Makalah 2 Teori Fix
Makalah 2 Teori Fix
Makalah 2 Teori Fix
KELOMPOK 3 (KMB)
I GEDE NYOMAN ARDI SUPARTHA 1406522986
ARIE JEFRY KAARAYENO 1406522670
MEGAWATI SIBULO 1406523124
DYAH UNTARI 1406522784
HASMI 1406597066
MURNI SARI DEWI SIMANULLANG 1406597204
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Analisa Patricia
Benners Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing dan Modeling And
Role-Modeling by Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, and Mary P.Swain
Sebagai Pendekatan Aplikatif Dalam Praktik Keperawatan. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi penugasan mata ajar Sains Keperawatan Program Pascasarjana
Keperawatan peminatan Keperawatan Medikal Bedah.
Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi Kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
Kami mengucapkan terim akasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .................
1.3 Sistematika Penulisan ..............................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................
4.2 Penutup......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Model dan teori keperawatan seperti teori keperawatan filosofi From Novice
to Expert diperkenalkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari Model Dreyfus
yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori ini
menjelaskan 5 tingkat/tahap akusisi peran dan perkembangan profesi. Selain
itu, salah satu teori pada Grand theory , yaitu Modeling dan Role Modeling
(MRM) yang dikembangkan oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary
Ann P.Swain. Role modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia
ingin berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin memainkan peran yang
telah ditentukan oleh masyarakat. Role modeling menggunakan klien-model-
klien secara umum untuk merencanakan intervensi yang sesuai dengan
kebutuhan, pertumbuhan, perkembangan, dan penyembuhan klien. Konsep
utama MRM berhubungan dengan pemikiran dasar dan kepercayaan filosofis
yang berkenaan dengan kemiripan manusia, perbedaan manusia satu sama
lain, dan apa yang harus dilakukan perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Patricia Benner (Philosofy)
Berikut akan dijabarkan mengenai konsep dan teori Patricia Banner yang
dimulai dari biografi, sumber filosofi, dan seterusnya.
2.1.1 Biografi Patricia Benner
Patricia Benner lahir di Hampton, pada tahun 1942. Beliau memperoleh
gelar sarjana keperawatan dari Pasadena College pada tahun 1964,
kemudian pada tahun 1970 Benner mendapat gelar Master in Nursing dari
University of California San Fransisco (UCSF). Benner diterima di
University of California berfokus pada stress dan mengatasi kesehatan
(Alligood & Tomey, 2014).
Karya dari Benner ini lebih merujuk kepada artikulasi, artinya sebagai
deskripsi/melukiskan, ilustrasi/menggambarkan dan mengkomunikasikan
pada area area kebijakan praktis, keterampilan tentang tahu dan
bagaimana serta menjelaskan praktik yang baik dan (Alligood & Tomey,
2014).
2) Advanced Beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang
menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada
situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup
untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak
dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang
didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi
pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien
tertentu pada situasi yang memerlukan perspektif lebih luas.
4) Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat
perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan
mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang
dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya
diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka
banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
5) Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai
pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga mampu
mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan
waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.
Caring adalah hal yang penting menurut Benner dan Wrubel karena dapat
menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan
kepada klien.
Caring penting karena:
Menciptakan apa yang akan terjadi, apa yang menjadi masalah dan
apa pilihan yang tepat untuk mengatasi.
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan, apa yang
berhubungan dan apa yang menjadi tujuan
Menciptakan hal yang mungkin saat memberi dan mendapatkan
bantuan.
b. Manusia
Interpretasi Benner dan Wrubel tentang manusia didasarkan pada
eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia. Sehingga Benner
mendeskripsikan manusia sebagai mahluk yang menginterpretasikan diri,
yaitu manusia tidak muncul dengan sendirinya ke alam dunia yang telah
ditetapkan tetapi melalui proses perjalanan hidup. Manusia dipandang
sebagai sesuatu yang kreatif, mahluk generatif yang hidup di dalam
sebuah konteks dan mampu bertindak dan memiliki pemahaman
komprehensif. Menurut Benner dan Wrubel karakterikstik manusia yaitu
sebagai sosok yang harus berhadapan dengan situasi, tubuh, masalah
perorangan dan peristiwa yang bersifat sementara (Benner & Wrubel, 1989
dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
c. Kesehatan
Benner dan Wrubel menggunakan definisi kesehatan dari Kleinman,
Elsenberg, dan Good yang menyatakan bahwa kesehatan adalah tidak
adanya penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman kehilangan atau
gangguan fungsi tetapi juga penyakit merupakan wujud dari kelainan pada
sel, jaringan, atau organ. Semua pengobatan penyakit selama sakit harus
masuk akal dalam konteks pengalaman hidup manusia. (Benner & Wrubel,
1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
d. Situasi
Benner lebih mengarah ke situasi atau lebih mengutamakan situasi
daripada konsep lingkungan dalam bekerja. Benner memilih situasi karena
menurut Benner, situasi memiliki konteks sosial dalam arti dan
penafsirannya yang berdampak pada manusia. Manusia lebih terbiasa
dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan.
Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi. Pandangan
fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Hal ini di buktikan dalam
tulisannya saat dia menggunakan istilah being situated and situated
meaning menunjukkan adanya keterlibatan dan interpretasi dari setiap
kejadian atau peristiwa dalam kehidupan (Benner & Wrubel, 1989 dalam
Sitzman & Eichelberger 2011).
e. Stress
Menurut Benner, stress adalah makna dari gangguan, pemahaman, dan
fungsi kelancaran sehingga bahaya, kehilangan, atau tantangan yang
dialami mampu membuat manusia memperoleh keterampilan baru. Stress
sebagai perwujudan dari fisik, emosional, dan atau intelektual yang
mengalami gangguan fungsi. Stress terjadi ketika seseorang menyadari
bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak terjadi ketidakseimbangan. Stress
adalah konsekuensi dalam kehidupan yang tidak bisa dihindarkan dalam
kehidupan di dunia sehingga membutuhkan kepedulian akan hal tersebut
(Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
f. Koping
Koping tidak termasuk solusi untuk stres melainkan apa yang dilakukan
oleh seseorang untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh stres.
Benner dan Wrubel berdasarkan pada karya Lasarus (1986) yang
menjelaskan stres dan koping. Koping adalah melakukan sesuatu secara
langsung dan juga tidak melakukan sesuatu secara langsung atas dasar
tujuan yang ada. Perilaku koping lainnya adalah mencari informasi. Cara
seseorang memandang situasi dan membuat pilihan untuk memiliki sifat
yang positif dalam menghadapi gangguan. Benner dan Wrubel
memberikan banyak contoh tentang bagaimana seseorang berupaya
dengan situasi seperti : pengembangan diri selama hidup / dalam
kehidupan, peduli kepada diri sendiri dari berbagai penyakit diantaranya
kanker dan penyakit neurologis (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman &
Eichelberger 2011).
Setelah itu, metode Benner banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan
misalnya Fenton (1984) menggunakan pendekatan Benner dalam sebuah
studi ethnography untuk penampilan perawat klinis spesialis.
Penemuannya terdiri dari identifikasi dan deskripsi kompetensi perawat
untuk mempersiapkan perawat mahir. Balasco dan Black (1988) dan Silver
(1986) menggunakan metode Benner untuk membuat pedoman pembedaan
pengembangan klinik dan jenjang karir dalam keperawatan. Farrel and
Bramadat (1990) menggunakan paradigma analisa kasus Banner dalam
proyek kolaborasi antara universitas pendidikan keperawatan dan rumah
sakit pendidikan untuk mendalami perkembangan klinik yang sesuai
dengan skill dalam praktik yang nyata.
b. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan
oleh para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice
sampai expert dan mempelajari perbedaan maisng-masing level sehingga
memberikan pengalaman pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan.
c. Penelitian
Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan dalam bidang
keperawatan. Sebagai contoh Fenton (1984,1985) menggunakan model
Benner dalam penelitian pendidikan. Lock dan Gordon (1989) yang
membantu proyek AMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiry
dalam model formal yang digunakan dalam praktik keperawatan dan
medis. Mereka menyimpulkan bahwa model formal memberikan petunjuk
mengenai pelayanan langsung, pengetahuan, dan hasil yang diinginkan.
2. Evelyn Tomlin
Evelyn M. Tomlin belajar keperawatan di University of Southern
California, Los Angeles, dan menerima gelar sarjana muda dan meraih
master dalam keperawatan jiwa pada tahun 1976 dari University of
Michigan. Tomlin telah bekerja dibeberapa bidang yang berbeda didalam
dunia keperawatan termasuk perawatan kritis, perawatan di rumah, praktik
mandiri, dan staf perawat, namun saat ini Tomlin mengkhususkan diri pada
perawatan wanita dan anak-anak dengan latar belakang dalam
penyembuhan Kristen/rohani. Tomlin fokus pada agama dan penyembuhan
dan menerbitkan karya-karya berhubungan dengan nilai-nilai Kristen dan
teori modeling / peran-pemodelan.
