Pile Foundation 1 PANCANG

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

BAB II

PONDASI TIANG

2.1. PENDAHULUAN

2.1.1. Fungsi Pondasi Tiang

Fondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat
terletak sangat dalam. Fungsi pondasi tiang antara lain:
1. Untuk meneruskan beban bangunan di atas air atau tanah lunak ke tanah
pendukung yang kuat.
2. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas
akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan
3. Untuk menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring.
4. Unuk memadatkan tanah pasiran dengan cara penggetaran yang tiangnya
kemudian dapat ditarik kembali.
5. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
tergerus air.
6. Untuk mengurangi penurunan (sistem tiang rakit dan cerucuk).
7. Untuk pondasi mesin, mengurangi amplitudo getaran dan frekuensi alamiah
dari sistem.

2.1.2. Klasifikasi Pondasi Tiang

Berdasarkan metode instalasinya, pondasi tiang dapat diklasifikasikan menjadi


:
1. Tiang Pancang
Merupakan pondasi tiang yang dibuat lebih dahulu sebelum dipancang ke
dalam tanah hingga mencapai kedalaman tertentu.
Metode pemancangan dengan cara memukul kepala tiang berulangkali dengan
sebuah palu khusus, dengan penggetaran tiang dan dengan penekanan secara
hidrolis.

2. Tiang Bor.
Tiang bor adalah jenis tiang dengan cara membuat sebuah lubang bor dengan
diameter tertentu hingga kedalaman yang diinginkan

34
Berdasarkan jenis materialnya pondasi tiang terdiri dari:
1. Tiang baja
Terbuat dari baja dengan profil-profil antara lain H, I, segi enam, pipa dengan
ujung terbuka, dan pipa dengan ujung tertutup, dan lain-lain. Tiang jenis ini
mudah penanganannya dan dapat mendukung beban pukulan yang besar
ketika dipancang pada lapisan keras serta dapat mendukung beban kontruksi
yang besar. Hanya saja jenis material ini cukup mahal, dapat mengalami
korosi, menimbulkan suara keras ketika pemancangan dan dapat melendut
ketika dipancang jika melalui lapisan keras.

2. Tiang Beton
Terdiri atas 2 kategori : Pracetak dan cetak di tempat. Beton pracetak biasanya
berpenampang bujur sangkar dan oktagonal. Selain menggunakan perkuatan
seperti biasa, beton juga dapat memakai jenis beton prategang.
Beton cetak di tempat dibuat dengan cara membuat lubang bor pada tanah
dan kemudian mengisinya dengan beton cor. Tiang jenis ini dapat dibagi dalam
dua kategori yaitu dengan memakai selubung (cased) dan tanpa selubung
(uncased).
Tiang ini mampu mendukung beban pancang yang besar, tahan korosi, dapat
dikombinasikan dengan superstruktur beton dan cukup ekonomis. Kerugian
penggunaan bahan ini adalah sulit dipotong dan sulit untuk ditransportasikan
untuk beton pracetak. Untuk beton cetak di tempat, casing yang tipis dapat
rusak ketika dipancang, dapat terbentuk pori jika beton cor dituang terlalu
cepat.

3. Tiang Kayu
Tiang kayu diambil dari batang pohon yang dibuang dahan dan rantingnya
dengan hati-hati. Kayu harus lurus dan tanpa cacat. Menurut ASCE Manual of
Practice no. 17 (1959), tiang kayu diklasifikasikan :
a. Class A piles, beban berat, diameter minimum 356 mm
b. Class B piles, beban medium, diameter 305-330 mm.
c. Class C piles, konstruksi sementara, diameter minimum 305 mm.
Keuntungan pemakaian tiang jenis ini antara lain ekonomis, mudah
penanganannya. Sedangkan kerugiannya antara lain, tidak mampu menahan

35
beban pancang tinggi, kapasitasnya terbatas pada 220-270 kN (25-30 ton),dan
harus dipasangkan pelindung pada ujung bawah tiang untuk mengurangi
kerusakan saat pemancangan, demikian juga pada ujung atas tiang., beban
dukung yang kecil, kekuatannya rendah terhadap beban tarik.

4. Tiang Komposit
Adalah jenis tiang dengan material yang berbeda dalam satu tiang. Misalnya,
tiang dapat dibuat dari baja dan beton, atau kayu dan beton. Seringkali sulit
membuat sambungan yang baik pada dua material yang berbeda ini, karena
itu jenis tiang ini jarang digunakan.

Menurut displacementnya pondasi tiang terdiri atas :


1. Tiang perpindahan besar
Tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup.
Perpindahan volume tanah relatif besar.
Tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang, tiang baja bulat.
2. Tiang perpindahan kecil
Tiang berlubang dengan ujung terbuka.
Perpindahan volume tanah relatif kecil.
Tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton prategang
dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka,
tiang ulir.
3. Tiang tanpa perpindahan
Tiang yang dipasang dengan cara menggali atau mengebor tanah

2.1.3. Prosedur Perencanaan Pondasi Tiang


a. Menentukan profil dan karakteristik teknis tanah
Penentuan stratifikasi/pelapisan tanah
Penggambaran profil kadar air dan batas-batas Atterberg
Menentukan kuat geser takterdrainasi dari uji triaxial UU atau uji
vane shear test
Menggambarkan hasil uji lapangan (in situ test)
Menentukan muka air tanah

36
Pada lapisan jenuh air dan kompresibel, diuji konsolidasi untuk
informasi penurunan jangka panjang dan evaluasi gaya hisap pada
tiang.
Pada tanah ekspansif dilakukan penggambaran profil potensi
pengembangan (swelling)
b. Penentuan kedalaman pondasi
Berdasarkan jenis tanah
c. Penentuan jenis dan dimensi pondasi
Berdasarkan pertimbangan beberapa faktor:
Daya dukung tanah baik aksial dan lateral
Kapasitas penampang struktur tiang terhadap tekan, tarik dan lentur
Ketersediaan peralatan
Pengalaman konstruksi di lokasi proyek
Pertimbangan lingkungan (suara, getaran,jalan akses, dan lain-lain)
Ekonomi (biaya)
d. Perencanaan pondasi tiang
Menentukan daya dukung ujung tiang, daya dukung gesekan selimut
dan daya dukung lateral
Masalah penting dalam hal ini adalah menentukan parameter tanah
yang tepat
e. Penentuan konfigurasi tiang
Berdasarkan beban yang bekerja, pengelompokkan/konfigurasi tiang
dapat ditentukan.
Berdasarkan sifat dan kondisi pembebanannya maka beban dapat
dibedakan menjadi :
Beban biasa
Adalah kondisi pembebanan yang tergantung pada fungsi primer dari
bangunan dan dapat diperkirakan dengan cukup akurat. Sifat beban
ini umumnya berjangka panjang dan konstan atau berulang.
Beban ijin dan tegangan-tegangan yang bekerja pada tiang harus
mempertimbangkan suatu faktor keamanan yang cukup konservatif
Beban tidak biasa
Adalah beban-beban pada saat konstruksi, operasional dan
pemeliharaan yang sifatnya berjangka pendek dan tidak berlangsung

37
selama umur bangunan, sehingga faktor keamanan yang digunakan
dapat lebih rendah.
Beban luar biasa
Beban ini mengacu pada beban-beban yang besar tetapi dengan
probabilitas kejadiannya yang relatif rendah. Beberapa kejadian yang
termasuk luarbiasa adalah beban impak akibat tabrakan, ledakan
serta bencana alam seperti misalnya gempa bumi dan angin topan.
f. Pengaruh konstruksi pada bangunan di sekitar proyek.

2.1.4. Mekanisme Transfer Beban Pada Pondasi Tiang Q

Pondasi tiang mengalihkan beban yang diterima kepada


Wp
tanah melalui 2 mekanisme yaitu berupa gesekan selimut
dan tahanan ujung. Gesekan selimut diperoleh sebagai
akibat adhesi atau perlawanan gesekan antara selimut Qs
tiang dengan tanah di sekelilingnya. Tahanan ujung
timbul karena desakan ujung pondasi terhadap tanah.

Qp

Gambar 2.1. Mekanisme transfer


beban pada pondasi tiang

Gambar 2.2. Kurva hubungan Gambar 2.3. Ilustrasi pemikulan beban pada
beban terhadap penurunan fondasi tiang di (a) Titik A, (b) Titik B, dan (c) Titik
D

38
Jika suatu pondasi tiang dibebani, akan dihasilkan suatu kurva beban-
penurunan. Pada awalnya sistem tiang-tanah berperilaku secara elastis,
membentuk garis lurus hingga titik A, dan jika beban dilepaskan, tiang akan
kembali ke posisi semula.
Pada kondisi ini seluruh beban masih dipikul oleh tahanan selimut dari tiang.
Bila beban ditingkatkan di titik B, maka sebagian gesekan selimut di bagian
atas tiang mencapai gesekan ultimit dan terjadi gelinciran antara tiang dan
tanah.
Pada saat ujung tiang mulai bergerak, tahanan ujung mulai dimobilisasi. Jika
beban dilepaskan lagi, maka kepala tiang tidak akan kembali ke posisi semula
di titik O melainkan ke titik C, menyebabkan suatu penurunan tetap sebesar
OC.
Pergerakan yang dibutuhkan untuk memobilisasi gesekan ultimit pada selimut
tiang umumnya amat kecil yaitu berkisar 2-5 mm, sedangkan untuk
memobilisasi tahanan ujung tiang dibutuhkan gerakan yang lebih besar. Oleh
karena itu, gesekan selimut ultimit akan tercapai lebih dahulu.
Jika beban ditingkatkan terus, maka tahanan selimut tiang tidak dapat lebih
tinggi lagi, dan peningkatan beban berikutnya dialihkan kepada tahanan ujung
tiang.
Ketika mobilisasi tahanan ujung tercapai penuh (titik D), tiang akan bergerak
terus ke bawah tanpa disertai peningkatan beban yang berat. Kondisi inilah
yang disebut daya dukung ultimit pondasi tiang.
Gambar 3b menunjukkan distribusi pemikulan beban oleh tanah pada pondasi
tiang ketika mencapai titik B. Gambar 3c menunjukkan distribusi pemikulan
beban oleh tanah pada pondasi tiang saat mencapai beban ultimit (titk D),
dimana pada titik D baik tahanan selimut tiang maupun tahanan ujungnya
telah mencapai nilai ultimit.

2.1.5. Metode Konstruksi dan Peralatan Untuk Tiang


a. Cara Pemancangan
Cara instalasi tiang amat berpengaruh terhadap perilaku tiang, oleh
sebab itu para konsultan sebaiknya mengetahui bagaimana instalasi
tiang tsb.
Pemancangan tiang umumnya mengikuti langkah-langkah berikut :
Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.

