Pemberian Obat Secara Sublingual

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Pemberian obat secara sublingual

1.1

Pengertian

Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya ditaruh di
bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh
darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan
sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. Obat yang diberikan secara Sublingual
tidak boleh ditelan, jika obat ditelan maka efek yang diinginkan tidak akan tercapai.
Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin
Obat yang diberikan secara Sublingual tidak boleh ditelan, jika obat ditelan maka efek yang
diinginkan tidak akan tercapai.
Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin
1.2

Mekanisme fisiologis

Pemberian obat secara topikal pada mata memiliki tujuan yang lokal. Obat yang cara
pemberiannya ditaruk di bawah lidah tujuannya agar efek yang ditimbulkan lebih cepat karena
pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat dari sakit, efek obat akan terasa lebih capat dan
menghindari kerusakan saluran cerna pada metabolisme di dinding usus dan hati.
Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin

Prosedur pemberian obat sublingual :


persiapan
Persiapan Klien
a. Cek perencanaan Keperawatan klien
b. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
a. Obat yang sudah ditentukan
b. Tongspatel (bila perlu)
c. Kasa untuk membungkus tongspatel
Pelaksanaan
1. Biasakan cuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun
2. Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk
mengangkat lidahnya
3. Meletakan obat dibawah lidah
4. Memberitahu klien supaya tidak menelan obat
5. Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien
6. Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
Evaluasi
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
Dokumentasi
catatlah tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) dalam catatan keperawatan.

Prinsip Enam Benar Pemberian Obat

Ada beberapa prinsip dalam pemeberian obat yang perlu diperhatikan. Prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :
1.Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.

3.Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada
juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.

4.Benar Cara/Rute

a. Oral

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal) seperti tablet ISDN.

b. Parenteral

Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).

c. Topikal

Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,
spray, tetes mata.

d. Rektal

Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian
obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.

e. Inhalasi

Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau
dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu
dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai