Rangkuman Materi Seminar Gerontik
Rangkuman Materi Seminar Gerontik
Rangkuman Materi Seminar Gerontik
1. Teori Penuaan
a. Teori Genetik
Teori ini menjelaskan bahwa dalam tubuh terdapat jam biologis
yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu.
b. Teori Mutasi Somatik (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik
dari lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga
akhirnya terjadi penurunan fungsi organ.
c. Teori Penurunan system imun tubuh (Immunology Slow Virus
Theory)
System immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
d. Teori kerusakan akibat radikal bebas (Free Radical Theory)
Radikal bebas dapat berbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerative.
e. Teori rantai silang (Cross Link Theory)
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kaut, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya alstis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
2. Permasalahan lanjut Usia
Penuaan adalah proses penurunan perlahan-lahan kemampuan
jaringan tubuh, memperbaiki, mengganti serta mempertahankan
struktur dan tinggi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termaksud infeksi) dan memperbaiki kerusakan (Nugroho,2008).
Mandi
1
2
3
Kemampuan
Mandiri
Aktivitas
di
kamar
Tergantung
mandi
disiapkan
Memelihara kebersihan diri untuk
4
10
11
12
13
14
(membersihkan
di
WC
dan
dan
15
16
keputusan
untuk
kepentingan
aktivitas
sosial
yang
luang
kegiatan
keagamaan,
menyalurkan hobi).
Jumlah
Keterangan :
Point : 13 17 Mandiri ( mampu melakukan aktivitas dasar)
Point : 0 12 ketergantungan (kurang mampu melakukan aktivitas)
atau
diberikan
masyarakat
kepada
seseorang
BB
2
(TB)
Ket :
IMT = Indeks Massa Tubuh
BB = Berat badan dalam (kg)
TB = Tinggi badan dalam (m)
Pada kategori IMT adalah Gizi dibagi dalam kategori sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
IMT kurang
IMT normal
IMT lebih
Obesitas I
Obesitas II
Sangat Obesita
terjadi
osteoporosis
(keropos),
sehingga
terjadi
penurunan tinggi badan. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan
sesungguhnya dengan rumus :
Tinggi Badan (Laki-Laki) = 59,01 + (2,08 x TL)
Tinggi Badan (Perempuan) = 75,00 + (1,91 x TL)
Catatan : TL = Tinggi Lutut (cm)
a. Untuk orang sehat (dapat duduk )
Keperawatan Gerontik Bantuan ADL pada Kelompok Lansia | 8
fungsi
kognitif
meliputi
proses
belajar,
persepsi
lanjut
usia
tetap
merasa
tidak
puas
dengan
dijumpai
pada
jenis
kelamin
tertentu
terutama
yang
menjawab pertanyaan
j. Perhatikan tanda-tanda kelelahan (mengeluh, respons menjadi
lambat, mengerut, dan tersinggung)
k. Rencanakan apa yang akan dikaji
1. Melakukan pengkajian pada saat energi klien meningkat.
Contoh: sehabis makan
2. Interviewer (sikap perawat: perasaan, nilai, dan kepercayaan)
a. Mengetahui mitos-mitos seputar lansia
b. Menjelaskan tujuan wawancara
c. Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi
kebutuhan pengumpulan data dengan kepentingan klien
Keperawatan Gerontik Bantuan ADL pada Kelompok Lansia | 16
faktor-faktor
ini
karena
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolaborasi
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan
pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan
sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan,
tanggung jawab dan tanggung gugat. Seperti yang dikemukakan
National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan
Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan
sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek
perawatan kesehatan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994,
setelah melalui
kesehatan
dalam
lingkup
praktek
profesional
pengembangan
ditentukan
oleh
kerjasama
peraturan
suatu
atau
negara
mekanisme
dimana
yang
pelayanan
lingkup
praktek
dengan
berbagi
nilai-nilai
dan
tim
merupakan
dalam
hubungan
memberikan
kerja
asuhan
sama
antara
kesehatan.
