intrapartal , perhatikan frekuensi faktor – faktor resiko yang
pemeriksaan vagina dan dapat menganggu
komplikasi seperti ketuban penyembuhan dini dan atau
pecah dini, persalinan lama, kemunduran pertmbuhan
laserasi, hemoragi dan epitel jaringan endometrium
tertahannya plasenta dan memberi kecenderungan
klien terkena infeksi.
2. Kaji lokasi dan kontraktilitas 2. Kegagalan miometrium untuk
uterus; perhatikan perubahan involusi atau terjadinya nyeri
involusional atau adanya nyeri tekan yang berlebihan
tekan uterus yang berlebihan menandakan tertahannya
jaringan plasenta atau infeksi.
3. Catat jumlah dan bau rabas 3. Lokhia secara normal
lokhial atau perubahan pada mempunyai bau amis , namun
kemajuan normal dari rubra pada endometritus, rabas
menjadi serosa mungkin purulent dan bau
busuk, mungkin gagal untuk
menunjukkan kemajuan
normal dari rubra menjadi
serosa sampai alba.
4. Evaluasi kondisi puting, 4. Terjadinya puting yang pecah
perhatikan adanya pecah – – pecah menimbulkan resiko
pecah, kemerahan atau nyeri mastitis.
tekan
5. Kaji tanda – tanda infeksi saluran 5. Gejala ISK dapat nampak
kemih pada hari ke -2 sampai hari ke

34
-3 pascapartum karena
naiknya infeksi kandung
kemih.
6. Anjurkan perawatan perineal 6. membantu mencegah
setelah berkemih dan defekasi , kontaminasi rektal memasuki
dan anjurkan klien mandi setiap vagina dan uretra dan
hari dan ganti pembalut perineal meningkatkan pemulihan.
sedikitnya setiap 4 jam dengan
tehnik pembersihan dari depan
ke belakang
7. Anjurkan dan gunakan teknik 7. Membantu mencegah atau
mencuci tangan cermat dan menghalani penyebaran
membuang pembalut yang kotor. infeksi.
Diskusikan dengan klien
petingnya dilakukan tindakan ini
juga setelah pulang
8. Kaji status nutrisi klien 8. Nutrisi yang adekuat
mencegah klien rentan
terhadap infeksi.

e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal ,

(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal , trauma mekanis,

edema jaringan, efek – efek anestesia.

Tujuan : Klien dapat berkemih tanpa bantuan dalam 6 – 8 jam setelah

kelahiran dan mengosongkan kandung kemih setiap berkemih

Intervensi Rasional

1. Kaji masukan cairan dan 1. Persalinan yang lama dan


haluaran urine terakhir. Catat penggantian cairan yang tidak
masukan cairan intrapartal dan efektif dapat mengakibatkan
haluaran urin dan lamanya dehidrasi dan menurunkan
persalinan haluaran urine
2. Aliran plasma ginjal yang
2. Palpasi kandung kemih, pantau meningkat selama periode
tinggi fundus uteri dan lokasi, prenatal, tetap tinggi pada
serta jumlah cairan lokhia minggu pertama pasca partum
yang mengakibatkan
pengisian kandung kemih.
Distensi kandung kemih, yang

35
dapat dikji dengan derajat
perubahan posisi uetrus
menyebabkan peningkatan
relaksasi uterus dan aliran
lokhia.
3. Perhatikan adanya edema atau 3. Trauma kandung kemih atau
laserasi / episiotomi uretra, atau edema dapat
menganggu berkemih.
4. Anjurkan klien berkemih dalam 6 4. Variasi intervensi keperawatan
– 8 jam pasca partum dan setiap mungkin perlu untuk
4 jam setelahnya, bila kondisi merangsang atau
memungkinkan , biarkan klien memudahkan berkemih
berjalan ke kamar mandi dan
stimulasi berkemih dengan
mengalirkan air kran, alirkan air
hangat di atas perineum,
gunakan shower air
hangatsesuai indikasi
5. Anjurkan minum 6 – 8 gelas 5. Membantu mencegah
cairan perhari dehidrasi dan mengganti
cairan yang hilang waktu
6. Kaji tanda – tanda ISK ( mis : melahirkan
rasa terbakar pada saat 6. Higiene yang bruk dan
berkemih, peningkatan frekuensi, masuknya bakteri dapat
urine keruh ) memberi kecenderungan klien
7. Kolaborasi untuk pemasangan terkena ISK
kateter 7. Diperlukan untuk mengurangi
distensi kandung kemih.

36
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan pergantian yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan

(muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin dan hemoragi.)

Tujuan : Klien menunjukkan masukan dan haluaran urin yang seimbang

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda – tanda vital dan 1. Menandakan kebutuhan cairan


masukan cairan serta haluaran dan dan adanya dehidrasi dan
urin keadekuatan terapi
2. Rasa haus mungkin merupakan
2. Perhatikan adanya rasa haus cara homeostasis dari
berikan cairan sesuai toleransi penggantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
3. Kandung kemih penuh
3. Evaluasi status kandung kemih, menganggu kontraktilitas uterus
tingkatkan pengosongan dan menyebabkan perubahan
posisi dan relaksasi

g. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan

perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan

penggantian cairan, efek – efek infus oksitosin

Tujuan : Klien dapat menunjukkan Tekanan Darah dan nadi dalam

batas normal

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda – tanda vital dan 1. Menandakan kebutuhan cairan
masukan cairan serta haluaran dan intervensi selanjutnya dan
urin keadekuatan terapi
2. Rasa haus mungkin merupakan
2. Perhatikan adanya rasa haus cara homeostasis dari
berikan cairan sesuai toleransi penggantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
3. Pantau berat badan setiap hari 3. Indikator untuk pemberian
intervensi selanjutnya

37
h. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan

penurunan peristaltik usus.

Intervensi Rasional

1. Kaji penyebab terjadinya konstipasi 1. Mengetahui penyebab akan


mempermudah dalam pemberian
intervensi yang tepat
2. Anjurkan peningkatan tingkat 2 .Membantu meningkatkan peristaltik
aktivitas dan ambulasi sesuai gastriintestinal
toleransi
3. Berikan informasi diet yang tepat 3. Makanan kasar berserat misalnya
tenting pentingnya makanan kasar buah – buahan dan sayuran,
berserat, peningkatan caiaran dan khususnya dengan biji dan kulit dan
upaya untuk membuat pola peningkatan cairan dapat
pengosongan normal. merangsang elimnasi.

i. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan

dengan kurangnya dukungan di antara / dengan orang terdekat , kurang

pengetahuan, ketidakefektifan dan atau tidak tersedianya model peran,

harapan yang tidak realistis untuk diri sendiri , bayi dan pasangan serta

adanya stressor

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang

menjadi orang tua

Intervensi Rasional

1. Kaji kelemahan dan kekuatan , usia, 1. Mengidentifikasi faktor - faktor yang


status pernikahan, ketersediaan mempengaruhi kemampuan klien /
sumber pendukung dan latar pasangan untuk menerima
belakang budaya tantangan peran menjadi orang tua.
2. Perhatikan respon klien / pasangan 2. Kemampuan klien untuk
terhadap kelahiran dan peran beradaptasi secara positif untuk
menjadi orang tua menjadi orang tua mungkin
dipengaruhi oleh reaksi ayah
dengan adekuat
3. Mulai asuhan keperawatan primer 3. Meningkatkan perawatan berpusat
untuk ibu dan bayi pada keluarga, kontinuitas dan
asuhan yang diberikan

38
4. Evaluasi sifat menjadi orang tua 4. Peran menjadi orang tua dipelajari ,
secara emosi dan fisik yang pernah dan individu memakai peran orang
dialami klien / pasangan selama tuanya sendiri menjadi model
masa kanak – kanak peran.
5. Kaji keterampilan komunikasi 5. Hubungan yang kuat dicirikan
interpersonal pasangan dan dengan komunkikasi yang jujur dan
hubungan mereka satu sama lain ketrampilan mendengar dan
interpersonal yang baik membantu
mengembangkan pertumbuhan
6. Tinjau ulang catatan catatan 6. Persalinan lama dan sulit , dapat
intrapartum terhadap lamanya secara menurunkan energi fisik dan
persalinan, adanya komplikasi , dan emosional yang perlu untuk
peran pasangan pada persalinan mempelajari peran menjadi ibu dan
dapat secara negatif mempengaruhi
menyusui.
7. Berikan rawat bersama / ruanf fisik 7. Memudahkan kedekatan ,
dan privasi untuk kontak antara ibu, membantu mengembangkan proses
ayah dan bayi pengenalan.
8. Anjurkan pasangan/ sibling untuk 8. Membantu meningkatkan ikatan
mengunjungi dan menggendong dan mencegah perasaan putus asa
bayi dn berpartisipasi pada aktivitas
perawatan bayi sesuai izin
9. Kaji kesiapan dan motivasi klien 9. Banyak faktor mempengaruhi
untuk belajar belajar individu ( mis : pemahaman
kebutuhan terhadap informasi ,
ansietas, kegirangan setelah
melahirkan. )
10. Berikan kesempatan klien belajar 10. Membantu orang tua belajar
tentang perawatan bayi, pemberian dasar – dasar perawatan bayi,
makanan bayi dan menjadi orang menambah ketrampilanm dan
tua kenyamanan dalam menangani
dan merawat bayi sebelum
pulang

39
j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respons hormonal / psikologis

Tujuan : Klien dapat melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kelelahan dan 1. Memudahkan intervensi


kebutuhan untuk istirahat selanjutnya
2. Kaji faktor – faktor bila ada yang 2. Membantu meningkatkan
mempengaruhi istirahat istirahat, tidur dan relaksasi
3. Berikan lingkungan yang tenang 3. Membantu meningkatkan
istirahat, tidur dan relaksasi
4. Berikan informasi tentang 4. Untuk membantu memenuhi
kebutuhan untuk tidur ./ istirahat kebutuhan tubuh serta mengatasi
setelah kembali ke rumah kelelahan yang berlebihan
5. Berikan informasi tentang efek – 5. Kelelahan dapat mempengaruhi
efek kelelahan dan ansietas pada penilaian psikologis , suplai ASI
suplai ASI dan penurunan refleks secara
psikologis
6. Kaji lingkungan rumah, bantuan di 6. Multipara dengan anak di rumah
rumah dan adanya sibling dan memerlukan tidur lebih banyak di
anggota keluarga lain rumah sakit untuk mengatasi
kekurangan tidur dan memenuhi
kebutuhannya dan kebutuhan
keluarganya.

40
k. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) , mengenai perawatan diri dan

perawatan bayi.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis,

kebutuhan individu, hasil yang diharapkan

Intervensi Rasional

1. Kaji kesiapan klien dan motivasi 1. Kesiapan secara emosional dan


untuk belajar, bantu klien / secara fisik untuk belajar
pasangan dalam mengidentifikasi informasi baru sehingga
kebutuhan – kebutuhan memudahkan pelaksanaan peran
barunya
2. Berikan informasi pada klien tentang 2. Memberikan pengetahun kepada
perawatan diri, termasuk perawatan klien dan secar umum
perineal dan higiene, perubahan meningkatkan perasaan
fisiologis, termasuk kemajuan sejahtera, membantu mencegah
normal dari rabas lokhia, kebutuhan infeksi, mempercepat pemulihan
tidur dan istirahat, perubahan peran dan penyembuhan dan berperan
dan perubahan emosional. Biarkan pada adaptasi yang positif dari
klien mendemonstrasikan materi perubahan fisik dan emosional.
yang dipelajari, bila diperlukan

4. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan dalam proses

keperawatan dan sangat menuntut kemampuan intelektual, ketrampilan dan

tehnik keperawatan.

Pelaksanaan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan

yang didasari kebutuhan klien untuk mengurangi atau mencegah masalah

serta merupakan pengelolaan atau perwujudan rencana keperawatan pada

seorang klien. Ada 2 syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan

perawatan yaitu: adanya bukti bahwa klien dalam proses menuju perawatan

atau telah tercapai tujuan yang diinginkan dan adaya bukti bahwa tindakan

keperawatan dapat di terima klien.

41
Adapun prioritas keperawatan untuk klien setelah pascapartum adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga

b. Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum

c. Mencegah/meminimalkan komplikasi pascaoperasi

d. Meningkatkan respons emosional positif pada pengalaman kelahiran dan

peran orang tua

e. Memberikan informasi mengenai kebutuhan pascapartum

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian keberhasilan rencana keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan klien dan dapat dilihat 4 kemungkinan yang

menentukan tindakan perawatan selanjutnya antara lain :

a. Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum

b. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan / teratasi atau belum

c. Apakah masalah sebagian terpecahkan / tidak dapat dipecahkan

d. Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang

Komponen evaluasi adalah :

a. Menginformasikan kondisi klien dan tujuan yang telah dicapai

b. Menyediakan informasi untuk memastikan tindakan selanjutnya

c. Memungkinkan revisi rencana.

Pada klien setelah pascapartum yang ingin dicapai adalah :

a. Dimulainya ikatan keluarga

b. Berkurangnya nyeri/ketidaknyamanan

42
c. Terpenuhinya kebutuhan fisik/psikologis

d. Komplikasi tercegah/teratasi

e. Diekspresikannya kebanggan diri positif berkenaan dengan kelahiran dan

peran menjadi orang tua

f. Dipahaminya kebutuhan pascapartum (Doenges, 2001).

43
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

a. Biodata

1). Identitas Klien :

Nama : Ny. “F”

Umur : 26 tahun

J.Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Bugis /Indonesia

Status Perkawinan : Nikah

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Mappaodang Makassar

Tanggal Masuk RS : 03 Agustus 2014

Tanggal pengkajian : 04 Agustus 2014

No. Register : 475296

Diagnosa Medik : Tumor Adneksa

2). Identitas Suami :

44
Nama : Tn.”H”

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 30 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku / Bangsa : Bugis/Indonesia

Status Perkawinan : Nikah

Pernikahan ke : ke - 1

Alamat : Mappaoudang,Makassar

b. Data Biologis / Fisiologis

1) Keluhan Utama : Nyeri Abdomen bagian bawah

2) Riwayat Keluhan Utama :

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 03 Agustus 2014

keluhan nyeri perut bagian bawah dan keluar darah, nyeri

dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul,

karena adanya riwayat abortus kuret ± 2 minggu yang lalu

sebelum dibawah kerumah sakit nyeri dirasakan : nyeri sedang

dengan skala (4-6) yang diperberat saat beraktivitas dan meringan

saat istirahat.

c. Pola Reproduksi :

1) Menarche : 15 Tahun

2) Siklus : 28 - 30 hari

3) Lamanya : 5-7 hari

45
4) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut

5) Sifat darah : Encer

6) Baunya : Amis

7) Warnanya : Merah

8) Disminorhea : ada pada hari pertama haid


9) Menopause : -

d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan serta Nifas

Kehamilan persalinan Nifas

Lama
Anak umu Jenis BB Keadaa
tahun penolong PB meny
ke r persalinan bayi n ibu
ususi
6
1 2006 8 thn Spontan bidan 2.500 baik -
bulan

e. Riwayat obstetri

1) Gravida : 1, Partus : 1, Abortus : 1

2) HPHT : 24 - 06 - 2013

3) TP : 20

4) Gestasi : 8 minggu 1 hari

5) LILA : 28 cm

6) LP : 78 cm

7) Ibu klien mengatakan ini hamil yang kedua, dan umur kehamilan

2 bulan kemudian mengalami abortus profokatus

f. Riwayat Pembedahan:

46
Klien tidak pernah menjalani pembedahan sebelumnya.

g. Riwayat Penyakit Yang Pernah Dialami:

Klien mengatakan penyakit yang sering dialami “ gastritis”

h. Riwayat Keluarga

1) Genogram

Gambar 3

GI

47
G II ?
? ? ?

? ?

G III
? ? ?

26 30
2

G IV 8

Keterangan:
= laki-laki

= perempuan

= meninggal dunia

.......... = tinggal serumah


26 = klien

= garis keturunan

= garis perkawinan

Penjelasan gambar:

GI : Kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu meninggal karena

faktor usia lanjut

48
G II : Ayah klien masih hidup anak terakhir dan 4 bersaudara,

Ibu klien masih sehat anak ke 2 dari 3 bersaudara

G III : Klien adalah anak kedua dari 4 bersaudara, dan saat ini

dirawat di RSUP Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Makassar

dengan diagnose Tumor Adneksa.

G IV : Anak klien 1 orang berusia 8 tahun

h. Riwayat Sosial :

Klien telah menopause ( klien tidak menggunakan kontrasepsi).

g. Pola Kegiatan Sehari – hari :

No Kegiatan Sebelum Sakit Setelah Sakit

1 Nutrisi

- Menu Nasi, ikan,dan sayur Nasi, sup, ikan

- Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari

- Porsi Dihabiskan Porsi makan dihabiskan

- Pantangan Tidak ada Tidak ada

- Keluhan : Tidak ada Tidak ada

2 Cairan

- Jenis Air mineral ,Teh, susu Air mineral, susu

- Frekuensi Tidak menentu Tiap kali haus

- Jumlah 600 cc (3 gelas) + 2000 – 2500 cc,Terpasang

- Kebutuhan + 2000 – 2500 cc infuse RL 28 tts/i

3 Eliminasi

49
- BAB :

- Warna Kuning Kuning dan encer

- Frekuensi 1-2 x sehari 1 x sehari

- BAK : Di WC Di wc

- Warna Kuning Kuning

- Frekuensi 3-5 kali sehari 2-3 kali sehari

4 Personal

Hygiene

- Mandi 2 kali sehari 2x sehari

- Sikat Gigi 2 kali sehari 2 kali sehari

- Keramas 2 kali seminggu 1 kali seminggu

5 Istirahat/Tidur

- Tidur Siang Pk.13.00 s/d 15.00 Pk.13.00 s/d 15.00 wita


wita
- Tidur Pk. 21.00 s/d 06.00 Pk. 21.00 s/d 06.00

Malam

4 Aktivitas Dilakukan dengan - Dilakukan dengan mandiri


mandiri

h. Pemeriksaan Fisik :

1) Keadaan Umum : Lemah

2) Kesadaran : Compos mentis (GCS : 15)

3) Tanda – Tanda Vital :

TD : 100/60 mmHg
N :80 x/i

50
S :38,5°c
P : 20 x/i
4) Sistem Pernapasan

a. Hidung : Lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak ada sekret,

tidak nampak pernafasan cuping hidung

b. Leher : Tidak ada benjolan di leher,tidak ada tumor, tidak ada

pembesaran kelenjar

c. Dada : Simetris kiri dan kanan, bentuk dada normalchest, Frekwensi

Pernapasan 20x/menit

1. Sistem Kardiovaskuler

a. Tidak ada pembesaran jantung

b. Ukuran jantung normal

c. Bunyi jantung normal :

Bunyi jantung terdengar jelas dan murni. BJ I “ Lup” pada ICS 4 dan 5

Midclavicula kiri, BJ II : “Dup” pada ICS 2 Midclavicula kanan dan Bunyi

jantung tambahan : Tidak ada

2. Sistem Pencernaan

a. Mulut : Bibir lembab, Mulut / tenggorokan nampak bersih, Membran

mukosa lembab, Lidah tampak bersih, Tidak ada gangguan

menelan, Tidak ada stomatitis, Gigi belum ada yang berlobang

b. Abdomen: Tidak ada nyeri tekan pada gaster dan ulu hati, Tidak teraba

adanya pembesaran hepar, Pada abdomen tidak tampak

membesar, adanya nyeri tekan pada abdomen bagian bawah,

51
rasa sakit dan perasaan rahim berkontraksi sering dikeluhkan,

klien tampak meringis, skala nyeri sedang (4-6), Klien

mengeluh panas (hangat).

c. Anus : Anus tidak lecet, tidak terdapat haemaroid

3. Sistem Indra

a. Mata : Simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda radang, merata, alis

tipis, konjunctiva merah muda, sclera tidak ikterus, Tidak ada

nyeri tekan, tidak ada peningkatan TIO ( Tekanan Intra Okuler).

b. Hidung : Fungsi penciuman baik, tidak ada secret dan perdarahan, lubang

hidung simetris antara kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan

c. Mulut : Membran mukosa lembab, lidah nampak bersih, tidak terdapat

caries, tidak ada perdarahan

d. Kulit : Warna sawo matang, nampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada

perdarahan, Tidak ada nyeri tekan , tidak ada edema, turgor

kulit elastis

e. Telinga : Simetris kiri dan kanan, kanal auditorius bersih, tidak ada

serumen, fungsi pendengaran baik, Penggunaan alat bantu :

Tidak ada, Tidak ada nyeri tekan.

4. Sistem Persarafan

a. Fungsi Neuro/serebral

1) Kesadaran komposmentis, E = 4 , M = 6 , V = 5 (GCS=15)

2) Orientasi waktu , tempat dan orang baik

3) Daya ingat baik

52
4) Klien bicara pelan

b. Fungsi Cranial

1) Nervus (olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau, misalnya minyak

kayu putih dan bawang putih

2) Nervus II (Opticus): Penglihatan baik, Reaksi pupil positif

3) Nervus III (Okulomotoris) ,nervus IV (Trochlearis),

nervus V (Trigeminus) : Bola mata bisa digerakkan ke arah lateral dan

segala arah, klien mampu merasakan

adanya sentuhan dan berkedip spontan bila

ada rangsangan

4) Nervus VI (Abducens) : Klien dapat merasakan sensasi usapan pada

wajah

5) Nervus VII (facialist) : Pergerakan wajah simetris, dapat mengerutkan

wajah dengan baik

6) Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Pendengaran baik

7) Nervus IX (Glossofaringeus):

Klien dapat merasakan rasa manis pada 1/3

posterior lidah

8) Nervus X (Vagus) : Kemampuan menelan baik

9) Nervus XI (Accesorius) :

Bisa menggerakkan kepala dan bahu, klien

dapat mengangkat bahu secara seimbang

10) Nervus XII (Hypoglossus):

53
Dapat menjulurkan lidahnya, klien dapat

menggerakkan lidah ke atas, ke bawah, ke

kiri dan ke kanan.

c. Fungsi Motorik

1) Motorik : Baik, Skor 4 ( Klien dapat melakukan gerakan dengan

leluasa, klien dapat mengangkat tangannya)

2) Perawatan diri seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan ke

kamar mandi dibantu oleh keluarga dan perawat

3) Klien mengeluh badannya terasa lemas dan tidak bisa beraktivitas

4) Klien tampak lemah dan terbaring di tempat tidur

d. Fungsi Sensoris

1) Mata : Kedua mata simetris antara mata kiri dan kanan, tidak

ada edema, sklera tidak ikterus, visus baik , refleks pupil

baik

2) Telinga : Simetris antara kiri dan kanan, pendengaran klien baik,

tidak ada nyeri tekan pada telinga

3) Hidung : Fungsi penciuman baik, tidak terjadi epistaksis, tidak ada

sekret, lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak

nampak pernafasan cuping hidung

4) Tenggorokan : Tidak ada nyeri tekan pada tenggorokan

5) Sentuhan : Klien merasakan ada sentuhan bila disentuh tanpa

adanya rasa nyeri

6) Alat bantu : Klien tidak menggunakan alat bantu

54
e. Fungsi Refleksi

1) Refleks fisiologi : Refleks tendon (refleks regang otot) +, refleks

biceps, refleks triceps dan refleks brachioradialis

(refleks lengan ) baik

2) Refleks patologis : Refleks babinsky (-)

f. Iritasi Meningen : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada kejang

5. Sistem Muskuloskeletal

a. Bentuk kepala normal (Normochepal)

b. Vertebra simetris kiri dan kanan

c. Ekstremitas atas dan bawah simetris kiri dan kanan, tidak ada udema

d. Tidak ada fraktur pada ekstremitas atas dan bawah

e. Mampu melakukan pergerakan dibantu oleh keluarga, Klien mengatakan

semua kebutuhannya dibantu dan dipenuhi di tempat tidur

f. dengan kekuatan otot :

4 4

4 4

6. Sistem Perkemihan

Klien mengatakan susah BAK, klien mengatakan terasa penuh pada

kandung kemih, klien mengatakan nyeri saat berkemih (retensi urine

disuria)

7. Sistem Integumen

a. Rambut : Warna rambut hitam , lurus dan tidak mudah tercabut

b. Kulit : Warna sawo matang, cukup bersih , turgor kulit elastis

55
c. Kuku : Warna merah muda tidak anemis dan kuku pendek

8. Fungsi Imun

a. Klien demam S : 38,5 0C

b. Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan, udara dan debu

9. Sistem endokrin

a. Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena

jugularis

b. Keringat berlebihan : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

10. Sistem Reproduksi

a. Genitalia : tidak ada perdarahan

b. Payudara : Simetris kiri dan kanan, areola mammae hitam, puting

susu menonjol keluar baik payudara kiri maupun kanan

dan nampak bersih, Konsistensi buah dada lembek dan

lunak, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

12). Sistem Sirkulasi :

- Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah

- Nyeri yang dirasakan dengan skala nyeri 4 - 6 ( sedang )

- Tekanan Darah : 100 / 60 mm Hg

i. Data Psikologi :

- Orang yang dekat dengan klien adalah suami

- Hubungan dengan keluarga harmonis

56
- Harapan setelah menjalani perawatan : Klien ingin cepat sembuh dan bisa

kembali berkumpul dengan keluarga. Klien selalu bertanya tentang

penyakitnya, klien tampak cemas

j. Data Spiritual:

Klien yakin dan percaya bahwa Tuhan akan selalu memberi yang terbaik

dan klien selalu rajin berdoa untuk kesembuhannya.

k. Pengobatan :

1) Infus RL 28 tts/i
2) Cefotaksim 1 gram / 12 jam
3) Ketorolac 1 amp /12 jam
4) Ranitidin 1 amp /12 jam
5) Mentronidazol 3 x 1 tablet
6) Rencana operasi

57
l. Data tambahan :

Pemeriksaan Laboratorium :

Pemeriksaan Hasil Normal

WBC flags 62 + (10 ‫ﬢ‬3/uL) 4,0 – 10,0

RBC 3,88– (10 ‫ﬢ‬6/uL) 4,00 – 6.00

HGB 9,1 – ( 9/Dl ) 12,0 – 16,0

HCT 28,2 – (%) 37,0 – 48,0

MCV 73 (fl) 80-97

MCV 26,3 ( pq) 26,5 – 33,5

MCH 23,4 (a/dl) 31,5 -35,0

McHc 32,2 + (10 ‫ﬢ‬3/uL) 150 – 400

PLT 51,2 + (fl) 37,0 – 54,0

RDW-SD 23,0 +(%) 10,0 – 15,0

RDW-CV 7,5 – (fl) 37,0 – 54,0

PDW 7,6 – (fl) 6,5 – 11,0

MPV 8,5 - (%) 13,10 – 43,0

P-LCR 0,69 +(%) 0,150 – 0,500

58
DATA FOKUS

( CP. I A )

Data Subyektif Data Obyektif

- Klien mengatakan nyeri pada perut - Wajah klien tampak meringis, skala

(abdomen bagian bawah tembus nyeri sedang ( 4 - 6 )

kebelakang). - Klien nampak susah BAK (Disuria)

- Klien mengeluh panas (hangat). - Klien tampak lemah

- Klien mengatakan susah BAK - Tanda – Tanda Vital :

- Klien mengatakan terasa penuh TD : 100 / 60 mmHg

pada kandung kemih N : 80 x / mnt

- Klien selalu menanyakan keadaan S : 38,5 0C

dirinya P : 20 x / mnt

- Klien merasa cemas - Klien nampak cemas

- Klien selalu bertanya tentang

penyakitnya

ANALISA DATA

59
( CP. I B )

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Tumor Adneksa Nyeri


- Klien mengatakan nyeri
Gangguan sirkulasi
pada perut (abdomen
darah, inflamasi,
nekrosis
bagian bawah tembus
Kerusakan jaringan
kebelakang).
sekitar
- Klien mengeluh panas
Melepaskan mediator
(hangat).
kimia (Bradikinin,
histamin, prostaglandin)
- Klien mengatakan susah

BAK
Merangsang
Nociceptor
- Klien mengatakan terasa
Hypothalamus
penuh pada kandung

kemih
Corteks serebri

DO:
Nyeri dipersepsikan
- Wajah klien tampak

meringis, skala nyeri Nyeri

sedang (4 - 6 )

- Klien tampak meringis

- Tanda – Tanda Vital :

TD : 100 / 60 mmHg

N : 80 x / mnt

S : 38,5 0C

60
P : 20 x / mnt

2. DS: Gangguan sirkulasi Hipertermia


darah proses
- klien mengatakan panas
peradangan, nekrosis
(hipertermi)
DO: Melepaskan mediator
kimia (Bradikinin,
- klien teraba hangat suhu
histamin, prostaglandin)
38,5 °c
Stimulasi khemoreseptor
hipothalamus

Respon termo regulator

demam

Tumor Adneksa
3. DS: Kecemasan
Perubahan status
- Klien selalu menanyakan
kesehatan
keadaan dirinya
Kurang Pengetahuan
- Klien merasa cemas
Koping individu tidak
DO : efektif

- Klien nampak cemas Krisis Situasi

Kecemasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

( CP . 2 )

No Diagnosa keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal

61
Teratasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri 04 Agustus 2014 Belum teratasi

berhubungan dengan proses

penyakit

2. Hipertermi berhubungan dengan 04 Agustus 2014 06 Agustus

proses inflamasi 2014

3. Kecemasan berhubungan dengan 04 Agustus 2014

kurangnya informasi tentang 06 Agustus

penyakit 2014

RENCANA KEPERAWATAN

( CP. 3 )

62
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyeri Nyeri 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
berhubungan dengan hilang atau nyeri tingkat nyeri
proses penyakit: berkurang dirasakan
Ds: ditandai klien
- Klien mengatakan dengan 2. Observasi 2. Mengetahui
nyeri pada abdomen kriteria TTV keadaan
bagian bawah hasil: umum klien
tembus kebelakang a. Klien dan
DO: rileks perkembang
- Klien nampak b. Wajah an kondisi
meringis tidak 3. Berikan 3. Memberikan
- Skala nyeri sedang 6 meringis posisi rasa
(5-7) lagi nyaman nyaman
- TTV 4. Ajarkan pada klien
TD : 100/60 mmHg tehnik 4. Agar klien
N : 80 x/i relaksasi dapat
S : 38,5°c dan distraksi mempraktek
P : 20x/i kan pada
saat
merasakan
5. Kolaborasi nyeri
pemberian 5. Mengurangi
non analgetik nyreri yang
dirasakan
2. DS: Suhu tubuh 1. Kaji klien
- klien mengatakan dalam peningkatan 1. Mengetahui
panas (hipertermi) batas suhu tubuh adanya
DO: normal klien peningkatan
- klien teraba hangat ditandai suhu tubuh

63
suhu 38,5 °c dengan 2. Observasi klien
kriteria TTV 2. Mengetahui
hasil keadaan
-s : 37°c 3. Berikan umum klien
-klien tidak kompres air 3. Pemindahan
merasakan hangat suhu tubuh
panas lagi melalui
4. Kolaborasi evaporasi
pemberian 4. Membantu
terapi mempercepa
antipiretik t proses
penurunan
suhu tubuh
3. DS: 1. Kaji tingkat
- klien sering bertanya Cemas kecemasan 1. Mengetahui
tentang penyakitnya berkurang klien tingkat
ditandai 2. Jalin kecemasan
DO: dengan hubungan klien
- klien nampak cemas kriteria hasil saling 2. Agar klien
klien nampak susah -klien tidak percaya mengekspre
berkonsentrasi bertanya- kepada klien sikan
tanya lagi 3. Berikan perasaannya
tentang kesempatan 3. Agar klien
penyakitnya kepada klien merasa
-klien untuk legah dan
nampak mengekspre tidak cemas
santai sikan lagi
perasaannya
/
menceritaka
n masalah

64
yang dialami
4. Berikan HE 4. Klien
mengerti
tentang
penyakitnya

CP.IV

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi Hari ke-1


NO HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI

65
1. 04-08-2014 09.00 1. Mengkaji tingkat nyeri
Hasil : nyeri sedang skala (4-6)
09.10 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/i
P : 20 x/i
S : 38,5 °c
09.30 3. Memberikan posisi yang nyaman
Hasil : posisi terlentang
10.00 4. Mengajarkan tekhnik relaksasi dan
distraksi
Hasil : relaksasi nafas dalam , distraksi
bebincang-bincang
12.00 5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Hasil : ketorolac 1 amp/12jam
2. 04-08-2014 12.15 1. Mengkaji peningkatan suhu tubuh klien
Hasil : s: 38,5 °c
12.20 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/i
P : 20x/i
S 38,5 °c
12.30 3. Memberikan kompres air hangat
Hasil : klien dikompres air hangar
12.35 4. Penatalaksanaan pemberian antipiretik
Hasil : Paracetamol 3 x1 /hari
3. 04-08-2014 12.45 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : kecemasan sedang
13.00 2. Menjalin hubungan saling percaya pada

66
klien
Hasil : klien menceritakannya maslahnya
13.25 3. Memberikan kesempatan untuk
menceritakan masalah yang dialami
Hasil : klien tidak tegang lagi
13.30 4. Memberikan HE
Hasil : klien mengerti tentang penyakit

CP.IV
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Impelemtasi hari ke-2


NO HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI
1. 05-08-2014 08.30 1. Mengkaji tingkat nyeri
Hasil : nyeri sedang skala (4-6)
08.10 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/i
P : 20 x/i

67
S : 38,5 °c
09.00 3. Memberikan posisi yang nyaman
Hasil : posisi terlentang
10.00 4. Mengajarkan tekhnik relaskasi dan
distraksi
Hasil : relaksasi nafas dalam , distraksi
bebincang-bincang
12.00 5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Hasil : ketorolac 1 amp/12jam
2. 05-08-2014 12.15 1. Mengkaji peningkatan suhu tubuh klien
Hasil : s: 38,5 °c
12.20 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/i
P : 20x/i
S 38,5 °c
12.30 3. Memberikan kompres air hangat
Hasil : klien dikompres air hangar
12.35 4. Penatalaksanaan pemberian antipiretik
Hasil : pct 3 x1 /hari

3. 05-08-2014 12.45 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien


Hasil : kecemasan sedang
13.00 2. Menjalin hubungan saling percaya pada
klien
Hasil : klien menceritakannya masalahnya
13.25 3. Memberikan kesempatan untuk
menceritakan masalah yang dialami
Hasil : klien tidak tegang lagi
13.30 4. Memberikan HE

68
Hasil : klien mengerti tentang penyakit

CP.IV
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi hari ke-3


NO HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI

69
1. 06-08-2014 09.00 1. mengkaji tingkat nyeri
Hasil : nyeri sedang skala (4-6)
09.20 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/i
P : 20 x/i
S : 38,5 °c
09.30 3. Memberikan posisi yang nyaman
Hasil : posisi terlentang
11.00 4. Mengajarkan tekhnik relaskasi dan
distraksi
Hasil : relaksasi nafas dalam , distraksi
bebincang-bincang
12.00 5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Hasil : ketorolac 1 amp/12jam
2. O6-08-2014 12.15 1. Mengkaji peningkatan suhu tubuh klien
Hasil : s: 38,5 °c
12.20 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/i
P : 20x/i
S 38,5 °c
12.30 3. Memberikan kompres air hangat
Hasil : klien dikompres air hangar
12.35 4. Penatalaksanaan pemberian antipiretik
Hasil : pct 3 x1 /hari
12.45 Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : kecemasan sedang
13.00 5. Menjalin hubungan saling percaya

70
pada klien
Hasil : klien menceritakannya maslahnya
13.25 6. Memberikan kesempatan untuk
menceritakan masalah yang dialami
Hasil : klien tidak tegang lagi
13.30 7. Memberikan HE
Hasil : klien mengerti tentang penyakit

CP.V
EVALUASI KEPERAWATAN

Cat.perkembangan hari ke-1


NDX HARI/TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN
1. 04-08-2014 13.00 S : klien mengatakan masih nyeri pada
abdomen bagian bawah tembus
kebelakang
O : klien masih nampak meringis

71
A : masih belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5
1. Kaji tingkat nyeri
2. Observasi TTV
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Ajarkan tahnik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik
2. 04-08-2014 13.30
S : klien mengatakan tidak merasa demam
lagi
O : Klien masih teraba hangat lagi, S: 38,5
°c
A : Masalah belum teratasi
3. 04-08-2014 14.00 P : Pertahankan intervensi

S : klien mengatakan masih cemas


O : klien nampak cemas
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi

CP.V
EVALUASI KEPERAWATAN

Cat.perkembangan hari ke-2


NDX HARI/TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN
1. 05/08/2014 13.00 S : klien mengatakan masih nyeri pada
abdomen bagian bawah tembus
kebelakang
O : klien masih nampak meringis
A : masih belum teratasi

72
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5
1. Kaji tingkat nyeri
2. Observasi TTV
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Ajarkan tahnik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik
2. 05/08/2014 13.10
S : klien mengatakan masih demam
O : Klien masih teraba hangat, S: 37,5 °c
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
3.
05/08/2014 13.30
S : klien masih cemas
O : klien nampak masih cemas
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi

CP.V
EVALUASI KEPERAWATAN

Cat.perkembangan hari ke-3


NDX HARI/TANGGAL JAM CATATAN PERKMBANGAN
1 06/08/2014 13.00 S : klien mengatakan masih nyeri pada
abdomen bagian bawah tembus
kebelakang
O : klien masih nampak meringis
A : masih belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5
1. Kaji tingkat nyeri

73
2. Observasi TTV
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Ajarkan tahnik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik
2. 06/08/2014 13.30
S : Klien mengatakan tidak merasa demam
lagi
O : tidak teraba hangat lagi, S: 37,8 °c
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
3. 06/08/2014 13.45
S : klien tidak cemas lagi
O : klien nampak tidak tegang
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

74
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang

didapatkan penulis pada klien Ny.”F” dengan : Gangguan Sistem Reproduksi

Tumor Adneksa di Ruang Perawatan Ginekology Lontara IV Bawah Depan

RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar tanggal 02 September 2011 sampai

dengan 04 September 2011, dengan melalui pendekatan proses keperawatan

yang dilakukan meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

Tabel 4.1
Kesenjangan Antara Teori Dan Kasus

NO KOMPONEN TEORI KASUS KESENJANGAN


1 Pengkajian Pada teori tanda Pada kasus
dan gejala tumor tanda dan
adneksa meliputi : gejala yang
didapatkan
yaitu :

1. Nyeri dada 1. Klien Tidak ada


pada mengatakan kesenjangan
pergerakan nyeri pada
kerja daerah
abdomen
bagian
bawah
2. Pusing, 2. Klien Tidak ada
sinkope, nyeri, mengatakan kesenjangan
atau derajat nyeri pada
bervariasi , perut
mis; (abdomen
ketidaknyama bagian
nan ringan bawah
sampai nyeri tembus
berat kebelakang

75
(dihubungkan
dengan Wajah klien
proses tampak
penyakit). meringis,
skala nyeri
sedang (4-6
)

Tidak ada
3. Perubahan 3. Klien kesenjangan
eliminasi mengatakan
urinarius susah BAK,
misalnya: Klien
nyeri atau mengatakan
rasa terbakar terasa
pada saat penuh
berkemih, pada
hematuria, kandung
sering kemih
berkemih.
Terjadi
4. Klien selalu kesenjangan
4. Menyangkal, menanyaka Pada kasus klien
menarik diri, n keadaan menerima
dan marah dirinya, keadaan dirinya
Klien dan tidak
merasa menyangkal
cemas, penyakitnya,
Klien selalu kurangnya
bertanya sumber informasi
tentang membuat klien
penyakitnya mengalami
cemas dan
selalu bertanya
tentang
penyakitnya.

