Referat Gigi Mulut
Referat Gigi Mulut
Referat Gigi Mulut
Oleh:
Yulia Karmila
09700263
09700270
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya maka penulis mampu menyelesaikan tugas referat tentang Manifestasi
Kelainan Rongga Mulut pada Penyakit Autoimun ini dengan tepat waktu. Referat ini diajukan
untuk memenuhi tugas dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik di Lab / SMF Gigi dan
Mulut Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Pada kesempatan ini penulis hendak
menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Drg. Enny Willianti, M.Kes selaku pemnimbing kepaniteraan serta kepala Lab / SMF
Gigi dan Mulut Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Drg. Wahyuni Dyah Permatasari, Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan serta
pembimbing tugas referat.
3. Drg. Theodora, Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan.
4. Drg. Dyan Paramita, Sp.KG selaku pembimbing kepaniteraan.
5. Teman dan saudara sejawat dokter muda kelompok F RST Dr. Soepraoen Malang yang
memberi masukan dan saling membantu dalam menyelesaikan referat ini. Juga kepada
semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari dokter pembimbing dan
saudara sejawat dokter muda demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima
kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat
badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa
yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad,
parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokan organ dan jaringan.
Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah molekul
yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel
kanker). Beberapa antigen ada pada jaringan sendiri tetapi biasanya, sistem imunitas bereaksi
hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen sendiri.
Sistem munitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai
antigen asing dan menghasilkan antibodi (disebut autoantibodi) atau sel imunitas
menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal
tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan
gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil
autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.
Sistem kekebalan pada keadaan tertentu tidak mampu bereaksi terhadap antigen yang
lazimnya berpotensi menimbulkan respon imun. Keadaan tersebut disebut toleransi kekebalan
(immunological tolerance) dan terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Deleksi klonal, yaitu eliminasi klon (kelompok sel yang berasal dari satu sel) limfosit,
terutama limfosit T dan sebagian kecil lmfosit B, selama proses pematangan
2. Anergi klon, yaitu ketidakmampuan klon limfosit menampilkan fungsinya
3. Supresi klon, yaitu pengendalian fungsi pembantu limfosit T
Pada umumnya, sistem kekebalan dapat membedakan antar antigen diri (self antigen)
dan antigen asing atau bukan diri (non-self antigen). Dalam hal ini terjadi toleransi
imunologik terhadap antigen diri (self tolerance). Apabila sistem kekebalan gagal
membedakan antara antigen self dan non-self, maka terjadi pembentukan limfosit T dan B
yang auto reaktif dan mengembangkan reaksi terhadap antigen diri (reaksi auto imun).
1. Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi yang khas organ; contoh :
Thiroiditis, dengan auto-antibodi terhadap tiroid; Diabetes Mellitus, dengan autoantibodi terhadap pankreas; sclerosis multiple, dengan auto-antibodi terhadap susunan
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Nodus limfatik
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik
ekstraoral dan agregasi limfoid intraoral. Kapiler limfatik yang terdapat pada
permukaan mukosa lidah, dasar mulut, palatum, pipi dan bibir, mirip yang berasal
dari gingiva dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik
besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam
otot lidah dan struktur lainnya. Di dalam rongga mulut terdapat tonsil palatal,
2.1.3
terjadinya
karies.
Penyangga
utama
saliva
adalah
sistem
Celah Gingiva
Junctional epithelium yang terletak pada celah gingiva, berguna untuk
memahami hubungan biologik antara komponen vaskular dan struktur
periodontal. Epitel ini mempunyai dua lamina basalis, satu melekat pada jaringan
konektif dan yang lainnya pada permukaan gigi. Komponen selular dan humoral
dari darah dapat melewati epitel jangsional yang terletak pada celah gingiva dalam
bentuk CCG. Aliran CCG ini merupakan proses fisiologik atau merupakan respon
terhadap inflamasi, sampai saat ini masih belum ada kesatuan pendapat. Pendapat
yang banyak dianut saat ini adalah, pada keadaan normal CCG yang mengandung
lekosit ini akan melewati epitel jangsional menuju ke permukaan gigi. CCG yang
berasal dari darah melewati jaringan dan
Dalam kaitannya dengan kelainan di dalam rongga mulut, saliva ikut berperan
dalam mengawali pembentukan dan pematangan plak gigi serta metabolisme di dalam
plak gigi. Pembentukan karang gigi, kelainan periodontal, dan karies gigi juga
dipengaruhi oleh aliran dan komposisi saliva. Hal ini bisa dilihat pada hewan coba
yang diangkat kelenjar salivanya, akan terjadi peningkatan yang bermakna insidensi
karies gigi, kelainan periodontal, lambatnya penyembuhan luka. Peningkatan kelainan
periodontal, karies gigi, dan cepatnya kerusakan gigi yang berkaitan dengan karies
servikal dan sementum pada manusia, sebagian disebabkan hiposalivasi atau
xerostomia.