Pada
Dokter
Perawat
Ahli Gizi
Fokus Klien/
Pasien
dll
laboratorium
administrasi
radiologi
IPSRS
Communicati
ons
Autonomy
Responsibilit
y
cooperation
Efective collaboration
Common
purpose
Assertiveness
Coordination
Mutuality
dan
mendukung
konsensus
suatu
untuk
keputusan
dicapai.
yang
Tanggung
diperoleh
jawab,
dari
hasil
bahwa
setiap
anggota
bertanggung
jawab
untuk
kemandirian
kompetensinya.
anggota
Kordinasi
adalah
tim
efisiensi
dalam
batas
organisasi
yang
orang
yang
berkualifikasi
dalam
menyelesaikan
permasalahan.
Dasar-dasar kompetensi kolaborasi :
a. Komunikasi
b. Respek dan kepercayaan
c. Memberikan dan menerima feed back
d. Pengambilan keputusan
e. Manajemen konflik
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi karena
kolaborasi
membutuhkan
pemecahan
masalah
yang
lebih
pola
hubungan,
harga
diri,
kepercayaan
diri,
bersifat
negatif
maupun
positif.
Dalam
melakukan
kunci
multidisipliner
dapat
kolaborasi
digunakan
dalam
kerja
untuk
sama
mencapai
team
tujuan
kolaborasi team :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
b. Produktivitas
sumber daya
c. Peningkatnya
profesionalisme
dan
kepuasan
kerja,
dan
loyalitas
d. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
f.
dari
suatu
hubungan
kolaborasi
adalah
adanya
b. Masing-masing
profesi
mengetahui
batas-batas
dari
pekerjaannya
c. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
d. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain
yang tergabung dalam tim.
Model Praktek Kolaborasi :
a. Interaksi Perawat-Dokter, dalam persetujuan pratek
b. Kolaborasi Perawat Dokter, dalam memberikan pelayanan
c. Tim Interdisiplin atau komite
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi
kurang berdasar jika hanya dipandang dari hasilnya saja.
Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masingmasing profesi memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh
kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang
sama.
Kolaborasi
fondasi
awal
berinteraksi
perawat
dengan
dididik
mengenal
pasien.
Praktek
perannya
dan
keperawatan
belajar
merawat,
menjalankan
prosedur
dan
menginternalisasi peran.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan
sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan
menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
adalah
suatu
proses
dimana
praktisi
pelayanan
kesehatan
dalam
lingkup
praktek
pemberi
petunjuk
pengembangan
kerjasama
atau
seorang
kolaborator,
perawat
melakukan
merupakan
seorang
unsur
utama
profesional
yang
untuk
mempengaruhi
mengerti
hakikat
penderita
lanjut
usia
harus
dipandang
misalnya
agama,
pendidikan,
dan
(kerusakan/
gangguan),
yaitu
adanya
geriatrik
merupakan
bentuk
kerjasama
untuk
membantu
pelaksanaan
masalah
penderita tersebut.
B. Skrining Kesehatan Pada Lansia
Skrining (penapisan) adalah mengidentifikasi ada tidaknya
penyakit atau kelainan yang sebelumnya tidak diketahui dengan
menggunakan berbagai tes pemeriksaan fisik dan prosedur lainnya,
agar dapat memilah dari sekelompok individu, mana yang tergolong
mengalami
kalainan.
Skrining
tidak
dapat
diartikan
secara
pengobatan.
Sasaran
skrining
kesehatan
memang
Laki-laki, duda
Tinggal sendiri
Bersifat cost-effective.
sebenarnya
hanya
perlu
dilakukan
bila
terdapat
umum,
aspek
pencegahan
dapat
dibagi
atas
masih
berada
pada
stadium
subklinis.
Pencegahan
pada
penyakit
kardiovaskular,
keganasan
dan
b. Keganasan
Skrining
terhadap
keganasan
terutama
ditujukan
Namun,
kanker
perlu
diwaspadai
endometrium,
kemungkinan
dimana
untuk
memperbaiki
penglihatan,
tetapi
juga
akan
alat
funduskopi
dapat
mendeteksi
penyakit
dengan
2(dua)
golongan
skrining,
yaitu
(1)
survey
mencegah
institusionalisasi
dan
mengurangi
serta
untuk
member
dukungan
emosional
bagi
sebaiknya
diselenggarakan
selaku
kegiatan
dukungan
sosial
penanggung
biaya
dengan
bila
menanyakan
lansia
ada
memerlukan
Mengecek
status
kognitif
dengan
meminta
lansia
kardiovaskuler,
keganasan
dan
cerebravaskular
resiko
timbulnya
stroke,
penyakit
jantung,
pengkajian
secara
lengkap
(anamnesis
dan
pengkajian
secara
lengkap
(anamnesis
dan
dugaan
kelainan
ginjal
adalah
pemeriksaan
pengkajian
secara
lengkap
(anamnesis
dan
pengkajian
secara
lengkap
(anamnesis
dan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter
dan tim kesehatan harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya.
Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas
yang
lainnya.
Masing-masing
profesi
memiliki
kompetensi
kekuatan
untuk
mencapai
tujuan
yang
diharapkan.
antara
anggota
tim
kesehatan
memfasilitasi
B. Saran
Diharapkan
pada
seluruh
tenaga
kesehatan
mampu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
Elizabeth
T.2006.Keperawatan
Komunitas
Teori
dan
Praktik.Jakarta: EGC
Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta: Salemba Medika
Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN., FAAN , alih
bahasa
Indraty
Secillia,
2000.
Kolaborasi
Perawat-Dokter
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah
meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup,
berarti semakin banyak penduduk lanjut usia (lansia). Menurut Titus, ketua
umum Lembaga Lanjut Usia Indonesia, dalam Kompas 3 Desember 2008,
Lansia adalah warga yang berusia di atas 60 tahun. Pada tahun 2020 jumlah
Lansia diproyeksikan mencapai sekitar 30 juta jiwa atau 11,5% dari total
populasi. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 18 juta jiwa Lansia. Jumlah ini
merupakan 7,8% dari total populasi. Sebanyak 25% Lansia menderita
penyakit degeneratif dan hidup tergantung pada orang lain. Sekitar 99%
diantaranya mengkonsumsi obat dan sebagian besar menghabiskan hidupnya
dengan beristirahat, tanpa berbuat apa-apa. Saat ini secara ekonomi biaya
tahunan untuk perawatan kesehatan Lansia cukup tinggi. Biaya ini semakin
meningkat apabila usia harapan hidup bertambah.
Olahraga lebih murah biayanya bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan Lansia. Lanjut usia sering dikaitkan dengan usia yang sudah tidak
produktif, bahkan diasumsikan menjadi beban bagi yang berusia produktif.
Hal ini terjadi karena pada Lansia secara fisiologis terjadi kemunduran fungsifungsi dalam tubuh yang menyebabkan Lansia rentan terkena gangguan
kesehatan. Namun demikian, masih banyak Lansia yang kurang aktif secara
fisik. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebabnya adalah kurangnya
pengetahuan tentang manfaat aktivitas fisik, seberapa banyak dan apa jenis
aktivitas fisik yang harus dilakukan, terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai
waktu untuk melakukan olahraga, serta kurangnya dukungan dari lingkungan
sosial.
Pengetahuan tentang pola hidup sehat dapat mencegah timbulnya
berbagai penyakit. Bagi Lansia yang menderita gangguan penyakit, penerapan
pola hidup sehat sesuai dengan jenis penyakitnya akan sangat membantu
mengontrol penyakit yang diderita, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang
perlu menerapkan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perubahan-perubahan fisik pada Lansia
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia, diantaranya
perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular,
respirasi, dan kognisi. Distribusi lemak berubah dengan bertambahnya usia.
Laki-laki dengan bertambahnya usia akan mengakumulasi lemak terutama di
sekitar batang tubuh (truncus) dan di sekitar organ-organ dalam, sedangkan
wanita terutama di sekitar organ-organ dalam. Penelitian pada atlet senior
menunjukkan bahwa mereka mempunyai kadar lemak lebih rendah
dibandingkan dengan non-atlet, namun apabila dibandingkan dengan atlet
muda mempunyai kadar lemak 5-10% lebih tinggi(Wojtek, 2000).