39
Pengangkatan tiang.
Pemeriksaan kelurusan tiang.
Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara
hidrolik.

b. Drop Hammer
Merupakan jenis palu pertama yang dipakai untuk pemancangan tiang.
Dilakukan dengan cara massa palu yang diangkat dan kemudian
dijatuhkan tepat pada kepala tiang pancang.
Saat ini, kebutuhan energi untuk dimensi tiang yang semakin besar
sehingga berat palu dibuat semakin besar tergantung dari kebutuhan.
Dalam pelaksanaannya, drop hammer dapat menggunakan energi
uap, sistem pneumatik yang menggunakan udara betekanan tinggi
serta sistem hidrolik yang menggunakan cairan bertekanan tinggi
untuk mengangkat palu.
Berdasarkan mekanisme kerjanya drop hammer dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu single acting hammer, double acting hammer
dan differential hammer.

c. Diesel Hammer
Palu dijatuhkan dari ketinggian tertentu dan menekan udara di dalam
silinder. Diesel hammer dikembangkan untuk bekerja pada energi
maksimum sehingga mungkin akan sulit bila digunakan untuk
pemancangan pada tanah yang lunak.
Tipe ini mempunyai 2 jenis yaitu open top (single acting) dan closed
top (double acting).

d. Vibratory Hammer
Vibrator hammer menggunakan berat rotasi eksentrik untuk
menimbulkan getaran vertikal dan frekuensi getarannya mencapai 150
Hz. Palu tipe ini sangat efektif untuk penetrasi tiang ke dalam tanah
pasiran. Pemancangan tiang dengan alat ini lebih cepat, getaran yang
muncul akibat pemancangan lebih kecil dan polusi udara maupun
suara lebih rendah dibandingkan dengan palu-palu konvensional.

40
e. Pemancangan dengan cara hidrolik
Sistem pemancangan ini merupakan suatu sistem pemancangan yang
berwawasan lingkungan karena bebas getaran dan dengan
menggunakan teknologi penekanan tidak langsung secara hidrolik.

f. Bantalan (chusion material)


Sistem pemancangan tidak hanya terdiri dari palu dan tiang tetapi ada
komponen-komponen lain yang perlu diperhatikan, salah satunya
adalah bantalan tiang.
Fungsi dari bantalan tiang adalah untuk
mengurangi pengaruh gaya tumbukan
pada kepala tiang agar tidak melebihi
kekuatan tarik dan kekuatan dari beton.
Energi pukulan dari palu ditransfer
melalui striker plate, hammer cushion,
drive head atau helmet, pile cushion,
dan berakhir di kepala tiang. Jenis
bantalan (cushion) dan tebalnya
bantalan akan mempengaruhi besarnya
energi yang tersalurkan. Bantalan
umumnya terbuat dari kayu.

g. Sambungan tiang
Sambungan tiang beton ada beberapa metode, diantaranya dengan
pengelasan pada kedua ujung tiang yang dilengkapi dengan pelat baja
atau dengan penggunaan socket. Pemilihan jenis sambungan
ditentukan oleh posisi sambungan dengan mempertimbangkan gaya-
gaya yang bekerja pada titik tsb.
Sambungan untuk tiang baja pada umumnya jauh lebih sederhana
karena antara kedua ujung tiang dapat langsung dilas.

h. Rekaman Pemancangan
Rekaman pemancangan atau driving record sering digunakan sebagai
bagian dari pengendalian mutu (quality control).

41
Rekaman pemancangan (kalendering) adalah pencatatan jumlah
pukulan hammer tiap penetrasi 50 cm dan pencatatan set pada akhir
pemancangan yang umumnya dilakukan pada 10 pulukan terakhir.
Nilai final set ini sering digunakan untuk memperkirakan daya dukung
tiang berdasarkan formula dinamik.
2.2. DAYA DUKUNG PONDASI TIANG

Kapasitas aksial pondasi tiang pancang ditentukan oleh kemampuan


material tiang untuk menahan beban (kapasitas struktural) atau daya dukung
tanah.
Daya dukung tanah pada fondasi tiang pancang dapat ditentukan dengan cara
statik, berdasarkan korelasi langsung dengan uji lapangan (in situ test),
dengan formula dinamik (dari rekaman pemancangan), analisis perambatan
gelombang, berdasarkan hasil pendongkrakan secara hidrolik dan dengan
pengujian di lapangan.

Kapasitas Dukung Pondasi Tiang :


Qu = Qp + Qs
Qu = ultimate pile capacity
Qp = load carry capacity of the pile point
Qs = frictional resistance

Qp Metode Meyerhof
Metode Vesic
Metode Janbu
Qs Metode
Metode
Metode

2.2.1. Kapasitas Dukung Ujung Tiang

Qp = Ap. qp

42
dengan : Ap = luas penampang ujung tiang
qp = tahanan unit ujung tiang = qp = qu = cNc* + qNq* +
DN*
karena nilai D relatif kecil maka term ke tiga dapat dihilangkan
menjadi :
qp = cNc* + qNq*
maka :
Qp = Ap. qp = Ap (cNc* + qNq*)

dengan :
c = kohesi tanah
q = tegangan vertikal efektif pada ujung tiang
Nq*, Nc* = faktor-faktor kapasitas dukung

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan daya dukung


ujung tiang antara lain metode Meyerhof, Vesic, dan Janbu.