5. Klien Tidak ada


5. Demam mengeluh kesenjangan
panas
(hangat).

Klien teraba
hangat,

76
Suhu badan
38,50C

6. Klien Tidak ada


6. Klien akan tampak kesenjangan
mengalami lemah
kelemahan
dan keletihan
7. Tidak Terjadi
7. Perubahan ditemukan kesenjangan
pada pola di kasus Beberapa data
istirahat dan pada teori yang
jam kebiasaan tidak ditemukan
tidur pada di kasus yaitu :
malam hari; 1. Perubahan
adanya factor pada pola
– factor yang istirahat dan
memengaruhi jam kebiasaan
tidur mis: tidur pada
Nyeri, malam hari;
ansietas, adanya factor
berkeringat – factor yang
malam. 8. Tidak memengaruhi
8. Keterbatasan ditemukan tidur mis:
partisipasi di kasus Nyeri,
dalam hobbi ansietas,
dan latihan. 9. Tidak berkeringat
9. Pekerjaan ditemukan malam.
atau profesi di kasus 2. Keterbatasa
dengan n partisipasi
pemajanan dalam hobbi
karsinogen dan latihan.
lingkungan, 3. Pekerjaan
tingkat stress atau profesi
tinggi. dengan
10. Tidak pemajanan
ditemukan karsinogen
10. Anoreksia, di kasus lingkungan,
mual/muntah, tingkat
dan intoleransi stress tinggi
makanan. 11. Tidak 4. Nyeri dada
ditemukan pada
11. Perubahan di kasus pergerakan
pada tekanan kerja
darah 5. Perubahan
12. Tidak pada

77
ditemukan tekanan
12. Perubahan di kasus darah
pola defekasi 6. Menyangkal,
misalnya: menarik diri,
darah pada dan marah.
feces, nyeri 7. Perubahan
pada defekasi. 13. Tidak pola
ditemukan defekasi
13. Perubahan di kasus misalnya:
pada bising darah pada
usus, distensi feces, nyeri
abdomen. 14. Tidak pada
ditemukan defekasi.
14. Kebiasaan di kasus 8. Perubahan
diet buruk pada bising
(misalnya usus,
rendah serat, distensi
tinggi lemak, abdomen.
adiktif bahan 15. Tidak 9. Kebiasaan
pengawet) ditemukan diet buruk
15. Perubahan di kasus (misalnya
pada berat rendah
badan: serat, tinggi
penurunan lemak,
berat badan adiktif bahan
hebat, pengawet)
berkurangnya 16. Tidak 10. Perubahan
massa otot. ditemukan pada berat
16. Perubahan di kasus badan:
pada penurunan
kelembaban / berat badan
turgor kulit; 17. Tidak hebat,
edema. ditemukan berkurang-
17. Klien memiliki di kasus nya massa
kebiasaan otot.
merokok 18. Tidak 11. Perubahan
(tembakau, ditemukan pada
marijuana, di kasus kelembaban
hidup dengan / turgor kulit;
seorang edema.
perokok). 12. Pusing,
sinkope,
19. Tidak nyeri, atau
18. Ruam kulit, ditemukan derajat
ulserasi. di kasus bervariasi ,
mis;

78
20. Tidak ketidaknya-
19. Masalah ditemukan manan
seksual mis: di kasus ringan
dampak pada sampai nyeri
hubungan, berat
perubahan (dihubung-
pada tingkat kan dengan
kepuasan, proses
nuligravida penyakit).
lebih besar 13. Klien
dari usia 30 memiliki
tahun. kebiasaan
Multigravida, merokok
pasangan (tembakau,
seks multiple, marijuana,
aktivitas hidup
seksual dini, dengan
herpes genital seorang
21. Tidak perokok).
20. Ketidakadeku ditemukan 14. Ruam kulit,
atan/ di kasus ulserasi.
kelemahan 15. Masalah
system seksual mis:
pendukung dampak
riwayat pada
perkawinan hubungan,
(berkenaan perubahan
dengan pada tingkat
kepuasan di kepuasan,
rumah, nuligravida
dukungan dan lebih besar
bantuan) dari usia 30
masalah tahun.
tentang fungsi/ Multigravida,
tanggung pasangan
jawab pasien. seks
22. Tidak multiple,
21. Terdapat ditemukan aktivitas
riwayat kanker di kasus seksual dini,
pada keluarga herpes
mis; ibu atau genital.
bibi dengan 16. Ketidak-
kanker adekuatan/
payudara / kelemahan
ovarium. system
pendukung

79
riwayat
perkawinan
(berkenaan
b. dengan
kepuasan di
rumah,
dukungan
dan
bantuan)
masalah
tentang
fungsi/
tanggung
jawab
pasien.
17. Terdapat
riwayat
kanker pada
keluarga
mis; ibu atau
bibi dengan
kanker
payudara /
ovarium.
Data tersebut
tidak ditemukan
di kasus karena
setiap individu
berbeda-beda
dalam berespons
terhadap
penyakitnya dan
juga beberapa
data pada teori
mencatat respon
klien setelah
menjalani
pembedahan
dan pengobatan
kanker misalnya
dengan
kemoterapi dan
radiasi,
sedangkan klien
Ny.”F” belum
menjalani hal

80
tersebut.

81
2 Diagnosis 1. Ketakutan/ 1. Kecemasan Tidak ada
Keperawatan ansietas b/d b/d kurang kesenjangan
ancaman informasi
kematian tentang
penyakit

2. Nyeri b/d 2. Gangguan Tidak ada


prosedur rasa kesenjangan
pembedahan, nyaman
trauma nyeri
jaringan, berhubungan
interupsi saraf, dengan
diseksi otot proses
penyakit.
3. Tidak Ditemukan
ditemukan di 3. Hipertermi kesenjangan
teori berhubungan pada teori, hal
dengan ini disebabkan
proses Karena terdapat
inflamasi keluhan klien
yang
mendukung
penegakan
diagnosa
tersebut.
Demam terjadi
karena adanya
proses inflamasi
pada adneksa

4. Gangguan Ditemukan
harga diri b/d kesenjangan
efek samping 4. Tidak pada kasus
kemotherapi ditemukan di diagnosa ini
kasus tidak ditegakkan
di kasus karena
klien tidak
menampakkan
keluhan yang
mendukung
diagnose
tersebut dimana
klien tidak
menjalani
kemoterapi
sekarang ini

82
5. Nutrisi kurang Ditemukan
dari kesenjangan
kebutuhan b/d 5. Tidak pada kasus
status ditemukan di diagnosa ini
hipermetabo- kasus tidak ditegakkan
lik berkenaan di kasus karena
dengan klien tidak
kanker. menampakkan
keluhan yang
6. Risiko tinggi mendukung
kekurangan 6. Tidak diagnose
volume cairan ditemukan di tersebut dimana
b/d status kasus klien masih
hypermetabo- dapat minum
lik dan makan
(klien
menghabiskan
porsi makan
yang diberikan)

Ditemukan
7. Keletihan b/d kesenjangan
efek samping 7. Tidak pada kasus ,
obat – obatan ditemukan di diagnosa ini
kemoterapi kasus tidak ditegakkan
di kasus karena
klien tidak
menampakkan
keluhan yang
mendukung
diagnose
tersebut dimana
klien tidak
menjalani
kemoterapi
sekarang ini

Ditemukan
8. Risiko tinggi kesenjangan
terhadap 8. Tidak pada kasus ,
membrane ditemukan di diagnosa ini
mukosa oral kasus tidak ditegakkan
b/d efek di kasus karena
samping dari klien tidak
beberapa menampakkan

83
agen keluhan yang
kemoterapi mendukung
(misal : diagnose
antimetabolik) tersebut dimana
dan radiasi klien tidak
menjalani
kemoterapi
sekarang ini.