3. Mary Swain
Profesor Mary Ann P. Swain lulus dari Universitas DePauw dengan gelar
Bachelors of Arts ilmu Psikologi pada tahun 1963 ( University of
Michigan , 1993). Swain segera melanjutkan MA nya (1964 ) dan Ph.D.
( 1969) dari University of Michigan ( University of Michigan , 1993).
Keahlian Swain berkisar pada pendidikan yang luas dalam bidang
psikologi, beliau melanjutkan pendidikan lain dengan menginstruksikan
psikologi dalam keperawatan di University of Michigan School of Nursing
dan bergabung dalam berbagai komite pendidikan yang lebih tinggi seperti
Komite Status Perempuan di Perguruan Tinggi ( University of Michigan ,
1993). Profesor Swain juga telah memberikan kontribusi untuk beberapa
studi teori keperawatan terutama mereka yang ada kaitannya dengan stres
adaptasi dan peran-pemodelan.
Memfasilitasi tahap
pengembangan secara
actual dan
kronologis.
Tabel 2.1 Hubungan antara prinsip MRM, Kategori data, sasaran intervensi, dan tujuan.
Selain itu, tabel di bawah ini menjelaskan kategori data dan tipe informasi yang
dibutuhkan dalam proses Modeling
No. Kategori Pengumpulan Data Tujuan Data adalah untuk mendapatkan
1. Mendeskripsikan situasi 1.Gambaran persepsi klien terhadap masalah
2.Penyebab masalah termasuk stressor dan
destressor.
3.Adanya kebutuhan terapeutik klien yang
dirasakan.
2. Harapan 1.Harapan segera
2.Harapan jangka panjang
3. Sumber potensial 1.Eksternal : jaringan sosial, sistem pendukung, dan
sistem pelayanan kesehatan
2.Internal : kekuatan diri, potensila adaptif, ranah
perasaan, ranah fisiologis.
4. Sasaran dan tugas kehidupan 1.Sasaran saat ini
2.Rencana akan datang
Tabel 3.2 Kategori Data dan Tipe Informasi yang Dibutuhkan dalam Proses Modeling
No. Sumber Informasi
1. Sumber primer Pengetahuan self-care klien
2. Sumber sekunder Informasi dari keluarga dan observasi
perawat
2.2.3.1 Keperawatan
Keperawatan membantu seseorang secara holistik dalam aktifitas
perawatan diri mereka dalam kaitannya dengan kesehatan. Hal ini
merupakan proses interpersonal yang interaktif dalam mempertahankan
kekuatan untuk memungkinkan pembangunan, rilis, dan penyaluran
sumber daya untuk mengatasi keadaan dan lingkungannya. Tujuannya
adalah tercipta kesehatan yang optimal serta kepuasan (Alligood & Tomey,
2014).
2.2.2.4 Manusia
Manusia menjadi berbeda karena mereka holistik, pertumbuhan dan
perkembangannya seumur hidup. Mereka berbeda karena adaptasi dan self-
care knowledge.
2) Kebutuhan Dasar
Semua manusia memiliki kebutuhan dasar yang dapat
mencukupi/memuaskan tetapi hanya yang berasal dari kerangka kerja
individu. Kebutuhan dasar ditemukan ketika individu merasa mereka
bertemu.
3) Perkembangan Seumur Hidup (Lifetime Development)
Peningkatan perkembangan seumur hidup meliputi tahapan psikologis
dan kognitif, seperti berikut ini :
Tahapan Psikologis
Setiap tahapan mencerminkan perkembangan tugas, adanya pilihan
diantara alternative prilaku dasar (seperti percaya versus tidak
percaya, otonomi versus malu dan ragu).Sebagai individu yang
matang dapat bernegosiasi atau mengatasi krisis setiap tahapan
perkembangan tersebut. Individu mempunyai daya tahan yang kuat
dan perilaku yang berperan dalam pembentukan karakter dan
kesehatan dari pribadi seseorang sesuai budayaannya.
Tahapan Kognitif
Perkembangan berpikir seperti yang terjadi pada perkembangan
psikososial dan sikap. Piaget meyakini bahwa perkembangan
kognitif terjadi secara runtun dan dia juga mengidentifikasi beberapa
proses dari periode tersebut. Ada empat periode : sensorimotor,
preoperasional, operasional, dan formal operasional.
4) Affiliated Individuation (Individuasi Berafiliasi)
Individu memiliki naluri pemenuhan kebutuhan individuasi berafiliasi.