1. Metode Meyerhof
Pada tanah lempung kondisi undrained ( = 0)
Qp = Nc* cu Ap = 9 cu Ap

Pada tanah pasir, c = 0,


Qp1 = Ap. qp = Ap qNq*
Qp1 tidak boleh melebihi nilai batas yaitu Ap. ql , maka Qp1 = Ap qNq* Qp2 =
Ap. ql
dimana ql = 50 Nq* tan (dalam satuan kN/m2)
Kemudian nilai Qp1 dan Qp2 dibandingkan dan dipakai nilai terkecil sebagai
daya dukung ultimit tiang.
Nilai Nq* dan Nc* dapat ditentukan dari gambar 2.4.

qp pada tanah granular homogen (L = Lb) dapat ditentukan dari angka


standard penetration : qp = 40 N. L/D 400 N

43
N = angka standard penetration rata-rata dekat ujung tiang

Gambar 2.4. Variasi nilai


maksimum Nc* dan Nq* terhadap sudut geser tanah

44
Gambar 2.5. Variasi tahanan ujung pile pada (a) tanah pasir homogen ; (b)
tanah pasir berlapis

Gambar 2.5.(a). qp pada tanah pasir bertambah dengan kedalaman dan


mencapai nilai maximum pada embedment ratio Lb/D = (Lb/D)cr. Di bawah
critical embedment ratio (Lb/D)cr, qp nilainya konstan (qp = ql)
Pada banyak keadaan, tiang dapat ditanam pada lapisan pasir lepas (loose
sand) dan di bawahnya lapisan pasir padat (gambar 2.5.(b)), maka :

q p q(l )l
q l (d )
q l (l ) Lb
ql ( d )
10 D
dengan :
ql(l) = tahanan ujung batas untuk pasir lepas
ql(d) = tahanan ujung batas untuk pasir padat
Lb = kedalaman tiang yang tertanam dalam pasir padat

2. Metode Vesic
Q p A p q p A p (cN c * o N *)

dengan :
o = nilai tengah tegangan normal efektif pada level di ujung tiang

1 2K o
= q'
3
Ko = koefisien tekanan tanah pada saat diam = 1 sin

45
Nc* dan N* = faktor kapasitas dukung

3 N q*
N *
1 2K o
N C* ( N q* 1) cot .

Berdasarkan Teori Vesic :


N*f Irr
Irr = reduksi rigidity index tanah
Ir
= Ir = rigidity index
1 Ir.

Es Gs
dimana : Ir
21 s c q ' tan c q ' tan

Es = modulus young tanah


s = angka poisson tanah
Gs = modulus geser tanah
= regangan volumetrik rata-rata dalam zona plastik
di bawah ujung tiang.
Untuk pasir padat atau lempung jenuh, tak ada perubahan vol.
Sehingga = 0,, maka Ir = Irr

Tabel 8.8 (Braja M Das,1990) memberikan nilai N*c dan N* dengan


berbagai nilai sudut gesek tanah.

Untuk (undrained condition),

N C*
4
ln Irr 1 1
3 2
Irr didapat dari laboratorium (triaxial tes dan konsolidasi).
Untuk pendekatan :
Pasir Ir = 70 s/d 150
Lanau & lempung ( drained) Ir = 50 s/d 100
Clay (kondisi undrained) Ir = 100 s/d 200

3. Metode Janbu (1976)

46
Qp = Ap(cN*c + qN*q )
dimana
Faktor daya dukung dihitung dengan anggapan bidang runtuh pada ujung
tiang.

2
N q* tan 1 tan 2 .e 2 'tan

Sudut lihat pada grafik berikut, bervariasi dari 70 o pada lempung lembek
sampai 105o pada tanah berpasir padat.
N c* ( N q* 1 cot
Catatan : Nilai penuh hanya tercapai setelah ujung tiang bergerak 10-25% D
(Nilai kritis untuk pasir).

Gambar 2.6. Faktor-faktor kapasitas dukung oleh Janbu

2.2.2. Tahanan Geser (Frictional Resistance) Qs

Qs p.L. f
p = perimeter penampang tiang

47
L = panjang incremental tiang sepanjang mana p dan f diambil konstan
f = tahanan friksi satuan pada kedalaman Z

Tahanan friksi pada pasir :


f = K.v.tan
dengan :
K = koefisien tekanan tanah
v = Tegangan vetikal efektif pada kedalaman yang ditinjau
= sudut geser tiang-tanah

Untuk bored pile


K = Ko = 1 sin
Untuk tiang pancang low-displacement
K = Ko lower limit
K = 1.4Ko upper limit

Untuk tiang pancang high-displacement


K = Ko lower limit
K = 1.8Ko upper limit

Bhusan (1982) merekomendasikan untuk tiang pancang high-


displacement:
K tan = 0.18 + 0.0065Dr
Dan K = 0.5 + 0.008Dr

emaks. e d d .(min) d (maks)


Dr
emaks. emin d (maks) d (min) d

48
Gambar 2.7. Unit frictional resistance untuk tiang pada tanah pasir

v bertambah terhadap kedalaman sampai batas maksimum pada


kedalaman 15-20D dan konstan sesudahnya.
Kedalaman kritis :
L = 15D
antara 0.5 sampai 0.8

Menurut Meyerhof (1976) :


Unit hambatan friksi :
fav (kN/m2) = 2 N fav (lb/ft2) = 40 N
dengan N adalah nilai rata-rata SPT

Untuk tiang pancang low-displacement:


fav (kN/m2) = N fav (lb/ft2) = 20 N

Qs = pLfav

Tahanan friksi pada lempung


a. Metode (Vijayvergiya and Focht, 1972)
Perpindahan tanah akibat pemancangan dianggap menimbulkan
tekanan tanah pasif lateral.
fav = ( 2cu + v)
v = tek efektif rata-2
sepanjang pembenaman.
cu = rata-rata kekuatan geser
undrained (=0)
Nilai berubah sesuai kedalaman
penetrasi tiang, pada gambar
berikut :

49
Gambar 2.8. Variasi nilai terhadap panjang tiang yang
dipancang

Hambatan friksi total :

Qs = pLfav

Untuk tanah berlapis,


cu =( cu1L1 + cu2L2 + ) /
L
Nilai tengah v :
' A1 A2 A3 .....
V
L
dimana A1, A2, A3 luas
diagram tegangan efektif
vertikal.