Ditemukan
kesenjangan
9. Risiko tinggi 9. Tidak pada kasus ,
terhadap ditemukan di diagnosa ini
Kerusakan kasus tidak ditegakkan
integritas kulit di kasus karena
b/d efek klien tidak
radiasi dan menampakkan
kemoterapi keluhan yang
10. Risiko tinggi 10. Tidak mendukung
terhadap ditemukan di diagnosa
perubahan kasus tersebut dimana
pola klien tidak
seksualitas menjalani
b/d kurang kemoterapi
pengetahuan / sekarang ini
ketrampilan
Ditemukan
kesenjangan
11. Kurang 11. Tidak pada kasus
pengetahuan ditemukan di diagnosa ini
b/d tidak kasus tidak ditegakkan
mengenal di kasus karena
sumber kurangnya
informasi pengetahuan
klien yang
dirawat menjadi
penyebab
terjadinya
kecemasan
pada klien

Ditemukan
kesenjangan
12. Risiko tinggi 12. Tidak pada
terhadap ditemukan di kasus,diagnosa
konstipasi/ kasus ini tidak

84
diare b/d iritasi ditegakkan di
mukosa kasus karena
Gastrointestin klien tidak
al dari menampakkan
kemoterapi keluhan yang
mendukung
diagnose
tersebut dimana
klien tidak
menjalani
kemoterapi
sekarang ini

Ditemukan
kesenjangan
13. Risiko tinggi 13. Tidak pada
terhadap ditemukan di kasus,diagnosa
infeksi b/d kasus ini tidak
prosedur ditegakkan di
invasive kasus karena
klien tidak
menampakkan
keluhan yang
mendukung
diagnose
tersebut.

Ditemukan
kesenjangan
14. Berduka, 14. Tidak pada
antisipasi b/d ditemukan di kasus,diagnosa
penerimaan kasus ini tidak
kemungkinan ditegakkan di
kematian kasus karena
pasien klien tidak
menampakkan
keluhan yang
mendukung
diagnose
tersebut.

Ditemukan
kesenjangan
15. Risiko tinggi 15. Tidak pada
terhadap ditemukan di kasus,diagnosa
perubahan kasus ini tidak

85
proses ditegakkan di
keluarga b/d kasus karena
penyakit klien tidak
jangka menampakkan
panjang keluhan yang
mendukung
diagnose
tersebut.

3 Intervensi Pada perencanaan Pada Tidak ditemukan


tindakan perencanaan kesenjangan
keperawatan tindakan antara teori dan
penulis disusun keperawatan kasus karena
berdasarkan pada pada kasus intervensi yang
teori yang ada . disusun didapatkan pada
berdasarkan teori, itu juga
pada teori yang yang didapatkan
ada yang pada kasus.
disesuaikan
dengan kondisi
dan kebutuhan
klien saat
dirawat.

4 Implementasi Implementasi Implementasi tidak ada


dilakukan sesuai yang dilakukan kesenjangan
dengan rencana pada dasarnya yang ditemukan,
keperawatan yang sama dengan semua dilakukan
telah dibuat intervensi yang berdasarkan
berdasarkan telah disusun rencana
masalah berdasarkan keperawatan
keperawatan kondisi dan pada teori
dengan kebutuhan klien
menuliskan respon yang dirawat,
klien dimana
intervensi yang
disusun di kasus
dapat
dilaksanakan
seluruhnya.

86
5 Evaluasi Pada teori yang Pada kasus : Masalah
ingin dicapai pada keperawatan
klien adalah : yang ditemukan
1. Nyeri hilang Gangguan belum teratasi :
/berkurang rasa nyaman Gangguan rasa
nyeri nyaman nyeri
berhubungan berhubungan
dengan proses dengan proses
penyakit, penyakit
belum teratasi
2. Istirahat cukup Hal ini
Masalah yang disebabkan
3. Klien dapat teratasi pada karena
memahami hari ketiga : diperlukan waktu
kondisinya dan yang cukup
menerimanya Hipertermi panjang untuk
berhubungan memperoleh
4. Kebutuhan dengan proses hasil yang
nutrisi klien inflamasi optimal
mencukupi Ditandai sementara waktu
dengan : yang digunakan
5. Tidak terjadi Klien hanya 3 hari .
infeksi mengatakan
tidak merasa
6. Mewujudkan demam lagi
keseimbangan dan tidak
cairan teraba hangat ,
Suhu: 37,8 °c
7. Mengetahui
penyakit, Kecemasan
prognosis dan berhubungan
pengobatannya. dengan kurang
pengetahuan,
ditandai
dengan:
Klien
mengatakan
sudah tidak
cemas lagi,
Klien Nampak
tenang dan
tidak cemas
lagi
BAB V

PENUTUP

87
Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan akhir dari

karya tulis ilmiah ini dan saran – saran untuk peningkatan pelayanan keperawatan

khususnya pada klien dengan Tumor Adneksa, yaitu :

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien yang dirawat

selama 3 hari, maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Pengkajian data pada klien Ny.”F” dengan tumor adneksa dilakukan secara

sistematis sehingga data yang diperoleh akurat dan memudahkan dalam

menganalisa kemungkinan masalah yang ada atau mungkin timbul. Tidak

semua konsep yang ada pada teori dapat ditemukan pada kasus nyata saat

melakukan pengkajian.

b. Diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 3 yaitu :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit

b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

c. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit

c. Dalam penyusunan rencana keperawatan yang disusun berdasarkan standar

pada teori yang ada, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi dan

kebutuhan klien, partisipasi keluarga sebagai sistem pendukung klien serta

kemampuan perawat dan fasilitas rumah sakit yang ada di ruangan.

d. Pada tahap implementasi keperawatan diperlukan pengetahuan dan

ketrampilan serta kemampuan perawat untuk melaksanakan tindakan

88
keperawatan yang disesuaikan dengan tersedianya sarana dan prasarana

yang ada di rumah sakit. Implementasi semuanya dapat dilaksanakan

berdasarkan pada rencana yang ada.

e. Pada pelaksanaan evaluasi asuhan keperawatan, beberapa masalah belum

teratasi karena waktu untuk melakukan follow up perawatan pada klien

sangat terbatas yaitu hanya 3 hari sementara diperlukan waktu yang relatif

lama untuk mencapai hasil yang diharapkan.

f. Pada pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien Ny.“F” telah

dilakukan berdasarkan implementasi dan evaluasi berdasarkan kondisi dan

kebutuhan klien.

g. Ditemukan beberapa kesenjangan data antara teori dengan kasus klien

Ny.”F” dengan karena respons tubuh klien berbeda-beda terhadap stimulus

yang ada dan klien tidak menjalani operasi dan kemoterapi sehingga data

beberapa data pada teori tidak ditemukan lagi pada kasus nyata.

B. Saran

Demi tercapainya peningkatan mutu pelayanan keperawatan maka penulis

memberikan masukan dan saran-saran sebagai berikut :

1. Institusi agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

mahasiswa dalam upaya menghasilkan perawat yang profesional khususnya

dalam penerapan asuhan keperawatan.