Mereka harus mampu bergantung pada sistem pendukung yang secara
simultan mempertahankan kemandiriannya dari sistem pendukung
tersebut. Mereka perlu merasakan secara mendalam keduanya saya
dan kita dan merasakan kebebasan dan penerimaan pada keduanya.
2) Adaptasi
Adaptasi terjadi sebagai respon individu terhadap stressor internal
dan eksternal dalam hubungannnya dengan kesehatan dan
pertumbuhan. Adaptasi menggerakkan sumber-sumber koping
internal dan eksternal. Bila adaptasi terjadi tidak satu subsitem-pun
dalam kondisi bahaya. Kemampuan individu untuk menggerakkan
sumber-sumber digambarkan oleh The Adaptive Potential
Assessment Model (APAM). APAM mengidentifikasi tiga perbedaan
kemampuan koping:
Arousal (memperbaiki)
Equilibrium (keseimbangan, adaptif dan maladaptif)
Impoverishment (membangun).
Masing-masing pernyataan ini menjelaskan perbedaan kemampuan
untuk menggerakkan sumber-suber perawatan diri. Pergerakan yang
dimaksud disini dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk
bertahan dan adanya stressor baru. Perawat dapat menggunakan
model ini untuk meramalkan kemampuan individu dalam
menggerakkan sumber-sumber perawatan diri dalam menghadapi
stress.
4) Self-Care
Self care meliputi penggunaan pengetahuan, sumber-sumber, dan
perilaku.
Self-Care Knowledge
Pada tingkatan yang sama, seseorang tahu apa yang membuatnya
sampai sakit, mengurangi efektifitasnya, atau mengganggu
pertumbuhannya. Seseorang juga tahu apa yang akan
membuatnya menjadi baik, optimis dengan efektifitasnya yang
berkurang atau pemenuhan kebutuhan (mempromosikan
pertumbuhannya).
Sel-Care Resources
Merupakan sumber-sumber yang berasal dari dalam, sumber
tambahan , mobilisasi meliputi prilaku self-care : memperoleh
bantuan, mengatur, dan mempromosikan dalam batas maksimum
kesehatan holistik.
Self-Care Action
Merupakan pengembangan pemanfaatan self-care knowledge dan
self-care resources.
Stressor Memperbaiki
Membangun
Keseimbangan
Stressor Koping
Koping Stressor
Stressor
Stress
Memperbaiki Membangun
2.2.5.2 Manusia
Adanya diferensiasi dibuat antara klien dan perawat dijelaskan dalam
teori. Klien diberikan perawatan dan anjuran, klien berpartisipasi pada
perawatannya. Sasaran perawat adalah bekerja untuk klien. Klien sebagai
pembuat keputusan yang selalu memiliki kontrol dari apa yang
direncanakan dan siapa yang yang termasuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan perawatannya (Alligood & Tomey, 2014).
2.2.5.3 Kesehatan
Sehat adalah keadaan fisik, mental, sosial, dan sejahtera tidak hanya
terhindar dari penyakit atau kelemahan. Dapat diakatakan sebagai adanya
keseimbangan dinamis antara berbagai subsistem (Alligood & Tomey,
2014).
2.2.5.4 Lingkungan
Lingkungan tidak diidentifikasi dalam teori sebagai suatu entitas
tersendiri. Para ahli teori melihat lingkungan dalam subsistem sosial
sebagai interaksi antara diri dan orang lain baik budaya dan individu.
Stressor biofisik dipandang sebagai bagian dari lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN
b. Simplicity
Teori Patricia Benner from Novice to Expert relatif sederhana dengan
hanya membagi 5 tahapan Novice, advanced beginner, competent,
proficient, dan expert. Namun, tahapan ini hanya dapat digunakan
sebagai kerangka kerja karena dalam penerapannya yaitu pada
penerapan jenjang karir disesuaikan dan dimodifikasi berdasarkan
situasi dan kondisi rumah sakit serta diperlukan adanya sosialisasi dan
pemahaman dari perawat dalam mengidnetifikasi karakteristik dan
tujuan dari setiap level yang ada.