Pemeran utama respin imun spesifik di dalam saliva, adalah IG As saliva yang
berasal dah kelenjar saliva utama dan kelenjar saliva kecil. IgAs berfungsi mencegah
transfer antigen melewati permukaan mukosa. Antibodi ini mampu mencegah
perlekatan S. Sanguis pada sel epitel. Melalui mekanisme yang sama, IgAs juga
berperan dalam mencegah pembentukan plak gigi karena dapat menghambat
pembentukan glukan ikatan glikosidik a ( 1-->3) dari sukrosa oleh Straptococcus
mutans. Oleh karena itu, IgAs juga diguga daapt mencegah terjadinya karies gigi. IgG
dari CCG juga ditemukan di dalam saliva. Banyak bakteri di dalam saliva yang
dilapisi Ig As dan deposit bakteri pada permukaan gigi mengandung IgA dan IgG
dengan jumlah lebih dari 1% berat kering.
Pada pemeriksaan sitologi, sekitar 60% PMN di dalam saliva sudah
mengalami degenerasi, karena itu fungsinya masih dipergunakan. Beberapa peneliti
menyebutkan bahwa kecepatan migrasi PMN leukosit mempunyai hubungan dengan
keparahan gingivitis.
Keluarnya CCG yang berasal dari domain gingiva diinduksi oleh plak
bakterial yang biasanya terdapat di dekat tepi gingiva. Ditemukannya C3, C4, C5 dan
C3 proaktivator menunjukkan bahwa di dalam celah gingiva terjadi aktivasi
komplemen melalui jalur klasik dan alternatif. Komponen imun yang terdapat di
dalam celah gingiva juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan untuk gigigeligi.
Pada gingivitis atau kelainan periodontal, kadar IgG, IgA, IgM, C3 dan PMN netrofil
di dalam CCG meningkat diperkirakan, proses fagositosis, reaksi antigenantibodi
yang tergantung komplemen dan juga respon seluler terjadi di dalam celah gingiva
bukan di dalam rongga mulut.
2.3 Respon Imun Terhadap Berbagai Kelainan Rongga Mulut
2.3.1
melaninogenicus,
Veillonella
alcalescens,
glukosiltransferase, enzim yang mengkatalisis pembentukan dekstran ikatan a (1->3) dari sukrose. IgAs juga dapat menghalangi aktivitas adhesin permukaan
bakteri sehingga tidak terjadi interaksi dengan permukaan gigi di samping
menginduksi aglutinasi bakteri. Kadar IgAs pada individu tahan karies gigi lebih
tinggi daripada individu rentan karies. IgG dan IgM dari CCG jamur melakukan
opsonisasi sehingga PMN leukosit akan meningkat kemampuan fagositosisnya.
Kedua antibodi ini juga akan mengaktivasi komplemen bila berkombinasi dengan
antigen kariogenik.
Karies gigi yang tidak ditumpat, akan memperluas deminerafisasi dentin
yang akhirnya akan mengenai atap pulpa. Pada keadaan ini, di dalam jaringan
pulpa sudah dibangkitkan respon imunologik. Bila keadaan ini tidak diatasi,
antigen kuman akan berdifusi ke dalam jaringan pulpa melalui cairan dentin dan
menimbulkan kelainan pada jaringan pulpa. Setelah atap pulpa terbuka, antigen
akan menginvasi ke periapikal dan dapat berkembang menjadi abses periapikal
akut atau dalam bentuk tiga kondisi kronis : abses kronis, granuloma, atau kista
bergantung kekuatan respon imun yang terjadi.
2.4 Manifestasi Autoimun di Dalam Rongga Mulut