2. Rumah sakit agar senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan pemberi pelayanan perawatan yang ada melalui pelatihan –

89
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan serta penyediaan fasilitas dan sarana

prasarana yang mendukung serta memadai.

3. Diperlukan partisipasi klien dan keluarga klien agar selama dalam perawatan

selalu patuh pada anjuran petugas kesehatan dan setelah keluar dari rumah

sakit selalu mengontrolkan diri pada petugas dan mengurangi atau

menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk kesehatannya dan

senantiasa berupaya mempertahankannya dan memelihara perbaikan yang

telah dicapai.

4. Penulis agar dapat menerapkan teori dan keterampilan serta pegalaman

yang didapatkan pada saat kuliah dan pelaksanaan praktek sehingga kelak

dapat berfungsi secara optimal dalam menghasilkan perawat yang

profesional dimasa mendatang khususnya dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan tumor adneksa.

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, 2012, Asuhan Kebidanan Patologi, Trans Info Media, Jakarta

Aqila,2013,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,Jakarta

90
Eddyman, 2012.Biologi Sel Dan Organ Reproduksi.EGC.Jakarta

Hamid Prasetyo Subagja.2014.Waspada Kanker-kanker Ganas Pembunuh


Wanita. Edisi 1 .FlashBooks.Jakarta

Ika,2010,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,Jakarta

Marmi, 2015.Asuhan Keperawatan Patologi.Pustaka Pelajar.Jakarta

Marilynn E. Doenges, 2014, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC,Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal.Bina Pustaka. Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2011, Ilmu Kandungan.Bina Pustaka. Jakarta

Yoseph HK.2010.Ginekologi dan Obstetri Untuk Keperawatan dan Kebidanan.


Nuha Medika.Yogyakarta

http://id.m.Wikipedia.org. Sistem Reproduksi. 2015

http://www.google.phena of phice:korpus utery.Langgocity.blogspot.com.


diakses tanggal12 juni 2010

http://.www.wsasyaratulmaulinalina.blogspot.com,diakses tanggal 25 Desember


2012

(http://www.google.harnawatiaj.wordpress.com.diakses 22 Maret 2012).

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )


PENYULUHAN NUTRISI PADA KLIEN KANKER OVARIUM

91
Cabang Ilmu : Keperawatan Maternitas
Topik : Nutrisi Pada Klien Kanker Ovarium

Hari/ Tanggal : Rabu, 03 Agustus 2011


Waktu : 20 Menit
Tempat : Ruang Perawatan Ginekologi Lontara IV Lantai II RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Sasaran : Keluarga Klien Yang Menderita Penyakit Kanker Ovarium
Metode : Ceramah, Tanya Jawab Dan Diskusi
Media : Flip charts.
Materi : Terlampir

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan materi, peserta / sasaran mampu memahami tentang
penyakit Kanker Ovarium dan nutrisi pada klien kanker ovarium.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah penyampaian materi, peserta / sasaran mampu :
1. Menyebutkanriu pengertian Kanker Ovarium
2. Menyebutkan penyebab Kanker Ovarium
3. Menjelaskan tanda dan gejala Kanker Ovarium
4. Menjelaskan nutrisi pada klien kanker ovarium

C. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi

D. Kegiatan Penyuluhan
No. KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN

92
PENYULUHAN PENYULUH PESERTA
1. Membuka  Memberi salam  Menyimak
penyuluhan  Memberi gambaran umum tentang (mendengar
(5 menit) penyakit kanker ovarium dan kan dan
nutrisi yang diberikan memperhati
 Menggali pengetahuan peserta kan)
tentang penyakit kanker ovarium
dan nutrisi yang diberikan
2. Penyajian materi  Menjelaskan tentang pengertian  Menyimak
(10 menit) kanker ovarium dengan
 Menjelaskan tentang penyebab seksama
kanker ovarium (mendengar
 Menjelaskan tanda dan gejala kan dan
kanker ovarium memperhati
 Menjelaskan nutrisi pada klien kan)
kanker ovarium
3 Menutup  Menyimpulkan materi yang telah  Menyimak
penyuluhan disampaikan penjelasan
(5 menit)  Memberi kesempatan kepada penyuluh
sasaran untuk menanyakan hal-  Bertanya
hal yang belum jelas

E. Media
- Flipchart

F. Evaluasi
Menanyakan secara langsung kepada sasaran mengenai materi yang telah
disampaikan.
G. Sumber
- Brunner and Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah,
Volume 2 EGC, Jakarta

93
- Marilynn E. Doenges, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3
EGC,Jakarta
- Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Edisi 6 .EGC .Jakarta.

MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian kanker ovarium


Kanker ovarium atau kanker indung telur adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50
sampai 70 tahun.

94
II. Penyebab kanker ovarium
1 Resiko berkembangnya kanker ovarium juga berkaitan dengan lingkungan,
endokrin, dan factor genetik. Kebiasaan makan, kopi dan merokok, serta
adanya asbestos dalam lingkungan dan penggunaan bedak talk pada
daerah vagina.
2 Faktor endokrin yang beresiko mengalami kanker ovarium adalah
perempuan yang nulipara, menarke dini, menopause yang lambat,
kehamilan pertama yang lambat dan tidak pernah menyusui.

III. Tanda dan Gejala kanker ovarium


- Haid tidak teratur

- Ketegangan menstrual yang terus meningkat

- Darah menstrual yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada

payudara

- Menopause dini

- Rasa tidak nyaman pada abdomenis

- Sering berkemih

- Dispepsia

- Tekanan pada pelvis

- Rasa begah setelah makan makanan kecil

IV. Nutrisi untuk klien kanker ovarium


1 Menganjurkan makan sedikit – sedikit tapi sering
2 Menganjurkan makan makanan lunak
3 Menghindarkan posisi yang menekan perut
4 Makanan sebaniknya tinggi serat dan rendah lemak, tanpa bahan adiktif
/bahan pengawet)

95
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………........ i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………...... v

DAFTAR ISI………………………………………………………………. viii

96
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1

A. Latar belakang masalah................................ ............ 1

B. Tujuan penulisan........................................................ 2

C. Manfaat penulisan...................................................... 4

D. Metode dan Tehnik Penulisan.................................... 4

Bab II TINJAUAN TEORITIS........................................................... 8

A. Konsep dasar............................................................ 8

1. Pengertian .......................................................... 8

2. Etiologi ............................................................... 9

3. Insiden ............................................................... 9

4. Anatomi dan Fisisologi ...................................... 10

5. Patofisiologi........................................................ 13

6. Manifestasi Klinis ............................................... 14

7. Test Diagnostik Yang dilakukan ............................. 16

8. Penatalaksanaan Medik......................................... 17

B. Konsep keperawatan ................................................ 18

1. Pengkajian ............................................................ 18

2. Bagan Patofisiologi dan penyimpangan KDM ...... 21

3. Diagnosa Keperawatan ........................................ 22

4. Perencanaan Tindakan keperawatan ................... 23

5. Implementasi ......................................................... 32

6. Evaluasi .................... .......................................... 33

Bab III TINJAUAN KASUS............................................ .................... 34

97
A. Pengkajian Data............................................................. 34

B. Data Fokus ............................ ....................................... 42

C. Analisa Data.................................................................... 43

D. Diagnosa Keperawatan ................................................. 46

E. Perencanaan ................................................................. 47

F. Implementasi ................................................................. 61

G. Evaluasi ....................................................................... 88

Bab IV PEMBAHASAN..................................................................... 108

A. Pengkajian.................................................................. 108

B. Diagnosa keperawatan............................................... 110

C. Perencanaan ............................................................. 113

D. Implementasi ............ ............................................... 113

E. Evaluasi .................................................................... 116

Bab V PENUTUP........................................................................... 118

A. Kesimpulan................................................................ 118

B. Saran......... ............................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 121

LAMPIRAN

98

Anda mungkin juga menyukai