Gambar 2.9. Aplikasi metode pada tanah berlapis

b. Metode
Unit hambatan friksi dalam
lempung :
f = cu
dengan :
= faktor adhesi empiris

Untuk lempung normally


consolidated (NC clay), dengan
cu < + 50kN/m2,

50
= 1.

Qs = f pL = cu
pL

Gambar 2.10. Variasi dengan kohesi undrained lempung

c. Metode .
Pemancangan dalam lempung jenuh menaikkan tekanan air pori u.
Untuk lempung NC, u = 4 s/d 6 cu. u terdissipasi dalam sebulan,
sehingga unit hambatan friksi dihitung berdasarkan parameter
tekanan efektif lempung remolded (c=0). Jadi

f =

dengan :
v = tek efektif vertikal pada setiap kedalaman
= K tan R
R = sudut friksi drained lempung remolded
K = koefisien tekanan tanah = 1-sinR (untuk NC-clay)
K = (1-sinR ) OCR (untuk OC-clay)
OCR = overconsolidation ratio

Qs = f pL

Kapasitas Daya Dukung Tiang


Qu = Qp + Qs
Qall = Qu / FS
FS = 2.5 sampai 4, tergantung uncertainties dari perhitungan
beban ultimit.

Penentuan faktor keamanan atau FS tergantung pada beberapa faktor, antara


lain adalah sebagai berikut :
Jenis dan kepentingan struktur.

51
Variasi kondisi tanah.
Tingkat kehandalan penyelidikan geoteknik.
Jumlah dan jenis pengujian geoteknik.
Ketersediaan data uji pembebanan di dekat lokasi.
Tingkat pengawasan dan pengendalian mutu pekerjaan fondasi.
Probabilitas beban rencana yang akan terjadi sepanjang masa bangunan.

Untuk menentukan faktor keamanan dapat digunakan klasifikasi struktur


bangunan menurut Pugsley (1966) sebagai berikut :

1. Bangunan monumental, umumnya memiliki umur rencana melebihi 100


tahun, seperti Tugu Monas, Monumen Garuda Wisnu Kencana, Jembatan-
jembatan besar, dll.

2. Bangunan permanen, umumnya adalah bangunan gedung, jembatan, jalan


raya dan jalan kereta api, dan memiliki umur rencana 50 tahun.

3. Bangunan Sementara, umur rencana bangunan kurang dari 25 tahun,


bahkan mungkin hanya beberapa saat saja selama masa konstruksi.

Faktor-faktor lain kemudian ditentukan berdasarkan tingkat pengendaliannya


pada saat konstruksi.

1. Pengendalian Baik : Kondisi tanah cukup homogen dan konstruksi


didasarkan pada program penyelidikan geoteknik yang tepat dan
profesional, terdapat informasi uji pembebanan di dekat lokasi proyek dan
pengawasan konstruksi dilaksanakan secara ketat

2. Pengendalian Normal : Situasi paling umum, hampir serupa dengan kondisi


di atas, tetapi kondisi tanah bervariasi dan tidak tersedia data pengujian
tiang.

3. Pengendalian Kurang : Tidak ada uji pembebanan, kondisi tanah sulit dan
bervariasi, pengawasan pekerjaan kurang, tetapi pengujian geoteknik
dilakukan dengan baik.

4. Pengendalian Buruk : Kondisi tanah amat buruk dan sukar ditentukan,


penyelidikan geoteknik tidak memadai.

Tabel 2.1. Faktor keamanan untuk Fondasi Tiang

52
Bangunan Bangunan Bangunan
Klasifikasi struktur bangunan
Monumental Permanen Sementara
Probabilitas kegagalan yang dapat
10-5 10-4 10-3
diterima
FS (pengendalian baik) 2,3 2,0 1,4
FS (pengendalian normal) 3,0 2,5 2,0
FS (pengendalian kurang) 3,5 2,8 2,3
FS (pengendalian buruk) 4,0 3,4 2,8

Untuk beban aksial tarik dianjurkan menggunakan faktor keamanan yang lebih
tinggi daripada kondisi beban aksial tekan karena keruntuhan akibat beban
tarik umumnya bersifat tiba-tiba.
Karena itu dianjurkan untuk menggunakan faktor keamanan (FS) sebesar 1,5
kali dari nilai yang diberikan dalam tabel.0

Korelasi Disain Coyle and Castello (1981)

Qu = Qp + Qs = qN*q.Ap + fav.pL
dengan :
q = teg efektif vertikal pada dasar tiang
f av K 'v tan

'v = tekanan efektif overburden rata-rata


= sudut geser tanah tiang

N*q dikorelasikan dengan L/D seperti pada gambar di bawah. Ada nilai
maximum untuk L/D tertentu.

53
Gambar 2.11. Variasi Nq* dengan L/D
Nilai K ditentukan sebagai fungsi dan L/D pada gambar berikut dimana
diasumsikan
= 0.8

Qu= qN*q.Ap + p.L.K 'v tan(0.8 )


Error dari persamaan ini hanya + 30% dan umumnya + 20%.

Gambar 2.12. Variasi K dngan L/D

Catatan :
1. Untuk nilai awal, tiang pancang dalam pasir
memberikan unit point resistant, qp > 50-100% dibanding bored piles
akibat densifikasi selama pemancangan.
2. Dalam tanah kepasiran, tiang cast-in-place dgn
pedestal, qp > 50-100% dibanding cast-in-place tanpa pedestal.