Pada Lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke
otot, penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada
penurunan kekuatan otot. Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa
otot, perfusi otot, dan kecepatan konduksi saraf ke otot. Pada usia 90-an, 32%
wanita dan 17% laki-laki mengalami patah tulang panggul dan 12-20%
meninggal karena komplikasi. Massa tulang menurun 10% dari massa puncak
tulang pada usia 65 tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada wanita,
kehilangan massa tulang lebih tinggi, kira-kira 15-20% pada usia 65 tahun
dan 30% pada usia 80 tahun. Laki-laki kehilangan massa tulang sekitar 1%
per tahun sesudah usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa
tulang pada usia 30-an,dengan laju penurunan 2-3% per tahun sesudah
menopause.
Tulang, sendi, dan otot saling terkait. Jika sendi tidak dapat digerakkan
sesuai dengan ROM-nya maka gerakan menjadi terbatas sehingga
fleksibilitas menjadi komponen esensial dari program latihan bagi Lansia.
Jika suatu sendi tidak digunakan, maka otot yang melintasi sendi akan
memendek dan mengurangi ROM. Latihan fleksibilitas dapat meningkatkan
kekuatan tendon dan ligamen, mempertahankan kekuatan otot yang melintasi
meningkatkan
kapasitas
aerobik,
kekuatan,
fleksibilitas,
dan
otot
(muscle
strengthening),
fleksibilitas,
dan
latihan
air, bersepeda
statis,
dan
dilakukan
dengan
cara
yang
latihan
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya
penting
untuk
mempertahankan
fungsi
muskuloskeletal,
2.4. Penyakit yang dapat dicegah pada Lansia apabila melakukan aktivitas
fisik.
Dengan melakukan aktifitas fisik pada Lansia yang dilakukan secara
rutin dapat mencegah beberapa penyakit pada Lansia.
1. Osteoartritis
Riset menunjukkan bahwa olahraga teratur menjadi salah satu hal
penting untuk mencegah osteoporosis, termasuk patah tulang karena
osteoporosis dan jatuh. Olahraga dapat meningkatkan massa tulang,
kepadatan, dan kekuatan pada Lansia. Olahraga juga melindungi melawan
patah tulang panggul (Megan, 2008).
Olahraga direkomendasikan bagi Lansia dengan osteoartritis untuk
memperkuat otot dan mobilitas sendi, memperbaiki kapasitas fungsional,
menghilangkan nyeri dan kekakuan, dan mencegah deformitas lebih lanjut.
Program latihan disusun berdasarkan status individual. Olahraga
sebaiknya yang tidak membebani tubuh, misalnya bersepeda dan latihan di
dalam air.
9 Latihan aerobik meliputi aktivitas yang membuat seseorang
menahan beban tubuhnya sendiri (weight bearing), misalnya berjalan atau
2.
Pelupa
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kurang konsentrasi
9.
10.
11.
Mudah terangsang
12.
Tremor
13.
nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah
lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan performa kognitif yang
rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia.
3. Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan
berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten,
disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan
pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan
masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual
serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
Menurunkan cemas
2)
Tehnik relaksasi
3)
4)
5)
menggunakan bayangan/imajinasi
6)
2. TERAPI KOGNITIF
1)
2)
3)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi
untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain
sebagainya. Manfaat olahraga pada Lansia antara lain dapat memperpanjang
usia, menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat Lansia lebih mandiri,
mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh
kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Latihan kognitif pada lansia diantaranya Latihan kemampuan social,
Aversion therapy, Contingency therapy.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar pada pembuatan makalah kami selanjutnya akan jauh lebih baik.
Untuk kurang dan lebihnya kami mohon maaf karena kami masih pada tahap
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan
Olahraga
Bagi
Petugas
Kathy Gunter. 2002.Healthy, Active Aging: Physical Activity Guidelines for Older
Adults. Oregon State University.
Megan Johnston. 2008. Participation of Eldery in Cardiac Rehabilitation: Exercise
Consideration for the Eldery. Current Issue in Cardiac Rehabilitation and
Prevention, Vol.16, No.3:1-3.
Nina Waaler. 2007. Its Never Too Late: Physical Activity and Elderly
People.Norwegian Knowledge Centre for the Health Services.
Wojtek Chodzo. 2000. The Active Aging Blueprint: a National Initiative for the
Promotion of Successful Aging.Departement of Kinesiology University of
Illinois, USA.