c. Generality
Teori from Novice to Expert memiliki karakteristik yang universal,
tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek
keperawatan. Selain iru, Model Benner ini hanya dapat dibuktikan
dengan menggunakan metodologi kualitatif yang terdiri dari 31
kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan
kritis. Dengan pendekatan kualitatif, Benner menganggap sebagai
hipotesis generating (penyebab) daripada hipotesis testing, sehingga
kelompok menyarankan untuk perlu dibuktikan dengan pendekatan
alternatif lain selain kualitatif. Kelompok juga menganalisa bahwa
perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif meskipun
Model Benner didasarkan pada data based research yang mendukung
pengembangan praktek keperawatan. Kelompok berpendapat
bahwasanya model dengan perspektif fenomenologi seharusnya
memiliki karakteristik tertentu tidak universal, sehingga dalam
praktiknya dapat secara spesifik ditentukan masalah keperawatan
berdasarkan tingkat umur terkait stress dan koping serta pengaruhnya
terhadap empat asumsi dari paradigma keperawatan, yaitu manusia,
kesehatan, keperawatan, dan lingkungan.
3.2 Analisa Teori Modeling and Role Modeling Helen C.Erickson, Evelyn
M.Tomlin, Mary Ann P.Swain dan Penerapannya dalam Proses
Keperawatan
a. Clarity
Berdasarkan pemahaman kelompok terhadap teori MRM, kelompok
berpendapat bahwa Helen C Erickson et al telah menyajikan dan
menjelaskan teori dengan jelas. Kelompok melihat hal tersebut
berdasarkan sumber teoritis, pernyataan dan gambaran yang diberikan
dengan lugas dan sistematis serta tidak menggunakan banyak istilah
atau konotatif yang dapat mengaburkan makna sebenarnya dari teoris.
b. Simplicity
Teori Modeling and Role Modeling oleh Ericson, Tomlin dan Swain
teorinya juga dapat dilihat secara sederhana, sebab mereka dapat
membuat konsep utama dari model contoh dan model peran yang
jelas dan mudah dipahami. Dengan penjelasan yang sederhana tapi
luas seperti yang dijelaskan teoris yaitu konsep yang berhubungan
dengan perawat dan peran perawat termasuk fasilitas, pemeliharaan,
dan penerimaan tanpa syarat.
c. Generality
Worldview adalah ungkapan sederhana yang disampaikan oleh
Ericson, Tomlin dan Swain dalam teorinya namun memberikan
pemahaman dan pandangan secara holistik terhadap pasien. Kelompok
berpendapat bahwa teoris memiliki cara pandang individu atau
kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga menimbulkan
keyakinan dan nilai. Seperti bagaimana manusia dikatakan mirip atau
serupa bahkan sama (holistik, kebutuhan dasar, perkembangan seumur
hidup / fase psikologi dan kognitif, dan saling keterkaitan individual)
dan bagaimana manusia dikatakan berbeda (secara genetik, adaptasi,
hub mind-body, merawat mandiri dari pengetahuan, sumber, dan
tindakan klien).
d. Pentingnya Teori
Chinn dan Kramer (2011 dalam Alligood 2014 ) mengusulkan bahwa
pentingnya sebuah teori adalah relatif dilihat dari tujuan praktek
keperawatan , pendidikan dan tujuan pencatatannya. Teori Modeling
and Role Modeling menjadi panduan dalam berbagai penelitian,
praktek langsung dan juga menghasilkan ide-ide baru yang terus
dikembangkan dalam praktek keperawatan, sehingga teori ini
memiliki nilai yang melekat dan penting bagi disiplin keperawatan
sampai dengan sekarang (Alligood, 2011).
e. Ringkasan Teori
Perawat memiliki banyak kesempatan untuk berbagi dalam hal-hal
yang penting ,dari pengalaman hidup yang intim dengan klien. Kita
sebagai perawat memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk
memfasilitasi dalam proses penyembuhan dan pencapaian maksimal
yang dirasakan klien baik dari kesehatan dan kesejahteraannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Caring Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing Practice
Untuk dapat menerapkan ketujuh domain tersebut dengan baik, seorang
perawat harus mempunyai bekal ilmu pengetahuan serta ditunjang dengan
pengalaman dan keterampilan yang memadai. Proses keperawatan diawali
dari SDM perawat, semakin piawai maka praktik yang dilakukan terhadap
klien akan semakin baik.
Alligood, Martha R & Tomey, Marriner A,. (2014). Nursing Theorists and Their
Work 8th ed. St.Louis : Mosby Inc, USA
Parker, M.,E,.& Smith, M., C,. (2010). Nursing Theories & Nursing Practice 3rd
Ed. Philadelphia : F.A Davis Company.
Sitzman, K.,L, & Eichelberger, L., W. (2011). Understanding the work of Nurse
Theorist. A Creative Beginning 2nd ed. Jones and Bartlett Publisher,
Massachusett, USA.