54
Energi impac yang tinggi membentuk pedestal akibat kompaksi
tanah dan menaikkan .
3. Perhitungan Ap dan perimeter p, untuk profil,
(mis. H), efek tanah yang mengisi alur, diperhitungkan.
Tiang pipa Ap = D2/4 p = D
Tiang H Ap = d1.d2 p = 2(d1+d2)
Karena d1 < d2 D = d1
4. Qp dalam rumus sebelumnya termasuk berat
sendiri tiang.
Qp(net) = Qp(gross) q. Ap
Untuk tanah >0, pengaruhnya kecil sehingga praktis :
Qp(net) = Qp(gross)

Untuk tanah =0, N*q = 1 sehingga


Qp(net) = [( cu.N*c + q ) q ]. Ap = cu.N*c.Ap
= 9 cu.Ap = Qp

2.2.3. Point Bearing Capacity Tiang Pancang di atas Batuan


Menurut Goodman, 1980
qp = qu(N+ 1)
N= tan2 (45 + /2)
qu = unconfined compressive strength dari batuan
= sudut friksi drained
Karena scale factor, nilai qu untuk contoh lab bisa 4 - 5 kali nilai qu untuk
contoh berukuran 1 m dan lebih.

qu(design) = qu(lab) / 5
Qp(all) = ([qu(N+ 1)]Ap) / FS.

2.2.4. Daya Dukung Kelompok Tiang

Pendahuluan
Penggunaan kelompok tiang mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai
berikut :

55
Dapat digunakan bila tiang tunggal tidak mempunyai kapasitas yang
cukup untuk menahan beban kolom.
Kegagalan dari sebuah tiang dapat diminimalisasi dengan adanya tiang-
tiang yang lain (prinsip redundancy)
Menyebabkan pemadatan pada arah lateral, terutama pada
pemancangan tiang sehingga meningkatkan tahanan geseknya. Hal ini
terutama berlaku pada jenis tanah pasiran.

Konfigurasi kelompok tiang tipikal seperti pada gambar berikut :

Gambar.
2.13. Beberapa konfigurasi kelompok tiang tipikal (sumber : Tomlison, 2001)

Dalam sistem kelompok tiang, baik pada ujung maupun pada keliling
tiang akan terjadi overlapping pada daerah yang mengalami tegangan-
tegangan akibat beban kerja struktur, seperti pada gambar berikut :

56
Gambar 2.14. Tegangan di bawah ujung Gambar 2.15. Ilustrasi overlapping zona
tiang tunggal & kelompok tiang (sumber : tegangan di sekitar kelompok tiang
Tomlinson, 1994) (sumber : Bowles, 1997)

Gambar 2.16. Ilustrasi overlapping zona tegangan di sekitar kelompok tiang


(sumber : Bowles, 1997)

Idealnya tiang-tiang dalam kelompok ini dibuat dengan jarak tertentu


dimana kapasitas dukung kelompok tiang tidak kurang dari jumlah
kapasitas dukung tiang tunggal.
Dalam praktek, jarak antar titik pusat tiang (d), paling kurang 2,5 D
sedangkan jarak optimal antara tiang umumnya adalah antara 3 3,5 D.
Untuk fondasi yang memikul beban lateral yang besar, maka dianjurkan
jarak yang lebih besar.

Efisiensi Kelompok Tiang

Efisiensi kelompok tiang didefinisikan sbb. :


Qg ( u )

Qu

Qg(u) = kapasitas dukung ultimit kelompok tiang


Qu = kapasitas dukung ultimit tiang tunggal

57
Efisiensi kelompok tiang tergantung pada beberapa faktor diantaranya
:
Jumlah tiang, panjang, diameter, pengaturan, dan terutama jarak
antara as ke as tiang.
Modus pengalihan beban (gesekan selimut atau tahanan ujung).
Prosedur pelaksanaan konstruksi (tiang pancang atau tiang bor).
Urutan instalasi tiang.
Jangka waktu setelah pemancangan.
Interaksi antara pile cap dengan tanah di permukaan.

Pile cap
MA

L
d d

(b)
d jumlah tiang = n1 x n2
Bg Lg > Bg
d Lg = (n1 - 1)d + 2 (D/2)
Lg Bg = (n2 - 1)d + 2 (D/2)

(a)

(c)

58
Gambar 2.17. Kelompok tiang (a) pile cap yang menyentuh permukaan
tanah; (b) konstruksi offshore platforms; (c) overlap tegangan pada
tanah pada tiang yang berdekatan
Efisiensi Kelompok Tiang Pada Tanah Pasiran
Analisis sederhana sbb:

Dari gambar (a), tiang-tiang bekerja dalam salah satu dari :


1) sebagai blok Lg x Bg x L atau;
2) sebagai tiang-tiang yang berdiri sendiri.

1) Qg(u) = fav.pg.L
dimana pg = keliling
= 2(n1 + n2 2 )d+4D

2) Qu = fav.p.L
p = keliling penampang tiang.

Jadi :
Qg ( u ) f av 2 n1 n2 2 d 4 D L

Qu n1 .n2 . p.L. f av

2 n1 n2 2 d 4 D

n1 .n2 . p
dimana :

2 n1 n2 2 d 4 D
Qg ( u )
n .n . p Qu
1 2

Untuk jarak d yang besar, > 1


Bila < 1:

Qg ( u ) Qu
>1

Qg ( u ) Qu

Persamaan Converse-Labarre

59
n1 1 n2 n2 1 n1
1
90n1 .n2
dengan (derajat) = tan-1( D/d )

Dari tes model laboratorium pada pasir padat (tiang bulat):

1 .5 d /D
1

1 .4 2
3
1 .3
4
5
P a s ir p a d a t: 6
1 .2
D = 2 5 ,4 m m
m
lo o
pk,

L=406 m m
e
ik

1 .1
ies
n

J u m la h t ia n g : 2 x 2
fis
E

1 2 3 4 5 6
ja r a k tia n g d /D

Gambar 2.18. Hasil model tes efisiensi kelompok tiang pada pasir padat

Kesimpulan tes :
1. Tiang pancang pada pasir dengan d>3D, Qg(u) Qu, termasuk friksi
dan point bearing tiang-tiang individual.
2. Bored piles pada pasir dengan d 3D, Qg(u) ) (2/3 s/d ) Qu,
termasuk friksi dan point bearing tiang-tiang individual

Petunjuk umum menentukan efisiensi kelompok tiang pada tanah pasir


Pada tiang pancang, baik pada tiang gesekan maupun tiang tahanan
ujung dengan d 3,0 D, daya dukung kelompok tiang dapat diambil
sama besar dengan jumlah dari seluruh daya dukung tiang tunggal
( = 1).
Pada tiang pancang jenis tiang gesekan dengan s < 3,0 D, gunakan
salah satu formula di atas.
Pada tiang bor dimana tahanan gesek dominan dengan jarak s = 3,0
D, nilai efisiensi berkisar antara 0,67 sampai 0,75, tetapi pada tiang
bor jenis tahanan ujung nilai efisiensi dapat dianggap sebesar 1,0.

60
Efisiensi Kelompok Tiang Pada Tanah Lempung

1. Tentukan
Qu = n1.n2(Qp + Qs)
Qp= 9 cu(p) Ap
Qs= p cu L

2. Tentukan kapasitas dukung ultimit berdasarkan blok LgxBgxL.


Hambatan kulit blok :
pg cu L= 2(Lg+Bg) cu L

Kapasitas point bearing :


Ap qp = Ap ( cup.N*c) = (Lg.Bg) cup.N*c

Nilai N*c sbb:

9 L /B g
L g /B g = 1 0
8 2 1
2
3 3
N

7
c
*

4
6 5

0 1 2 3 4 5
L /B g

Gambar 2.19. Variasi nilai Nc* terhadap L/Bg dan Lg/Bg

Maka beban ultimit :

Q L B c
u g g u( p)
N C* 2 Lg Bg cu .L

61
3. Bandingkan nilai dari dua persamaan Qu di atas. Nilai terkecil = Qgu.

Petunjuk umum menentukan efisiensi kelompok tiang pada tanah


lempung

Hingga saat ini belum ada metode yang paling memuaskan untuk
menilai efisiensi kelompok tiang, sehingga seorang perencana geoteknik
seringkali harus menggunakan judgement. Namun demikian terdapat
beberapa petunjuk praktis sbb :
Tentukan apakah keruntuhan blok akan terjadi. Umumnya bila jarak
antar tiang cukup besar, keruntuhan tidak ditentukan oleh blok.
Keruntuhan blok hanya terjadi bila jarak antara tiang cukup rapat (d
< 2 D) sehingga umumnya tidak terjadi masalah.
Kapasitas dukung sementara kelompok tiang pancang pada tanah
kohesif berkurang sebagai akibat tekanan air pori ekses yang timbul
saat pemancangan. Efisiensi kelompok tiang sementara dapat turun
hingga 0,4 0,8, tetapi akan meningkat terhadap waktu.
Kelompok tiang pada tanah nonkohesif mencapai kapasitas
maksimum sesaat setelah pemancangan karena tekanan air pori
ekses akan segera terdisipasi. Efisiensi kelompok tiang umumnya
lebih besar dari 1,0. Untuk desain dapat digunakan nilai = 1,2
untuk tiang pancang dan = 1,0 pada fondasi tiang pancang dengan
pre-drilling.

Contoh Soal
1. Sebuah tiang baja bentuk H 330 x 1,064 dipancang pada tanah pasir
seperti yang ditunjukkan pada gambar.
A. Hitung daya dukung ujung tiang = 15,7 kN/m3
5m = 30
dengan cara : c = 0
m.a.t.
1. Meyerhoff.
2. Vesic (Ir = 150 = Irr)
3. Standard penetration dengan N sat = 18,1 kN/m3
13 Pasir lepas = 30
pada ujung pile 45. m c = 0

62
sat = 19,4 kN/m3
4m Pasir padat
= 40
c = 0
B. Estimasi daya dukung ujung ultimit dari hasil a.
C. Hitung tahanan geser ultimit, Qs dengan K = 1,4 dan = 0,6.
D. Hitung daya dukung ijin pile dengan FS = 4.

Kontrol kapasitas dukung ijin steel section pile menggunakan all untuk baja =
62.000 kN/m2.

Penyelesaian :

Ap = 0,308 x 0,310 = 0,0955 m2


308 mm

310 mm

a. Daya Dukung Ujung Tiang


1. Metode Meyerhof
Kedalaman penetrasi di bawah lapisan pasir padat Lb = 4 m, maka :
Lb > 10 D 4 > 10 (0,308)
sehingga : qp = ql(d) = 50 Nq* tan 2
untuk 2 = 40, Nq* = 350 (gbr 9.14), maka :
qp = 50 x 350 tan 40 = 14684 kN/m2
Qp = Ap . qp = 0,0955 (14684) = 1402 kN
di cek dengan : Qp = Ap . q . Nq Ap . qp
q = (5 . 15,7) + 13 (18,1 9,81) + 4 (19,4 9,81) = 224,63 kN/m 2
maka : qp = Ap . q . Nq* = (0,0955) (224,63) (350) = 7508 kN
karena Qp = 1404 kN < 7508 kN Qp = 1402 kN

2. Metode Vesic
Ir = Irr = 150, 134,52 193,13

Dari tabel 8.8 untuk = 40 dan Irr = 150 N 163,8
2
Ko = 1 sin = 1 sin 40 = 0,357

1 2Ko 1 2 (0,357)
o' q' (224,63) 128,34 kN / m 2
3 3

63
Qp = Ap. o . N* = (0,0955) (128,34) (163,8) = 2008 kN

3. Metode Standard Penetration Resistance


N = 45
L
q p 40 N 400 N
D
22
qp 40 ( 45) 128.571 kN / m 2
0,308

qp = 400 N = 400 . 45 = 18000 kN/m2, sebagai kontrol, maka :


Qp = Ap. qp = 0,0955 . 18000 = 1719 kN

b. Estimasi Daya Dukung Ujung Tiang


Dari ketiga hasil perhitungan Qp di atas, maka :
Qp = (1402+2008+1719)/3 1709 kN

c. Tegangan Gesek Ultimit


Untuk tahanan geser ultimit, v akan konstan setelah L = 15 D =
15x0,308 = 4,62 m
Tahanan geser dari z = 0 sampai z = 4,62 m :

K v ' tan
Qs p L f av 2 (0,308 0,310) (4,62)
2
1,4 (72,53) tan (0,6 . 30)
5,71 94,2 kN
2
Tahanan geser dari z = 4,62 m sampai z = 22 m
Qs2 = p L f(z=4,62 22) = 2 (0,308 + 0,310) (22 4,62) [1,4 . 72,53 tan
(0,6 . 30)]
Qs2= 708,7 kN

Tahanan geser total = Qs = Qs1 + Qs2 = 94,2 + 708,7 = 803 kN

d. Daya Dukung Ijin

Qu = Qp + Qs = 1709 + 803 = 2512 kN


Qall = Qu/FS = 2512 / 4 = 628 kN

64
Dicek kapasitas dukung ijin untuk steel pile section. Untuk HP 310x1,079,
dari tabel 8.1a, luas penampang pile adalah 14,1x10 -3 m2

Qall = all x 14,1x10-3 all = 62000 kN/m2


= 62000 x 14,1x10-3
= 874,2 kN

Maka :
Qall < Qall (pile)
628 kN < 874 kN
Maka beban ijin pile adalah 628 kN

2. Sebuah pile baja berbentuk pipa mempunyai diameter luar 406 mm dan
tebal dinding pipa 6,35 mm dipancang pada tanah lempung.

v (kN/m2)
Lempung sat = 18,0 kN/m3
5m jenuh cu(1) = 30 kN/m2
A1 = 225
m.a.t.
90 kN/m2
sat = 18,0 kN/m3
5m A2 = 552,38
c1(1) = 30 kN/m2
130,95
kN/m2
sat = 19,6 kN/m3
cu(2) = 100 kN/m2
20
m A3 = 4577

326.75 kN/m2
a. Hitung daya dukung ujung pile
b. Hitung tahanan geser dengan cara , , dan dengan R = 30 untuk
semua lapisan. 10 meter pertama adalah lempung NC dan lapisan
bawahnya adalah lemung OC dengan OCR = 2
c. Estimasi daya dukung ijin pile dengan FS = 4

Penyelesaian :
Luas penampang pipa termasuk tanah di dalamnya :

65
Ap = D2 = /4 (0,406)2 = 0,1295 m2
a). Daya dukung ujung pile :
Qp = Ap. qp = Ap. Nc* cu (2) = 0,1295 x 9 x 100 = 116,55 kN

b). Tahanan Geser (skin resistance)


Cara
Qs = .cu.p.L
Dari kurva hubungan dan kohesi undrained, untuk cu(1) = 30 kN/m2, 1
= 1,0, dan untuk cu(2) = 100 kN/m2, 2 = 0,5
Qs = 1.cu(1).p.L + 2.cu(2).p.L
= 1,0. 30. (. 0,406). 10 + 0,5. 100. (. 0,406). 20
= 382,7 + 1275,5
= 1658,2 kN

Cara
Qs = p.L. fav fav = ( v + 2. cu)
Nilai rata-rata cu = [cu(1). 10 + cu(2). 20]/30 = [30.10 + 100. 20] / 30
cu(av) = 76,7 kN/m2

Menggunakan gambar di atas v rata-rata dapat dihitung sebagai :


v = (A1+A2+A3)/L = (225+552,38+4557)/30 = 178,48 kN/m2

Nilai ditentukan dari kurva hubungan antara dan kedalaman


pemancangan, dengan L = 30, = 0,14
fav = 0,14 (178,48 + 2. 76,6) = 46,46 kN/m2

Qs = pLfav = . 0,406. 30 . 46,46 = 1777,8 kN

Cara
R = 30
Untuk z = 0 5 m,
fav(1) = (1 sin R) tan R v(av)

66
= (1 sin 30) tan 30 [(0+90)/2]
= 13,0 kN/m2
Untuk z = 5 10 m :
fav(2) = (1 sin 30) tan 30 [(90+130,95)/2]
= 31,9 kN/m2
Untuk z = 10 30 m :
fav(3) = (1 sin R) tan R OCR v(av)
= (1 sin 30) tan 30 2 [(130,95+326,75)/2]
= 93,43 kN/m2

Maka Qs = p (fav(1). 5 + fav(2). 5 + fav(3). 20 )


= . 0,406 [13 . 5 + 31,9 . 5+93,43 . 20 ]
Qs = 2669,7 kN

c). Daya dukung ijin pile


Jika dibandingkan ketiga hasil perhitungan Q s di atas, dapat dilihat bahwa
dan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dibanding .
Maka Qs = (1658,1 + 1777,8)/2 = 1718 kN

Sehingga
Qu = Qp + Qs = 116,46 + 1718 = 1834,46 kN

Dan
Qall = Qu/FS = 1834,46/4 = 458,6 kN

67

Anda mungkin juga menyukai